Anda di halaman 1dari 3

Synopsis Penelitian S2

PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN


HUTAN DAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU.

Ditulis Oleh : Agung Adiputra

Latar Belakang
Kebakaran lahan dan hutan merupakan bencana bagi keanekaragaman hayati. Tak
terhitung berapa jumlah spesies tumbuhan dan plasma nutfah yang hilang. Vegetasi yang
rusak menyebabkan hutan tidak bisa menjalankan fungsi ekologisnya secara maksimal. Juga
menyebabkan hilangnya habitat bagi satwa liar penghuni hutan. Kebakaran lahan dan hutan
juga telah terjadi selama beberapa tahun terakhir di beberapa wilayah Indonesia. Khususnya
di pulau jawa, kebakaran lahan dan hutan justru terjadi di kawasan konservasi seperti taman
nasional. Hal tersebut berdampak sangat merugikan dikarenakan dapat mengurangi
keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan konservasi khusus tersebut. Salah satu area
konservasi yang mengalami kebakaran hutan dan lahan adalah kawasan Taman Nasional
Gunung Merbabu. Pada 2015, terjadi kebakaran lahan dan hutan seluas 200 hektare di
kawasan ini. Peristiwa tersebut juga menimbulkan korban jiwa (BNPB, 2015).
Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) adalah kawasan konservasi yang
merupakan alih fungsi dari kawasan Hutan Lindung yang sebelumnya dikelola oleh Perum
Perhutani Unit I Jawa Tengah seluas 5.718,5 Ha. Sebelumnya dikelola oleh Balai Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah menjadi Taman Nasional Gunung Merbabu
sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.135/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004.
Kerawanan kebakaran lahan dan hutan di taman nasional gunung merbabu
ditimbulkan oleh penyebab alamai maupun akibat aktivitas manusia secara sengaja tau tak
sengaja. Secara alami banyak dipicu oleh petir, dan gesekan antara pepohonan. Kebakaran
hutan yang dipicu kegiatan manusia secara sengaja kebanyakan dipicu oleh pembakaran
untuk membuka lahan dan pembakaran karena eksploitasi sumber daya alam. Sedangkan
kebakaran tak disengaja lebih disebabkan oleh kelalaian para pendaki gunung dan warga
yang mencari kayu bakar sering kali lalai tidak mematikan api unggun, pembakaran sampah,
membuang puntung rokok, dan tindakan kelalaian lainnya.
Kawasan taman nasional gunung merbabu yang juga menjadi objek wisata terbuka
bagi masyarakat umum membutuhkan strategi pengelolaan dalam menghadapi kebakaran
lahan dan hutan. Solusi penanganan kebakaran lahan dan hutan salah satunya adalah dengan
pemodelan spasial untuk mengetahui tingkat potensi kerawanan hutan terhadap kebakaran
lahan dan hutan. Solusi ini bersifat preventif, dimana pada dasarnya dengan menggunakan
pemodelan spasial diharapkan mampu memprediksi daerah dengan potensi kebakaran hutan
yang tinggi, sehingga dapat mempersempit kawasan hutan yang perlu di-monitoring secara
detail.
Identifikasi Masalah
1. Bagaimana membangun model dalam memprediksi secara spasial wilayah lahan dan hutan
yang rawan kebakaran di Taman Nasional Gunung Merbabu?
2.. Bagaimana strategi penanggulangan kebakaran lahan dan hutan di Kawasan Taman
Nasional Gunung Merbabu yang bersifat berkelanjutan?
3. Bagaimana penerapan sistem informasi geografis (SIG) dalam membuat peta zonasi
tingkat kerawanan kebakaran lahan dan hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu?

Tujuan Penelitian
Pemodelan ini disusun untuk menggambarkan secara spasial zonasi tingkat
kerawanan kebakara lahan dan hutan,di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu untuk
menentukan strategi penanggulangan kebakaran lahan dan hutan di kawasan tersebut yang
bersifat berkelanjutan.

Manfaat penelitian
Menjadi rekomendasi dan mendukung terwujudnya strategi penanggulangan
kebakaran hutan yang bersifat berkelanjutan dengan dukungan penyajian secara spasial (peta
zonasi tingkat lahan hutan yang rawan kebakaran), yang selalu termutakhir tiap periodenya.
Selain itu pemodelan ini bermanfaat mengetahui faktor-faktor yang menjadi faktor utama
terjadinya kebakaran hutan dan lahan di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu, serta
membuat peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan di kawasan ini.

Metode
Pemodelan spasial adalah pemodelan yang berhubungan dengan pendekatan titik dan
area. Tahapan untuk melakukan pemodelan spasial adalah regresi linear berganda, uji asumsi
residual, uji multikolinearitas, model spasial, Spatial Autoregressive Model (SAR), Spatial
Error Model (SEM), dan Uji Lagrange Multiplier (LM).
Pemodelan ini sendiri membutuhkan data indeks fuel type yang diekstraksi dari jenis
tutupan vegetasinya, indeks elevasi, indeks kemiringan lereng, indeks aspek relief, dan indeks
aksesibilitas dari jalan. Indeks fuel type digunakan untuk memperoleh tingkat potensi dari
vegetasi untuk terbakar. Tingkat potensi ini dilihat dari jenis vegetasinya, dimana tiap jenis
vegetasi tentu memiliki tingkat ketahanan yang berbeda-beda terhadap api. Untuk indeks
elevasi, lereng, dan aspek relief diperoleh dari data DEM atau data ketinggian lainnya seperti
kontur. Data-data ini juga digunakan karena dalam proses terjadinya kebakaran dipengaruhi
oleh ketinggian dari suatu lokasi. Selain itu, dengan penggunaan indeks lereng dan aspek
relief dapat untuk menggambarkan tingkat potensi persebaran dari kebakaran hutan jika
sekiranya terjadi. Untuk indeks aksesibilitas lebih pada tingkat jangkauan untuk dilakukan
tindakan penanggulangan kebakaran, dengan logika semakin jauh dari jalan maka proses
penanganan kebakaran akan lebih sulit, sehingga akan memperbesar nilai koefisien untuk
terjadinya kebakaran yang lebih lama.
Faktor yang mendapatkan nilai paling tinggi adalah indeks fuel typedimana
kontribusi dari kemungkinan terjadinya kebakaran terhadap vegetasi tersebut paling
mempengaruhi. Faktor kedua yang dipertimbangkan adalah faktor aspek relief, dengan alasan
bahwa aspek relief menunjukkan posisi hadap terhadap cahaya matahari dari lokasi tersebut.
Posisi terhadap cahaya matahari dipertimbangkan karena tentu akan mempengaruhi dari
tingkat kekeringan vegetasi yang mempengaruhi dari potensi untuk terbakar.

Daftar Pustaka

________, 2015. Data pantauan bencana kebakaran hutan. Badan Nasional Penanggulangan
Bencana http://geospasial.bnpb.go.id/pantauanbencana/data/datakbhutan.php

_____, 2016. Profil Taman Nasional Gunung Merbabu. Balai Taman Nasional Gunung
Merbabu. http://tngunungmerbabu.org/index.php

_______, 2010. Informasi Pengembangan Jaringan Data Spasial Kehutanan. Kementerian


Kehutanan Republik Indonesia. http://appgis.dephut.go.id/appgis/download.aspx

_______, 2014. Kamus Data Spasial Kehutanan (hal 94-95). Kementerian Kehutanan
Republik Indonesia. http://appgis.dephut.go.id/appgis/download.aspx

Samsuri dkk. 2012. Model Spasial Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan (Studi
Kasus di Provinsi Kalimantan Tengah). FORESTA Indonesia Jurnal of Foresty

BioClime, 2015. Modul Pelatihan Pemantauan Titik Panas (hotspot) untuk Validasi dan
Pemantauan Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Sumatera Selatan. GIZ
Publisher.

Anda mungkin juga menyukai