Anda di halaman 1dari 11

KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDHA

DI INDONESIA
7. KERAJAAN SINGASARI
Sumber sejarah Kerajaan Singasari
1) Kitab Pararaton
Penulisnya tidak diketahui (anonim). Isinya menceritakan riwayat hidup Ken Arok
yang penuh keajaiban. Dari asal usul sampai dengan menjadi raja Singasari.
Sebagian besar bersifat mitos atau dongeng.

2) Kitab Negarakertagama
Ditulis oleh Mpu Prapanca. Isinya menceritakan tentang raja-raja yang
memerintah di kerajaan Singasari dan kerajaan Majapahit sampai dengan
pemerintahan Hayam Wuruk tahun 1389.

Letak kerajaan Singasari


Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan besar di Indonesia. Singasari
berkuasa sejak runtuhnya kerajaan Kediri pada tahun 1222 M hingga 1292 M.
Kerajaan ini terletak di sebelah timur Gunung Kawi diperkirakan di Singasari
Kabupaten Malang Jawa Timur.

Gambar Peta Jawa Timur


Sumber: https://www.google.com/search?q=PETA+JAWA+TIMUR
Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya
ialah Kerajaan Tumapel dengan ibu kota bernama Kutaraja. Di tahun 1253, Raja
Wisnuwardhana (Ranggawuni) mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari.

Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal
daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama
Kerajaan Singhasari. Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Tiongkok dari Dinasti
Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.

Kehidupan Politik Kerajaan Singasari

Raja-Raja yang Memerintah Singhasari

a. Ken Arok (1222 – 1227 M)

Setelah berakhirnya Kerajaan Kediri, kemudian berkembang Kerajaan Singhasari.


Pusat Kerajaan Singhasari kira-kira terletak di dekat kota Malang, Jawa
Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Ken Arok. Ken Arok berhasil tampil sebagai
raja, walaupun ia berasal dari kalangan rakyat biasa.

Menurut kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak seorang petani dari Desa
Pangkur, di sebelah timur Gunung Kawi, daerah Malang. Ibunya bernama Ken
Endok. Diceritakan, bahwa pada waktu masih bayi, Ken Arok diletakkan oleh
ibunya di sebuah makam. Bayi ini kemudian ditemu oleh seorang pencuri,
bernama Lembong. Akibat dari didikan dan lingkungan keluarga pencuri, maka Ken
Arok pun menjadi seorang penjahat yang sering menjadi buronan pemerintah
Kerajaan Kediri. Suatu ketika Ken Arok berjumpa dengan pendeta Lohgawe. Ken
Arok mengatakan ingin menjadi orang baik-baik. Kemudian dengan perantaraan
Lohgawe, Ken Arok diabdikan kepada seorang Akuwu (bupati) Tumapel, bernama
Tunggul Ametung.

Setelah beberapa lama mengabdi di Tumapel,


Ken Arok mempunyai keinginan untuk
memperistri Ken Dedes, yang sudah menjadi
istri Tunggul Ametung. Kemudian timbul niat
buruk dari Ken Arok untuk membunuh Tunggul
Ametung agar Ken Dedes dapat diperistri
olehnya. Ternyata benar, Tunggul Ametung
dapat dibunuh oleh Ken Arok dengan keris
Empu Gandring. Setelah Tunggul Ametung
terbunuh, Ken Arok menggantikan sebagai
penguasa di Tumapel dan memperistri Ken
Dedes. Pada waktu diperistri Ken Arok, Ken
Dedes sudah mengandung tiga bulan, hasil Gbr. Patung Ken Dedes
perkawinan dengan Tunggul Ametung.
Pada waktu itu Tumapel hanya daerah bawahan Raja Kertajaya dari Kediri. Ken
Arok ingin menjadi raja, maka ia merencanakan menyerang Kediri. Pada
tahun 1222 M Ken Arok atas dukungan para pendeta melakukan serangan ke
Kediri. Raja Kertajaya dapat ditaklukkan oleh Ken Arok dalam pertempurannya di
Ganter, dekat Pujon, Malang. Setelah Kediri berhasil ditaklukkan, maka seluruh
wilayah Kediri dipersatukan dengan Tumapel dan lahirlah Kerajaan Singhasari.

