Anda di halaman 1dari 16

BAB I

KERAJAAN SINGOSARI

A. LOKASI DAN SUMBER SEJARAHNYA

Singasari adalah nama dari sebuah daerah yang terletak di sebelah timur Gunung Kawi di
hulu sungai Brantas. Saat ini daerah tersebut termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Malang di
Propinsi Jawa Timur Indonesia. Pada abad ke-13, Singasari hanya merupakan sebuah desa kecil
yang tidak berarti. Keadaan ini lambat laun berubah bertepatan dengan munculnya seorang
pemuda bernama Ken Arok dari desa Pangkur, yang berhasil merebut daerah tersebut dari
wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri yang saat itu diperintah oleh Raja Kertajaya pada tahun 1222
Masehi. Sejak saat itu ia mendirikan kerajaan yang berpusat di desa Kutaraja serta mengambil
nama gelar kebangsawanan sebagai Rajasa

Sang Amurwabhumi. Baru kemudian pada tahun 1254 Masehi, wilayah tersebut diganti
nama dengan nama Singasari oleh cucunya yang bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singasari
menjadi kota kerajaan yang menguasai wilayah Jawa bagian Timur dari tahun 1222 sampai 1292
Masehi.

Kerajaan Singasari memiliki keterkaitan dengan kerajaan Majapahit yang didirikan oleh
Nararya Sanggramawijaya pada tahun 1293 Masehi. Sanggramawijaya atau yang lebih dikenal
oleh masyarakat sebagai Raden Wijaya adalah cucu dari Narasingamurti dan menantu dari Raja
Kertanegara. Kertanegara adalah raja Singasari terakhir yang meninggal terbunuh dalam
peperangan melawan tentara pemberontak yang mengatas namakan Kerajaan Kediri di bawah
pimpinan Jayakatwang. Raden Wijaya secara resmi menjadi raja Majapahit setelah berhasil
mengalahkan tentara Jayakatwang yang telah merebut Singasari. Raden Wijaya melakukannya
dengan bantuan tentara Tartar (Dinasti Yuan) dari Mongolia/China yang awalnya datang ke Jawa
untuk tujuan menaklukkan Singasari yang ternyata sudah terlebih dahulu diruntuhkan oleh
Jayakatwang.

1
Kisah tentang kerajaan Singasari, pertama kali disiarkan dalam karya J.L.A. Brandes,
Pararaton of het boek der konigen van Tumapel en van Majapahit uitgegeven en toegelicht, di
tahun 1896. Dalam karya tersebut J.L.A. Brandes membahas tentang kisah pendiri Singasari
sebagaimana tertulis di dalam Serat Pararaton atau yang juga disebut sebagai Katuturanira Ken
Arok. Dimulai dengan cerita tentang Ken Arok yang kemudian menjadi pendiri kerajaan
Tumapel dan mengambil 2 nama Abhiseka Rajasa Sang Amurwabhumi setelah mengalahkan
Raja Kertajaya dari Kediri. Sejak saat itu, cerita Ken Arok mulai dikenal di lingkungan

B. SISTEM PEMERINTAHAN KERAJAAN SINGASARI

Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini. Versi pertama
adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu. Pararaton menyebutkan
Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan oleh Anusapati (1247–1249 M).
Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249–1250 M), yang diteruskan oleh Ranggawuni alias
Wisnuwardhana (1250–1272 M). Terakhir adalah Kertanegara yang memerintah sejak 1272
hingga 1292 M. Sementara pada versi Negara kretagama, raja pertama Kerajaan Singasari adalah
Rangga Rajasa Sang Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya adalah Anusapati, yang
dilanjutkan Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah Kertanagara (1254–1292 M). Data
ini didapat dari prasasti Mula Malurung.

1 Ken Arok (1222–1227 M) Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus
juga menjadi Raja Singasari yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang
Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai
munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra
(Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227 M). Pada
tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok).
Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.
2 Anusapati (1227–1248 M) Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan
Singasari jatuh ke tangan Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama,
Anusapati tidak banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan
kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan
sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui
bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong
Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat
Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris
buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan
demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.
3 Ranggawuni (1248–1268 M) Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun
1248 M dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa
Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar
Narasinghamurti. Ppemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran
rakyat Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama
Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi
raja besar di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan
didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi
Waleri sebagai Siwa.
4 Kertanegara (1268-1292 M) Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar
karena mempunyai cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada
tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia
dibantu oleh tiga orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan
mahamenteri i sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia
mengganti pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata
digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura)
dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian
ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal
dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal
ini ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja
Kertanegara.

Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura
(Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan
dengan raja Champa,dengan tujuan untuk menahan perluasaan kekuasaan Kubilai Khan dari
Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di daerah selatan termasuk Indonesia

3
mengakuinya sebagai yang dipertuan. Kertanegara menolak dengan melukai muka utusannya
yang bernama Mengki. Tindakan Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan
bermaksud menghukumnya dengan mengirimkan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian
besar pasukan Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka Jayakatwang (Kediri)
menggunakan kesempatan untuk menyerangnya.Serangan dilancarakan dari dua arah, yakni dari
arah utara merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.

Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan berhasil
masuk istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar istana.
Kertanaga beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan tersebut. Ardharaja berbalik
memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri
dan menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas
bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi kepada
Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang
untuk ditempati. Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh
Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang
dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di Candi
Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang berada di
Taman Simpang, Surabaya.

C. KEADAAN MASYARKAT DAN KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK


KERAJAAN

Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun. Ketika Ken
Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya.
Banyak daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada pemerintahan Anusapati,
kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian karena ia larut dalam kegemarannya
menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi.
Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang
ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.
Politik Dalam Negeri:

1 Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih Raganata digantikan


oleh Aragani, dll.
2 Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat putra Jayakatwang
(Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya.
3 Memperkuat angkatan perang.

Politik Luar Negeri:

1. Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk bekerjadama dengan Kerajaan melayu serta


melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.,serta menahan serangan
(expansi) bangsa Mongol/dinasti Yuan di Tiongkok.
2. Menguasai Bali
3. Menguasai Jawa Barat.
4. Menguasai Malaka dan Kalimantan.

Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung diantaranya candi Kidal,
candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan patung-patung yang ditemukan adalah patung
Ken Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara
dalam wujud patung Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan
Kertanegara (kedua patung kertanegara baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa
menyatakan bahwa Kertanegara menganut agama Buddha

5
BAB II
KERAJAAN MAJAPAHIT

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan kepulauan yang luas. Ibu kotanya terletak di Pulau Jawa,
di Kota Daha. Sebelum Majapahit berdiri, kerajaan yang berpengaruh di Jawa saat itu adalah
Kerajaan Singasari yang dipimpin oleh Kertanegara. Pengaruh kerajaan Singasari yang cukup
besar membuatnya menjadi salah satu kerajaan yang diperhitungkan di semenanjung Asia
Tenggara.

A. AWAL MULA KERAJAAN MAJAPAHIT

Kublai Khan, Penguasa Mongol, berniat menjalin hubungan dengan Singasari. Pada
tahun 1290 M, Khan mengirimkan utusannya ke Singasari untuk meminta upeti. Kertanegara
menolak permintaan itu dan mengusir si utusan kembali ke hadapan Khan. Atas perlakuan
tersebut, pada tahun 1293 M, Kublai Khan mengirimkan 1.000 armada kapalnya ke Jawa untuk
menyerang Singasari. Di saat yang sama, terjadi pemberontakan terhadap Kertanegara.
Jayakatwang, Adipati Kediri, melakukan pemberontakan terhadap Kertanegara. Aria Wiraraja,

Mantan pejabat keraton yang dialih tugaskan menjadi Bupati Sumenep karena menentang
politik luar negeri Kertanegara mengusulkan pemberontakan itu. Ketika pemberontakan terjadi,
Jayakatwang berhasil membunuh Kertanegara dan keluarganya. Akan tetapi, salah seorang
menantu Kertanegara yang bernama Raden Wijaya melarikan diri ke Sumenep, mencari
perlindungan pada Aria Wiraraja. Karena memiliki hubungan dekat dengan Aria Wiraraja,
Raden Wijaya diampuni dan kembali ke Jawa. Raden Wijaya kemudian diberi lahan di tengah
Hutan Tarik untuk membangun pemukiman sendiri. Pemukiman tersebut kemudian berkembang

menjadi desa yang disebut sebagai Majapahit. Menurut Berthold Laufer, seorang orientalis

Jerman, nama Majapahit diambil dari nama buah maja yang rasanya pahit. Nama tersebut

diambil karena di sekitar pemukiman Raden Wijaya itu, banyak ditemukan buah maja. Pasukan

Mongol telah datang ke Jawa. Mereka berniat menangkap dan menghukum Kertanegara karena

menolak utusan Mongol yang pernah datang ke Singasari. Raden Wijaya selaku ahli waris
bersedia untuk bertanggung jawab asalkan mereka mau membantunya merdeka dari kekuasaan
Jayakatwang. Jayakatwang berhasil dikalahkah oleh Raden Wijaya dan pasukan Mongol
Kemudian, setelah Raden Wijaya berhasil menyusun ulang kekuatan, ia bertempur melawan
pasukan Mongol dan mengusir mereka pergi dari Jawa. Pada 1293 Masehi, Raden Wijaya
mendirikan benteng sebagai pusat pemerintahan Majapahit. Lantas, tanggal 15 bulan Kartika
tahun 1215 Saka (atau 10 November 1293 Masehi) ditetapkan sebagai tanggal berdirinya
Kerajaan Majapahit. Tanggal tersebut adalah tanggal resminya Raden Wijaya dinobatkan sebagai
penguasa Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Setelah Raden Wijaya meninggal,
takhta penguasa Majapahit diwariskan kepada Prabu Jayanegara. Anak Raden Wijaya ini dikenal
sebagai seseorang yang tabiatnya buruk.

D. KEADAAN MASYARKAT DAN KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK


KERAJAAN

1. Penguasa Kerajaan Majapahit

Layaknya sebuah kerajaan, selama keberadaannya kerajaan Majapahit pernah dipimpin


oleh beberapa raja. Berikut adalah raja-raja yang pernah memegang tampuk kekuasaan
tertinggi Kerajaan Majapahit :
• Raden Wijaya: (1309)
• Jayanegara: (1309-1328)
• Tribhuwanatunggaldewi: (1328-1350)
• Hayam Wuruk: (1350-1389)
• Wikramawardhana: (1389-1429)
• Suhita: (1429-1447)
• Kertawijaya: (1447-1451)
• Rajasawardhana: (1451-1453)
• Bhre Wengker: (1456-1466)
• Singhawikramawardhana: (1466-1468)
• Kertabhumi: (1468-1478)

7
• Ranawijaya/Girindrawardhana: (1478-?)

2. Peninggalan Kerajaan Majapahit

Sebagai sebuah kerajaan terbesar, Majapahit tentu banyak meninggalkan jejak sejarah yang
masih bisa kita saksikan saat ini. Ya, banyak sekali peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit atau
pun hal-hal yang berkaitan dengan Majapahit yang bisa kita saksikan saat ini. Salah satu yang
paling terkenal tentu saja bangunan candi, dan artepak lainberupa koin, genting, tembikar, hingga
celengan keramik yang banyak terdapat di Trowulan (dulu Ibukota Majapahit).
3. Kesenian Budaya Peninggalan Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan besar yang ada di negeri ini dan dapat dikatakan
sebagai cikal bakal terbentuknya negeri ini. Kerajaan ini berawal dari sebuah hutan lebat yang
dihadiahkan kepada Raden Wijaya dan dijadikan sebagai Tanah Perdikan. Raden Wijaya beserta
pengikutnya membuka hutan lebat tersebut dan menjadikannya sebagai tanah perkampungan dan
mereka bertempat tinggal di tempat tersebut.

