Anda di halaman 1dari 4

Kasus Nenek Minah asal Banyumas yang divonis 1,5 bulan

kurungan adalah salah satu contoh ketidak adilan hukum di


Indonesia. Kasus ini berawal dari pencurian 3 buah kakao
oleh Nenek Minah. Kami setuju apapun yang namanya
tindakan mencuri adalah kesalahan. Namun demikian jangan
lupa hukum juga mempunyai prinsip kemanusiaan. Masak
nenek-nenek seperti itu yang buta huruf dihukum hanya
karena ketidaktahuan dan keawaman Nenek Minah tentang
hukum.

Artalyta Suryani alias Ayin, seorang pengusaha Indonesia


yang dikenal karena keterlibatannya dalam kasus
penyuapan jaksa kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI). Artalyta dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi Jakarta dan dijatuhi vonis 5 tahun penjara
pada tanggal 29 Juli 2008 atas penyuapan terhadap Ketua
Tim Jaksa Penyelidik Kasus BLBI Urip Tri Gunawan senilai
660.000 dolar AS. Kasus ini mendapat banyak perhatian
karena melibatkan pejabat-pejabat dari kantor Kejaksaan
Agung, dan menyebabkan mundur atau dipecatnya
pejabat-pejabat negara. Kasus ini juga melibatkan
penyadapan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan hasil penyadapan tersebut diputar di
stasiun-stasiun televisi nasional Indonesia. Artalyta yang sudah merugikan negara hanya di vonis hukuman penjara
selama 5 tahun, dan fasilitas yang ada di tahanannya pun sangat mewah layaknya hotel bintang 5

contoh kasus – kasus yang berhubungan erat dengan


penderitaan dan keadilan di Negara Tercinta kita
INDONESIA ini. Contoh kecil adalah Prita Mulyasari
yang dituntut hukuman enam bulan penjara. Ia
didakwa melakukan pencemaran nama baik terhadap
Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutera.
Peradilan formal yang dihadapi oleh AAL, remaja 15
tahun asal Palu, yang menjadi terdakwa dalam kasus
pencurian sandal jepit milik Briptu Anwar Rusdi
Harahap dinilai masyarakat luas mengusik rasa
keadilan. Gara-gara sepasang sandal jepit,  AAL ditahan
dan menjadi korban penganiayaan selama
pemeriksaan. Meski akhirnya hakim hanya
memvonisnya   bersalah dan dikembalikan kepada
orangtuanya, namun kasus tersebut perlu dibahas dengan pendekatan restorative justice dan retributive justice.
Ini mengingat banyak anak dan remaja melakukan pencurian dan merupakan kasus yang paling dominan diantara
banyak kasus anak yang terjadi, termasuk di Kepri.

Kasus Munir merupakan contoh lemahnya penegakan HAM di


Indonesia. Kasus Munir juga merupakan hasil dari sisa-sisa
pemerintahan orde baru yang saat itu lebih bersifat otoriter.
Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk
bangsa ini agar meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter
karena setiap manusia atau warga Negara memiliki hak untuk
memperoleh kebenaran, hak hidup, hak memperoleh keadilan,
dan hak atas rasa aman. Sedangkan bangsa Indonesia saat ini
memiliki sistem pemerintahan demokrasi yang seharusnya
menjunjung tinggi HAM seluruh masyarakat Indonesia.

Pemerintah hingga saat ini masih kurang tegas dalam


menangani kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia.
Hal itu dikarenakan kurang ketatnya peraturan perundang-
undangan dalam menangani kasus pelanggaran HAM. Dan
pemerintah kurang disiplin melaksanakan undang-undang yang
telah ditetapkan, sehingga terdapat kesan kelonggaran bagi
pelaku pelanggaran HAM.

Selain hal tersebut, kasus Munir merupakan suatu kejahatan


yang dicurigai dilakukan oleh penguasa sebelumnya, sehingga terkesan pemerintah sekarang menutup-nutupi
“borok” pemerintah sebelumnya agar nama baik pemerintahan tidak tercemar.
Sepertinya keadilan masih
memihak seorang anak mentri,
menabrak mobil lain, 2 orang
meninggal.

seorang anak biasa, hacking situs


pribadi SBY , yang presiden
sendiri tdk mengadukan perkara
tersebut ke meja hijau.

Kasus remaja jember yang


bernama lengkap Wildan Yani
Ashari atau wildan yang meretas situs pribadi SBY ini luput dari perhatian kita semua. Wildan bahkan harus
menghadapi persidangan tanpa didampingi kuasa hukum atau pengacara pada hari kamis 11 April 2013. Wildan,
pemuda kelahiran Balung, Kabupaten Jember, Jawa Timur, 18 Juni 1992, itu harus menghadapi beberapa tuntutan
jaksa dengan beberapa pasal yang menjeratnya. Dalam surat perintah penahanan, Wildan dinyatakan melanggar
Pasal 50 juncto Pasal 22 huruf b Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Wildan terancam
hukuman pidana penjara paling lama 6 tahun penjara dan atau denda paling banyak Rp 600 juta. Wildan juga
dianggap melanggar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Lanjar Sriyanto (32) yang diduga


menjadi korban praktik mafia hukum,
mengaku ditawari uang sebesar Rp 3
juta oleh salah seorang petugas
Kejaksaan agar statusnya menjadi
tahanan luar.

Lanjar saat ini ditahan dan harus


menjalani persidangan yang digelar di
Pengadilan Negeri (PN) Karanganyar,
setelah dituduh sebagai tersangka atas
tewasnya sang istri saat kecelakaan
bersama dia dan anaknya di jalan
Colomadu-Solo, desa Gajahan,
Colomadu, Karanganyar, September silam.

Anehnya, Lanjar yang menjadi korban justru ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan karena tuduhan melanggar
pasal 359 KUHP yang menyebabkan kematian. Sementara, baik pengemudi mobil Carry maupun Panther tidak ikut
terseret dalam kasus tersebut.
Kisah Nyata Tentang Ketidak Adilan Hukum di Negeri Ini. Kasus tahun 2011 lalu di Kabupaten
Prabumulih, Sumatra Selatan (Kisah Nyata) Di
ruang sidang pengadilan, hakim MARZUKI
duduk tercenung menyimak tuntutan jaksa PU
terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri
singkong, nenek itu berdalih bahwa hidupnya
miskin, anak lelakinya sakit, dan cucunya
lapar. Namun manajer PT Andalas Kertas
(Bakrie Grup) tetap pada tuntutannya, agar
menjadi contoh bag warga lainnya.
banyak catatan dan kejadian penting yang
penuh dengan ketidakadilan dalam dunia
pendidikan di Indonesia.

Masih terdapat anak-anak sekolah yang


harus bergelantungan di jembatan rusak untuk menyeberangi sungai guna mencapai sekolah, atap
sekolah roboh yang menimpa murid, ujian nasional yang diwarnai dengan kecurangan dan
penerimaan siswa baru yang penuh dengan pungli. Kasus tersebut bukan sesuatu yang baru
dalam dunia pendidikan tanah air, korupsi, pungli, kekerasan, perkelahian siswa, merupakan
kasus pendidikan yang selalu terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Kejadian berulang seperti ini
membuktikan masalah pendidikan tidak ditangani secara komprehensif dan serius.

Jamal bin Syamsuri kini hanya bisa


meratapi nasibnya di dalam sel Sat Lantas
Jakarta Barat. Sopir angkot KWK-U 10
ini harus mendekam di balik jeruji besi
tanpa tahu kesalahan yang dituduhkan
kepadanya.

Jamal bin Samsuri (37) dikenakan pasal


pelanggaran lalu lintas karena
meninggalnya mahasiswi Universitas
Indonesia (UI) yang loncat dari
angkotnya. Polisi pun langsung menetapkan Jamal sebagai tersangka tak berapa lama setelah
Annisa, meninggal dunia.

Polisi terkesan bergerak cepat dalam kasus ini. Namun cerita berbeda terjadi dalam kasus
kecelakaan yang menimpa anak sulung Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa.

Polisi awalnya tidak berani terbuka dalam kasus BMW maut tersebut. Hingga kini Rasyid juga
tidak ditahan meski berkasnya sudah dilimpahkan dan kasusnya segera dimejahijaukan. Beda
dengan Jamal yang langsung merasakan dinginnya lantai penjara di tahanan Polres Jakarta Barat.

Anda mungkin juga menyukai