Setelah berdiri Kerajaan Singhasari, Ken Arok tampil sebagai raja pertama.
Ken Arok sebagai raja bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Ken
Arok memerintah selama lima tahun (1222 – 1227 M). Pada tahun 1227 M Ken
Arok dibunuh oleh seorang pengalasan atau pesuruh dan Batil, atas perintah
Anusapati. Anusapati adalah putra Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Jenazah
Ken Arok dicandikan di Kagenengan dalam bangunan perpaduan Syiwa-Buddha.

Ken Arok meninggalkan beberapa putra. Bersama Ken Umang, Ken Arok memiliki
empat putra, yaitu Panji Tohjoyo, Panji Sudatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi.
Bersama Ken Dedes, Ken Arok mempunyai putra bernama Mahesa
Wongateleng.

Perhatikan silsilah berikut ini !

SILSILAH RAJA KERAJAAN SINGASARI


b. Anusapati

Tahun 1227 M Anusapati naik tahta


Kerajaan Singhasari. Ia memerintah selama
21 tahun. Akan tetapi, ia belum banyak berbuat
untuk pembangunan kerajaan. Lambat laun
berita tentang pembunuhan Ken Arok sampai
pula kepada Tohjoyo (putra Ken Arok). Oleh
karena ia mengetahui pembunuh ayahnya
adalah Anusapati, maka Tohjoyo ingin
membalas dendam, yaitu membunuh
Anusapati. Tohjoyo mengetahui bahwa
Anusapati memiliki kesukaan menyabung ayam
maka ia mengajak Anusapati untuk menyabung
ayam. Pada saat menyabung ayam, Tohjoyo
berhasil membunuh Anusapati. Anusapati Gambar: Candi Kidal
dicandikan di Candi Kidal dekat Kota (Makam Anusapati)
Malang sekarang. Anusapati meninggalkan
seorang putra bernama Ronggowuni
(Wisnuwardhana).

c. Tohjoyo (1248 M)

Setelah berhasil membunuh Anusapati, Tohjoyo naik tahta. Masa


pemerintahannya sangat singkat, Ronggowuni yang merasa berhak atas tahta
kerajaan, menuntut tahta kepada Tohjoyo. Ronggowuni dalam hal ini dibantu oleh
Mahesa Cempaka, putra dari Mahesa Wongateleng. Menghadapi tuntutan ini, maka
Tohjoyo mengirim pasukannya di bawah Lembu Ampal untuk melawan
Ronggowuni. Kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Tohjoyo dengan
pengikut Ronggowuni. Dalam pertempuran tersebut Lembu Ampal berbalik memihak
Ronggowuni. Serangan pengikut Ronggowuni semakin kuat dan berhasil menduduki
istana Singhasari. Tohjoyo berhasil meloloskan diri dan akhirnya meninggal di
daerah Katang Lumbang akibat luka-luka yang dideritanya.

d. Ronggowuni (1248 - 1268 M)

Ranggawuni naik tahta Kerajaan Singhasari tahun 1248 M. Ronggowuni bergelar


Sri Jaya Wisnuwardana.

Dalam rangka untuk menjaga keselamatan jiwa dan keamanan kerajaan Singasari
maka Ranggawuni mengangkat Mahesa Cempaka (anak Mahesa Wongateleng /
cucu Ken Arok dan Ken Dedes) dengan jabatan Ratu Angabaya yang bertugas
menjaga keamanan raja dan kerajaan Singasari. Mahesa Cempaka bergelar
Narasimhamurti.