Kerajaan Majapahit memang termasuk kerajaan yang besar sebab wilayah kekuasaannya
mencakup seluruh wilayah Nusantara, bahkan jika kita telusuri, wilayah kerajaan majapahit
hingga asia tenggara. Begitu besarnya kerajaan majapahit sehingga sangat menggetarkan negara-
negara yang ada di sekitarnya. Apalagi ketika Gajah Mada menjabat sebagai Mahapatih
Kerajaan Majapahit. Dengan penuh semangat, Mahapatih Gajah Mada terus berusaha untuk
mengembangkan dan memperluas wilayah kekuasaan kerajaannya. Tentunya, kondisi ini
merupakan bukti bahwa kerajaan Majapahit adalah kerajaan besar. Baik angkatan darat maupun
angkatan lautnya sedemikian kuatnya sehingga setiap kerajaan yang ada ketakutan dan takluk
tanpa perlawanan berarti saat tentara kerajaan majapahit bergerak memasuki gerbang kota
kerajaan. Dan, akhirnya kerajaan tersebut menjadi negara jajahan atau negara bagian dari
kerajaan Majapahit yang besar. Maka, dalam waktu yang relatif pendek, wilayah kerajaan
Majapahit sedemikian luasnya. Tidak hanya terbatas dalam wilayah nusantara, melainkan hingga
wilayah Campa dan Malaya.
4. Budaya Peninggalan Kerajaan Majapahit
Sebagai sebuah kerajaan yang besar, tentunya banyak hal yang dapat kita temukan dalam
pola kehidupan masyarakat pada saat kemashyuran kerajaan Majapahit ini. Berbagai pola
kehidupan menjadi satu bentuk khusus dari proses kehidupan masyarakatnya. Ini merupakan ciri
khas yang dimiliki oleh setiap negara atau kerajaan besar sebagai bentuk eksistensinya. Dan,
hingga sekarang budaya kerajaan majapahit telah menjadi peninggalan yang sangat berharga
bagi kehidupan masa sekarang. Budaya peninggalan kerajaan majapahit ini selanjutnya menjadi
bagian budaya masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari pola kehidupan masyarakat. Bahkan,
hingga sekarang budaya peninggalan kerajaan majapahit ini telah dijadikan dalam berbagai
bentuk, misalnya kesenian atau adat istiadat kehidupan bermasyarakat. Budaya peninggalan ini
merupakan wujud dari rasa andarbeni yang begitu kuat tertanam dalam hati masyarakat.
Beberapa budaya peninggalan kerajaan Majapahit misalnya:

a. Kesenian Jaran Kepang


Jaran kepang atau kuda lumping adalah salah satu jenis kesenian yang cukup terkenal di
masyarakat. Kesenian ini merupakan kesenian khas dari Jawa, dan jika kita telaah, sebenarnya
ini merupakan salah satu kesenian yang berkembang saat kerajaan majapahit berkuasa di negeri
ini. Kesenian ini dapat juga dikatakan sebagai salah satu jenis permainan yang dikembangkan
dan menjadi sebuah kesenian yang dipergunakan juga sebagai sarana untuk kegiatan-kegiatan
ritual keagamaan dan sebagainya. Pada perkembangannya, kesenian jaran kepang ini menjadi
kesenian tanggapan atau ngamen yang berkeliling di sekitar wilayah bekasl kerajaan majapahit,
misalnya Mojokerto, Jombang, Kertosono, dan Kediri. Dengan kesenian ini, maka dapat
dijadikan sebagai profesi yang mendatangkan pemasukan finansial bagi pelakunya. Kesenian
yang merupakan budaya peninggalan kerajaan majapahit ini merupakan gabungan antara
kesenian tari dan gending gending serta tetembangan atau seni suara. Dengan penggabungan tiga
macam kesenian dasar ini, maka sebagai sarana hiburan, jaran kepang juda memenuhi syarat
utama kesenian.

b. Kesenian Bantengan

9
Bantengan ini merupakan kesenian yang menggunakan gambaran dari sebuah banteng.
Dalam hal ini kesenian bantengan menggambarkan sebuah banteng yang terusik oleh
sekelompok manusia dan marah. Dalam kondisi tersebutlah, maka banteng yang merasa
terganggu mengamuk dan menyerang orang orang yang berada di sekitarnya. Untuk
menyemarakkan kegiatan, maka pada kesenian bantengan ini-pun menggunakan alat music dan
diiringi dengan tetembangan yang begitu rancak.
Hadirnya musik dan nyanyian tersebut menjadikan kesenian bantengan menjadikan
kesenian ini menjadi semakin menarik. Dan, peranan musik dan nyanyian adalah sebagai alat
penyiaran kegiatan sehingga masyarakat mengetahui kegiatan dan dating berbondong untuk ikut
menikmati kesenian bantengan ini.

c. Kesenian Reog
Kesenian reog inipun sebenarnya merupakan kesenian yang tumbuh dan berkembang
pada jaman keemasan kerajaan majapahit. Kesenian ini menggambarkan sebuah permainan aneh
yang terdiri atas beberapa permainan. Dalam kesenian reog, kita dapat menemukan kesenian
jaran kepang, bantengan, tari topeng, bahkan profil reog itu sendiri merupakan sesuatu yang
sangat aneh. Kita dapat melihat bahwa pada sebuah reog ada kepala harimau dan diatasnya ada
seekor burung merak. Tentunya, jika kita kupas, maka setidaknya kita mengetahui bahwa
kesenian pada jaman kerajaan majapahit merupakan kesenian yang menjadi daya tarik sendiri di
jaman sekarang ini. Bahkan, selanjutnya daerah sekitar kerajaan majapahit akan dijadikan
wawasan wisata sehingga keberadaan kesenian budaya peninggalan kerajaan majapahit ini dapat
menjadi pemikat wisatawan, baik lokal maupun asing.
BAB III

KERAJAAN BALI

A. LOKASI DAN SUMBER SEJARAHNYA

Kerajaan Bali adalah istilah untuk serangkaian kerajaan Hindu-Budha yang pernah
memerintah di Bali, di Kepulauan Sunda Kecil, Indonesia. Kerajaan-kerajaan tersebut terbagi
dalam beberapa masa sesuai dinasti yang memerintah saat itu. Kemungkinan, awalnya Kerajaan
Bali bernama Kerajaan Bedahulu yang kemudian dilanjutkan oleh Kerajaan Majapahit. Setelah
Kerajaan Majapahit runtuh, Kerajaan Gelgel mengambil alih kerajaan dan dilanjutkan dengan
kerajaan Klungkung. Sayangnya, pada masa pemerintahan Kerajaan Klungkung banyak terjadi
perpecahan yang mengakibatkan terpecahnya Kerajaan Klungkung menjadi delapan buah
kerajaan kecil yang disebut dengan swapraja. Tidak banyak yang menetahui tentang sejarah
Kerajaan Bali, tapi yang pasti kerajaan Bedahulu atau Bedulu adalah kerajaan pertama yang ada
di wilayah Bali.

Kerajaan Bali sendiri berdiri sekitar abad ke 8-14 dan letak kerajaan Bali ini berpusat di
Pejeng atau Bedulu, Gianyar. Banyak yang menyebutkan bahwa kerajaan Bali dipimpin oleh
salah suatu kelompok bangsawan dengan pimpinannya yang dikenal dengan nama dinasti
Warmadewa dengan Sri Kesari Warmadewa. Berdasarkan prasasti yang ditemukan, Kerajaan
Bali dipastikan didirikan oleh raja-raja dari Dinasti Warmadewa. Raja terkenal Kerajaan Bali
adalah Dharmodhayana Warmadewa yang memerintah sejak tahun 989. Ia memimpin kerajaan
bersama permaisurinya yang bernama Mahendradatha atau Gunapriyadharmaptani hingga tahun
1001. Permaisuri wafat dan diabadikan dalam sebuah candi yang terletak di Desa Berusan
tepatnya ada disebelah tenggara Bedulu. Arca tersebut merupakan perwujudan dari Durga yang
ditemukan di daerah Kutri (Gianyar). Sedangkan, raja Dharmodhayana Warmadewa tetap
memrintah kerajaan hingga tahun 1011 Masehi lalu wafat serta dicandikan di Banu Wka yang
hingga saat ini keberadaannya belum diketahui.

11
Dalam perkawinan antara Dharmodhayana dan Mahendradatha lahir tiga orang putra
bernama Airlangga, lalu menikah dengan seorang putri Dharmawangsa dan menjadi raja di Pulau
Jawa, Marakata dan Anak Wungsu. Setelah ayahnya wafat, tahta kerajaan diturunkan pada
seorang pangeran bernama Marakata yang memiliki gelar Dharmodhyana Wangsawardhana
Marakata Panjakasthana Uttunggadewa yang memerintah pada tahun 1011-1022.

Karena perhatiannya yang sangat besar terhadap rakyatnya, kehadiran beliau sangat
dihormati di daerah kerajaan bahkan karena sikapnya , ia sering kali dianggap sebagai
penjelmaan dari kebenaran hukum.

Sebagai bukti perhatiannya pada rakyat kerajaan, beliau membangun sebuah tempat
pertapaan (prasada) di Gunung Kawi yang letaknya berdekatan dengan Istana Tampak Siring.
Bangunan tersebut memiliki ciri yang unik yaitu pahatan yang berada di batu gunung berbentuk
menyerupai candi serta bagian dasarnya terdapat gua pertapaan.

Sampai saat ini, bangunan pertapaan tersebut masih dilestarikan dengan baik dan menjadi
salah satu objek wisata di Bali yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan. Setelah Marakata
wafat, tahta kerajaan diturunkan kepada putranya yang bernama Anak Wungsu yang memerintah
pada tahun 1049-1077. Saat masa pemerinatahan Anak Wungsu, ia meninggalkan 28 buah
prasasti yang merupakan prasasti terbanyak daripada raja-raja yang sempat memerintah
sebelumnya. Anak Wungsu tidak memiliki keturunan lalu ia wafat dan didharmakan di daerah
Gunung Kawi. Pada tahun 1430, Kerajaan Bali yang saat itu dipimpin oleh Raja Dalem Bedaulu,
kerajaan jatuh ke tangan Gajah Mada dari Majapahit.

B. SUMBER SEJARAH KERAJAAN BALI


Sumber sejarah kerajaan Bali dari beberapa berita Jawa dan juga prasasti di Bali, seperti:
 Prasasti Sanur. Dalam prasasti ini menunjukkan adanya kekuasaan raja-raja dari
Wangsa atau Dinasti Warmadewa.
 Prasasti Calcuta, India (1042). Dalam prasasti ini dikemukakan tentang asal-usul Raja
Airlangga yang merupakan keturunan raja-raja Bali,
 Dinasti Warmadewa. Raja Airlangga lahir dari hasil perkawinan Raja Udayana dari
Kerajaan Bali dengan Mahendradata (putri Kerajaan Medang Kamulan adik raja
Dharmawangsa)
 Komplek Candi Gunung Kawi (Tampak Siring). Ini merupakan makam dari raja-raja
Bali. Komplek candi ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Anak Wungsu.

Berita yang cukup mengenai Pulau Bali adalah prasasti yang berangka 881 M. Bahasa yang
digunakan adalah Bahasa Bali Kuno. Ada juga prasasti yang tertulis dalam bahasa Sanskerta.
Pada abad ke- 11 sudah ada berita dari Cina yang menjelaskan tentang tanah Po-Li (Bali).

Berita Cina tersebut menyebutkan bahwa adat istiadat penduduk di tanah Po-Li hampir sama
dengan masyarakat Ho-ling (Kalingga). Penduduknya menulis di atas daun lontar. Jika orang
meninggal, mulutnya dimasukan emas lalu dibakar. Adat semacam ini masih berlangsung di
Bali. Adat tersebut dinamakan “Ngaben”. Salah satu keluarga terkenal yang memerintah Bali
adalah Wangsa Warmadewa.

Hal tersebut bisa diketahui dari Prasati Blanjong berangka 914 ditemukan di Desa Blanjong,
dekat Sanur, Denpasar, Bali. Isi tulisannya mengenai Nagari (India) dan sebagian berbahasa
Sanskerta. Diberitakan bahwa raja yang memerintah adalah Raja Khesari Warmadewa. Pada
tahun 915, Khesari Warmadewa digantikan Ugrasena.

C. KEADAAN MASYARKAT DAN KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA DAN


POLITIK KERAJAAN

a. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Bali

Masyarakat Bali menitikberatkan kegiatan ekonomi meraka pada sektor pertanian. Hal
tersebut didasarkan pada prasasti Bali yang memuat mengenai hal yang berkaitan dengan
kehidupan bercocok tanam, seperti istilah sawah, parlak (sawah kering), kebwan (kebun), gaga
(ladang) dan kasuwakan (irigasi).

Selain bertani, masyarakat Bali juga memiliki kegiatan ekonomi sebagai:

13
 Pande (Pandai atau Pengrajin). Mereka yang memiliki kepandaian untuk menciptakan
pelengkap dari materi emas dan perak, menciptakan peralatan rumah tangga, alat-alat
pertanian, dan senjata.
 Undagi. Mereka yang memiliki kepandaian memahat, melukis, dan menciptakan
bangunan.
 Pedagang. Pada masa Bali Kuno, pedagang dibedakan menjadi pedagang pria
(wanigrama) dan pedagang perempuan (wanigrami). Mereka sudah melakukan
perdagangan antarpulau (Prasasti Banwa Bharu).

b. Kehidupan Sosial-Budaya Kerajaan Bali

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bali sangat lekat terpengaruh oleh agama
Hindu. Agama Hindu yang telah berkembang di Bali sudah bercampur dengan unsur budaya asli.
Salah satu contoh yang paling nyata yaitu bahwa dewa tertinggi dalam agama Hindu-Buddha
bukan Syiwa, tapi Sang Hyang Widhi yang sama kedudukannya dengan Sang Hyang Wenang di
Jawa.

Selain itu, masyarakat Bali juga mengenal dewa setempat, seperti dewa air dan dewa gunung (di
Jawa sejajar dengan Grama Desa). Di bawah desa, mereka juga memuja roh nenek moyang dan
cikal bakal. Upacara penghormatan leluhur disebut Pitra Yodnya.

Dahulu candi digunakan sebagai tempat suci. Namun sejak berdirinya Kerajaan Gelgel dan
Klungkung, penggunaan candi sebagai tempat suci dihapus. Sebagai pengganti fungsi candi
dibuatkan kuil berupa kompleks bangunan yang sering disebut pura.

Pada saat upacara, dewa atau roh yang dipuja diturunkan dari surga dan ditempatkan pada kuil
untuk diberi sesaji sebagai penghormatan. Upacara tersebut misalnya, diadakan pada hari
Kuningan (hari turunnya dewa dan pahlawan), pada hari Galungan (menjelang Tahra dan Saka),
dan hari Saraswati (pelindung kesusastraan).

Pura dalam lingkungan kerajaan disebut Pura Dalem dan bentuknya seperti candi Bentar dan
dimaksudkan sebagai kuil kematian. Sedangkan untuk keluarga raja dibuatkan pura khusus yang
disebut Sanggah atau Merajan.
Di Bali, dewa tidak dipatungkan. Patung-patung di Bali hanya berfungsi sebagai hiasan saja.
Adanya patung dewa di Bali diyakini sebagai bukti adanya pengaruh Jawa. Dalam kuil dibuatkan
tempat tertentu yang disediakan untuk tempat turunnya dewa atau roh nenek moyang yang telah
menjalani prosesi ngaben. Upacara ngaben adalajh budaya pembakaran mayat atau tulang surga.

Pembakaran mayat merupakan suatu kebiasaan di India yang diadaptasi di Bali “ngaben”. Roh
yang sudah menjalani upacara ngaben dianggap telah suci. Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewa
tertinggi tidak dibuatkan pura khusus, tapi pada setiap kuil dibuatkan bangunan suci untuknya
berbentuk Padmasana atau Meru beratap dua.

Masyarakat Bali mengenal pembagian golongan atau kasta yang terdiri dari brahmana, ksatria,
dan waisya. Ketiga kasta tersebut dikenal dengan Triwangsa. Di luar ketiga golongan tersebut
masih ada lagi golongan yang disebut jaba, yaitu anggota masyarakat yang tidak memegang
pemerintahan. Setiap golongan memiliki tugas dan kewajiban yang tidak sama dalam bidang
keagamaan.

Pada masa pemerintahan Anak Wungsu, dikenal adanya beberapa golongan pekerja khusus
seperti pande besi, pande emas, dan pande tembaga. Mereka bertugas membuat alat pertanian,
alat rumah tangga, senjata, perhiasan, dan lain sebagainya. Hubungan dengan Jawa sudah ada
sejak zaman pemerintahan Udayana dan Gunapriya, dibuktikan dengan adanya prasasti raja Bali
yang menggunakan bahasa Jawa Kuno.

c. Kehidupan Beragama Kerajaan Bali

Masyarakat Bali banyak terpengaruh oleh kebudayaan India, terutama Hindu. Hingga saat
ini, masyarakat Bali masih banyak yang menganut agama Hindu. Akan tetapi, agama Hindu yang
mereka anut telah bercampur dengan budaya masyarakat asli Bali sebelum Hindu.

Masyarakat Bali sebelum Hindu adalah kelompok masyarakat yang terikat oleh hubungan
keluarga dan memuja roh-roh nenek moyang yang dianggap bisa menolong dan melindungi
kehidupan keluarga yang masih hidup. Melalui proses sinkretisme tersebut, lahir agama Hindu
Bali yang bernama Hindu Dharma.

15
TUGAS

“KERJAAN SINGASARI, MAJAPAHIT, DAN BALI”

DI SUSUN OLEH

1 Fitria
2 Fisya
3 Dani
4 Marwin
5 Afiya
6 Hairul
7 Yayu

Anda mungkin juga menyukai