Anda di halaman 1dari 11

MITIGASI BENCANA KEBAKARAN LAHAN GAMBUT BERDASARKAN

METODE NETWORK ANALYSIS BERBASIS GIS


(STUDI KASUS: PULAU BENGKALIS)

Rizki Sahputra 1), Sigit Sutikno 2), Ari Sandhyavitri 2)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293
Email: Rizki.sahputra@student.unri.ac.id

Abstract
Peatland and forest fires disasters have become an annual issue that hit the area of Bengkalis
Island and has caused many losses. A good disaster mitigation management is required to
overcome this disaster. This study aims to identify and to analyze the number of optimum post
needs that can service all areas in Bengkalis Island with a quick response time. In Bengkalis
Island, there are 2 existing fire stations. Based on the service area analysis result, both stations
only can service 50,05% area of Bengkalis Island. This study simulated the impact of covered
service area by utilization more fire station. The simulation was utilized with 1,2,3 and 4
additional stations. Percentage of covered area with 1,2,3 and 4 additional fire station are
62,19% ; 71,70% ; 70,51% and 69,51% respectively. Covered area with quickest response time
is increased simultaneously with every additional of fire stations.

Keywords: Peatland Fires, Disaster Mitigation Management, Network Analysis, Service Area,
Fire Station

A. PENDAHULUAN Setiap tahun berbagai solusi untuk


Indonesia memiliki lahan gambut mencegah terjadinya kebakaran lahan
terluas di antara negara tropis. Dan gambut terus dilakukan, namun kerap kali
menduduki peringkat ke 4 lahan gambut belum mendapatkan hasil yang diinginkan.
terluas di dunia. Luas lahan gambut di Disisi lain kerugian yang ditimbulkan
Indonesia sendiri mencapai 20,6 juta hektar akibat dari kebakaran hutan dan lahan
atau sekitar 10,8% dari daratan di Indonesia gambut juga semakin signifikan. Selain itu
(Wahyunto, 2003). Lahan gambut terluas penanganan setelah terjadi kebakaran juga
terletak di pulau Sumatera yakni 6,4 juta lambat dikarenakan berbagai kendala, salah
hektar, dengan 60% nya atau sekitar 3,8 juta satunya yaitu manajemen mitigasi bencana
hektar terletak di provinsi Riau. Kabupaten yang kurang baik.
Bengkalis merupakan kabupaten atau kota Manajemen mitigasi kebakaran lahan
dengan lahan gambut terluas ke 2 setelah gambut yang kurang baik menyebabkan
Indragiri Hilir (Haryono, 2011). respon cepat (quick response) yang
Insiden kebakaran hutan dan lahan seharusnya diterapkan untuk pemadaman
gambut seolah menjadi isu tahunan yang kebakaran lahan gambut tidak berjalan
melanda Indonesia terutama pada pulau efektif. Salah satu penyebab dari
Sumatera dan pulau Kalimantan. Penyebab permasalahan tersebut adalah letak pos
dari kebakaran hutan dan lahan gambut ini satgas pemadam kebakaran lahan yang
karena musim kemarau yang terlalu jauh dari lokasi terjadinya
berkepanjangan dan karena perilaku kebakaran. Maka dari itu diperlukan
perusahaan maupun individu tidak penelitian tentang lokasi pos pemadam
bertanggung jawab yang mencoba mencari kebakaran. Salah satu cara pengaturan
keuntungan dari lahan gambut. lokasi pemadam kebakaran adalah
menggunakan model. Permodelan yang

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 1


akan digunakan dengan cara menyusun b. Gambut hemik adalah bahan tanah
aplikasi sistem informasi bereferensi gambut yang sudah mengalami
keruangan, Sistem Informasi Geografis perombakan dan bersifat separuh
(SIG). matang.
Pada penelitian kali ini akan dilakukan c. Gambut saprik adalah bahan tanah
pemetaan penempatan lokasi posko Satgas gambut yang sudah mengalami
Pemadam Kebakaran yang efektif perombakan sangat lanjut dan bersifat
menggunakan metode network analysis matang hingga sangat matang.
berbasis GIS yang dilakukan di Pulau
Bengkalis, Kabupaten Bengkalis. 2. Kondisi Lahan Gambut Pulau
Pemanfaatan metode network analysis Bengkalis
sebelumnya sudah banyak diaplikasikan Sebagian besar tanah yang terdapat di
untuk pemetaan stasiun pemadam Pulau Bengkalis merupakan tanah gambut.
kebakaran di daerah perkotaan (Jasriadi, Berdasarkan data shapefile dari Pemda
Trikomara, & Djuniati, 2015); Bengkalis pada tahun 2013, luas tanah
(Cholifatunnisa, 2015) dan untuk analisa gambut yang berada di Pulau Bengkalis
kebencanaan lainnya (Sutikno, 2012); mencapai 817,77 Km2 dan untuk non
(Sutikno, Murakami, & Suharyanto, 2010). gambut seluas 87,61 Km2. Itu berarti sekitar
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 90% tanah yang berada di Pulau Bengkalis
melakukan identifikasi dan analisis jumlah merupakan tanah gambut.
kebutuhan posko yang optimum untuk
melayani area Pulau Bengkalis.

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Lahan Gambut
Gambut yaitu material atau bahan
organik yang tertimbun secara alami
dengan kondisi basah berlebihan. Lahan
gambut terbentuk dimana tanaman-
tanaman yang tergenang oleh air terurai
secara lambat. Gambut terbentuk dari
berbagai bahan organik tanaman yang
membusuk dan terdekomposisi pada Gambar 1. Peta Gambut Pulau Bengkalis
(Sumber: Pemda Bengkalis, 2013)
berbagai tingkatan. Salah satu ciri khas dari
suatu lahan gambut adalah kandungan akan
3. Kebakaran Lahan Gambut
bahan organik yang tinggi dimana
Kebakaran hutan dan lahan yaitu suatu
persentasenya dapat mencapai lebih dari
keadaan di mana hutan dan lahan dilanda
65%.
api, sehingga mengakibatkan kerusakan
Noor (2002) didalam (Hadi, 2006)
hutan dan lahan yang menimbulkan
mengklasifikasikan lahan gambut
kerugian ekonomis dan atau nilai
berdasarkan sifat kematangannya (refiness)
lingkungan. Kebakaran hutan sering kali
yaitu :
menyebabkan bencana asap yang dapat
a. Gambut fibrik adalah bahan tanah
mengganggu aktivitas dan kesehatan
gambut yang masih tergolong mentah
masyarakat sekitar (BNPB, 2012).
yang dicirikan dengan tingginya
Pada kondisi alami, lahan gambut tidak
kandungan bahan-bahan jaringan
mudah terbakar karena sifatnya yang
tanaman atau sisa-sisa tanaman yang
menyerupai spons, yakni menyerap dan
masih dapat dilihat keadaan aslinya
menahan air secara maksimal sehingga
dengan ukuran beragam.
pada musim hujan dan musim kemarau
tidak ada perbedaan kondisi yang ekstrim.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 2


Namun, apabila kondisi lahan gambut dengan 168 titik api, dan tahun 2013
tersebut sudah mulai terganggu akibat dengan 51 titik api.
adanya konversi lahan. Maka
keseimbangan ekologisnya akan terganggu. 5. Mitigasi Bencana
Pada musim kemarau, lahan gambut akan Menurut UU No. 24 Tahun 2007,
sangat kering sampai kedalaman tertentu definisi mitigasi adalah serangkaian upaya
dan mudah terbakar. Gambut mengandung untuk mengurangi risiko bencana, baik
bahan bakar (sisa tumbuhan) sampai di melalui pembangunan fisik maupun
bawah permukaan tanah secara lambat dan penyadaran dan peningkatan kemampuan
sulit dideteksi, dan menimbulkan asap menghadapi bencana. Sedangkan bencana
tebal. Api di lahan gambut sulit adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
dipadamkan sehingga bisa berlangsung yang mengancam dan mengganggu
lama (WWF, 2010). kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam
4. Kebakaran Lahan Gambut di Pulau dan/atau faktor non alam maupun faktor
Bengkalis manusia sehingga mengakibatkan
Kebakaran lahan gambut di Pulau timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
Bengkalis sudah terjadi sejak lama hingga lingkungan, kerugian harta benda, dan
saat ini. Menurut Muslim & Kurniawan dampak psikologis.
(2007) wilayah Riau sudah terkena bencana
kebakaran lahan dan bencana asap sejak 6. Sistem Informasi Geografis
1997/1998. Dimana saat itu banyak balita Secara harfiah SIG dapat diartikan
yang terkena pneumonia karena asap dari sebagai suatu komponen yang terdiri dari
kebakaran lahan. perangkat keras, perangkat lunak, data
Data titik api yang pernah terjadi di geografis dan sumber daya manusia yang
Pulau Bengkalis diambil dari website diperlakukan untuk mengelola data dan
www.fires.globalforestwatch.org. Data titik menampilkannya dalam suatu sistem
api didapat dengan menggunakan satelit informasi. Pengertian mengelola disini
MODIS 06 dan VIIRS. Gambar 2 didalamnya terdapat beberapa proses yaitu
menunjukkan persebaran titik api di Pulau : mengambil, menyimpan, memperbaiki,
Bengkalis dari tahun 2013-2016. memperbaharui, mengintegrasikan dan
menganalisa. Perbedaan GIS dengan sistem
informasi yang lain adalah kemampuannya
dalam melakukan penggabungan data
spasial dan menganalisis data/informasi
dengan menggunakan sistem pengelola
basis data (Kurniawan, 2014). Secara
umum, sistem kerja GIS berdasarkan
integrasi 4 komponen, yaitu perangkat
lunak (software), perangkat keras
(hardware), sumber daya manusia dan data.