Pada tahun 1254 Ranggawuni mengangkat putranya (Kertanegara) yang waktu itu
usianya masih sangat muda sebagai raja muda atau Yuwaraja yang dipersiapkan
untuk menggantikan Ranggawuni jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan (meninggal,
pembunuhan)

Singhasari di bawah pemerintahan Ronggowuni dan Mahesa Cempaka hidup dalam


keadaan aman dan tenteram. Rakyat hidup dengan bertani dan berdagang.
Kehidupan rakyat juga mulai terjamin. Raja memerintahkan untuk membangun
benteng pertahanan di Canggu Lor.
Tahun 1268 M,
Ronggowuni
meninggal dunia
dan dicandikan di
dua tempat, yaitu
sebagai Syiwa di
Waleri dan sebagai
Buddha Amogapasa
di Jajagu. Jajagu
kemudian dikenal
dengan Candi Jago.
Bentuk Candi Jago
Gambar: Candi Jago (Makam Ranggawuni)
sangat menarik,
Sumber: https://www.google.com/search?
yaitu kaki candi
q=kerajaan+singasari
bertingkat tiga dan
tersusun berundak-
undak.

Reliefnya datar dan gambar orangnya menyerupai wayang kulit di Bali. Tokoh satria
selalu diikuti dengan punakawan. Tidak lama kemudian Mahesa Cempaka pun
meninggal dunia. Ia dicandikan di Kumeper dan Wudi Kucir.

e. Kertanegara (1268 - 1292 M)


Tahun 1268 M Kertanegara naik tahta menggantikan Ronggowuni
(Wisnuwardhana). Ia bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Kertanegara
merupakan raja yang paling terkenal di Singhasari. Ia bercita-cita, Singhasari
menjadi kerajaan yang besar.

Untuk mewujudkan cita-citanya, maka Kertanegara melakukan berbagai usaha,


yaitu:

1. Berusaha menciptakan stabilitas politik dalam negeri


Untuk menciptakan stabilitas politik dalam negeri, Kertanegara melakukan:

a) penataan di lingkungan para pejabat. Orang-orang yang tidak setuju dengan


cita-cita Kertanegara diganti. Sebagai contoh, Patih Raganata (Kebo
Arema) diganti oleh Aragani, dan Banyakwide karena menentang
pengiriman pasukan Singasari ke Melayu maka ia dipindahkan ke
Madura, menjadi Bupati Sumenep dengan nama Arya Wiraraja.
b) Menikahkan putri sulung Kertanegara dengan Ardharaja (putera
Jayakatwang, cicit Kertajaya raja Kediri)
c) Menikahkan Gayatri (putri bungsu Kertanegara) dengan Raden Wijaya
(anak Lembu Tal, cicit Ken Arok dan Ken Dedes).
2. Berusaha memperluas wilayah kekuasaan Singhasari
Kertanegara menginginkan wilayah Singhasari hingga meliputi seluruh Nusantara.
Beberapa daerah berhasil ditaklukkan, misalnya Bali, Kalimantan Barat Daya,
Maluku, Sunda, dan Pahang. Penguasaan daerah-daerah di luar Jawa yang
merupakan pelaksanaan politik luar negeri bertujuan untuk mengimbangi
pengaruh Kubilai Khan dari Cina. Pada tahun 1275 M Raja Kertanegara
mengirimkan Ekspedisi Pamalayu di bawah pimpinan Mahesa Anabrang
(Kebo Anabrang). Sasaran dari ekspedisi ini untuk menguasai Sriwijaya.
Akan tetapi, untuk menguasainya harus melalui daerah sekitarnya termasuk
bersahabat dan menanamkan pengaruh Singhasari di Melayu. Sebagai tanda
persahabatan, Kertanegara menghadiahkan patung Amogapasa kepada
penguasa Melayu. Ekspedisi Pamalayu diharapkan akan menggoyahkan
Sriwijaya.

