Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319187213

Landslide Susceptibility Analysis Using Analytic Hierarchy Process In


Sukatani And Its Surroundings, Purwakarta Regency, West Java

Article · April 2017

CITATION READS

1 734

4 authors, including:

Misbahudin Misbahudin Abdullah Husna


Universitas Pertamina Geological agency of Indonesia
10 PUBLICATIONS 5 CITATIONS 7 PUBLICATIONS 3 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Agus Marwanto
Bandung Institute of Technology
2 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Siaga Bencana untuk Masyarakat Indonesia View project

Landslide Susceptibility View project

All content following this page was uploaded by Misbahudin Misbahudin on 21 August 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Journal of Environment and Geological Hazards

Analisis Kerentanan Longsoran Menggunakan Proses Hirarki Analitik di


Daerah Sukatani dan Sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat

Landslide Susceptibility Analysis Using Analytic Hierarchy Process In Sukatani And Its
Surroundings, Purwakarta Regency, West Java

Misbahudin, Abdullah Husna, Rusdi Toriq, Agus Marwantho

Institut Teknologi Bandung


Jalan Ganesha No. 10 Bandung 40132 Indonesia
Naskah diterima 03 Januari 2017, selesai direvisi 03 Maret 2017, dan disetujui 15 Maret 2017
e-mail: misbahudin@students.itb.ac.id

ABSTRAK
Daerah penelitian terletak di wilayah Sukatani dan sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Daerah tersebut
memiliki kondisi geomorfologi yang berbukit-bukit akibat pengaruh produk vulkanik berupa lahar, aliran piroklastika,
dan intrusi. Pada daerah tersebut terdapat laporan mengenai longsoran yang terjadi di beberapa lokasi dekat tempat
tinggal penduduk. Atas dasar tersebut, peta kerentanan longsoran dibuat untuk memberikan informasi mengenai
persebaran tingkat kerentanan longsoran pada daerah penelitian. Peta yang digunakan sebagai dasar pembuatan adalah
peta sebaran litologi, struktur geologi, kemiringan lereng, relief relatif, kebasahan lahan, dan tutupan lahan. Parameter
tersebut dikelaskan berdasarkan faktor evaluasi bahaya longsoran. Tingkat kerentanan terhadap longsoran diperoleh
dengan metode proses hirarki analitik dan pengujian rasio konsistensi. Tahapan penggabungan peta menggunakan cara
tumpang susun. Secara umum, peta kerentanan longsoran yang telah dibuat menunjukkan korelasi yang baik sesuai
dengan kondisi di lapangan. Tingkat kerentanan sangat rendah meliputi 43% daerah penelitian, tingkat kerentanan
rendah meliputi 40,5% daerah penelitian, tingkat kerentanan sedang meliputi 14,5% daerah penelitian, dan tingkat
kerentanan tinggi meliputi 2% daerah penelitian. Kemiringan lereng adalah kontrol utama faktor-faktor penyebab
longsoran di daerah penelitian. Zona kerentanan menengah hingga tinggi umumnya berada pada lereng terjal dengan
material berupa breksi piroklastika.
Kata kunci: Kerentanan longsoran, proses hirarki analitik, Purwakarta, Sukatani

ABSTRACT
The researched area is located in Sukatani and surrounding areas, Purwakarta, West Java. The area has a hilly
geomorphological condition due to the influence of volcanic products in the form of lava, pyroclastic flows, and
intrusion. In that area there are reports of landslide that occurred at several locations near residences. On that
basis, a landslide susceptibility map was made to provide information about the distribution of susceptibility level of
landslides in the researched area. Maps which are used as the basis are maps of lithology, structural geology, slope,
relative relief, soil wetness, and land cover. Those parameters are classified based on the landslide hazard evaluation
factors. Landslide susceptibility index was obtained by using the method of analytic hierarchy process and by testing
the consistency ratio. Stages for merging maps used the overlaying method. In general, a landslide susceptibility map
that has been made shows a good agreement with conditions in the field. The level of very low susceptibility covered
43% of the studied area, the low level covered 40.5%, the medium level covered 14.5%, and the high level included
2% of the researched area. A slope is the main control of factors that cause landslides. Medium to high susceptibility
zones are generally on steep slopes with pyroclastic breccia materials.
Keywords: Analytic Hierarchy Process, landslide susceptibility, Purwakarta, Sukatani

