max
= (6.222 + 6.257 + 6.257 + 6.188 + 6.079 + 6.040)/6 = 6.174
Consistency index (CI) dari persamaan 4.2. akan menjadi:
Untuk n = 6, random index (RI) menjadi 1.25
Consistency ratio (CR) dari persamaan 4.1. dapat dievaluasi sebagai berikut:
Karena CR = 0.028 dan kurang dari 0.10 maka bobot parameter dapat diterima.
16
Perhitungan yang sama dilakukan pada parameter resiko. Dimana faktor resiko yang
dianggap paling berpengaruh ketika terjadi gerakan masa adalah populasi penduduk, diikuti
oleh faktor bahaya, penggunaan lahan, dan jarak dari jaringan jalan. Faktor bahaya
merupakan hasil dari pengolahan parameter bahaya yang harus didapatkan sebelum
melakukan pengolahan parameter resiko.
Population Hazard Land Use Road
Population 1 2 5 7
Hazard 1/2 1 3 5
Land Use 1/5 1/3 1 3
Road 1/7 1/5 1/3 1
SUM 1.843 3.533 9.333 16
Menormalisasi matriks dan menghitung PV
Population Hazard Land Use Road PV
Population 0.543 0.566 0.536 0.438 0.52
Hazard 0.271 0.283 0.321 0.313 0.30
Land Use 0.109 0.094 0.107 0.188 0.12
Road 0.078 0.057 0.036 0.063 0.06
SUM 1 1 1 1 1
Melakukan perkalian matriks dan menghitung Eigenvalue Maksimum
Population Hazard Land Use Road SUM SUM/PV
Population 0.520 0.594 0.622 0.407 2.143 4.118
Hazard 0.260 0.297 0.373 0.290 1.221 4.110
Land Use 0.104 0.099 0.124 0.174 0.502 4.034
Road 0.074 0.059 0.041 0.058 0.233 4.017
Diperoleh Eigenvalue Maksimum sebesar 4.070. Dengan n = 4, random index (RI)
menjadi 0.890, nilai CI menjadi 0.023 dan CR = 0.026. Maka, bobot parameter resiko dapat
diterima dan digunakan.
17
Pengolahan Data Menggunakan ArcGIS
Setelah mendapatkan bobot yang akan diberikan terhadap masing-masing parameter
bahaya dan resiko, tahap selanjutnya adalah mengolah data dengan menggunakan software
ArcGIS 9.3. Tahap-tahap yang dilakukan antara lain :
1. Mengkonversi data menjadi tipe raster.
Data yang diperoleh dalam penelitian kali ini adalah dalam tipe vektor, yaitu
dengan format shapefile. Untuk melakukan analisis spasial seperti overlay data-data
tersebut perlu dikonversi menjadi tipe raster dengan cara :
Buka jendela ArcToolBox >> Conversion Tools
To Raster >> Polygon to Raster
Setiap data yang diubah tipe raster harus memiliki ukuran pixel yang sama agar
memudahkan dalam melakukan overlay.
2. Melakukan overlay dan pemberian bobot.
Bobot yang telah diperoleh dengan Analytical Hierrachy Process akan
diberikan dalam tahap overlay berikutnya. Bobot diberikan dalam bentuk persentase
dan merupakan nilai influence dari tiap-tiap parameter.
Buka jendela ArcToolBox >> Spatial Analyst Tool
Overlay >> Weighted Overlay
Selain dilakukan dalam pembuatan peta bahaya, tahap overlay yang sama juga
dilakukan dalam pembuatan peta resiko.
3. Melakukan layouting peta.
Setelah hasil analisis diperoleh, langkah selanjutnya yang merupakan finishing
dari pembuatan peta adalah melakukan layout. Unsur-unsur utama dari peta yang
harus dibuat ketika layouting antara lain adalah :
a. Judul peta
b. Arah mata angin
c. Skala peta
d. Grid koordinat
e. Legenda peta
f. Sumber peta
g. Inset/indeks peta
h. Author/organisasi
18
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Zonasi Bahaya Gerakan Tanah
Berdasarkan hasil penjumlahan bobot parameter bahaya di wilayah penelitian
diperoleh lima kelas yang mempresentasikan tingkatan potensi bahaya terjadinya gerakan
masa. Kelima kelas tersebut adalah kelas sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat
tinggi. Pemberian warna simbol pada peta bahaya dilakukan dengan warna senada sehingga
dapat menampilkan gradasi dari tingkatan bahaya yang tersebar di area penelitian.