7. Network Analysis (Analisa Jaringan)


Gambar 2. Peta Sebaran Titik Api Pulau
Network Analysis merupakan salah
Bengkalis Tahun 2013-2016
(Sumber: globalforestwatch, 2017)
satu ekstensi yang disediakan pada software
GIS yang memiliki kemampuan untuk
Dari tahun 2013 hingga tahun 2016, melakukan analisa jaringan, dimana dalam
jumlah kebakaran paling parah terjadi pada melakukan analisa jaringan Network
tahun 2014 dengan 983 titik api. Lalu tahun Analysis akan menemukan jalur yang
2015 dengan 313 titik api, tahun 2016 paling kecil impedansinya. Yang termasuk

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 3


jaringan pada Network Analysis disini yaitu dan Kota. Namun belum ada peraturan yang
seperti: jaringan jalan, jaringan kabel secara mendetail membahas mengenai
listrik, jaringan sungai, jaringan pipa, dll. manajemen proteksi kebakaran pada hutan
Network Analysis GIS memiliki dan lahan. Hanya sedikit dibahas pada
kemampuan untuk membuat network Permendagri No. 69 Tahun 2012. Untuk
dataset dan melakukan analisa pada wilayah hutan dan lahan sendiri dijelaskan
jaringan tersebut. Menurut (ESRI, 1998 pada Permendagri No. 69 tahun 2012
dalam Buana, 2010) beberapa pilihan bahwa waktu tanggapnya yaitu tidak lebih
analisis yang dapat digunakan, antara lain : dari 60 menit. Namun tidak dijelaskan lebih
a. Route analysis, yaitu metode untuk detail lagi bagian-bagian waktu
menentukan rute optimal antara dua pelaksanaannya.
obyek atau lebih yang dihubungkan oleh
jaringan transportasi. Rute optimal ini C. METODE PENELITIAN
bisa berdasarkan jarak tempuh ataupun 1. Lokasi Penelitian
waktu tempuh terkecil. Lokasi penelitian dilakukan di Pulau
b. Service area analysis, yaitu metode Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi
untuk menghitung area cakupan dari Riau. Pulau Bengkalis memiliki luas 905,63
suatu objek. Cakupan ini didasarkan km2 yang berada pada posisi 1°15’3”LU -
pada waktu tempuh yang diperlukan 1°36’6”LU dan 102°00’00”BT -
untuk mencapai suatu objek melalui 102°30’30”BT
jaringan transportasi.
c. Closest facility analysis, yaitu metode
yang dapat digunakan untuk
menentukan fasilitas mana yang lebih
dekat dari suatu titik. Seperti halnya
route analysis, penentuan fasilitas dapat
berdasarkan jarak ataupun waktu
tempuh.
d. Origin Destination (OD) matrix
analysis, yaitu analisa untuk menghitung
cost (bisa dalam bentuk jarak atau waktu Gambar 3. Peta Administrasi Pulau
tempuh antara tiap pasangan origin dan Bengkalis
destination). (Sumber: BPS Bengkalis, 2016)