19
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 19 - 30

PENDAHULUAN tanah atau longsoran di wilayah Sukatani dan


Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi sekitarnya. Peta kerentanan longsoran bertujuan
(PVMBG) melalui Peta Prakiraan Wilayah untuk memberikan informasi tentang persebaran
Potensi Terjadi Gerakan Tanah Tahun 2016 tingkat kerentanan longsoran pada daerah
memasukkan wilayah Kecamatan Sukatani dan penelitian.
sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat,
ke dalam daerah dengan potensi terjadi gerakan Lokasi Penelitian
tanah menengah hingga tinggi. Hal ini juga dapat Lokasi penelitian sebagian besar terletak di
dilihat dari beberapa kejadian longsoran yang Kecamatan Sukatani dan sebagian lagi terletak
sering melanda wilayah tersebut. Pada 19 Maret di Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta,
2014, terjadi gerakan tanah berupa longsoran Jawa Barat, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
bahan rombakan pada lereng setinggi 100 m Beberapa jalur jalan yang penting melintasi daerah
yang menimbun jalur sepanjang 60 m, yaitu di ini yaitu jalur kereta api Purwakarta - Ciganea,
Jalan Raya Sukatani, Kampung Cianting, Desa Jalan Tol Purbaleunyi, Jalan Raya Sukatani, dan
Cianting, Kecamatan Sukatani, dan Jalan Raya Jalan Raya Citeko. Daerah ini memiliki kondisi
Anjun, Kampung Gunung Cupu, Desa Anjun, geomorfologi yang berbukit-bukit akibat pengaruh
Kecamatan Plered (PVMBG, 2014). Pada 20 produk vulkanik berupa lahar, aliran piroklastika,
Maret 2015, longsoran terjadi pada lereng dengan dan intrusi. Kondisi tersebut disertai pelapukan
tebing terjal di Kampung Nyalindung, Desa Tajur yang terjadi pada lereng-lereng, sehingga
Sindang, Kecamatan Sukatani, yang menyebabkan meningkatkan potensi terjadinya longsoran.

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian (diambil dari peta wilayah Badan Informasi Geospasial, 2015).

dua rumah rusak terlanda material longsoran Geologi Daerah Penelitian


(PVMBG, 2015). Longsoran juga menimbun Berdasarkan fisiografi Jawa Barat (van
jalur kereta api Purwakarta - Ciganea di KM Bemmelen, 1949), daerah penelitian berada di
107+200, Kecamatan Sukatani pada 29 Desember antara Zona Bogor dan Zona Bandung. Zona
2015 (Galamedianews, 2015). Selain itu, masih Bogor umumnya mempunyai morfologi berbukit-
banyak kejadian longsoran di wilayah tersebut bukit. Perbukitan ini berupa antiklinorium yang
yang menjadi perhatian penting pemerintah terdiri atas perlipatan kuat lapisan berumur
dan masyarakat setempat. Mengingat intensitas Neogen. Beberapa intrusi juga telah membentuk
longsoran yang terus terjadi setiap tahunnya, morfologi yang lain. Morfologi intrusi umumnya
penting untuk membuat peta kerentanan gerakan mempunyai relief lebih terjal dibandingkan dengan

20
Analisis Kerentanan Longsoran Menggunakan Proses Hirarki Analitik
di Daerah Sukatani dan Sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat

tubuh intrusi di Zona Bandung yang berada di menghasilkan data spasial sekunder. Pengolahan
sebelah selatan Zona Bogor. Stratigrafi regional data spasial kemiringan lereng dan relief
daerah penelitian berdasarkan Sudjatmiko (1972) relatif diperoleh dari pengolahan peta topografi
memperlihatkan formasi batuan tertua berupa Badan Koordinasi dan Survei Pemetaan Nasional
Formasi Jatiluhur yang berumur Miosen Tengah. (Bakosurtanal, 2002), sekarang menjadi Badan
Kemudian secara tidak selaras diendapkan Informasi Geospasial (BIG). Data litologi dan
Formasi Subang yang berumur Miosen Akhir. Di struktur geologi diperoleh dari hasil pemetaan
atasnya secara tidak selaras diendapkan endapan secara langsung di lapangan. Sementara itu, data
gunung api Kuarter beserta endapan lainnya. citra satelit Landsat 8 Operational Land Imager-
Formasi Jatiluhur diterobos oleh andesit yang Thermal Infrared Sensor (OLI-TIRS) diperoleh dari
lebih muda. Daerah penelitian memiliki pola United States of Geological Survey (2016) melalui
struktur yang sesuai dengan Pola Jawa. Struktur alamat situs earthexplorer.usgs.gov. Data citra

Gambar 2. Peta geologi regional daerah Sukatani dan sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Sudjatmiko, 1972).

regional di daerah penelitian adalah intrusi batuan satelit ini kemudian diolah untuk mendapatkan
yang terletak di sebelah barat dan struktur antiklin data tutupan lahan dan kebasahan lahan. Data
yang dipotong oleh sesar menganan di sebelah spasial sekunder selanjutnya diolah menjadi data
timur. Gambar 2 menunjukkan gambaran geologi raster dan dikelaskan dengan mengacu pada faktor
regional daerah penelitian. evaluasi bahaya longsoran Anbalagan (1992).
Bobot prioritas untuk tingkat kerentanan longsoran
diperoleh melalui metode proses hirarki analitik/
METODE DAN DATA PENELITIAN Analytic Hierarchy Process (AHP). Kemudian,
Peta yang digunakan sebagai dasar pembuatan semua peta digabungkan dengan cara tumpang
peta kerentanan longsoran adalah peta topografi, susun (overlay). Pembuatan peta kerentanan
peta geologi, dan citra satelit yang merupakan data longsoran daerah penelitian ditampilkan pada
spasial primer. Data ini kemudian diolah untuk diagram alir (Gambar 3).

21
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 19 - 30

Gambar 3. Diagram alir pembuatan peta kerentanan longsoran.

Litologi Struktur Geologi


Data litologi didapat berdasarkan pemetaan Data struktur geologi yang dimaksud adalah
langsung di lapangan (Gambar 4). Setiap satuan hubungan perlapisan batuan dengan kemiringan
batuan diberikan nilai berdasarkan pengadopsian lereng. Hubungan perlapisan dengan lereng
klasifikasi Anbalagan (1992). Batuan yang dikelaskan menjadi kondisi menguntungkan,
memiliki litologi keras seperti andesit diberikan cukup, dan tidak menguntungkan. Kondisi tidak
nilai rendah, sedangkan batuan yang relatif lunak menguntungkan dipengaruhi oleh keberadaan
dan tidak terlalu kompak seperti breksi piroklastika struktur geologi, seperti sesar dan lipatan serta
dan lahar diberikan nilai tinggi terhadap kerentanan kondisi kemiringan lereng yang selaras dengan
longsoran. kemiringan lapisan batuan yang dapat menjadi

Gambar 4. Peta persebaran litologi daerah Sukatani dan sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

22
Analisis Kerentanan Longsoran Menggunakan Proses Hirarki Analitik
di Daerah Sukatani dan Sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat

Gambar 5. Peta kondisi perlapisan daerah Sukatani dan sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Gambar 6. Peta kemiringan lereng daerah Sukatani dan sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

penyebab ketidakstabilan lereng. Daerah penelitian data ketinggian spasial, sehingga dihasilkan peta
sendiri hanya terdiri atas dua kondisi (Gambar 5). Digital Elevation Model (DEM). Atribut slope peta
DEM ditampilkan untuk memperoleh kemiringan
lereng. Peta kemiringan lereng selanjutnya
Kemiringan Lereng dibagi menjadi lima kelas berdasarkan klasifikasi
Peta topografi Bakosurtanal diolah menggunakan Anbalagan (1992). Kelas tersebut antara lain kelas
metode Triangulated Irregular Network (TIN). <15°, kelas 16°- 25°, kelas 26°- 35°, kelas 36°- 45°,
Metode ini menggunakan besar atribut tiga titik dan kelas >45°. Daerah penelitian hanya terdiri

23
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 19 - 30

Gambar 7. Peta relief relatif daerah Sukatani dan sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

atas empat kelas dan didominasi oleh kemiringan Tutupan Lahan


lereng <15° (Gambar 6). Metode Normalized Difference Vegetation Index
(NDVI) digunakan untuk memperoleh data
Relief Relatif tutupan lahan dari citra satelit Landsat 8 OLI TIRS.
Peta topografi Bakosurtanal juga dapat diolah untuk Metode ini berdasarkan penelitian yang dilakukan
membuat relief relatif. Relief relatif dinyatakan pertamakali oleh Rouse drr. (1974). Nilai NDVI
sebagai selisih ketinggian antara puncak tertinggi diperoleh melalui perbandingan antara selisih
dan lembah terendah pada satu individu faset. nilai band inframerah (infrared) dan band merah
Peta relief relatif dibagi berdasarkan klasifikasi (red) dengan jumlah keduanya. Band citra satelit
Anbalagan (1992) menjadi tiga kelas, yaitu kelas yang digunakan adalah band 5 yang menyatakan
<100 m, 100 - 300 m, dan > 300 m. Daerah kondisi biomassa dan delineasi tubuh air, dan band
penelitian hanya terdiri atas dua kelas (Gambar 7). 4 yang menggambarkan tingkat absorbsi klorofil
pada vegetasi. Atribut yang dihasilkan disebut
atribut NDVI yang menggambarkan kondisi
Kebasahan Lahan tutupan lahan. Atribut ini kemudian diproses
Data kebasahan lahan diperoleh dari pengolahan menggunakan metode klasifikasi terbimbing
data citra satelit Landsat 8 OLI TIRS. Pengolahan (supervised classification) dengan pembanding
data ini diharapkan dapat mewakili kondisi air berupa observasi kondisi vegetasi di lapangan.
permukaan di daerah penelitian. Citra satelit Peta tutupan lahan daerah penelitian dibagi ke
ini diolah untuk menampilkan atribut greeness, dalam lima kelas yang dimodifikasi dari klasifikasi
wetness, dan brightness menggunakan metode Anbalagan (1992). Kelas tersebut yaitu area
Tasseled Cap. Atribut yang digunakan dalam pertanian dan pemukiman, area tertutup hutan
kebasahan lahan adalah wetness. lebat, area tertutup vegetasi menengah, area jarang
tertutup vegetasi, dan lahan gundul (Gambar 9).
Atribut kebasahan lahan diolah dengan metode
klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised
classification). Peta kebasahan lahan kemudian Metode Proses Hirarki Analitik
dibagi menjadi lima kelas sesuai dengan klasifikasi Metode proses hirarki analitik merujuk pada
Anbalagan (1992). Kelas tersebut yaitu mengalir, penelitian Saaty (1988) yang digunakan untuk
merembes, basah, lembab, dan kering (Gambar 8). menentukan bobot prioritas setiap parameter

24
Analisis Kerentanan Longsoran Menggunakan Proses Hirarki Analitik
di Daerah Sukatani dan Sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat

Gambar 8. Peta kebasahan lahan daerah Sukatani dan sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Gambar 9. Peta tutupan lahan daerah Sukatani dan sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

yang diperhitungkan. Nilai dari elemen matriks Pada penelitian ini, elemen matriks perbandingan
perbandingan parameter yang digunakan didasari yang digunakan merupakan nilai rata-rata dari
oleh hasil penelitian Ercanoglu drr. (2008). Dalam ketujuh elemen matriks perbandingan dari para
penelitian tersebut, metode AHP menggunakan ahli. Matriks perbandingan itu diolah untuk
data dari kuisioner tujuh pendapat ahli longsoran. menentukan bobot prioritas masing-masing
Kuisioner tersebut menanyakan penilaian ahli faktor. Bobot masing-masing parameter adalah
terhadap derajat kepentingan parameter yang hasil rata-rata per baris elemen matriks yang telah
ditampilkan dalam bentuk matriks perbandingan. dibagi dengan jumlah elemen per kolom. Setelah

25
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 19 - 30

didapatkan bobot prioritas, perlu dilakukan hubungan bobot masing-masing faktor dalam
pengujian konsistensi perbandingan ditinjau per matriks perbandingan masih dalam suatu preferensi
matriks perbandingan. Hal ini perlu dilakukan yang logis. Apabila nilai suatu faktor pada matriks
untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang perbandingan bersifat mutlak dibandingkan
dihasilkan dari matriks perbandingan tersebut dengan faktor lainnya, akan membentuk sebuah
masih berada dalam suatu preferensi yang logis. diagonal bernilai 1. Sementara pada elemen lain
Pengujian rasio konsistensi dimulai dengan yang memiliki nilai tinggi relatif sama, akan
mengetahui nilai principal eigen maksimum. didapatkan nilai rasio konsistensi >1. Hal ini
Untuk mendapatkan nilai tersebut, perlu dilakukan mencerminkan nilai suatu faktor menjadi jauh
perkalian matriks antara matriks perbandingan lebih mutlak daripada faktor lainnya atau nilai
dengan matriks bobot prioritas. Perkalian ini suatu faktor yang tidak mutlak tidak mempunyai
akan menghasilkan matriks nilai eigen. Setelah pengaruh apapun terhadap faktor yang mutlak,
didapatkan nilai eigen, tahap selanjutnya adalah sehingga terjadi inkonsistensi. Sementara itu, jika
mendapatkan nilai principal eigen dengan cara hubungan intensitas pengaruh atau bobot suatu
membagi nilai eigen pada tiap matriks dengan faktor terhadap faktor lainnya bernilai sama atau
nilai bobot prioritas pada baris yang sama. Matriks semua nilai matriks perbandingan bernilai 1, akan
principral eigen yang telah didapat berupa matriks didapatkan nilai rasio konsistensi bernilai 0, yang
dengan n baris dan 1 kolom. Selanjutnya, matriks berarti tidak ada pengaruh suatu faktor terhadap
ini dirata-ratakan sesuai dengan jumlah baris, faktor lainnya.
dan didapatkan nilai principal eigen maksimum.
Tahapan berikutnya adalah menentukan indeks
konsistensi yang merujuk ke (1). Peta Kerentanan Longsoran
Peta kerentanan longsoran diperoleh dengan
Indeks Konsistensi = λmaks – n
penjumlahan nilai tiap parameter, yang
n–1 (1) memperhitungkan bobot prioritas masing-masing.
Pada pengolahan data, enam peta digabungkan
dengan metode tumpang susun. Atribut hasil
dengan λmaks adalah nilai principal eigen penggabungan merupakan representasi tingkat
maksimum dan n adalah jumlah matriks. kerentanan longsoran. Atribut hasil penggabungan
Setelah didapat nilai konsistensi, peneliti dapat dikelaskan menggunakan metode Natural Break
menentukan rasio konsistensi. Rasio konsistensi (Jenks). Metode ini dapat memaksimalkan
merupakan pembagian indeks konsistensi dengan perbedaan antarkelasdanmeminimalkanperbedaan
Random Index (RI). Untuk melakukan perhitungan antardata dalam satu kelas. Peta kerentanan
ini, diperlukan bantuan tabel Random Index (RI) tersebut dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu
yang nilainya untuk setiap n matriks dapat dilihat tingkat kerentanan tinggi, menengah, rendah,
pada Tabel 1. dan sangat rendah yang mengacu pada Standar