PETA WILAYAH KEKUASAAN KERAJAAN SINGASARI

3. Berusaha memperkuat politik luar negeri


Dalam rangka memperkuat politik luar negerinya, Kertanegara menjalin
hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di luar Kepulauan Indonesia. Misalnya
dengan Raja Jayasingawarman III dan Kerajaan Campa. Bahkan Raja
Jayasingawarman III memperistri salah seorang saudara perempuan dari
Kertanegara.

4. Tidak mau tunduk kepada kaisar Cina yang bernama Kubilai Khan
Kertanegara memandang Cina sebagai saingan. Berkali-kali utusan Kaisar Cina
memaksa Kertanegara agar mengakui kekuasaan Cina, tetapi ditolak oleh
Kertanegara. Terakhir pada tahun 1289 M datang utusan Cina yang dipimpin oleh
Meng-ki. Kertanegara marah, Meng-ki disakiti dan disuruh kembali ke Cina. Hal
inilah yang membuat marah Kaisar Cina yang bernama Kubilai Khan. Ia
merencanakan membalas tindakan Kertanegara

Kerajaan Singasari runtuh


Usaha untuk memperluas wilayah dan mencari dukungan dan berbagai daerah terus
dilakukan oleh Kertanegara. Banyak pasukan Singhasari yang dikirim ke berbagai
daerah. Antara lain pasukan yang dikirim ke tanah Melayu. Oleh karena itu,
keadaan ibu dua kota kerajaan kekuatannya berkurang. Keadaan ini diketahui oleh
pihak-pihak yang tidak senang terhadap kekuasaan Kertanegara. Pihak yang tidak
senang itu antara lain Jayakatwang, penguasa Kediri. Ia berusaha menjatuhkan
kekuasaan Kertanegara.

Saat yang dinantikan oleh Jayakatwang ternyata telah tiba. Istana Kerajaan
Singhasari dalam keadaan lemah. Pasukan kerajaan hanya tersisa sebagian kecil.
Pada saat itu, Kertanegara sedang melakukan upacara keagamaan dengan pesta pora,
sehingga Kertanegara benar-benar lengah. Tiba-tiba, Jayakatwang menyerbu istana
Kertanegara. Serangan Jayakatwang dibagi menjadi dua arah. Sebagian kecil pasukan
Kediri menyerang dari arah utara untuk memancing pasukan Singhasari keluar dari
pusat kerajaan. Sementara itu induk pasukan Kediri bergerak dan menyerang dari
arah selatan. Untuk menghadapi serangan Jayakatwang, Kertanegara mengirimkan
pasukan yang ada di bawah pimpinan Raden Wijaya dan Pangeran Ardaraja.
Ardaraja adalah anak Jayakatwang dan menantu dari Kartanegara. Pasukan Kediri
yang datang dari arah utara dapat dikalahkan oleh pasukan Raden Wijaya Akan
tetapi, pasukan inti dengan leluasa masuk dan menyerang istana, sehingga berhasil
menewaskan Kertanegara.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 1292 M. Raden Wijaya dan pengikutnya kemudian
meloloskan diri setelah mengetahui istana kerajaan dihancurkan oleh pasukan Kediri.
Sedangkan Ardaraja membalik dan bergabung dengan pasukan Kediri. Dengan
terbunuhnya Kertanegara maka berakhirlah Kerajaan Singhasari.

Jenazah Kertanegara kemudian dicandikan di dua tempat, yaitu di Candi Jawi di


Pandaan dan di Candi Singosari, di daerah Singosari, Malang. Sebagai raja
yang besar, nama Kertanegara diabadikan di berbagai tempat. Bahkan di Surabaya
ada sebuah arca Kertanegara yang menyerupai bentuk arca Buddha. Arca
Kertanegara itu dinamakan arca Joko Dolok.