8. Manajemen Proteksi Kebakaran 2. Bagan Alir Penelitian


Manajemen proteksi kebakaran yaitu Dalam penelitian ini pengolahan data
segala upaya yang menyangkut sistem menggunakan software GIS. Software GIS
organisasi, personil, sarana dan prasarana, digunakan untuk mengolah data data
serta tata laksana untuk mencegah, spasial yang ada dengan ekstensi network
mengeliminasi serta meminimalisir analysis. Penggunaan software pembantu
dampak kebakaran. Di Indonesia sendiri tersebut memerlukan tahapan-tahapan.
sudah ada peraturan yang membahas Tahapan tersebut terdiri dari pemasukkan
mengenai manajemen proteksi kebakaran (input), proses (process), dan keluaran
ini. Yaitu Permen PU nomor 20 tahun 2009 (output).
tentang Pedoman Teknis Manajemen Tahapan pertama yang dilakukan
Proteksi Kebakaran di Perkotaan dan dalam penelitian ini adalah studi literatur.
Permendagri No 69 tahun 2012 tentang Lalu dilakukan pengumpulan data. Data-
Standar Pelayanan Minimal Bidang data yang digunakan yaitu data spasial
Pemerintahan Dalam Negeri di Kabupaten berupa point, line dan polygon serta data

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 4


non spasial. Data data ini kemudian waktu dan kecepatannya adalah waktu dan
dilakukan georeferencing agar data-data kecepatan yang dibutuhkan petugas
tersebut sesuai dengan koordinat yang ada. pemadam kebakaran saat berangkat dari
Analisis data spasial ini kemudian pos pemadam kebakaran sampai ke titik
dilanjutkan dengan membuat network terjadinya kebakaran. Waktu dan kecepatan
dataset. Data jaringan jalan terlebih dahulu perlu diasumsikan karena nilainya bersifat
disatukan menjadi 1 buah shapefile. Lalu tidak tetap.
dibuat file geodatabase yang berisi file Untuk daerah kebakaran hutan dan
jaringan jalan tersebut. Setelah itu network lahan, waktu tanggapnya tidak lebih dari 60
dataset tadi dibuka pada software GIS menit sebagaimana yang diatur pada
untuk diproses dengan ekstensi network Permendagri No. 69 Tahun 2012. Namun
analysis. pada peraturan tersebut, tidak diatur lebih
Data-data spasial berupa lokasi dan detail lagi waktu untuk tiap bagian
network dataset lalu di overlay dengan data pelaksanaan sebagaimana untuk perkotaan.
titik api. Kemudian dilakukan simulasi Maka dari itu, bagian-bagian dari waktu
model dengan menetapkan posko-posko pelaksanaan tersebut perlu diasumsikan.
tambahan yang direncanakan agar didapat Pada penelitian ini pembagian luasan
service area yang bisa dijangkau masing- service area dibagi atas 5 berdasarkan
masing pos pemadam kebakaran. waktu tempuhnya yaitu sangat baik (0 - 30
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat menit), baik (31 - 45 menit), cukup (46 - 60
dalam bagan alir penelitian pada Gambar 4 menit), buruk (61 -75 menit), sangat buruk
berikut ini. (76 -90 menit).
Sedangkan untuk bisa mengasumsi
kecepatan yang digunakan, terlebih dahulu
masukkan data berupa titik-titik pos
damkar, jaringan jalan, serta data titik api
(hotspot) yang terjadi pada kisaran waktu
antara tahun 2013-2016, dimana pada
rentang waktu tersebut setiap tahunnya
selalu terjadi bencana kebakaran lahan yang
besar serta bencana kabut asap. Lalu
dilakukan route analysis.
Untuk menempuh rute dari posko
damkar ke lokasi kebakaran memerlukan 2
cara pencapaian ; 1) Melalui jalan yang
dapat dilalui kendaraan pemadam
kebakaran dan 2) Melalui jalan kaki
melewati lokasi yang tidak ada jalannya.
Untuk asumsi kecepatan kendaraan,
berdasarkan wawancara dari 4 responden
yang terdiri dari warga dan anggota
pemadam kebakaran, mengatakan
kecepatan rata-rata untuk mobil dijalan
Gambar 4. Bagan Alir Penelitian lingkungan adalah 20-30 km/jam. Dan
untuk jalan protokol kecepatannya 40 – 60
D. HASIL DAN PEMBAHASAN km/jam. Maka dengan mengambil asumsi
1. Asumsi untuk Network Analysis bahwa 50% jalan lingkungan dan 50% jalan
Pada analisa jaringan (network protokol, diambil kecepatan 35 km/jam.
analysis) diperlukan data-data berupa Sedangkan asumsi kecepatan berjalan kaki
waktu dan kecepatan. Pada penelitian ini

