Anda di halaman 1dari 10

DEFORESTASI DAN PENGARUHNYA

TERHADAP TINGKAT BAHAYA KEBAKARAN HUTAN


DI KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT

Abdul Hadi Putra1, Fadhilla Oktari2, Assyaroh Meidini Putriana3


123
Mahasiswa Geografi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka

E-mail: Abdulhadiputra.54514@gmail.com

Abstrak

Di Kabupaten Agam, total luas hutan mencapai 56.450,96 ha pada tahun 2018. Pada
tahun 2019, luas hutan berkurang mencapai 297,42 ha sehingga total luas hutan saat ini
mencapai 56.153,54 ha. Penyebab pengurangan luas hutan adalah deforestasi. Dalam
perspektif ilmu kehutanan, deforestasi ditafsirkan sebagai situasi hilangnya tutupan lahan
dan atribut-atributnya yang berimplikasi pada hilangnya struktur dan fungsi hutan itu sendiri.
Dalam jangka waktu yang lama, hutan yang dikonversi menjadi non hutan seperti semak
memiliki potensi kebakaran hutan dan lahan. Studi ini bertujuan untuk menentukan hutan
yang mengalami deforestasi dan berubah menjadi tutupan non hutan. Untuk menentukan
kawasan hutan yang sedang mengalami deforestasi, penelitian ini menggunakan interpretasi
citra visual menggunakan citra satelit Sentinel 2S dengan resolusi spasial 10 meter. Hasil
yang diperoleh adalah deforestasi dengan luas total 297,42 ha. Berdasarkan pengamatan
langsung dari daerah yang mengalami deforestasi pada koordinat 100° 7’5.484 “E 0° 11’6.274”
S, tutupan lahan yang sebelumnya hutan telah berubah menjadi lahan bekas kebakaran
dengan luas 1,9 ha.

Kata Kunci: Deforestasi, Kebakaran Hutan dan Lahan, Sentinel 2S.

Abstract

In Agam Regency, the total forest area reached 56,450.96 ha in 2018. In 2019, the
forest area had decreased by 297.42 ha so that the total forest area reached 56,153.54
ha. The cause of the reduction in forest area is deforestation. In the perspective of forestry
science, deforestation is interpreted as a situation of loss of forest cover and its attributes
that have implications for the loss of the structure and function of the forest itself. Over a long
period of time, forests that convert to non-forests such as shrubs have the potential for forest
and land fires. This study aims to determine the forests that experience deforestation and
turn into non-forest cover. To determine the area of forest that is experiencing deforestation,
this study uses the method of Visual Image Interpretation using Sentinel 2S Satellite Imagery
with a spatial resolution of 10 meters. The results obtained are deforestation with a total area
of 297.42 ha. Based on a direct view of the area experiencing deforestation at 100° 7’5,484
“E 0° 11’6,274” S, land cover that was previously forest has been turned into ex-fire land with
an area of 1.9 ha.

Keywords: Deforestation, Forest Fires And Land, Sentinel 2S.

Deforestasi dan Pengaruhnya ... (Abdul Hadi Putra, Fadhilla Oktari, Assyaroh Meidini Putriana) 191
1. PENDAHULUAN rekalkulasi penutupan lahan dan perhitungan
laju deforestasi.
1.1. Latar Belakang Akibat dari deforestasi terjadinya
pengurangan luas hutan, tingginya potensi
Indonesia menempati urutan ketiga terjadi bencana hidrometeorologi, kehilangan
setelah Brazil dan Zaire dalam kekayaan berbagai jenis flora dan fauna, dan kerusakan
hutan hujan tropis di dunia. Kawasan hutan sistem sumber daya air.
di Indonesia mencapai luas 120,6 juta ha Peningkatan konsentrasi CO2 sebesar
atau sekitar 63 persen dari luas daratannya 30% dalam 100 tahun terakhir mengakibatkan
(Departemen Kehutanan 2018). Kawasan suhu permukaan bumi meningkat antara
hutan diklasifikasikan menjadi tiga fungsi, 0,3-0,6 derajat Celcius (Lal. Et.al., 2002).
yaitu; Hutan Produksi meliputi areal 68,8 juta Peningkatan suhu tersebut mengakibatkan
ha, hutan konservasi meliputi areal seluas 22,1 fenomena ENSO (El-Nino Southern Oscilation)
ha, dan hutan lindung yang memiliki fungsi di kawasan Asia Tenggara lebih sering terjadi
perlindungan daerah aliran sungai (DAS) dan berdampak pada peningkatan intensitas
meliputi areal seluas 29,7 juta ha. Hutan hujan kejadian curah hujan yang ekstrim. Perubahan
tropis memiliki manfaat yang sangat penting iklim global yang menyebabkan kekeringan
bagi kehidupan manusia saat ini dan masa berkepanjangan di Indonesia itulah yang
yang akan mendatang. menjadi salah satu faktor pemicu kebakaran
Tekanan terhadap sumber daya hutan hutan dan lahan.
cenderung semakin meningkat. Kelestarian Luasnya areal lahan dan hutan
hutan terancam oleh gangguan yang yang terbakar di Indonesia hingga saat ini
diakibatkan oleh konversi hutan menjadi areal dipengaruhi oleh karakteristik biofisik lahannya.
non hutan terutama usaha pertanian dan Sebagian besar kejadian kebakaran pada 10
perkebunan karena meningkatkan jumlah tahun terakhir ini terjadi di lahan gambut. Lahan
penduduk dan kebutuhannya. Penggunaan ini secara alami merupakan lahan basah yang
lahan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi telah tidak mudah terbakar, tetapi jika lahan gambut
menimbulkan gangguan terhadap keamanan kering karena adanya drainase yang berlebihan
hutan dalam bentuk pelanggaran batas, maka sangat rentan terbakar. Lahan gambut
penebangan liar, kebakaran hutan dan lahan, yang kering juga dapat berubah sifatnya
serta perdaganggan tumbuhan dan satwa liar sehingga tidak dapat kembali lagi kebentuk
ilegal. Dalam perjalanan perkembangan industri awalnya yang berupa lahan basah, sehingga
perkayuan, terjadi peningkatan besar dalam tingkat kerentanan terbakarnya semakin tinggi.
jumlah dan laju hilangnya tutupan hutan di Dengan demikian, aspek kondisi lahan dan
Indonesia. Di sisi lain, hutan masih diposisikan iklim menjadi aspek penting yang berpengaruh
sebagai sumber daya pembangunan ekonomi terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan
yang dikhawatirkan akan mempercepat laju (Risiko Bencana Indonesia, Badan Nasional
deforestasi. Deforestasi adalah perubahan Penanggulangan Bencana).
kondisi penutupan lahan dari kelas penutupan Kabupaten Agam memiliki luas hutan
lahan Kategori Hutan/berhutan menjadi kelas mencapai 56.450,96 ha. Berdasarkan hasil
penutup lahan Kategori Non Hutan/tidak penafsiran perekaman citra Sentinel 2S,
berhutan (Kementerian Kehutanan). terdapat deforestasi mencapai luas 297,42
Seiring dengan kemajuan teknologi ha. Setelah dilakukan penafsiran citra Sentinel
penginderaan jauh, sejak tahun 2011, 2S, ditemukan fakta bahwa; kerusakan hutan
pemantauan sumber daya hutan telah disebabkan karena pembukaan lahan yang
dilaksanakan dengan menyusun peta akan digunakan untuk lahan pertanian dan
penutupan lahan melalui penafsiran citra perkebunan.
resolusi sedang. Selain itu hasil penafsiran Makalah ini menyampaikan hasil riset
penutupan lahan digunakan untuk melakukan tentang Deforestasi Hutan dan Pengaruhnya

192 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 10, No. 2 Tahun 2019 Hal. 191-200
Terhadap Tingkat Bahaya Bencana Kebakaran Toponimi, Peta Jaringan Jalan, dan Peta Aliran
Hutan dan Lahan dan Kerusakan Hulu DAS di Sungai (Badan Informasi Geospasial), Peta
Kawasan Hutan Kabupaten Agam. Curah Hujan dan Peta Jenis Tanah (Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Prov.
1. 2. Tujuan Sumatera Barat).