Kehidupan Agama dan Kepercayaan Kerajaan Singasari


Di awal berdiri, saat dipimpin Ken Arok sebagai raja, Singasari memiliki corak agama
Hindu. Namun seiring waktu di saat pemerintahan Kertanegara, corak keagamaan
mulai ada sinkretisme antara agama Hindu dan Budha.
Sinkretisme tersebut menjadi bentuk Syiwa-Budha. Salah satunya adalah
berkembangnya aliran Tantrayana. Kertanegara merupakan penganut aliran
Tantrayana ini.
Dalam Syiwa Budha pemimpinnya mendapatkan jabatan Dharma Dyaksa. Untuk
agama yang dianut, Kertanegara menjalankan Upacara keagamaan secara pestapora
sampai mabuk untuk mencapai kesempurnaan. Bahkan dalam hal ini Kartanegara
menyebut dirinya CANGKANDARA yakni pimpinan dari semua agama.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Singasari


Kerajaan Singasari terletak di lembah sungai Brantas. Kondisi ini menjadikan tanah di
wilayah ini sangat subur. Sebagian besar rakyat Singasari memiliki mata pencaharian
sebagai petani. Meski demikian tidak sedikit rakyat Singasari yang memilih untuk
berdagang.
Sungai Brantas menjadikan sektor lalu lintas perdagangan antar wilayah lebih mudah.
Baik itu perdaganganan di wilayah pedalaman maupun antar wilayah.

Kehidupan perekonomian rakyat Singasari mengalami pasang surut. Saat dibawah


kepemimpinan Ken Arok, rakyat berada dalam kondisi makmur dan sejahtera.
Kehidupan rakyat dan kaum Brahmana terjamin dalam kedamaian.

Kondisi ini berbeda saat masa kepemimpinan Anusapati. Pada saat itu, kehidupan
masyarakat terabaikan. Raja Anusapati lebih banyak menghabiskan waktunya bermain
sabung ayam bukan malah membangun kerajaan dan mengurusi rakyatnya.

Kemudian, pada saat Wisnuwardana diangkat menjadi raja di Kerajaan Singasari


kehidupan masyarakat mulai membaik. Rakyat menjadi semakin makmur.

Kehidupan masyarakat berada di puncaknya saat pemerintahan Kertanegara.


Kehidupan perekonomian masyarakat menjadi tertata dan lebih baik. Kerajaan ini
menjadi sebuah kerajaan besar dan makmur. Kekuasaannya meliputi daerah Bali,
Melayu, Jawa, Semenanjung Malaka, Nusa Tenggara, Maluku, Kalimantan, Sulawesi,
dan Madura.

Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Singasari


Sementara untuk kehidupan sosial budaya, Singasari banyak memberikan peninggalan
budaya diantaranya patung, prasasti maupun candi.
Peninggalan candi di kerajaan Singasari meliputi Candi Singasari, Candi Jago, dan
Candi Kidal. Pun patung hasil peninggalan kerajaan Singasari yakni Patung Ken Dedes
yang disebut sebagai Dewi Prajnaparamita (dewi kesuburan) serta Patung Kertanegara
disebut sebagai Amoghapasa.
.
Peninggalan Kerajaan Singasari
1. Candi Singosari
Candi ini berlokasi di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Terletak di lembah antara
Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Berdasarkan penyebutannya pada Kitab
Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada yang bertanggal 1351 M di halaman komplek
candi, candi ini merupakan tempat pendharmaan bagi raja Singasari terakhir, Sang
Kertanegara. Kemungkinan candi ini tidak pernah selesai dibangun.

2. Candi Jago
Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Candi ini cukup unik, karena
bagian atasnya hanya tersisa sebagian. Konon katanya bagian atas bangunan ini rusak
akibat tersambar petir. Dinding candi dihiasi relief Kunjarakarna dan Pancatantra. Secara
keseluruhan bangunan candi ini terbuat dari bahan batu andesit.

3. Candi Sumberawan
Candi Sumberawan merupakan satu-satunya candi yang memiliki stupa yang ditemukan di
Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari. Candi ini merupakan
peninggalan Kerajaan Singasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu.
Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang
sangat bening airnya.

4. Arca Dwarapala
Arca Dwarapala ini berbentuk raksasa menyeramkan dengan ukuran tinggi 3,5 meter.
Diduga arca ini ditempatkan sebagai penjaga dan tanda wilayah kotaraja. Namun hingga
saat ini dimana kotaraja Singasari tersebut masih belum diketahui secara pasti.

5. Prasasti Singosari
Prasasti Singosari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten
Malang. Saat ini prasasti tersebut disimpan di Museum Gajah dan ditulis dengan Aksara
Jawa.
Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman
yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti ini merupakan
pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan letak benda-benda
angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara
pembangunan sebuah caitya.

6. Prasasti Manjusri
Prasasti Manjusri merupakan manuskrip yang dipahatkan pada bagian belakang Arca
Manjusri. Manuskrip ini bertarikh 1343. Pada awalnya prasasti ditempatkan di Candi Jago
namun saat ini tersimpan di Museum Nasional Jakarta.

7. Prasasti Mula Malurung


Prasasti Mula Malurung merupakan piagam pengesahan penganugrahan desa Mula dan desa
Malurung yang diberikan kepada Pranaraja. Prasasti ini berupa lempengan-lempengan
tembaga yang diterbitkan Kertanagara pada tahun 1255 sebagai raja muda di Kediri, atas
perintah ayahnya Wisnuwardhana raja Singhasari.
Kumpulan lempengan Prasasti Mula Malurung ditemukan pada dua waktu yang berbeda.
Sebanyak sepuluh lempeng ditemukan pada tahun 1975 di dekat kota Kediri, Jawa Timur.
Sedangkan pada bulan Mei 2001, kembali ditemukan tiga lempeng di lapak penjual barang
loak, tak jauh dari lokasi penemuan sebelumnya. Keseluruhan lempeng prasasti saat ini
disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
8. Candi Jawi
Candi ini terletak di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan – Kecamatan Prigen
Pasuruan. Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan
Buddha. Namun sebenarnya candi ini merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan
abu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara.
Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari. Kedua candi ini ada
hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan Raja Kertanegara.

9. Prasasti Wurare
Prasasti Wurare adalah sebuah prasasti yang berisi penobatan arca Mahaksobhya di sebuah
tempat bernama Wurare. Prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta dan bertarikh 1211 Saka
atau 1289 M.
Arca tersebut sebagai penghormatan dan perlambang bagi Raja Kertanegara dari kerajaan
Singhasari, yang dianggap oleh keturunannya telah mencapai derajat Jina (Buddha Agung).
Sedangkan tulisan prasastinya ditulis melingkar pada bagian bawahnya.

10. Candi Kidal


Candi Kidal dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua
dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227 M – 1248 M). Kematian
Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singhasari,
juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring.
Meski hanya berkuasa selama 70 tahun, namun Singasari menorehkan sebuah kisah besar
di Nusantara. Singasari nantinya akan menjadi awal kisah Majapahit, kerajaan pemersatu
Nusantara yang menjadi cikal bakal Indonesia.(*)

Demikianlah materi pada pertemuan kali ini, dan untuk mengetahui pemahaman kalian
setelah membaca materi tersebut maka jawablah soal latihan berikut.

Soal Latihan

Petunjuk:

Soal dikerjakan secara individu di buku tugas masing-masing, difoto, dikirim ke WAPRI
guru mata pelajaran paling lambat hari ini pukul 18.00 WIB.

Soal:

1. Dimana letak kerajaan Singasari ?


2. Sebutkan 2 sumber sejarah Kerajaan Singasari beserta isinya !
3. Kapan kerajaan Singasari mencapai masa puncak kejayaannya, serta beri
penjelasan
4. Kapan dan mengapa kerajaan Singasari runtuh ?
5. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi kerajaan Singasari ?
6. Bagaimana kehidupan agama dan kepercayaan kerajaan Singasari ?
7. Sebutkan peninggalan dari zaman kerajaan Singasari !

Anda mungkin juga menyukai