DI INDONESIA
7. KERAJAAN SINGASARI
Sumber sejarah Kerajaan Singasari
1) Kitab Pararaton
Penulisnya tidak diketahui (anonim). Isinya menceritakan riwayat hidup Ken Arok
yang penuh keajaiban. Dari asal usul sampai dengan menjadi raja Singasari.
Sebagian besar bersifat mitos atau dongeng.
2) Kitab Negarakertagama
Ditulis oleh Mpu Prapanca. Isinya menceritakan tentang raja-raja yang
memerintah di kerajaan Singasari dan kerajaan Majapahit sampai dengan
pemerintahan Hayam Wuruk tahun 1389.
Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal
daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama
Kerajaan Singhasari. Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Tiongkok dari Dinasti
Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.
Menurut kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak seorang petani dari Desa
Pangkur, di sebelah timur Gunung Kawi, daerah Malang. Ibunya bernama Ken
Endok. Diceritakan, bahwa pada waktu masih bayi, Ken Arok diletakkan oleh
ibunya di sebuah makam. Bayi ini kemudian ditemu oleh seorang pencuri,
bernama Lembong. Akibat dari didikan dan lingkungan keluarga pencuri, maka Ken
Arok pun menjadi seorang penjahat yang sering menjadi buronan pemerintah
Kerajaan Kediri. Suatu ketika Ken Arok berjumpa dengan pendeta Lohgawe. Ken
Arok mengatakan ingin menjadi orang baik-baik. Kemudian dengan perantaraan
Lohgawe, Ken Arok diabdikan kepada seorang Akuwu (bupati) Tumapel, bernama
Tunggul Ametung.
Setelah berdiri Kerajaan Singhasari, Ken Arok tampil sebagai raja pertama.
Ken Arok sebagai raja bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Ken
Arok memerintah selama lima tahun (1222 – 1227 M). Pada tahun 1227 M Ken
Arok dibunuh oleh seorang pengalasan atau pesuruh dan Batil, atas perintah
Anusapati. Anusapati adalah putra Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Jenazah
Ken Arok dicandikan di Kagenengan dalam bangunan perpaduan Syiwa-Buddha.
Ken Arok meninggalkan beberapa putra. Bersama Ken Umang, Ken Arok memiliki
empat putra, yaitu Panji Tohjoyo, Panji Sudatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi.
Bersama Ken Dedes, Ken Arok mempunyai putra bernama Mahesa
Wongateleng.
c. Tohjoyo (1248 M)
Dalam rangka untuk menjaga keselamatan jiwa dan keamanan kerajaan Singasari
maka Ranggawuni mengangkat Mahesa Cempaka (anak Mahesa Wongateleng /
cucu Ken Arok dan Ken Dedes) dengan jabatan Ratu Angabaya yang bertugas
menjaga keamanan raja dan kerajaan Singasari. Mahesa Cempaka bergelar
Narasimhamurti.
Pada tahun 1254 Ranggawuni mengangkat putranya (Kertanegara) yang waktu itu
usianya masih sangat muda sebagai raja muda atau Yuwaraja yang dipersiapkan
untuk menggantikan Ranggawuni jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan (meninggal,
pembunuhan)
Reliefnya datar dan gambar orangnya menyerupai wayang kulit di Bali. Tokoh satria
selalu diikuti dengan punakawan. Tidak lama kemudian Mahesa Cempaka pun
meninggal dunia. Ia dicandikan di Kumeper dan Wudi Kucir.
4. Tidak mau tunduk kepada kaisar Cina yang bernama Kubilai Khan
Kertanegara memandang Cina sebagai saingan. Berkali-kali utusan Kaisar Cina
memaksa Kertanegara agar mengakui kekuasaan Cina, tetapi ditolak oleh
Kertanegara. Terakhir pada tahun 1289 M datang utusan Cina yang dipimpin oleh
Meng-ki. Kertanegara marah, Meng-ki disakiti dan disuruh kembali ke Cina. Hal
inilah yang membuat marah Kaisar Cina yang bernama Kubilai Khan. Ia
merencanakan membalas tindakan Kertanegara
Saat yang dinantikan oleh Jayakatwang ternyata telah tiba. Istana Kerajaan
Singhasari dalam keadaan lemah. Pasukan kerajaan hanya tersisa sebagian kecil.
Pada saat itu, Kertanegara sedang melakukan upacara keagamaan dengan pesta pora,
sehingga Kertanegara benar-benar lengah. Tiba-tiba, Jayakatwang menyerbu istana
Kertanegara. Serangan Jayakatwang dibagi menjadi dua arah. Sebagian kecil pasukan
Kediri menyerang dari arah utara untuk memancing pasukan Singhasari keluar dari
pusat kerajaan. Sementara itu induk pasukan Kediri bergerak dan menyerang dari
arah selatan. Untuk menghadapi serangan Jayakatwang, Kertanegara mengirimkan
pasukan yang ada di bawah pimpinan Raden Wijaya dan Pangeran Ardaraja.
Ardaraja adalah anak Jayakatwang dan menantu dari Kartanegara. Pasukan Kediri
yang datang dari arah utara dapat dikalahkan oleh pasukan Raden Wijaya Akan
tetapi, pasukan inti dengan leluasa masuk dan menyerang istana, sehingga berhasil
menewaskan Kertanegara.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1292 M. Raden Wijaya dan pengikutnya kemudian
meloloskan diri setelah mengetahui istana kerajaan dihancurkan oleh pasukan Kediri.
Sedangkan Ardaraja membalik dan bergabung dengan pasukan Kediri. Dengan
terbunuhnya Kertanegara maka berakhirlah Kerajaan Singhasari.
Kondisi ini berbeda saat masa kepemimpinan Anusapati. Pada saat itu, kehidupan
masyarakat terabaikan. Raja Anusapati lebih banyak menghabiskan waktunya bermain
sabung ayam bukan malah membangun kerajaan dan mengurusi rakyatnya.
2. Candi Jago
Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Candi ini cukup unik, karena
bagian atasnya hanya tersisa sebagian. Konon katanya bagian atas bangunan ini rusak
akibat tersambar petir. Dinding candi dihiasi relief Kunjarakarna dan Pancatantra. Secara
keseluruhan bangunan candi ini terbuat dari bahan batu andesit.
3. Candi Sumberawan
Candi Sumberawan merupakan satu-satunya candi yang memiliki stupa yang ditemukan di
Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari. Candi ini merupakan
peninggalan Kerajaan Singasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu.
Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang
sangat bening airnya.
4. Arca Dwarapala
Arca Dwarapala ini berbentuk raksasa menyeramkan dengan ukuran tinggi 3,5 meter.
Diduga arca ini ditempatkan sebagai penjaga dan tanda wilayah kotaraja. Namun hingga
saat ini dimana kotaraja Singasari tersebut masih belum diketahui secara pasti.
5. Prasasti Singosari
Prasasti Singosari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten
Malang. Saat ini prasasti tersebut disimpan di Museum Gajah dan ditulis dengan Aksara
Jawa.
Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman
yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti ini merupakan
pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan letak benda-benda
angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara
pembangunan sebuah caitya.
6. Prasasti Manjusri
Prasasti Manjusri merupakan manuskrip yang dipahatkan pada bagian belakang Arca
Manjusri. Manuskrip ini bertarikh 1343. Pada awalnya prasasti ditempatkan di Candi Jago
namun saat ini tersimpan di Museum Nasional Jakarta.
9. Prasasti Wurare
Prasasti Wurare adalah sebuah prasasti yang berisi penobatan arca Mahaksobhya di sebuah
tempat bernama Wurare. Prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta dan bertarikh 1211 Saka
atau 1289 M.
Arca tersebut sebagai penghormatan dan perlambang bagi Raja Kertanegara dari kerajaan
Singhasari, yang dianggap oleh keturunannya telah mencapai derajat Jina (Buddha Agung).
Sedangkan tulisan prasastinya ditulis melingkar pada bagian bawahnya.
Demikianlah materi pada pertemuan kali ini, dan untuk mengetahui pemahaman kalian
setelah membaca materi tersebut maka jawablah soal latihan berikut.
Soal Latihan
Petunjuk:
Soal dikerjakan secara individu di buku tugas masing-masing, difoto, dikirim ke WAPRI
guru mata pelajaran paling lambat hari ini pukul 18.00 WIB.
Soal: