SkripsiFormatJurnal GilangSatriyaUtama 175090700111005
SkripsiFormatJurnal GilangSatriyaUtama 175090700111005
net/publication/357699800
CITATIONS READS
2 3,297
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Gilang Satriya Utama on 10 January 2022.
Pendahuluan
Indonesia adalah negara tropis yang terdiri banjir lainnya, namun nyatanya solusi ini tidak
dari pulau-pulau atau negara kepulauan terbesar di cukup untuk mengendalikan dampak banjir. Solusi
dunia yang hanya memiliki dua musim yaitu musim lain yang dapat dijadikan untuk pencegahan bahaya
panas dan musim hujan. Intensitas curah hujan dan kerugian dari banjir adalah dengan memberikan
Indonesia cukup tinggi sehingga sangat rentan informasi terbaru dan akurat kepada masyarakat di
mengalami bencana banjir. Meningkatnya intensitas daerah terdampak terkait risiko banjir dengan peta
curah hujan secara berkala dan signifikan umumnya risiko banjir (Hanie, 2016).
disebabkan oleh dampak dari pemanasan global atau Penyebab utama dari dari bencana banjir
perubahan kondisi iklim yang terjadi di Indonesia secara garis besar disebabkan oleh rusaknya
(Natsir, 2017) Kawasan hutan-hutan di daerah hulu yang
Adanya perubahan kondisi iklim membuat membawa air tanah yang berlebihan ke kawasan
peningkatan frekuensi maupun intensitas curah hilir yang rendah, kurangnya wilayah resapan air
hujan yang terjadi di suatu daerah dalam beberapa seperti hutan kota, tanaman kota dan tidak adanya
rentang beberapa tahun semakin tinggi. Dampak rencana yang baik untuk penataan sungai dan
nyata dari adanya hal ini yaitu terpicunya fenomena drainase untuk pencegah terjadinya banjir
bencana banjir yang menjadi suatu permasalahan (Muhibbin dkk, 2020).
serius bagi masyarakat terdampak yang merasakan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
bencana tersebut baik dari segi korban jiwa, (Bakesbangpol) Kota Malang menyebutkan bahwa
kerugian finansial atau memburuknya kondisi terdapat 34 titik rawan banjir yaitu di Kecamatan
infrastuktur. masyarakat yang terkena dampak dari Belimbing terdapat 8 titik, Kecamatan
bencana ini akan mengalami gangguan aktivitas baik Kedungkandang terdapat 6 titik, Kecamatan Sukun
dari segi sosial maupun ekonomi. terdapat 8 titik, Kecamatan Lowokwaru terdapat 7
Umumnya solusi yang tepat untuk titik dan Kecamatan Klojen terdapat 5 titik rawan
mengantisipasi bahaya bencana banjir adalah banjir. Beberapa kejadian banjir yang pernah terjadi
dengan membangun bendungan atau bangunan anti di kota ini yaitu bencana banjir pada tanggal 7
November 2010, 29 Februari 2008, dan 26 pengaruh faktor geomorfologi statik terhadap peta
Desember 2006, banjir yang terjadi pada tanggal 7 tersebut.
November 2010 mengakibatkan korban terluka
sebanyak 5 orang. Bencana banjir di Kota Malang Landasan Teori
juga terjadi pada tahun 2019 namun tidak 1. Banjir
menimbulkan korban jiwa (Natsir, 2017). ` Menurut The United Nations International
Terdapat dua faktor yang menjadi sumber Strategy for Disaster Reduction (UNISDR),
dari permasalahan terjadinya banjir di Kota Malang bencana adalah suatu kejadian yang menggaggu
yaitu semakin banyaknya perumahan dan mall yang suatu komunitas atau masyarakat yang memberikan
dibangun dan minimnya ruang terbuka hijau dan dampak buruk berupa kerugian materi, ekonomi
resapan air di Kota Malang. Permasalahan dari dan lingkungan dimana dampak dari kejadian
meningkatnya perumahan dan mall yang berakibat tersebut skalanya sudah melewati kemampuan
pada banjir berasal dari meningkatnya beban komunitas atau masyarakat untuk menyelesaikan
saluran drainase yang ada namun tidak dilakukan permasalahan tersebut dengan menggunakan
peningkatan lokasi drainase guna menampung air kemampuan mereka sendiri.
sehingga drainase tidak dapat mengimbangi air Beberapa faktor penyebab banjir :
untuk ditampung. Sedangkan permasalahan a. Curah Hujan
minimnya ruang terbuka hijau dan resapan air yang Salah satu penyebab yang masyarakat
berakibat pada banjir berasal dari hilangnya umum anggap sebagai penyumbang bencana
kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang banjir terbesar adalah curah hujan, hujan yang
seharusnya menjadi tempat resapan air. Di Kota terjadi dalam durasi panjang serta diiringi
Malang Ruang Terbuka Hijau (RTH) hanya tersisa dengan intensitas hujan yang cukup tinggi dapat
4% dari seluruh wilayah kota malang dan tempat menimbulkan bencana banjir. Dalam meteorologi
resapan air hanya tersisa 40%. Berdasarkan PP terdapat istilah presipitasi yaitu fenomena ketika
No.63 Tahun 2002 menyebutkan bahwa luas Ruang tetes air, salju atau es serta debu yang
Terbuka Hijau (RTH) mengharuskan minimal terkondensasi jatuh dari awan ke permukaan
sebesar 10% dari total luas wilayah masing-masing tanah
kota atau kabupaten sedangkan kondisi Ruang b. Kemiringan Lereng
Terbuka Hijau (RTH) di Kota Malang yang tidak Berdasarkan tingkat kemiringan, suatu
sampai mencapai syarat tersebut menjadi salah satu daerah dapat diidentifikasikan sebagai daerah
akar permasalahan dari bencana banjir di kota ini yang termasuk landai atau tidak dapat diketahui
(Muhibbin.dkk, 2020). melalui kemiringan lerengnya. Pengaruh
Selain dari faktor berkurangnya Ruang kemiringan lereng terhadap terjadinya bencana
Terbuka Hijau (RTH), faktor lain yang banjir dipengaruhi dari tingkat jumlah dan
menyebabkan terjadinya bencana banjir adalah kecepatan limpasan permukaan (surface runoff),
penurunan muka tanah. Bentuk lahan juga sangat drainase permukaan dan erosi lahan. Jika suatu
berpengaruh terhadap potensi terjadinya banjir, daerah memiliki kemiringan lereng yang landau
oleh karena itu dapat dilakukan kajian maka aliran limpasan permukaan yang terjadi
geomorfologi daerah yang berpotensi untuk semakin kecil atau lambat, hal ini membuat
mengalami fenomena bencana banjir untuk kemungkinan terjadinya bencana banjir semakin
dianalisis lebih lanjut dari segi geomorfologi statik besar karena munculnya genangan.
yaitu morfologi sebagai informasi pendukung dari c. Penggunaan Lahan
peta risiko banjir hasil analisis dengan Sistem Penyebab lain dari bencana banjir salah
Informasi Geografis (SIG). satunya adalah perubahan Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis (RTH) menjadi lahan hunian atau lahan pertanian.
merasa perlu untuk menganalisis dan mengetahui Semakin berkurangnya Ruang Terbuka Hijau
daerah mana saja di Kota Malang yang berpotensi (RTH) membuat Kawasan resapan air guna
untuk mengalami bencana banjir dengan pencengah bencana banjir semakin sedikit, alhasil
menganalisis daerah Kota Malang dengan membuat limpasan (runoff) meningkat dan menyebabkan
peta risiko banjir Kota Malang berbasis Sistem adanya erosi.
Informasi Geografis (SIG) dengan melihat
d. Jenis Tanah a. Intensitas Curah Hujan
Jenis tanah menjadi salah satu faktor Intensitas curah hujan merupakan jumlah
pendukung terjadinya bencana banjir yaitu dari curah hujan yang dinayatakan dalam volume hujan
kemampuan tanah dalam menyerap air. Semakin atau tinggi hujan tiap satuan waktu yang berlangsung
besar kemampuan tanah dalam menyerap air maka pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Nilai
semakin sulit daerah tersebut untuk mengalami intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari
fenomena banjir. lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya.
Intensitas curah hujan yang tinggi biasanya terjadi
Menurut Sudarmadi (2017) bencana banjir dibagi dengan durasi yang cukup pendek dan meliputi
menjadi 4 jenis yaitu : daerah yang tidak luas.Untuk menentukan debit
a. Banjir Bandang maksimum banjir dari suatu daerah diperlukan
Banjir bandang adalah jenis fenomena banjir perhitungan intensitas hujan. Salah satu metode yang
yang berlangsung secara cepat dan mendadak. digunakan untuk menghitung curah hujan adalah
Banjir ini biasanya muncul setelah terjadinya hujan metode Mononobe :
yang cukup deras dengan intensitas curah hujan 𝐑𝐭𝟐𝟒 𝟐𝟒
yang cukup tinggi. It= 𝟐𝟒
( 𝒕 )2/3 (2.1)
b. Banjir Luapan Sungai
Dimana :
Banjir jenis ini hamper sama dengan banjir
bandang namun berbeda pada skala waktu terjadinya I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
fenomena banjir. Banjir ini terjadi dalam proses
t : Durasi hujan ( jam )
waktu yang cukup lama, durasi fenomena ini pun
tidak seperti banjir bandang yang cepat untuk surut Rt24 : Tinggi curah hujan pada periode ulang
melainkan dapat berlangsung dalam kurun waktu (mm/hari) atau curah hujan dalam 24 jam
harian bahkan mingguan tanpa henti. (mm/hari)
b. Koefisien Limpasan
c. Banjir Pantai Nilai koefisien limpasan terdiri dari 3 aspek
Banjir pantai sesuai seperti namanya yaitu
utama yaitu penggunaan lahan, kemiringan lereng
banjir yang terjadi di sekitar pantai. Banjir ini dipicu dan litologi. 3 aspek tersebut dihitung dalam metode
oleh naiknya air payau ke daratan pantai akibat dari
hassing dimana masing-masing aspek memiliki bobot
dampak gelompang pasang atau badai, biasanya sebagai berikut. Koefisien limpasan air ini digunakan
banjir ini juga terjadi karena adanya badai siklon
apabila ingin menghitung potensi debit maksimum
tropis.
banjir yang mungkin terjadi selain dari intensitas
d. Banjir Kilat curah hujan. Besarnya koefisien limpasan ini
Banjir kilat hampir sama seperti banjir berbanding lurus dengan estimasi debit maksimum,
bandang namun banjir jenis ini berlangsung dalam semakin besar nilai koefisiennya maka debit
kurun waktu kurang dari lima jam setelah hujan
maksimum banjir yang mungkin terjadi juga semakin
deras turun tinggi
2. Debit Maksimum Banjir
Beberapa faktor yang mempengaruhi adanya
bencana banjir merupakan intensitas hujan yang
tinggi dan debit limpasan permukaan yang besar,
selain itu faktor lainnya yaitu penggunaan lahan,
kelerengan dan litologi. Limpasan permukaan
merupakan air hujan yang mengalir di atas
permukaan yang membawa berbagai zat dan partikel
tanah. Untuk menghitung perkiraan debit maksimum
banjir yang mungkin terjadi dibutuhkan persamaan
yang menggunakan beberapa komponen yaitu
intensitas curah hujan dan koefisien limpasan.
Tabel 2.1 Nilai koefisien limpasan menggunakan 3. Hidrolika Banjir
metode Hassing (Suripin,2002). Hidrolika merupakan suatu topik dalam ilmu
No Penggunaan Nilai C terapan dan keteknikan yang mempelajari terkait
Lahan (CL) CL sifat-sifat mekanis fluida yaitu tentang perilaku
1 Sawah 0.15 aliran air. Topik bahasan hidrolika dalam aspek sains
2 Semak belukar 0.07 dan keteknikan mencakup konsep-konsep seperti
3 Semak belukar 0.07 aliran tertutup, perancangan bangunan air, hitungan
rawa dinamika fluida, pengukuran aliran serta perilaku
4 Permukiman 0.6 aliran saluran terbuka seperti sungai dan selokan.
5 Tanah terbuka 0.2 Dalam pemodelan aliran pada saluran terbuka
Dimana : 𝝏 𝒙𝟐
∫ 𝝆 𝑸 𝒅𝒙
𝝏𝒕 𝒙𝟏
(2.7)
Qmax = Debit maksimum (m3/detik)
Apabila persamaannya disederhanakan maka
C = Koefisien aliran permukaan/limpasan
menjadi :
I = Intensitas hujan (mm/jam) 𝝏𝑸 𝝏𝑸𝒗 𝒅𝒚
𝝏𝒕
+ 𝝏𝒙 + 𝒈 𝑩𝒚 𝒅𝒙 − 𝒈𝑨(S0-Sf) = 0 (2.13)
A = luas daerah aliran (Ha)
b. Jenis Pengaliran geomorfologi adalah topografi. Pengaruhnya yaitu
Jenis Pengaliran yang terjadi pada fenomena munculnya sebuah perbedaan proses geomorfologi
banjir pada saluran terbuka jika ditinjau dari segi oleh perbedaan ketinggian, kemiringan lereng dan
waktu adalah fenomena banjir termasuk aliran tidak relief suatu daerah. Perbedaan ketinggian ini
permanen atau unsteady flows dimana parameter Q, mengakibatkan suatu daerah yang berbeda
V, h, y berubah sepanjang waktu tinjauan dan jika ketinggiannya memiliki hubungan sebab-akibat.
ditinjau dari segi ruang termasuk aliran tidak Tempat yang cenderung tinggi menjadi salah satu
beraturan atau non-uniform flows dimana Q, V, h, y penyebab deformasi bentuk lahan untuk tempat yang
berubah sepanjang kawasan tinjauan. berada di bawahanya contohnya bertambahnya
dataran banjir di wilayah hilir akibat meningkatnya
c. Perubahan Aliran Gelombang Dalam intensitas erosi di wilayah hulu.
Fenomena Banjir Bentuk lahan sangat mempengaruhi suatu daerah
Dalam perjalanannya banjir dapat mengalami terhadap potensi terjadinya banjir. Lahan yang
perubahan gelombang karena adanya hambatan memiliki ketinggian rendah cenderung lebih
sepanjang saluran. Perbandingan antara kecepatan berpotensi untuk mengalami bencana banjir. Suatu
gelombang banjir dengan kecepatan aliran juga daerah bisa mengalami penurunan muka tanah atau
merupakan makna persamaan lain dari bilangan degradasi karena adanya proses morfologi
Froude. Bergantung dari nilai kemiringan geser (Sf), (Pramulya.dkk, 2011).
kemiringan dasar saluran (S0). kecepatan 5. Sistem Informasi Geografis
gelombang banjirnya (c) dan diameter penghalang Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan
(L), Gelombang banjir terbagi menjadi 3 jenis yaitu suatu sistem berlandaskan komputer yang dirancang
gelombang dinamik (dynamic wave), gelombang khusus untuk memiliki kemampuan dalam
kinematik (kinematic Wave) dan gelombang difusif pengelolaan data. Berbagai macam kemampuan dari
(diffusive wave). Dalam penentuan jenis gelombang sistem tersebut terdiri dari pengumpulan data,
diperlukan Nilai 𝜷 = 5/3 nilai ini diaplikasikan pada pengarsipan, processing data, analisa, pemodelan dan
saluran hidrolik yang dipengaruhi oleh koefisien penyajian data spasial maupun data non-spasial. Data
kekasaran manning. yang diolah dalam sistem informasi geografis
biasanya berbentuk data spasial yaitu data yang
berbasis geografis serta memiliki sistem koordinat
sebagai dasar referensi (Putri, 2018).