Tabel 1. Random Index (RI) Untuk Tiap Jumlah (n) Matriks

n matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

HASIL DAN PEMBAHASAN Nasional Indonesia (2005) dalam pembuatan peta


kerentanan longsoran (Gambar 10).
Matriks perbandingan, perhitungan bobot prioritas,
dan rasio konsistensi yang memengaruhi kerentanan
longsoran di daerah penelitian ditampilkan dalam Tingkat Kerentanan Sangat Rendah
Tabel 2.
Tingkat kerentanan ini meliputi 43% daerah
Menurut Saaty (1988), nilai rasio konsistensi di penelitian. Daerah ini secara umum dikontrol oleh
bawah 0,1 menunjukkan bahwa nilai tersebut litologi batu lempung, breksi piroklastika, batu
konsisten. Hal ini merepresentasikan bahwa pasir - batu lempung, dan intrusi. Daerah dengan

26
Analisis Kerentanan Longsoran Menggunakan Proses Hirarki Analitik
di Daerah Sukatani dan Sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat

Tabel 2. Matriks Perbandingan Faktor yang Memengaruhi Kerentanan Longsoran, Bobot Prioritas, dan Rasio
Konsistensi yang Diolah Mengacu pada Saaty (1988) dan Ercanoglu drr. (2008).

Parameter (1) (2) (3) (4) (5) (6) Bobot

(1) Litologi 1,00 3,00 0,50 6,00 2,00 5,00 0,25

(2) Struktur 0,33 1,00 0,17 2,00 0,20 3,00 0,08

(3) Kemiringan lereng 2,00 6,00 1,00 6,00 2,00 6,00 0,36

(4) Relief relatif 0,17 0,50 0,17 1,00 0,14 2,00 0,05

(5) Kebasahan lahan 0,50 5,00 0,50 7,00 1,00 5,00 0,22

(6) Tutupan lahan 0,20 0,33 0,17 0,50 0,20 1,00 0,04

Rasio Konsistensi 0,05

Gambar 10. Peta kerentanan longsoran daerah Sukatani dan sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

tingkat kerentanan ini memiliki kemiringan lereng merembes dan kerapatan vegetasi jarang hingga
relatif landai (kurang dari 15°), kondisi relief lebat.
relatif halus, kondisi lahan kering sampai basah,
dan kerapatan vegetasi menengah hingga lebat.
Tingkat Kerentanan Menengah
Tingkat kerentanan ini meliputi 14,5% daerah
Tingkat Kerentanan Rendah penelitian. Daerah ini secara umum dikontrol oleh
Pada zona kerentanan rendah ini, area yang breksi piroklastika, lahar, dan aluvium. Variasi
tercakup sebesar 40,5% dari total area penelitian. kemiringan lereng dari 15° hingga 35° dan relief
Breksi piroklastika, aluvium, dan batu lempung halus hingga bergelombang. Daerah ini memiliki
adalah litologi yang terdapat pada daerah ini. kondisi basah hingga mengalir, dan kerapatan
Kemiringan lereng relatif landai (kurang dari 15°) vegetasi jarang hingga menengah.
dan relief halus. Kondisinya relatif basah hingga

27
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 19 - 30

Gambar 11. Longsoran pada daerah dengan kerentanan tinggi di tepi Sungai Cipatenggeng.