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 5


dengan membawa peralatan pemadam Total jarak yang akan ditempuh yaitu
kebakaran adalah rata-rata 3 km/jam. jarak dengan mobil ditambah jarak dengan
Simulasi rute pemadam kebakaran ke berjalan, didapat total jaraknya 7,26 km.
titik api dapat dilihat pada Gambar 5 berikut Untuk total waktunya yaitu total waktu
dengan mobil ditambah total dengan
Rute berjalan, didapat total waktunya 0,50 jam.
Maka kecepatan rata-rata untuk rute ini
adalah
Kecepatan rata-rata :
7,26 km
= 14,61 km/jam
0,50 jam
Selanjutnya disimulasikan juga pada
titik-titik api yang lain dengan cara sama
seperti contoh perhitungan diatas. Pada
penelitian ini disimulasikan 10 titik api
Gambar 5. Simulasi Rute Damkar dari Pos yang letaknya relatif jauh dari 9 rute yang
ke Titik Api terdapat pada Gambar 4.1. Untuk hasil
Sebagai contoh perhitungan, akan simulase rute lainnya dapat dilihat pada
diambil 1 rute yang dilingkari merah pada Tabel 1 dibawah ini.
Gambar 5. Gambar 6 akan memperlihatkan Tabel 1. Rata-rata Kecepatan dari 10
lebih jelas detail rute tersebut Simulasi Titik Api
Titik Api Kecepatan rata-rata (km/jam)

1 14,61
2 13,88
3 14,46
4 15,43
5 13,41
6 17,32
7 19,23
8 22,45
9 25,72
10 20,81
Gambar 6. Contoh Simulasi Rute untuk
Total 177,31
Asumsi Kecepatan
Rata-Rata
Kecepatan 17,73
Lokasi damkar dengan jalan terdekat (Km/Jam)
ke titik kebakaran adalah 6,31 km.
Sedangkan dari ujung jalan ke titik Didapat kecepatan rata-rata untuk rute
kebakaran adalah 0,95 km. Dengan asumsi perjalanan petugas pemadam kebakaran
kecepatan mobil 35km/jam dan kecepatan dari posko ke lokasi kejadian adalah 17,73
berjalan kaki dengan membawa peralatan 3 km/jam. Kecepatan ini yang akan
km/jam, maka perhitungannya adalah digunakan untuk analisa service area pos
sebagai berikut pemadam kebakaran eksisting dan pos
 Mobil Pemadam kebakaran : pemadam tambahan.
6,31 km
35 km/jam
= 0,18 jam
2. Analisis Kondisi Eksisting
 Pejalan kaki : Lokasi pemadam kebakaran yang
0,95 km
3 km/jam
= 0,32 jam berada di Pulau Bengkalis saat ini ada 2,
yaitu pos pemadam kebakaran Kecamatan
Bengkalis di Kelurahan Bengkalis Kota dan

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 6


pos pemadam kebakaran Kecamatan Hasil persentase luasan service area
Bantan di desa Selat baru. dibuat kedalam bentuk grafik agar lebih
Pada penelitian ini, luasan yang akan mudah untuk membandingkannya dengan
dihitung dibatasi, yakni tidak memasukkan service area posko tambahan yang akan
area yang merupakan area konsesi/ dianalisa selanjutnya. Grafik persentase
perkebunan dari perusahaan HTI di Pulau luasan service area pos eksisting dapat
Bengkalis. Kedua perusahaan tersebut dilihat pada Gambar 8.
yakni PT. Meskom Agro Sarimas dan PT
Rimba Rokan Lestari. Karena berdasarkan 25,00 20,33

Persentase (%)
PP No.45 Tahun 2004 tentang perlindungan 20,00
15,00 12,53
hutan, kebakaran yang terjadi pada 7,86
perusahaan tersebut merupakan tanggung 10,00 4,95 4,39
5,00
jawab dari perusahaan itu sendiri dan setiap
0,00
perusahaan pengelola hutan wajib 0-30 31-45 46-60 61-75 76-90
mempunyai regu damkarnya sendiri. menit menit menit menit menit
Sehingga luas target area yang hendak (hijau) (biru) (kuning) (oren) (merah)

dicapai pada penelitian ini yaitu luas area Service Area


Pulau Bengkalis dikurangi dengan luas area
konsesi/perkebunan PT. Meskom Agro Gambar 8. Persentase Luasan Service Area
Sarimas dan luas area konsesi/perkebunan Pos Eksisting
PT. Rimba Rokan Lestari. Didapat luas
target area adalah seluas 702,64 km2. Dari dua pos damkar eksisting yang
Simulasi service area untuk pos ada saat ini di Pulau Bengkalis, persentase
pemadam kebakaran eksisting ini dilakukan total area maksimal yang dapat dilayani
dengan menggunakan kecepatan rata-rata adalah sebesar 50,05 %. Pada gambar 7
yang sudah didapat yaitu 17,7 km/jam terlihat area yang terlayani hanya pada
terhadap dua pos tersebut. Pembagian bagian barat Pulau Bengkalis saja,
batasan service area dibagi berdasarkan sedangkan bagian timur masih belum
waktu tempuh. Pada penelitian ini terlayani. Maka diperlukan beberapa pos
pembagian luasan service area dibagi atas 5 damkar tambahan untuk dapat menjangkau
berdasarkan waktu tempuhnya yaitu sangat area lebih luas lagi.
baik (0 - 30 menit) berwarna hijau, baik (31
- 45 menit) berwarna biru , cukup (46 - 60 3. Analisis Skenario Mitigasi
menit) berwarna kuning, buruk (61 -75 Pertimbangan penempatan letak posko
menit) berwarna oren, sangat buruk (76 -90 juga perlu memperhatikan lokasi padat
menit) berwarna merah. Hasil service area pemukiman, pos dibangun di lokasi yang
pos eksisting dapat dilihat pada Gambar 7 . tidak jauh dari pemukiman /tempat kegiatan
warga sekitar agar kebutuhan para satgas
seperti makanan, minuman dan kebutuhan
pokok lainnya dapat terpenuhi.
Penempatan lokasi pokso tambahan pada
penelitian ini ditujukan di sekitar kantor
desa pada wilayah yang tidak terjangkau.
Karena akan lebih mudah untuk melakukan
koordinasi dengan perangkat desa yang
sudah mengetahui lokasi dan jalan pada
wilayahnya jika terjadi kebakaran
hutan/lahan.
Gambar 7. Peta Service Area Pos Eksisting

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 7


3.1. Service Area dengan Penambahan 1
Dengan tambahan 1 pos damkar
Pos
tambahan di Desa Kelemantan membuat
Simulasi pertama ditambahkan satu
service area yang didapat lebih luas dan
posko tambahan di sekitar Kantor Desa
mengurangi area yang tidak terlayani di
Kelemantan. Pos tambahan dibuat setelah
Pulau Bengkalis. Persentase total area
hasil dari wawancara dengan kabid
maksimal yang dapat dilayani adalah
lapangan Pos Damkar Bengkalis,
sebesar 62,19 %. Pos damkar pada area
bahwasannya sedang ada rencana untuk
Kelemantan sekaligus dapat menjangkau
pembangunan area pos di Desa
area Desa Sekodi dan Desa Teluk Lancar.
Kelemantan. Selain itu, dilihat dari hasil
Namun dengan tambahan hanya 1 pos ini
analisa pos eksisting, Desa Kelemantan
masih belum mencukupi seluruh desa di
merupakan daerah yang termasuk dari area
Pulau Bengkalis. Sehingga perlu dilakukan
yang tidak terjangkau dari Pos Damkar
penambahan pos baru.
Kecamatan Bengkalis dan Pos Damkar
Kecamatan Bantan. Lalu dilakukan analisa
3.2. Service Area dengan Penambahan 2
service area dengan tambahan 1 pos
Pos
damkar. Hasil analisa dapat dilihat pada
Penambahan pos perlu dilakukan
gambar 9 berikut
karena Desa Muntai, Desa Teluk Pambang,
Desa Kembung Putih dan Desa Kembung
Luar sebagian besar wilayahnya masih
berada pada area yang tidak terjangkau dari
pos damkar. Maka ditambahkan satu pos
damkar lagi di Desa Teluk Pambang. Lalu
dilakukan analisa service area dengan tetap
mengikut sertakan pos damkar eksisting
dan pos damkar tambahan di Desa
Kelemantan. Didapat hasil analisa seperti
yang terlihat pada Gambar 11
Gambar 9. Peta Service Area Pos Eksisting
dan 1 Pos Tambahan
Grafik persentase luas service area pos
eksisting dan 1 pos tambahan dapat dilihat
pada Gambar 10
25,00 22,90
Persentase (%)

20,00 16,03
15,00 10,60
10,00 6,72 5,93
5,00 Gambar 11. Peta Service Area Pos
0,00 Eksisting dan 2 Pos Tambahan
0-30 31-45 46-60 61-75 76-90
menit menit menit menit menit
(hijau) (biru) (kuning) (oren) (merah) Grafik persentase luas service area pos
Service Area eksisting dan 2 pos tambahan dapat dilihat
pada Gambar 12
Gambar 10. Persentase Luasan Service
Area Pos Eksisting dan 1 Pos Tambahan

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 8


35,00 30,02
Persentase (%) 30,00
25,00 19,96
20,00
15,00 12,42
10,00 5,98
3,32
5,00
0,00
0-30 31-45 46-60 61-75 76-90
menit menit menit menit menit
(hijau) (biru) (kuning) (oren) (merah)

Service Area

Gambar 12. Persentase Luasan Service Gambar 13. Peta Service Area Pos
Area Pos Eksisting dan 2 Pos Tambahan Eksisting dan 3 Pos Tambahan

Dengan tambahan pos di Desa Teluk Grafik persentase luas service area pos
Pambang ini bisa menutup area yang tidak eksisting dan 3 pos tambahan dapat dilihat
terjangkau dari 2 pos eksisting dan 1 pos pada Gambar 14
tambahan sebelumnya. Dengan tambahan 2 40,00 35,20
pos ini sudah bisa menutup sebagian besar Persentase (%) 35,00
30,00
area yang tidak terlayani di Pulau Bengkalis 25,00
18,00
walaupun masih cukup banyak yang 20,00
15,00 10,22
dikategorikan pada cukup (area berwarna 10,00 4,36 2,73
kuning), buruk (area berwarna oren) dan 5,00
sangat buruk (area berwarna merah). 0,00
0-30 31-45 46-60 61-75 76-90
Persentase total area maksimal yang dapat menit menit menit menit menit
(hijau) (biru) (kuning) (oren) (merah)
dilayani adalah sebesar 71,70 %.
Untuk alternatif tambahan, karena Service Area
masih cukup banyak area yang dijangkau
dengan waktu tempuh 46 – 90 menit (area Gambar 14. Persentase Luasan Service
berwarna kuning, oren dan merah) maka Area Pos Eksisting dan 3 Pos Tambahan
ditambahkan satu pos lagi agar area dengan
Dengan tambahan 1 pos ini, ,
waktu tempuh 0 – 45 menit dapat lebih luas
persentase total area maksimal yang dapat
lagi, sehingga para satgas pemadam
dilayani adalah sebesar 70,51 %. Area
kebakaran bisa melakukan respon lebih berwarna hijau naik dari 30,02% menjadi
cepat terhadap terjadinya kebakaran lahan. 35,20% . Dengan kata lain, respon cepat
dari pemadam kebakaran untuk
3.3. Service Area dengan Penambahan 3 memadamkan lahan akan lebih baik lagi.
Pos Jika dilihat dari hasil analisis pada
Penambahan satu pos lagi dilakukan di Gambar 13, masih terdapat wilayah yang
Desa Pematang Duku. Lalu dilakukan berwarna kuning, oren dan merah. Maka
analisa service area dengan tetap mengikut dianalisa lagi dengan tambahan 1 pos lagi
sertakan pos damkar eksisting dan pos
damkar tambahan di Desa Kelemantan dan 3.4. Service Area dengan Penambahan 4
Teluk Pambang. Didapat hasil analisa Pos
seperti yang terlihat pada gambar 13 Penambahan satu pos lagi dilakukan di
berikut. Desa Bantan Air karena pada analisa
dengan 3 pos damkar, wilayah di sekitar
Bantan Air masih berada pada area kuning.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 9


Lalu dilakukan analisa service area dengan bisa dijangkau dengan Pos Damkar dengan
tetap mengikut sertakan Pos Damkar response time yang optimum.
Eksisting dan Pos Damkar Tambahan di
Desa Kelemantan ,Teluk Pambang dan E. KESIMPULAN
Pematang Duku. Didapat hasil analisa 1. Persentase area tercover dari pos damkar
seperti yang terlihat pada gambar 15 eksisting di Pulau Bengkalis saat ini
berikut. sebesar 50,05 %
2. Berdasarkan analisa skenario mitigasi
yang dilakukan dengan analisa service
area, area terlayani dari 1 pos damkar
sebesar 62,19 %, dengan tambahan 2 pos
persentase area terlayani sebesar
71,70%, dengan tambahan 3 pos
persentase area terlayani sebesar 70,51%
dan dengan tambahan 4 pos persentase
area terlayani sebesar 69,51 %.
3. Setiap penambahan Pos Pemadam
Kebakaran di titik-titik yang tidak
Gambar 15. Peta Service Area Pos terlayani ataupun pada zona kuning,
Eksisting dan 4 Pos Tambahan oren dan merah dapat menambah
persentase luasan dengan response time
Grafik persentase luas service area pos baik (hijau). Persentase luas zona hijau
eksisting dan 4 pos tambahan dapat dilihat dengan 1 pos tambahan sebesar 22,90 %
pada Gambar 16 ; dengan 2 pos tambahan sebesar 30,02
45,00
% ; dengan 3 pos tambahan sebesar
39,22 35,20 % ;dan dengan 4 pos tambahan
40,00
35,00 sebesar 39,22 %.
30,00
Persentase (%)

25,00
F. SARAN
20,00 14,95
15,00 1. Penelitian berikutnya dapat mencoba
10,00 6,31
4,04
meneliti pos damkar untuk mitigasi
3,00
5,00 bencana kebakaran lahan gambut di
0,00 daerah lain yang berpotensi tinggi terjadi
0-30 31-45 46-60 61-75 76-90
menit menit menit menit menit kebakaran lahan, seperti di wilayah
(hijau) (biru) (kuning) (oren) (merah) Sumatera dan Kalimantan
Service Area 2. Penelitian selanjutnya disarankan
menambah variabel-variabel
Gambar 16. Persentase Luasan Service berpengaruh lainnya dalam menghitung
Area Pos Eksisting dan 4 Pos Tambahan kecepatan rata-rata dan juga dalam
penentuan service area.
Persentase total area maksimal yang
dapat dilayani adalah sebesar 69,51 %. G. DAFTAR PUSTAKA
Dengan tambahan 1 pos ini, area berwarna BNPB. (2012). Pedoman Pengelolaan Data
hijau dapat naik dari sebelumnya 35,02% dan Informasi Bencana (BNPB No 07
menjadi 39,22%. Dengan kata lain, respon Tahun 2012). Jakarta.
cepat dari pemadam kebakaran untuk Buana, P. W. (2010). Penemuan Rute
memadamkan lahan akan lebih baik lagi. Terpendek pada Aplikasi Berbasis
Dengan 3 atau 4 pos pemadam kebakaran Peta. Universitas Udayana.
tambahan, seluruh Pulau Bengkalis sudah

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 10


Cholifatunnisa, D. H. (2015). Pemetaan Wahyunto. (2003). Peta Luas Sebaran
Persebaran Pos Pemadam Lahan Gambut dan Kandungan
Kebakaran di Kota Semarang Karbon di Pulau Sumatera 1990 -
Berbasis Sistem Informasi Geografis 2002.
(sig). Universitas Negeri Semarang.
WWF. (2010). Forest Fire WWF
Hadi, M. (2006). Pemodelan Spasial Indonesia. Retrieved November 28,
Kerawanan Kebakaran di Lahan 2016, from
Gambut : Studi kasus Kabupaten http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/u
Bengkalis, Provinsi Riau. Institut paya_kami/iklim_dan_energi/solusika
Pertanian Bogor. mi/adaptasi/forest_fire.cfm
Haryono. (2011). Peta Lahan Gambut
Indonesia Skala 1:250.000. Jakarta.
Jasriadi, Trikomara, R., & Djuniati, S.
(2015). Analisis lokasi dan jumlah
stasiun pemadam kebakaran kota
pekanbaru. Jom FTEKNIK
Universitas Riau, 2, 1–10.
Kurniawan, E. (2014). Distributed
Hydrologic Model pada DAS di
Bandar Lampung Berbasis Sistem
Informasi Geografis. Universitas
Lampung.
Menteri Dalam Negeri. Permendagri No
69 Tahun 2012 (2012). Jakarta.
Muslim, & Kurniawan, S. (2007). Fakta
Hutan dan Kebakaran 2002 - 2007.
Pekanbaru.
Presiden Republik Indonesia. Peraturan
Pemerintah No 45 Tahun 2004
(2004). Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2007). UU
No 24 Tahun 2007. Indonesia.
Sutikno, S. (2012). Kajian Penentuan
Lokasi Shelter untuk Evakuasi
Tsunami Berdasarkan Analisis
Service Area. Jurnal Sains Dan
Teknologi, 11, 72–78.
Sutikno, S., Murakami, K., & Suharyanto,
A. (2010). Evacuation Risk Analysis
against Tsunami Hazard Based on
Spatial and Network analysis on GIS.
Proceedings of the Twentieth
International Offshore and Polar
Engineering, 599–604.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 11

Anda mungkin juga menyukai