Tujuan penelitian ini adalah; 1) untuk 2.3. Metode Interpretasi Visual Dalam
mengetahui kawasan hutan yang konversi Digitasi Zona Deforestasi Pada
menjadi non hutan (deforestasi) berdasarkan Penutupan Lahan
status hutan, 2) analisis kawasan hutan yang
mengalami deforestasi, 3) analisis tingkat Penutupan lahan merupakan garis yang
bahaya kebakaran hutan dan lahan di kawasan menggambarkan batas penampangkan area
deforestasi. tutupan di atas permukaan bumi yang terdiri
dari bentang alam dan atau bentang buatan
2. METODOLOGI (UU No. 4, 2011). Penutupan lahan dapat
pula berarti tutupan biofisik pada permukaan
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian bumi yang dapat diamati dan merupakan hasil
pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia
Penelitian ini dilakukan pada tanggal yang dilakukan pada jenis penutup lahan
10 Juni 2019 sampai 10 Agustus 2019. tertentu untuk melakukan kegiatan produksi,
Penelitian ini dilakukan di zona deforestasi perubahan, ataupun perawatan pada areal
di kawasan hutan berdasarkan status hutan tersebut (SNI 7645, 2010).
(Kementerian Kehutanan) dan tutupan lahan Untuk mengetahui tutupan lahan yang
di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. mengalami deforestasi, dilakukan interpretasi
Kawasan hutan yang dimaksud berdasarkan visual. Dengan menggunakan komposit
status hutan adalah hutan lindung (HL), hutan kanal band 4, band, 3, dan band 2 sehingga
produksi (HP), hutan produksi terbatas (HPT), membentuk natural color kemudian di overlay
dan hutan konservasi (KSA). dengan Peta Tutupan Lahan Tahun 2018,
Kawasan hutan yang dimaksud maka dapat diketahui kawasan hutan yang
berdasarkan tutupan hutan adalah hutan lahan mengalami konversi menjadi non hutan.
kering primer, hutan lahan kering sekunder, Selanjutnya, untuk menentukan kelas
hutan rawa primer, hutan rawa sekunder, hutan penutupan lahan non hutan, acuan yang
mangrove primer, hutan mangrove sekunder, digunakan berdasarkan SNI 7645-2010 Kelas
dan hutan tanaman. Penutupan Lahan Dalam Penafsiran Citra
Zona deforestasi yang dipilih untuk Optis Resolusi Sedang.
survei lapangan berada pada koordinat
100°7’5,484”E 0°11’6,274”S. 2.4
. Metode Perhitungan Deforestasi
Hutan
2.2 . Alat dan Data yang Digunakan
Acuan yang digunakan dalam
Alat yang digunakan dalam penelitian ini perhitungan deforestasi hutan adalah acuan
adalah; 1) Software ArcGIS 10.4, 2) Envi 5.3, yang dikeluarkan dari Direktorat Inventarisasi
dan 3) GPS Garmin 68s. dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Data yang digunakan dalam penelitian Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan
ini adalah Citra Sentinel 2S perekaman Kementerian Kehutanan.
tanggal 25 Maret 2019 (diunduh melalui Earth Deforestasi dihitung dengan batasan;
Exployer USGS), Citra DEMNAS (diunduh 1) Perhitungan dilakukan pada kondisi
melalui TIDES BIG), dan Peta Tutupan Lahan penutupan lahan yang pada liputan
tahun 2018 (Kementerian Kehutanan), Peta periode sebelumnya merupakan Hutan

Deforestasi dan Pengaruhnya ... (Abdul Hadi Putra, Fadhilla Oktari, Assyaroh Meidini Putriana) 193
sedangkan pada liputan periode berjalan/ dimasukkan dalam perhitungan deforestasi.
terakhir mengalami perubahan menjadi 4) Penutupan lahan kategori hutan lainnya
tidak berhutan (Non Hutan), 2) Perhitungan berdasarkan citra dilakukan pada seluruh
deforestasi dilakukan bukan dari selisih luas lokasi hutan tanaman baik pada HTI/IUPHHL-
hutan periode sebelumnya dengan luas HT maupun hutan tanaman hasil reboisasi/
hutan hasil penafsiran periode berjalan/ penghijauan di dalam maupun di luar kawasan
terakhir, akan tetapi dari hasil identifikasi hutan, belum mempertimbangkan perbedaan
lokasi-lokasi yang berubah dari penutupan lokasi hutan tanaman baik didalam maupun di
hutan ke penutupan bukan hutan. Dengan luar lokasi IUPHHK Hutan Tanaman sehingga
demikian luas deforestasi tidak terpengaruh perubahan penutupan lahan dari Berhutan
oleh tingkat ketelitian penafsiran hutan secara menjadi Tidak Berhutan pada seluruh lokasi
keseluruhan. 3) Kondisi penutupan lahan yang Hutan Tanaman termasuk dalam perhitungan
tertutup Awan berjumlah relatif kecil. Ini tidak deforestasi.

Gambar 1. Metode Perhitungan Deforestasi.


Sumber: Kementerian Kehutanan.

194 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 10, No. 2 Tahun 2019 Hal. 191-200
2.5
. Metode Tumpang Tindih Peta maka dilakukan peninjauan langsung
Deforestasi, Peta Tutupan Lahan, dan kelapangan (ground truthing). Tujuan dilakukan
Peta Status Hutan survei lapangan adalah; untuk menyesuaikan
tutupan lahan eksisting pada lapangan dengan
Untuk mengetahui zona deforestasi di hasil digitasi interpretasi visual.
status hutan, Peta Zona Deforestasi ditumpang
tindihkan dengan Peta Status Hutan dan Peta 2.7. Metode Pembuatan Peta Tingkat
Tutupan Lahan. Hasilnya diketahui zona hutan Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan
yang sudah mencapai kawasan Hutan Lindung
dan kawasan Hutan Konservasi. Untuk mengetahui Tingkat Bahaya
Hutan Konservasi merupakan hutan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di
yang terdiri dari; Kawasan Suaka Alam Kawasan Zona Deforestasi, digunakan metode
(KSA), yang meliput Cagar Alam dan Suaka overlay.
Margasatwa; Kawasan Pelestarian Alam Metode yang digunakan mengacu pada
(KPA) yang meliputi Taman Nasional, Taman Perka No. 2 BNPB Tahun 2012. Parameter
Hutan Raya dan Taman Wisata Alam serta penyusun bahaya kebakaran hutan dan lahan
Taman Buru. Masing-masing kawasan terdiri dari parameter jenis hutan dan lahan,
memiliki karakteristik yang berbeda sehingga iklim, dan jenis tanah. Setiap parameter
pengelolaannya pun akan berbeda pula. diidentifikasi untuk mendapatkan kelas
Hutan Lindung merupakan kawasan parameter dan dinilai berdasarkan tingkat
yang memiliki fungsi perlindungan sistem pengaruh/kepentingan masing-masing kelas
penyanga kehidupan untuk mengatur tata menggunakan metode skoring.
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
memelihara kesuburan tanah dan mencegah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
intrusi air laut. Di sisi lain pertambahan
penduduk telah menyebabkan meningkatnya 3.1. Laporan Penelitian
tekanan terhadap kawasan hutan, khususnya
hutan lindung untuk memenuhi kebutuhan 3.1.1. Interpretasi Citra Visual Sentinel S2
akan garapan bagi masyarakat di sekitar hutan. Perekaman 15 Maret 2019

2.6
. Metode Survei Lapangan Untuk Berdasarkan hasil interpretasi citra
Validasi Tutupan Lahan Non Hutan visual citra Sentinel 2S perekaman 15 Maret
Hasil Interpretasi Visual Dalam 2019, ditemukan konversi tutupan hutan
Digitasi Zona Deforestasi menjadi non hutan dengan luas total mencapai
297,42 ha.
Setelah dilakukan interpretasi visual Pada tampilan citra Sentinel 2S
dengan cara digitasi data zona deforestasi, perekaman tanggal 23 Juli 2018 pada koordinat

Tabel 1. Tabel Penyusun dan Skoring Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan.

Skor
Parameter Bobot
0.333 0.666 1
Jenis Lahan Hutan Kebun/Perkebunan Tegalan/Ladang, Semak 30%
Belukar, Padang Rumput
Kering
Iklim (Curah Hujan) > 3.000 mm 1.500-3.000 mm > 1.500 mm 30%
Jenis Tanah Non Organik/Mineral - Organik/Gambut 10%

Sumber: Risiko Bencana Indonesia, BNPB.

Deforestasi dan Pengaruhnya ... (Abdul Hadi Putra, Fadhilla Oktari, Assyaroh Meidini Putriana) 195
Gambar 2. Bagan Alur Proses Pembuatan Peta Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan
Sumber: Risiko Bencana Indonesia, BNPB

Gambar 3. Peta Perbandingan Kawasan Hutan yang Deforestasi Berdasarkan Citra


Sentinel 2S Tahun 2018 Dengan Tahun 2019.

196 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 10, No. 2 Tahun 2019 Hal. 191-200
Gambar 4. Peta Perbandingan Kawasan Hutan yang Deforestasi Berdasarkan Citra
Sentinel 2S Tahun 2018 Dengan Tahun 2019.

100°7’5,484”E 0°11’6,274”S, sebelumnya Pada Gambar 5 dengan posisi koordinat


merupakan kawasan hutan lahan kering pada 100°7’5,484”E 0°11’6,274”S, merupakan
primer. Dibandingkan dengan citra Sentinel lokasi bekas pembakaran hutan yang bertujuan
perekaman tanggal 25 Maret 2019, telah untuk membuka lahan. Dari informasi di
berubah menjadi semak belukar. lapangan saat ground truthing, lahan ini dibuka
sekitar 3-4 bulan yang lalu. Pada lahan ini
3.1.2.
Validasi Tutupan Lahan Eksisting masih banyak ditemukan kayu bekas hasil
Berdasarkan Kerapatan Vegetasi tebangan, kayu gelondongan bekas dibakar,
dan semak belukar yang hangus dibakar. Luas
Untuk memperkuat asumsi jika tutupan lahan bekas dibakar berdasarkan digitasi data
lahan eksisting non hutan adalah semak belukar, citra mencapai 1,9 ha.
ladang, dan padang rumput, maka peneliti
menggunakan kombinasi saluran band 5,4,3.

3.1.3.
Survei Lapangan Untuk Validasi
Hasil Interpretasi Citra Visual dan
Pengambilan Sampel

Setelah dilakukan Interpretasi Citra


Visual pada citra Sentinel 2S, dilakukan
pengecekan (ground check) ke lokasi yang
mengalami deforestasi untuk ground truthing. Gambar 5. Lokasi Bekas Kebakaran Hutan.

Deforestasi dan Pengaruhnya ... (Abdul Hadi Putra, Fadhilla Oktari, Assyaroh Meidini Putriana) 197
3.1.4.
Analisis Tingkat Bahaya Bencana jaringan jalan terhubung dari pemukiman
Kebakaran di Zona Deforestasi menuju kawasan yang akan direncanakan
pembukaan lahannya. Kerusakan hutan
Setelah dilakukan pemetaan zona pada koordinat 100°7’5,484”E 0°11’6,274”S
deforestasi berdasarkan perekaman citra diawali dari pembukaan lahan dari pinggir
Sentinel 2S tanggal 25 Maret 2019, hutan hutan di kawasan hutan produksi (Gambar
yang telah dikonversi menjadi semak belukar 7) kemudian pembangunan jalan setapak
memiliki potensi terjadinya kebakaran. untuk memudahkan akses transportasi dan
Dilihat dari parameter tingkat curah hujan di pengangkutan hasil produksi dan selanjutnya
Kabupaten Agam sangat tinggi dengan rata- merambah hingga ke kawasan hutan lindung
rata curah hujannya mencapai 3.000mm/tahun. (Gambar 8).
Jika dikaji dari segi parameter jenis tanah, Pada Gambar 6 menunjukkan
potensi terjadinya kebakaran hutan sangat bahwa zona deforestasi telah merambah
kecil karena jenis tanah di zona deforestasi ke kawasan Hutan Lindung (HL) yang
adalah tanah non organik. disebabkan pembukaan lahan untuk lahan
pertanian dan perkebunan. Ketidaktahuan
3.2. Diskusi masyarakat tentang pentingnya peran hutan
untuk masyarakat dan masyarakat cenderung
3.2.1. Penyebab Deforestasi dan Kawasan membuka lahan dengan cara merambah dan
Hutan yang Mengalami Deforestasi membakar hutan tanpa memikirkan akibat
yang terjadi jika hutan menjadi rusak.
Berdasarkan survei lapangan pada lokasi Karena lahan tersebut sudah ditumbuhi
dengan koordinat 100°7’5,484”E 0°11’6,274”S, semak belukar, maka mulai adanya potensi
jaringan jalan memiliki peran dalam terjadinya terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
deforestasi. Deforestasi terjadi jika ada suatu Kebakaran hutan dan lahan tidak terjadi di

Gambar 6. Sebaran Deforestasi Berdasarkan Status Hutan Sebagian Kawasan Hutan Kabupaten Agam.

198 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 10, No. 2 Tahun 2019 Hal. 191-200
Gambar 7. Peta Sebaran Deforestasi Sebagian Kawasan Hutan Kabupaten Agam.

Gambar 8. Peta Tingkat Bahaya Kebakaran Sebagian Kawasan Hutan Kabupaten Agam.

Deforestasi dan Pengaruhnya ... (Abdul Hadi Putra, Fadhilla Oktari, Assyaroh Meidini Putriana) 199
kawasan hutan, tetapi jika disengaja dengan kering, padang rumput kering, ladang dengan
diawali dari pembakaran semak belukar kering, vegetasi yang kering, maka penyebaran api
padang rumput kering, ladang dengan vegetasi bisa mencapai kawasan hutan. Cara-cara ini
yang kering, maka penyebaran api bisa mencapai biasa dipakai oleh masyarakat yang membuka
kawasan hutan. Cara-cara ini biasa dipakai oleh lahan di hutan.
masyarakat yang membuka lahan di hutan.
4. KESIMPULAN
3.2.2.
Analisis Tingkat Bahaya Bencana
Kebakaran di Zona Deforestasi Berdasarkan hasil penafsiran zona
deforestasi dengan menggunakan metode
Penyebab terjadinya kebakaran hutan Interpretasi Citra Visual citra Sentinel 2S dan
dan lahan yaitu jenis tanahnya adalah tanah diperkuat hasil penafsiran zona deforestasinya
gambut, tutupan lahannya adalah semak dengan tumpang tindih dengan komposit
belukar kering, padang rumput kering, ladang saluran band 5,4,3, luas total deforestasi di
dan tegalan, dan curah hujan yang rendah. Kabupaten Agam mencapai 297,42 ha.
Pada dasarnya, kebakaran lahan dan Setelah dilakukan pengecekan ke
hutan bukan merupakan bencana alam, karena lapangan (ground truthing), tutupan lahan
99% kejadian di Indonesia disebabkan oleh eksisting adalah pada koordinat 100°7’5,484”E
faktor manusia, baik kesengajaan maupun 0°11’6,274”S, tutupan lahannya telah berubah
kelalaian. Luasnya areal yang terbakar di menjadi lahan bekas kebakaran.
Indonesia hingga saat ini dipengaruhi oleh Berdasarkan analisis Tingkat Bahaya
karakteristik biofisik lahannya. Sebagian besar Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan, tingkat
kejadian kebakaran pada 10 tahun terkahir bahaya kebakaran adalah Sedang. Potensi
terjadi di lahan gambut. kebakaran hutan dan lahan terjadi apabila
Berbeda dengan zona deforestasi faktor tutupan lahan menjadi pemicu terjadinya
pada koordinat 100°7’5,484”E 0°11’6,274”S, kebakaran hutan dan lahan.
Kabupaten Agam. Penyebab terjadinya Faktor manusia untuk membuka lahan
kebakaran hutan adalah faktor manusia di mana pertanian dan perkebunan di kawasan hutan
manusia membuka lahan untuk pertanian dengan adalah faktor utama terjadinya deforestasi
cara membakar hutan. Hal ini dibuktikan dengan dengan cara membakar hutan untuk
ditemukannya di lapangan, lahan tersebut sudah mempersingkat pembukaan lahan.
dibakar dengan luas mencapai 1,9 ha.
Berdasarkan analisis Peta Tingkat DAFTAR PUSTAKA
Bahaya Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan,
di zona deforestasi dengan kelas tingkat Sunderlin, D. William. dkk. 1997. Laju dan
Sedang. Tingkat bahaya kebakaran hutan dan Penyebab Deforestasi di Indonesia:
lahan dengan tingkat Sedang karena di daerah Penelaahan Kerancuan dan
tersebut merupakan jenis tanahnya non Penyelesaiannya. Bogor. Occasional
organik, tutupan lahannya terdiri dari ladang, Paper No. 9 (1).
tanah terbuka, dan semak belukar, dan curah Barri, Mufti Fathul. dkk. 2018. Deforestasi
hujannya tinggi. Faktor pemicu kebakaran Tanpa Henti. Bogor: Forest Watch
hutan dan lahan dipicu karena vegetasi, bukan Indonesia.
karena faktor jenis tanah dan tingkat curah KLHK. 2012. Perhitungan Deforestasi
hujan. Karena lahan tersebut sudah ditumbuhi Indonesia. Jakarta: KLHK.
semak belukar, maka lahan tersebut mulai BSN. 2014. Klasifikasi Penutup Lahan - Bagian
adanya potensi terjadinya kebakaran hutan 1: Skala Kecil dan Menengah. Jakarta:
dan lahan. Kebakaran hutan dan lahan tidak Standar Nasional Indonesia 7645-1.
terjadi di kawasan hutan. Tetapi jika disengaja Amri, Mohd. Robi. dkk. 2016. Risiko Bencana
dengan diawali dari pembakaran semak belukar Indonesia. Jakarta: BNPB.

200 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 10, No. 2 Tahun 2019 Hal. 191-200

Anda mungkin juga menyukai