Tingkat Kerentanan Tinggi Verifikasi Lapangan


Daerah pada zona kerentanan tinggi meliputi Verifikasi dilakukan dengan cara pengamatan
2% daerah penelitian. Litologi lahar dan breksi langsung di lapangan. Tujuannya adalah untuk
piroklastika mendominasi daerah ini. Kemiringan memvalidasi peta kerentanan longsoran. Secara
lereng pada daerah ini umumnya 35° sampai umum, peta kerentanan longsoran yang telah
45° dan relief bergelombang. Kondisi kebasahan dibuat menunjukkan korelasi yang baik dengan
merembes sampai mengalir, dan kerapatan kondisi lapangan. Zona kerentanan rendah dan
vegetasi umumnya jarang hingga menengah. sangat rendah umumnya berada pada lereng
Longsoran pada zona kerentanan tinggi tersebar yang stabil. Sementara itu, zona kerentanan
pada bagian tengah dan selatan daerah penelitian. longsoran menengah dan tinggi menunjukkan

Gambar 12. Longsoran yang terdapat pada zona kerentanan tinggi di Kampung Cihempas Kidul, (a) dilihat dari jauh dan (b)
dilihat dari dekat.

28
Analisis Kerentanan Longsoran Menggunakan Proses Hirarki Analitik
di Daerah Sukatani dan Sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat

Gambar 13. Longsoran pada tingkat kerentanan menengah di tepi Sungai Cipami.

gejala longsoran pada lereng terjal dengan material piroklastika yang menunjukkan tipe gelinciran
dominan berupa breksi piroklastika. (Gambar 12). Zona kerentanan tinggi umumnya
berada pada lereng-lereng yang relatif terjal. Area
Zona kerentanan tinggi yang dijumpai di lapangan
dengan tingkat kerentanan longsoran menengah
menunjukkan longsoran debris pada kontak breksi
dijumpai di tepi Sungai Cipami yang berada dekat
piroklastika dan batu lempung. Longsoran ini
dengan Stasiun Plered. Longsoran ini terdapat
berada pada tepi Sungai Cipatenggeng (Gambar
pada lahan pertanian penduduk. Material longsor
11) dan berjarak 500 m sebelah selatan Kompleks
berupa tanah pelapukan breksi piroklastika, dan
Perkebunan Gununghejo. Selain itu, longsoran
kemiringan lereng cukup terjal (Gambar 13).
pada zona kerentanan tinggi juga terdapat di
Sementara itu, zona kerentanan sangat rendah
Kampung Cihempas Kidul, Desa Pasir Munjul.
hingga rendah terdapat pada area datar berupa
Longsoran terjadi pada material tuf dan breksi

Gambar 14. Area pesawahan dan pemukiman yang termasuk ke dalam zona kerentanan rendah di Desa Palinggihan.

29
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 19 - 30

pesawahan dan pemukiman seperti diperlihatkan Galamedianews, 2015. Hujan Deras, Rel Kereta Api
dalam Gambar 14. di Sukatani Purwakarta Tertimbun Longsor,
http://m.galamedianews.com/daerah/62769/
huj an-d eras-rel -kereta -ap i-d i-s ukata ni -
KESIMPULAN purwakarta-tertimbun-longsor.html [16
Kemiringan lereng adalah kontrol utama faktor- September 2016].
Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi,
faktor penyebab longsoran di daerah penelitian.
2014. Tanggapan Bencana Gerakan Tanah
Kontrol dominan kedua adalah litologi, dan di Kecamatan Sukatani dan Kecamatan
faktor berikutnya yang juga ikut berpengaruh Plered, Kabupaten Purwakarta, Provinsi
adalah kebasahan lahan. Tutupan lahan juga Jawa Barat, http://www.vsi.esdm.go.id/
memberikan pengaruh walaupun kurang index.php/ gerakantanah/kejadian-gerakan-
dominan. Daerah penelitian didominasi oleh tanah/395-tanggapan-bencana-gerakan-tanah-
zona kerentanan sangat rendah hingga rendah. dikecamatan-sukatani-dankecamatan-plered-
Sementara itu, tingkat kerentanan menengah kabupaten-purwakarta provinsi-jawa-barat [10
hingga tinggi dapat menimbulkan longsoran yang Agustus 2016].
cukup membahayakan di daerah penelitian. Area Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi,
2015. Td Gerakan Tanah di Kec. Sukatani,
tersebut umumnya terletak pada area bervegetasi
Kab. Purwakarta, Jawa Barat, http://www.vsi.
menengah yang dekat dengan area pemukiman. esdm.go.id/index. php/gerakan-tanah/kejadian-
Peta kerentanan longsoran yang telah dibuat gerakan-tanah/775-td-gerakan-tanah-di-kec-
dapat menjadi perhatian dan informasi awal bagi sukatani-kab-purwakarta-jawa-barat [9 Agustus
pemerintah daerah, masyarakat, peneliti, atau 2016].
pihak terkait yang berkepentingan. Meskipun Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi,
demikian, peta kerentanan yang dibuat hanya 2016. Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi
sebatas informasi awal mengenai persebaran Gerakan Tanah Pada Bulan Desember 2016,
bahaya longsoran yang mungkin terjadi di daerah Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat,
penelitian. Peta ini tidak memiliki informasi yang Badan Geologi, Bandung.
Rouse, J.W, Haas, R.H., Scheel, J.A., Deering, D.W.,
menyeluruh mengenai area landaan longsoran yang
1974. Monitoring Vegetation Systems in the
terjadi terkait kegunaannya dalam pengembangan Great Plains with ERTS, 3rd Earth Resource
wilayah dan tata ruang lingkungan. Technology Satellite (ERTS) Symposium Vol. 1,
p. 48-62.
Saaty, T. L., 1988. Multicriteria Decision Making:
UCAPAN TERIMA KASIH The Analytic Hierarchy Process, University of
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua Pittsburgh, United States of America.
penelaah atas masukannya yang sangat membantu Standar Nasional Indonesia, 2005. Penyusunan Peta
dalam peningkatan kualitas makalah penelitian ini. Zona Kerentanan Gerakan Tanah SNI 13-7124-
2005, ICS 07.060, Badan Standardisasi Nasional.
Sudjatmiko, 1972. Peta Geologi Lembar Cianjur,
DAFTAR PUSTAKA Jawa Skala 1:100.000, Pusat Penelitian Dan
Anbalagan, R., 1992. Landslide Hazard Evaluation Pengembangan Geologi, Bandung.
and Zonation Mapping in Mountainous Terrain- United States of Geological Survey, 2016. Citra Landsat
Case Study From Kumaun Himalaya, India, 8 OLI TIRS Path 22 Raw 65, earthexplorer.usgs.
Engineering Geology: Vol. 43, p. 237-246. gov [12 September 2016].
Badan Informasi Geospasial, 2015. Peta Wilayah van Bemmelen, R. W., 1949. The Geology of Indonesia:
Provinsi Jawa Barat, diunduh dari http://www. Vol. 1A, Martinus Nijhof, The Hague, The
bakosurtanal.go.id/assets/download/Atlas- Netherland
Administrasi/12-Peta-Wilayah-Prov-Jawa-
Barat.pdf pada tanggal 27 Oktober 2016.
Bakosurtanal, 2002. Peta Rupa Bumi Indonesia, Lembar
1209-242 dan 1209-244, Skala 1:12.500.
Ercanoglu, M., Kasmer O., Temiz, N., 2008. Adaptation
and Comparison of Expert Opinion to Analytic
Hierarchy Process for Landslide Susceptiblity
Mapping, Engineering Geology Vol. 67, p. 565-
578.

30

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai