Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MEMBUAT TEMA, JUDUL,

LATAR BELAKANG, DAN RUMUSAN


MASALAH UNTUK SKRIPSI

PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PROF. DR. HAMKA
2023/2024

NAMA : Nurlia Kanda Ramadhani


NIM : 2300005036
MATKUL : Metodologi Penelitian Geografi
PRODI : Pendidikan Geografi
DOSEN PENGAMPU : R. Tricahyono Nur Harsono,Drs., M.Si F
AKULTAS : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Tema : Penelitian Fisik


Judul : “ Pemetaan Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan
dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus
di Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat) ’’

Variabel : Daerah-daerah yang rawan kebakaran


Subjek : Hutan dan Lahan
Objek : Daerah Rawan Kebakaran
Latar Belakang : Kebakaran hutan dan lahan merupakan bencana yang sering
terjadi. Proses pembakaran lahan terjadi bila terpenuhinya tiga unsur
segitiga api: oksigen (O), bahan bakar, dan sumber panas. Penyebab
kebakaran lahan secara umum dapat dibedakan menjadi dua kategori,
yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam, seperti musim
kemarau yang panjang menyebabkan sampah-sampah tumbuhan dan
vegetasi mengering yang menjadikannya sumber bahan bakar yang
melimpah. Sedangkan faktor manusia adalah kegiatan manusia dalam
pengelolaan lahan, seperti pembukaan lahan untuk kegiatan pertanian
dan perkebunan.
Kebakaran hutan dan lahan mempunyai dampak yang beragam
terhadap kehidupan manusia. Syumanda (2003) berpendapat bahwa
dampak kebakaran hutan meliputi (1) dampak sosial, budaya, dan
ekonomi, (2) dampak ekologi dan kerusakan lingkungan, (3) dampak
terhadap hubungan antar bangsa, dan (4) dampak terhadap negara.
transportasi dan pariwisata akan disertakan. Upaya untuk melindungi
kawasan hutan sangatlah penting mengingat dampak kebakaran
hutan. Tindakan atau upaya perlindungan ini diperlukan untuk
mencegah atau mengurangi dampak berbahaya ini. Upaya yang bisa
dilakukan antara lain mengidentifikasi dan memetakan kawasan
rawan kebakaran di Kabupaten Kubu Raya. Representasi spasial
membantu memberikan pemahaman yang jelas dan tepat tentang
lokasi, jarak, dan aksesibilitas antara lokasi kawasan rentan dan
sumber daya pemadaman di lokasi (Solichin dkk., 2007). Penelitian
ini dilakukan di wilayah Kabupaten Kubu Raya. Lokasi ini dipilih
karena risiko kebakaran yang cukup besar disana.
Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu daerah yang
sering terjadi kebakaran lahan di Kalimantan Barat. Kalimantan
Barat merupakan wilayah khatulistiwa dan sebagian besar
wilayahnya merupakan lahan gambut. Secara umum, lahan gambut
memiliki ciri yang mudah terbakar dan mampu menyimpan
biomassa, serasah, dan mineral tanah. Menurut data Unit
Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (UPKHL) Dinas
Kehutanan Kalimantan Barat, hingga Oktober 2013, jumlah titik api
di Kabupaten Kubu Raya sebanyak 349 (titik api). Kubu Raya rawan
kebakaran hutan karena sebagian besar lahannya merupakan rawa
gambut yang mudah terbakar. Selanjutnya berdasarkan data sistem
pemantauan, luas kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat
pada tahun 2014 hingga 2019 mencapai 93.515,80 hektar pada tahun
2015, menurun menjadi 68.311,97 hektar pada tahun 2017, dan pada
tahun 2019 menurun menjadi 2.273 hektar.
Rumusan Masalah: 1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan dan
lahan di Kabupaten Kubu Raya?
2. Dimana saja sebaran kawasan rawan kebakaran di Kabupaten
Kubu Raya menggunakan pemetaan berbasis SIG (Sistem
Informasi Geografis) ?
3. Bagaimana luas dan tingkat kerawanan daerah terhadap kebakaran
hutan dan lahan di Kabupaten Kubu Raya menggunakan
pemetaan berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis)?

Tujuan 1. Untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi


kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kubu Raya.
2. Untuk mengetahui dimana saja sebaran kawasan yang rentan
kebakaran di Kabupaten Kubu Raya menggunakan pemetaan
berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis).
3. Untuk mengetahui berapa luas dan bagaimana tingkat atau kelas
kerawanan terhadap kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten
Kubu Raya menggunakan pemetaan berbasis SIG (Sistem
Informasi Geografis).

Deskripsi Teori Dalam beberapa tahun terakhir, masalah kebakaran hutan semakin
menarik perhatian dari pihak lokal maupun pihak internasional.
Kebakaran hutan merupakan permasalahan bencana yang terjadi di
Indonesia, bahkan hampir setiap tahunnya saat musim kemarau
datang. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI), kebakaran hutan yang
terjadi di Kalimantan Barat tahun 2020 memiliki luas lahan
kebakaran sebesar 32.000 hektar. Salah satu kegiatan yang dapat
dilakukan dalam hal pencegahan kebakaran hutan yaitu dengan
membuat peta rawan kebakaran hutan di wilayah Kalimantan Barat
terutama di wilayh penelitian yaitu Kabupaten Kubu Raya. Pemetaan
dapat dilakukan denganbantuan Sistem Informasi Geografis (SIG)
dengan menggunakan skoring dan pemberian bobot. Penelitian ini
bertujuan untuk memetakan tingkat kerawanan kebakaran hutan di
Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat pada masing-
masing variabel yang digunakan dan mengetahui kelas kerawanan
setiap wilayah yang ada di Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat
berdasarkan masing-masing variabel yang digunakan.

1. KAJIAN PEMETAAN

A. KEBAKARAN HUTAN

Kebakaran Hutan merupakan kondisi dimana hutan dilanda api


yang mengakibatkan kerusakan hutan atau hasil hutan sehingga
menimbulkan kerugian ekonomis dan nilai lingkungan.
Kebakaran hutan umumnya disebabkan oleh manusia baik
disengaja maupun akibat kelalaian sedangkan sisanya disebabkan
oleh alam .

B. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan teknologi yang


digunakan untuk mengelola, menganalisa, memberikan informasi
geografis serta menjadi sarana untuk menyampaikan informasi
yang berhubungan dengan data spasial. SIG digunakan untuk
menggabungkan data-data kemudian dianalisis sehingga
menghasilkan output yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan dari sebuah kasus yang dihadapi. SIG
berkembang memiliki software diantaranya ArcGis, QGIS, serta
ER Mapper yang dikeluarkan oleh ESRI (Environmental Systems
Research Institute). ArcGis masih menjadi perangkat lunak SIG
yang utama. Kelebihan ArcGis tidak saja hanya dalam hal
pembuatan peta, melainkan membantu melakukan analisis,
pemodelan dan pengolahan data spasial secara efektif dan efisien.
Kemampuan SIG dapat dimanfaatkan oleh berbagai macam
bidang untuk berbagai tujuan. Salah satunya penerapan SIG dalam
bidang kehutanan seperti perlindungan hutan yang dapat
dilakukan melalui perubahan luas hutan, prediksi, lokasi arah,
tingkat penyebaran dan intensitas kebakaran hutan .

C. TITIK PANAS

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan nomor: P.12/Menhut-


II/2009 tentang pengendalian kebakaran hutan, bahwa titik panas
merupakan indikator kebakaran hutan yang mendeteksi suatu
lokasi yang mempunyai suhu relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan suhu disekitarnya. Titik panas yang tersebar menjadi
beberapa kategori yang dinamakan dengan confidence level.

D. PEMETAAN

Pemetaan merupakan ilmu yang mempelajari muka bumi dengan


menggunakan alat dan menghasilkan informasi akurat . Informasi
yang diperlihatkan melalui pemetaan terutama dalam bidang
kehutanan bermacam-macam seperti pemetaan hutan, pemetaan
luasan hutan, pemetaan sebaran hutan, pemetaan hasil pengukuran
lapangan hutan, serta pemetaan rawan kebakaran hutan. Pemetaan
rawan kebakaran hutan merupakan analisis spasial yang
digunakan untuk mempresentasikan kondisi terkait dengan
pengaruh terjadinya kebakaran hutan . Analisis ini dibuat
menggunakan software ArcGIS untuk memudahkan proses
overlay pada setiap variabel yang menyebabkan kebakaran hutan.

E. SKORING

Skoring merupakan metode dalam pemberian skor atau nilai


terhadap masing-masing variabel untuk menentukan tingkat
kemampuannya. Dalam pemberian skor didasarkan pengaruh
kelas tersebut terhadap kebakaran hutan. Semakin tinggi pengaruh
variabel kebakaran hutan maka semakin tinggi skor yang
diberikan. Nilai skor yang diberikan kepada setiap variabel
digunakan dalam penentuan kelas tingkat rawan kebakaran hutan.

F. PEMBOBOTAN

Pembobotan merupakan metode pengambilan keputusan dalam


suatu proses yang melibatkan berbagai faktor secara bersama-
sama dengan cara memberikan bobot pada masing-masing faktor
tersebut. Penelitian ini menggunakan metode tingkat kepentingan
(ranking method) dalam pemberian bobot.

2. KAJIAN PARAMETER

A. PENUTUPAN LAHAN

Penutupan lahan merujuk pada jenis tutupan tanah atau vegetasi


yang ada di suatu wilayah. Dalam konteks pemetaan kerentanan
kebakaran, penutupan lahan menjadi faktor penting karena dapat
memengaruhi potensi terjadinya kebakaran hutan atau lahan.
Beberapa jenis tutupan lahan yang umumnya dipertimbangkan
dalam pemetaan kerentanan kebakaran termasuk:

1. Hutan: Jenis hutan (misalnya, hutan primer, hutan sekunder)


dan kondisinya (misalnya, kelembapan, kepadatan vegetasi) dapat
memengaruhi tingkat kebakaran.

2. Semak Belukar: Semak belukar dan vegetasi semak lainnya


dapat menjadi bahan bakar yang mudah terbakar, meningkatkan
risiko kebakaran.

3. Padang Rumput: Padang rumput sering kali menjadi sumber


potensial kebakaran, terutama jika kondisinya kering.
4. Lahan Pertanian: Jenis tanaman dan penggunaan lahan
pertanian juga dapat memainkan peran dalam kebakaran, terutama
jika ada residu tanaman yang mudah terbakar.

5. Urbanisasi: Kehadiran bangunan dan infrastruktur di sekitar


wilayah dapat membatasi atau memperlambat perambatan api,
tetapi juga dapat memberikan potensi titik api.

B. JENIS TANAH

Tanah yang memiliki kemampuan untuk menyimpan kelembaban


lebih baik akan cenderung lebih lembap dan kurang rentan
terhadap kebakaran. Sebaliknya, tanah yang kering dan memiliki
kapasitas penyimpanan air yang rendah akan meningkatkan risiko
kebakaran. Tanah yang memiliki tingkat kandungan organik yang
tinggi juga dapat menjadi sumber bahan bakar tambahan untuk
kebakaran. Materi organik yang terakumulasi di atas atau di dalam
tanah dapat menjadi bahan bakar yang mudah terbakar jika terjadi
kebakaran.

C. CURAH HUJAN

Curah hujan meningkatkan kelembaban tanah karena air meresap


ke dalam tanah. Tanah yang lembab cenderung menjadi kurang
rentan terhadap kebakaran, karena bahan bakar alami seperti daun
kering dan ranting akan tetap lembap dan sulit terbakar. Curah
hujan juga dapat mempertahankan kelembaban pada tanaman dan
vegetasi di suatu wilayah. Tanaman yang lembab kurang rentan
terhadap pembakaran daripada tanaman yang kering. Oleh karena
itu, musim hujan dapat mengurangi risiko kebakaran.

D. KETINGGIAN TEMPAT

Ketinggian dapat memengaruhi kerentanan kebakaran melalui


sejumlah faktor yang berkaitan dengan iklim, vegetasi, topografi,
dan kondisi lingkungan di wilayah tersebut. Ketinggian tempat
dari permukaan laut diperoleh dari hasil derivasi Digital Elevation
Model (DEM) resolusi 25 meter. Ketinggian tempat di atas
permukaan laut diklasifikasikan dan diberi nilai bobot.

E. JARAK DARI PERMUKIMAN

Jarak yang dekat antara area yang rentan terhadap kebakaran dan
permukiman meningkatkan risiko penyebaran api ke
permukiman. Peta jarak diperoleh dari proses buffering data
lokasi pemukiman dengan menggunakan perangkat lunak ArcGis.
Peta batas pemukiman dalam bentuk Shapefile diolah dengan
menggunakan fitur create buffer pada menu theme sehingga
diperoleh peta jarak dari pemukiman (Nuarsa, 2005). Untuk
memastikan jarak wilayah yang rentan kebakaran dengan lokasi
permukiman juga dilakukan dengan merode survey.

Sumber : Pramulya, A. R. (2022). Pemetaan Kerentanan Kebakaran Lahan di


Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Jurnal Teknologi
Perkebunan dan Pengelolaan Sumberdaya Lahan, 7.

Arief Rachman, B. H. (2020). Strategi Pencegahan Kebakaran Hutan


dan Lahan di Kesatuan Pengelolaan Hutan Kubu Raya, Ketapang
Selatan, dan Ketapang Utara, di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia, 11.

Yuliana Astuti, D. A. (2020). PENGARUH PEMBAKARAN


BERULANG PADA LAHAN GAMBUT. JURNAL HUTAN
LESTARI, 14.

Jawad, A., Nurdjali, B., & Widiastuti, T. (2015). Zonasi daerah rawan
kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kubu Raya Provinsi
Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari, 3(1).
Jawad, A., Nurdjali, B., & Widiastuti, T. (2015). Zonasi daerah rawan
kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kubu Raya Provinsi
Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari, 3(1).

Andriadi Perdana. (2023. Agustus 14). Kebakaran lahan gambut di


Kubu Raya Meluas hingga 6 Kecamatan. Berita Satu.

Slamet Ardiansyah. (2023 Februari 23). Kubu Raya memiliki 70


persen lahan tanah gambut rawan Karhutla. Antara News.

Simanjuntak, M. S., Kusnandar, D., & Debataraja, N. N.


PEMETAAN RAWAN KEBAKARAN HUTAN DI
KALIMANTAN BARAT TAHUN 2020. Bimaster: Buletin Ilmiah
Matematika, Statistika dan Terapannya, 11(5).

Putra, Ajriansyah and Tri Ratnaningsih, Ambar and Ikhwan,


Muhammad (2018) Pemetaan Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan
Lahan Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi
Kasus: Kecamatan Bukit Batu, Kab. Bengkalis). Wahana Forestra:
Jurnal Kehutanan, 13 (1). pp. 55-63. ISSN 2548-608X

Anda mungkin juga menyukai