Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PENYUSUNAN PEMETAAN RAWAN BENCANA DAN JALUR EVAKUASI (Tahap 1)

A.

LATAR BELAKANG
Kerusakan lingkungan telah menjadi keprihatinan banyak pihak, hal ini disebabkan oleh
timbulnya bencana yang dirasakan seperti bencana alam banjir dan tanah longsor yang
semakin meningkat. Rusaknya wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai daerah
tangkapan air diduga sebagai salah satu penyebab utama terjadinya bencana alam tersebut.
Kerusakan DAS dipercepat oleh peningkatan pemanfaatan sumberdaya alam sebagai akibat
dari pertambahan penduduk dan perkembangan ekonomi, konflik kepentingan dan kurang
keterpaduan antar sektor, antar wilayah hulu-tengah-hilir, terutama pada era otonomi
daerah. Pada era otonomi daerah, sumber daya alam ditempatkan sebagai sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Bencana

(hazard)

merupakan

kemiskinan/ketidakberdayaan

salah

masyarakat

satu

secara

factor
mendadak.

yang

menyebakan

Selain

menyebabkan

pemiskinan/ketidakberdayaan masyarakat secara mendadak, bencana juga sangat


membebani anggaran daerah dalam hal perawatan infrastruktur dan rehabilitasi pasca
bencana (recovery). Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).
Otonomi Daerah telah menempatkan Pemerintah Kabupaten Sarolangun sebagai
penanggungjawab penanggulangan bencana, menjaga keselamatan penduduk, harta
maupun lingkungan hidup dan ekonomi masyarakat dari dampak yang diakibatkan oleh
bencana. Landasan hukum penanggulangan bencana yaitu Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 beserta peraturan lainnya yang merupakan acuan kerja bagi aparatur dalam
penanggulangan bencana.
Melihat kondisi fisik Kabupaten Sarolangun yang mempunyai wilayah perbukitan dan
cekungan, terdapat beberapa potensi bencana seperti bencana banjir dan bencana tanah
longsor/gerakan tanah. Berdasarkan data kasus bencana setiap tahunnya yang ada
kecenderungan meningkat dengan jumlah kerugian yang meningkat pula, sehingga perlu
diketahui wilayah-wilayah yang memiliki resiko bencana agar dalam pengambilan
kebijakan pembangunan dan penanganan lebih tepat.

Berdasarkan uraian diatas, perlu adanya upaya penyusunan pemetaan rawan bencana.
Untuk mendukung maksimalnya penanganan potensi bencana diperlukan juga mitigasi
bencana dalam bentuk jalur evakuasi.
B.

MAKSUD DAN TUJUAN


Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini dimaksudkan sebagai petunjuk bagi penyedia
jasa/konsultan yang di dalamnya memuat masukan, azas, criteria dan proses yang harus
dipenuhi atau diperhatikan dan diinterpretasikan dalam melaksanakan tugasnya dengan
baik dan menghasilkan keluaran (Out Put) sebagaimana yang diminta. Disamping itu KAK
ini sekaligus digunakan sebagai dasar teknis dalam penyusunan Dokumen Penawaran
dalam proses pengadaan jasa konsultan yang dimaksud.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah :
1. sebagai acuan dalam penanggulan bencana, mitigasi bencana dan jalur evakuasi yang akan
di lalui.
2. Sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembangunan.
3. Meminimalisir kasus bencana sehingga dapat menghemat pengeluaran anggaran daerah
pada kegiatan rehabilitasi/rekonstruksi
4. Meningkatkan evektifitas dan efisiensi anggaran dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan bencana.
5. Meminimalisir kerugian akibat bencana.

C.

SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah :
1. Terdatanya wilayah rawan bencana di wilayah Kabupaten Sarolangun
2. Tersedianya data daerah rawan bencana yang akurat sebagai bahan pertimbangan dalam
penanggulangan daerah rawan bencana di wilayah Kabupaten Sarolangun

D.

REFERENSI HUKUM
Beberapa peraturan perundangan dan arahan kebijakan yang menjadi bahan acuan dalam
Pemetaan Kawasan Rawan Bencana, jalur evakuasi dan Mitigasi adalah:
1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
4. Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur;
2

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
7. Peraturan Daerah No. 8 tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Kabupaten Sarolangun Tahun 2006 2025.
8. Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun No. 11 tahun 2006 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sarolangun Tahun 2006
2011.
E.

Ruang Lingkup
1. Lingkup Wilayah
Wilayah studi pekerjaan Penyusunan Pemetaan Rawan Bencana dan Jalur Evakuasi (tahap
1) meliputi Kecamatan-Kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten Sarolangun.
2. Lingkup Materi Kegiatan
Ruang lingkup materi kegiatan meliputi :
1. Studi literatur dan pengumpulan data sekunder (buku, jurnal, data podes, peta dasar,
peta geologi, peta tata guna lahan, peta tanah, peta morfologi, data demografi dan
monografi)
2. Analisis risiko bencana berdasarkan ancaman yang ada sebagai dasar awal untuk
melakah dalam melakukan analisis risiko berbasis peta/GIS
3. Penentuan parameter berdasarkan data-data primer dan sekunder (parameter ancaman,
parameter kerentanan dan parameter kapasitas)
4. Pengambilan data primer di lapangan
5. Penyusunanan database dan data spasial dalam Sistem Informasi Geografis
6. Skoring dan pembobotan pada setiap parameter
7. Pembuatan Peta Tematik dengan metode tumpang susun (overlay) berupa Peta rawan
bencana
8. Deseminasi kepada semua pihak dalam suatu FGD
9. Publikasi dan evaluasi dalam suatu kegiatan seminar hasil

F.

SUMBER PENDANAAN
Kegiatan Penyusunan pemetaan rawan bencana dan jalur evakuasi (tahap 1) Kabupaten
Sarolangun ini memerlukan biaya sebesar Rp 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah)
termasuk PPN yang bersumber dari APBD Kabupaten Sarolangun Tahun Anggaran 2016.
3

G.

H.

NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASA


Nama PPK/PA

Satuan Kerja

: BPBD Kabupaten Sarolangun

Alamat Satuan Kerja

WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN.


Waktu pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan selama 90 (sembilan puluh) hari kalender
terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Melaksanakan Kerja (SPMK).

I.

TENAGA AHLI.
1. Tenaga Ahli
Tenaga Ahli yang dibutuhkan meliputi :
a. Ahli Planologi (Team Leader)
Tenaga Ahli yang disyaratkan adalah S1 Sarjana Teknik Planologi (Perencanaan
Wilayah dan Kota), lulusan Universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta yang telah terakreditasi dan memiliki SKA, pengalaman minimal 7 (Tujuh)
tahun dalam bidangnya dan pernah melaksanakan pekerjaan pemetaan rawan bencana
atau yang berkaitan dengan mitigasi bencana. Sebagai ketua tim mempunyai tugas
memimpin dan mengorganisasikan tim dalam pelaksanaan pekerjaan teknis, serta
terlibat dalam keseluruhan proses pekerjaan, termasuk mempersiapkan rencana kerja,
metodologi, jadual pelaksanaan, jadwal personil dan alokasi tugas masing-masing
personil.
b. Ahli Geologi
Tenaga

Ahli

yang

disyaratkan

adalah

Sarjana

Teknik

Geologi

lulusan

Universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah


terakreditasi dan memiliki pengalaman minimal 5(lima) tahun dalam bidangnya, dan
pernah melaksanakan pekerjaan tentang daerah rawan bencana dan mitigasi bencana.
c. Ahli Pemetaan/GIS
Tenaga

Ahli

yang

disyaratkan

adalah

Sarjana

Planologi/Geodesi,

lulusan

Universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah


terakreditasi, pengalaman minimal 4(empat) tahun dalam bidangnya, dan pernah
melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
4

2. Tenaga Pendukung
a. Sekretaris / Administrasi
Lulusan SMA/SMK yang sudah memiliki pengalaman di bidang administrasi selama
minimal 2 (dua) tahun
b. Operator Komputer
Lulusan SMA/SMK yang sudah memiliki pengalaman minimal 2 (dua) tahun
J.

SISTEMATIKA PELAPORAN
Dari pelaksanaan pekerjaan diharapkan diperoleh laporan yang diserahkan secara bertahap
sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisi rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh, kerangka tugas dan
tenaga yang melaksanakan dan tenaga yang melaksanakan pekerjaan, yang antara lain
memuat latar belakang kegiatan, maksud dan tujuan, sasaran kegiatan, metodologi, jadwal
pelaksanaan kegiatan (Rencana kerja), gambaran awal wilayah studi dan inventaris
ketersediaan data dan peta pendukung. Laporan Pendahuluan di buat sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar dan diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender setelah
penerbitan SPMK. Laporan pendahuluan akan di bahas oleh direksi pekerjaan bersamasama konsultan yang bersangkutan dan hasilnya dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan selanjutnya.
2. Laporan Antara
Laporan Antara dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dan di serahkan paling lambat 70
(Tujuh puluh) hari kalender setelah penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), serta
dibahas dengan pihak-pihak terkait dengan kegiatan. Laporan ini berisikan tentang hasil
lapangan, hasil kajian-kajian, rumusan-rumusan berikut data dan analisa hasil pengukuran
kondisi geologi, curah hujan, kerentanan bencana, tata guna lahan, aktivitas perekonomian
dan sebaran infrastruktur serta evaluasi data primer dan sekunder.
3. Laporan Akhir
Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan dari Laporan Antara. Laporan akhir disusun
sebanyak 10 eksemplar untuk terlebih dahulu dibahas bersama-sama dengan Tim Teknis.
Laporan

diselesaikan

selambat-lambatnya

ditandatanganinya SPMK.

90

(sembilan

puluh)

hari

sejak

4. Album Peta
Album Peta Daerah Rawan Bencana di Kabupaten Sarolangun sebanyak 3 eksemplar.
5. Soft Copy
Back up dalam bentuk/format Compact Disc Interaktif (CD-ROM Interaktif) yang berisi
seluruh proses kegiatan (mulai dari Laporan pendahuluan, Laporan Antara, Laporan akhir, serta
Laporan Ringkasan Eksekutif, dan foto-foto serta peta) sebanyak 5 keping CD.
K.

KELUARAN
1. Tersedianya data daerah rawan / resiko bencana di wilayah Kabupaten Sarolangun
2. Tersusunnya peta resiko bencana Kabupaten Sarolangun

L.

PENUTUP
Setelah KAK ini diterima, pelaksana hendaknya memeriksa semua bahan masukan yang
diterima dan menambah bahan masukan lain yang dibutuhkan.
Berdasarkan bahan-bahan tersebut, pelaksana menyusun program kerja sebagai bahan
diskusi untuk menghasilkan program kerja yang menjadi pegangan pelaksanaan kegiatan
baik untuk pihak pelaksana/penyedia jasa maupun pihak pengguna jasa sebagai bahan
pengendalian dalam pelaksanaan.
Kerangka acuan kerja merupakan pedoman dasar yang dapat dikembangkan lebih lanjut
oleh pelaksana sepanjang keluaran akhir dapat dihasilkan secara optimal dan sesuai
dengan yang diharapkan.
Sarolangun,
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Sarolangun
Selaku Pengguna Anggaran

Anda mungkin juga menyukai