Metode
Djunire, S. 2009. Kajian Bahaya dan Resiko Tsunami Berbasis Geomorfologi untuk Menunjang Tata Ruang Kota Manokwari,
Provinsi Papua Barat [tesis]. Institut Pertanian Bogor
Hanie, Meidina Zulfa. 2016. Analisis Mitigasi Banjir Di Daerah Aliran Sungai Babura Berbasis Sistem Informasi Geografis
(SIG). Skripsi. Universitas Sumatera Utara : Medan.
Muhibbin,Mohammad, Umar Said Sugiharto, Budi Parmono. 2020. Partisipasi Masyarakat Kota Malang Dalam Pencegahan
Bencana Banjir. Negara dan Keadilan. 9(2), 2-4.
Natsir,Muh.Fadli. 2017. Analisis Permasalahan Banjir Wilayah Kelurahan Karunrung Kecamatan Rappocini Kota Makassar.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar : Makassar.
Pratama, Arya. 2015. Studi Kawasan Kerentanan Longsor Pada Ruas Jalan Poros Malino-Tondong Kabupaten Gowa-Sinjai
Dengan Menggunakan Aplikasi ARCGIS. Skripsi. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Pratama,M,Y & Nalendrajati,S. Zonasi Daerah Rawan Banjir Berdasarkan Aspek Hidrolika Pada Sungai Citarum, Jawa Barat..
Seminar Nasional AVoER XII. 2020. 18(19), 2-4.
Pratiwi, Eka Ayu,dkk. 2013. Penurunan Persamaan Saint Venant Secara Geometris. Beta. 6(2),177-200.
Putri, Dwi Agustina. 2017. Pemetaan Risiko Bencana Longsor DAS Konto Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis.
Skripsi. Universitas Brawijaya : Malang
Ramadhion, Wingga Aditya. 2017. Analisis Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor Di DAS Konto Hulu Menggunakan
Sistem Informasi Geografis. Skripsi. Universitas Brawijaya : Malang.
Rusli, Ayu Fitriatul Ulya. 2018. Peran Pemerintah Kota Malang Dalam Meningkatkan Kesiapsiagaan Masyarakat
Menghadapi Bencana (Studi Manejemen Bencana). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 5(1),3-7.
Sandi L. 2020. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Jalur Evakuasi Bencana Banjir Di Kecamatan Ciledug
Kota Tangerang. Skripsi. Universitas Islam Syarif Hidayatullah : Jakarta.
Tampubolon, Koko. 2018. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Sebagai Penentuan Kawasan Rawan Banjir Di Kota
Medan. Pembangunan Kota. 6(2), 1-5.
Tirani, Purika Ayu. 2016. Analisis Limpasan Air Permukaan (Surface Run-Off) Lapangan Golf Rawamangun Terhadap Banjir
Di Kampus A Universitas Negeri Jakarta, Kelurahan Rawamangun, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Skripsi.
Universitas Negeri Jakarta : Jakarta.
Utama., Lusi.dkk. 2018. Kajian Morfphometri Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Kuranji Terhadap Debit Banjir.
Frontiers.1(1),5.
Widiasmadi, N. 2006. Penurunan Persamaan ST.Venant Untuk Dasar Berbagai Kasus Dinamika Fluida. Momentum. 2(2), 8-
10.
Zuidam, R.A., F. I., 1979 and 1985. Terrain Analysis Classification Using Areal Photographs, A Geomorphologycal Approach.
Netherland. Enschede : ITC.