Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENELITIAN

Analisis Spasial Sebaran Daerah Rawan Perambahan di Kawasan Hutan Dengan


Tujuan Khusus Getas Ngandong

OLEH:
IZHAR AULIYA
15/377821/KT/07939

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
A. KERANGKA PENELITIAN
I. PENDAHULUAN
Kerusakan hutan pada umumnya disebabkan semakin renggangnya hubungan
antara manusia terhadap hutan. Dengan kata lain kelestarian hutan hanya dapat
diwujudkan jika masih terdapat hubungan harmonis antara manusia dengan hutan
dengan segala problematikanya. Hubungan harmonis ini mulai retak, ketika
pemanfaatan hutan hanya menjadi monopoli segelintir orang yang mendapat
pengusahaan hutan. Di lain pihak, rakyat yang berabad-abad hidup dalam hubungan
harmonis dengan hutan disekitarnya tidak dapat memanfaatkan sumber saya ini, baik
langsung maupun tidak langsung. Ironi ini menyebabkan masyarakat melakukan
berbagai usaha ilegal terhadap hutan, seperti perambahan dan pencurian kayu,
karena mereka tidak lagi difungsikan dalam hubungan dengan hutan sekitarnya.
Perambahan hutan dengan segala kompleksitas dan implikasinya merupakan
masalah yang bukan saja dihadapi oleh suatu daerah tertentu, tetapi menjadi masalah
di berbagai kawasan hutan di tanah air, sehingga perambahan hutan merupakan
masalah yang berskala nasional dan perlu mendapat perhatian serius terutama dalam
hal penanganannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran dari tingkat kerawanan
perambahan di KHDTK Getas Ngandong, sehingga dapat diciptakan upaya untuk
mencegah dan mengatasi kegiatan perambahan hutan.

II. RUMUSAN MASALAH


Perambahan merupakan permasalahan utama di dunia kehutanan yang
menyangkut terhadap adanya masyarakat yang bermukim di sekitar hutan.
Kedekatan serta ketergantungan masyarakat yang hidup di sekitar kawasan hutan
dengan kawasan hutan, menyebabkan adanya interaksi masyarakat dengan hutan di
sekitarnya. Pada awalnya interaksi interaksi tersebut terjadi dengan tetap
memperhatikan aspek pelestarian alam, tetapi dengan semakin berkembangnya
peradaban dan kebutuhan, maka interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan
hutan sudah mulai bergeser. Bahkan bukan hanya masyarakat yang dekat dengan
hutan lagi yang melakukan interaksi dengan hutan. Interaksi dalam arti negatif saat
ini banyak terjadi hutan di seluruh Indonesia, yaitu perambahan.
Kompleksnya masalah perambahan hutan diberbagai daerah/kawasan di
Indonesia, di samping pola perambahan yang dilakukan beraneka ragam misalnya
perladangan berpindah, pembukaan lahan/pemukiman baru, pencurian kayu dan
industri perkayuan, juga menyangkut keadaan sebagian masyarakat desa dengan
ketergantungan dan keterbatasan pendidikan, keterampilan dan pengetahuan yang
kesemuanya itu merupakan indikator faktor terjadinya perambahan hutan di
Indonesia. Dampak dari perambahan hutan tersebut bukan saja berakibat pada
kegundulan hutan, akan tetapi berimplikasi pada rusaknya fungsi hidrologis,
meluasnya lahan kritis, menurunnya keanekaragaman plasma nutfah (flora dan
fauna), rusaknya habitat satwa dan berbagai bencana alam lain yang pada akhirnya
mengganggu ekosistem.
Tentunya perambahan di KHDTK Getas - Ngandong tidak akan terjadi tanpa
adanya faktor yang mendukung. Adapun faktor yang mendukung perambahan
menurut Departemen Kehutanan (2005) berdasarkan modifikasi kriteria pedoman
inventarisasi dan identifikasi lahan kritis yaitu jenis penggunaan lahan dan kerapatan
tajuk. Faktor faktor pendukung ini merupakan variabel yang akan dijadikan objek
dalam penelitian ini untuk merumuskan peta sebaran daerah rawan perambahan.
Peta sebaran daerah dengan potensi perambahan dibutuhkan untuk merumuskan
strategi penanganan maupun pencegahan perambahan, dengan adanya peta, kegiatan
pencegahan dan monitoring dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Program yang
akan dibuat pun akan memiliki objek yang lebih akurat dengan adanya bantuan peta
sebaran potensi perambahan.
III. OBJEK PENELITIAN
Objek yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah jenis penggunaan lahan
dan kerapatan tajuk yang didapatkan berdasarkan koreksi radiometri dan gemotri
melalui citra yang kemudian akan dilakukan klarifikasi citra. Obyek ditentukan
berdasarkan modifikasi Pedoman Inventarisasi dan Identifikasi Lahan Kritis oleh
Departemen Kehutanan (2005).
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan citra Landsat 8 tahun 2017, peta
RBI, peta penunjukkan kawasan hutan, peta administrasi Desa Getas. Data rinci
tentang objek yang akan diteliti yaitu:

Kerapatan Tajuk

Faktor Perambahan
Penggunaan Lahan

IV. PERTANYAAN PENELITIAN

a. Pertanyaan Umum
Bagaimana tingkat perambahan di KHDTK Getas - Ngandong?
b. Pertanyaan Khusus
1. Berapakah tingkat kerawanan perambahan pada tiap kelas umur yang
terdapat di KHDTK?
2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung adanya kegiatan perambahan
hutan?
3. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk pencegahan perambahan
hutan?
c. Tujuan
1. Mengetahui tingkat kerawanan perambahan pada tiap kelas umur yang
terdapat di KHDTK Getas-Ngandong.
2. Mengetahui faktor yang menjadi pendukung adanya kegiatan perambahan.
3. Mengetahui strategi yang dapat dilakukan untuk pencegahan perambahan
hutan.
B. PENDEKATAN PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan pendekatan


cross-sectional, yang mana semua faktor akan diberlakukan pembobotan sesuai dengan
persentase mendukungnya faktor terhadap adanya kegiatan perambahan. Pendekatan ini
dipilih karena penelitian ini dilakukan pada suatu waktu dan satu kali dengan tidak
adanya follow up, untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
Berdasarkan Departemen Kehutanan (2005), faktor internal memiliki pembobotan
sebagai berikut :
- Penggunaan Lahan : 60
- Kerapatan Tajuk : 40
Sedangkan untuk kriteria kelas tingkat perambahan hutan sebagai berikut :
- 100 - < 180 (Tingkat Perambahan Rendah)
- 180 - < 240 (Tingkat Perambahan Sedang)
- 240 - 300 (Tingkat Perambahan Tinggi)

Penggunaan lahan didapatkan dari peta RBI,peta penunjukkan kawasan serta peta
administrasi Desa Getas, sedangkan untuk data kerapatan tajuk, digunakan citra Landsat
8 yang kemudian akan diberlakukan koreksi radiometri untuk memperbaiki nilai dari
individu individu piksel pada citra. Selain itu, dilakukan pula koreksi geometri untuk
memperbaiki geometri citra satelit agar sesuai dengan keadaan sesungguhnya di
lapangan. Hal ini dilakukan dengan rektifikasi citra menggunakan sistem koordinat
tertentu dengan bantuan titik kontrol di lapangan. Titik kontrol merupakan titik ikat
dimana yang digunakan sebagai pengikat adalah obyek yang sama antara obyek di dalam
citra dengan obyek di lapangan (Aqsar, 2009).
Setelah dilakukan koreksi, klasifikasi diperlukan pada citra komposit agar lebih
mudah dievaluasi karena dalam klasifikasi objek atau fenomena di permukaan bumi dari
jumlahnya yang sangat besar disederhanakan jumlahnya menjadi hanya beberapa kelas
yang mudah dianalisis (Riswanto,2009).
Hasil interpretasi citra dilakukan untuk mengetahui informasi jenis tutupan lahan
dan luas masing-masing dari tutupan lahan. Dalam penelitian ini citra yang dipakai
adalah citra yang sudah terkoreksi geometriknya sehingga penelitian yang dilakukan
langsung pada interpretasi citra. Interpretasi citra dilakukan dengan proses interpretasi
citra Landsat 8 tahun 2014 dengan menggunakan citra komposit band 654 dengan format
RGB (Red, Green dan Blue) guna menghasilkan komposisi citra yang secara visual akan
mempermudah pengenalan objek (Loppies, 2010). Klasifikasi citra bertujuan untuk
mendapatkan gambaran atau peta tematik yang berisikan bagian-bagian yang
menyatakan suatu obyek atau tema. Tiap obyek pada gambar tersebut memiliki simbol
yang unik yang dapat dinyatakan dengan warna atau pola tertentu. Klasifikasi bentuk
dalam citra, pada awalnya dimulai dengan interpretasi visual atau interpretasi citra secara
manual untuk mengidentifikasi kelompok piksel yang homogen yang mewakili beragam
bentuk atau kelas liputan lahan yang diinginkan (Mukhaiyar,2010).
Klasifikasi penutupan lahan dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi
terbimbing (supervised classification). Klasifikasi terbimbing merupakan proses
pengelompokan piksel-piksel berdasarkan hasil survei. Tahap ini merupakan identifikasi
dan klasifikasi piksel-piksel melalui training area, selanjutnya tata guna lahan lebih
didetailkan lagi berdasarkan survei kondisi lapangan (Wibowo dkk, 2013).
Setelah didapatkan peta tutupan vegetasi yang kemudian dijadikan acuan untuk
kerapatan tajuk, maka dilakukan skoring dengan bobot sebagai berikut :
1. Jenis Penggunaan Lahan (bobot 60)
1) Berhutan
2) Kebun/Ladang terolah baik
3) Kebun/Ladang tidak terolah
2. Kerapatan Tajuk (bobot 40)
1) Tutupan Tajuk Lebat (0,43 NDVI 1,00)
2) Tutupan Tajuk Sedang (0,33 NDVI 0,42 )
3) Tutupan Tajuk Jarang (1,0 NDVI 0,32)
Setelah itu didapatkan Kriteria Kelas Tingkat Perambahan Hutan sebagai berikut :
1) 100 - < 180 (Tingkat Perambahan Rendah)
2) 180 - < 240 (Tingkat Perambahan Sedang)
3) 240 - 300 (Tingkat Perambahan Tinggi)
DAFTAR PUSTAKA

Aqsar Z EL., 2009. Hubungan ketinggian dan tingkat kerapatan vegetasi Menggunakan SIG
di Taman Nasional Gunung Leuser. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Departemen Kehutanan. 2005. Pedoman inventarisasi dan identifikasi lahan kritis. Jakarta :
Departemen Kehutanan.
Loppies R. 2010. Analisis Penutupan /Penggunaan Lahan Menggunakan Klasifikasi
Kemiripan Maksimum (Maximum Likelihood Classification) di Pulau Saparua dan
Molana Kecamatan Saparua. Jurnal Agroforestri. Vol. V No.1.
Mukhaiyar R, 2010. Klasifikasi Penggunaan Lahan Dari Data Remote Sensing. Jurnal
Teknologi Informasi dan Pendidikan Vol. 2 No. 1.
Riswanto E, 2009. Evaluasi Akurasi Klasifikasi Penutupan Lahan Menggunakan Citra Alos
Palsar Resolusi Rendah Studi Kasus di Pulau Kalimantan. Skripsi. Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Wibowo AL, Sholichin M, Rispiningtati Asmaranto R, 2013. Penggunaan Citra Ater dalam
Identifikasi Peruntukan Lahan Sub DAS Lesti (Kabupaten Malang). Jurnal Teknik
Pengairan, Volume 4, No 1.

Anda mungkin juga menyukai