Warna kuning mewakili area yang memiliki potensi sangat rendah untuk terjadi
gerakan massa. Penyebaran kelas sangat rendah berada di Desa Muntuk dan sebagian kesil
Desa Mungunan sebelah utara. Kelas rendah diwakilkan dengan pewarnaan oranye muda,
tersebar hampir di seluruh area penelitian kecuali di Desa Muntuk bagian utara. Kemudian
warna oranye yang lebih gelap mewakilkan kelas sedang, tersebar di beberapa lokasi namun
paling banyak dapat ditemukan di Desa Selopamioro. Warna merah mewakili area dengan
potensi bahaya tinggi, berlokasi di sekitar area terdapatnya struktur geologi seperti sesar
normal dan sesar geser. Area berkelas sangat bahaya diwakili dengan warna merah gelap,
terpusat di tengah area penelitian tepatnya Desa Selopamioro dan Desa Sriharjo, dan
sebagian kecil berada di Desa Seloharjo bagian baratdaya.
1.2. Zonasi Resiko Gerakan Tanah
Berdasarkan hasil perkalian bobot parameter resiko di wilayah penelitian diperoleh
enam kelas yang mempresentasikan tingkatan potensi resiko terjadinya gerakan masa.
Keenam kelas tersebut adalah kelas tak ada resiko, resiko sangat rendah, resiko rendah,
resiko sedang, resiko tinggi, dan resiko sangat tinggi. Perbedaan antara peta bahaya dan peta
resiko yaitu pada peta resiko memungkinkan apabila terdapat zona tanpa ada resiko sama
sekali. Zona tersebut masuk ke dalam kelas tak ada resiko. Hal tersebut disebabkan oleh
penggunaan lahan area penelitian yang bervariasi, terdapat lahan yang dibangun menjadi
area permukiman dan ada pula yang tidak terusik aktifitas manusia serti pada lahan hutan
konservasi. Area yang di dalamnya tidak terdapat manusia tidak memiliki resiko untuk
terjadinya kehilangan secara fisik dan sosial ekonomi ketika bahaya geologi terjadi.
Pemberian warna simbol pada peta resiko dilakukan dengan warna senada sehingga dapat
menampilkan gradasi dari tingkatan resiko yang tersebar di area penelitian.
19
Gambar 6.1. Peta Potensi Bahaya Gerakan Massa di Lokasi Penelitian
20
Gambar 6.2. Peta Potensi Resiko Gerakan Massa di Lokasi Penelitian
21
Warna putih mewakili area yang memiliki tidak memiliki potensi resiko ketika terjadi
gerakan massa, hal ini disebabkan karena tidak adanya manusia yang menempati lahan
tersebut. Penyebaran kelas tak ada resiko paling banyak berada pada Desa Mangunan, Desa
Muntuk, dan Desa Girirejo, sementara sebagian kecil tersebar di beberapa area penelitian.
Kelas sangat rendah berada di Desa Muntuk, Desa Mungunan, dan Desa Seloharjo. Kelas
rendah diwakilkan dengan pewarnaan merah muda, tersebar hampir di seluruh area
penelitian, paling banyak terdapat pada Desa Mangunan dan Desa Muntuk. Kemudian warna
oranye mewakili kelas resiko sedang, tersebar di seluruh area penelitian namun terpusat di
tengah area penelitian yaitu pada Desa Selopamioro, Desa Sriharjo, Desa Karangtengah, dan
Desa Girirejo. Warna merah gelap mewakili area dengan potensi bahaya tinggi, paling
banyak ditemukan di Desa Selopamioro dan Desa Sriharjo, tepatnya pada lembahan sungai di
samping lereng perbukitan. Area berkelas sangat bahaya diwakili dengan warna merah yang
lebih gelap lagi, hanya terdapat di Desa Selopamioro di sisi selatan lembahan sungai.
VII. KESIMPULAN
Untuk memperoleh peta zonasi potensi bahaya dan peta zonasi potensi resiko
terjadinya gerakan massa di area penelitian adalah dengan cara melakukan pembobotan dari
masing-masing parameter bahaya dan resiko. Pembobotan dilakukan dengan metode
Analytical Hierrarchy Process, yaitu memberikan skala pada masing-masing parameter
berdasarkan kepentingan atau besar pengaruhnya, sehingga dihasilkan bobot atau nilai
pengaruh dalam melakukan overlay.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah lokasi yang memiliki kelas bahaya sedang
sampai dengan sangat tinggi terdapat di Desa Selopamioro, Desa Sriharjo, Desa Girirejo dan
Desa Seloharjo. Sedangkan area yang aman dari bahaya geologi berada pada bagian utara
lokasi penelitian, yaitu pada Desa Muntuk. Area yang memiliki potensi bahaya tinggi disertai
dengan paramater resiko yang tinggi memiliki resiko kehilangan secara fisik dan sosial
ekonomi yang lebih tinggi. Area dengan kondisi tersebut terdapat pada Desa Selopamioro
dan Desa Sriharjo. Desa Seloharjo, Desa Muntuk, dan Desa Mangunan memiliki kelas resiko
sedang sampai dengan kelas tak ada resiko, hal tersebut disebabkan oleh potensi bahaya dan
parameter resiko yang lebih rendah.