BAB I
Pendahuluan
MANUSIADAN PERADABAN
Indra Siswarini L.
Menurut Wirutomo (2002), tak perlu disangkal lagi bahwa millenium kedua yang lalu
telah ditandai oleh perkembanan yang dahsyat dari peradaban manusia, revolusi industri,
urbanisasi perkembangan teknologi dan kesenian, lahirnya berbagai ideologi modern,
globalisasi, dan seagainya. Namun pada penutupan millenium yang lalu PBB menyatakan
bahwa; millenium II adalah millenium yang paling kejam. Kekejaman ini bukan hanya dilihat
dari jumlah korban manusia dalam peperangan dan konflik antara negara, bangsa, dan
golongan, tetapi juga dari hasil pembangunan yang ternyata hanya memperkaya sekelompok
kecil masyarakat da menjerumuskan lebih dari 1 milyar orang dalam sekarat kemisknan.
Kekejaman ini pula bukan hanya pada manusia, tetapi juga pada binatang dan lingkungan
alam.
Oleh karena itu, pesan untuk millenium III adalah ‘’Keadilan dan Anti Kekerasan’’.
Ini adalah satu pesan moral, karena krisis umat manusia adalah pada aspek moral. Ditengah
perkemanan peradabannya, umat manusia masih berkubang dalam naluri dasar
‘’kebiadabannya’’ yaitu ‘’kekerasan”.Ilmu pengetahuan yang berkembang amat pesat pada
millenium II ternyata lebih banyak mengembangkan rasionalitas namun tidak membela nilai-
nilai moral, etika, dan sebagainya.
BAB II
Pembahasan
Menurut kamus, adab berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti.
Manusia beradab dengan demikian adalah manusia yang berakhlak, yang memiliki kesopanan
dan budi pekerti. Dengan demikan manusia beradab adalah manusia yang berakhlak, yang
memiliki kesopanan dan budi pekerti. Akhlak, kesopanan, dan budi pekerti adalah konsep-
konsep yang mengikuti norma tertentu, dan norma adalah tingkah laku yang dianggap wajar,
yang diterima oleh publik maupun kita sediri.
Huntington
Peradaban sebagai sosial yang paling tinggi yang menggolongkan manusia dan
tingkatan identitas kultur yang paling luas.
Benedict Anderson
Damono (2001)
Sumaatmadja (2000)
Peradaban tidak lain adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat
tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya.
Kottak (1991)
Tahap-Tahap Peradaban
Peradaban itu diartikan sebagai perkembangan budaya yang menjadi ciri khas dan
milik manusia suatu masyarakat. Peradaban itu juga berarti tahapan yang tinggi pada skala
evolusi budaya, mengacu pada peradaban antara manusia yang beradab terhadap mereka yang
biadab. Dalam penggunaan istilah peradaban yang lebih akurat, acuannya pada perbandingan
antara manusia atau masyarakat yang lebih beradab terhadap mereka yang kurang beradab.
Karakteristik utama melekat pada perbedaan intelektual, perasaan, keindahan, penguasaan
teknologi, dan tingkat spiritual yang dimlikinya.
Peradaban itu merupakan tahapan dari evolusi budaya yang telah berjalan bertahap
dan berkesinambungan, yang memperlihatkan karakter yan khas pada tahap tersebut, yang
dicirikan oleh kualitas tertentu dari unsur budaya yang menonjol, yang meliputi tingkat ilmu
pengetahuan, seni, teknologi, dan spiritualitas yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas, antara evolusi budaya dengan peradaban, merupakan jalur
yang sejalan yang dilalui oleh proses perkembangan budaya yang bersangkutan.
Dalam bukunya berjudul “the third wave” Alvin Tofler, antara lain mengemukakan
bahwa dalam evolusi budaya telah terjadi 3 gelombang dalam kehidupan yaitu :
Gelombang pertama (the first wave) sebagai tahapan peradaban pertanian. Dimana
dimulai kehidupan baru, dari budaya merau beralih ke budaya cocok tanam.
Alvin Tofler menyatakan sebagai ‘’Refolusi Agraris’’(Agriculture revolution)
Gelombang kedua (the second wave) sebagai tahapan peradaban industri penemuan
mesin uap, energi listrik mesin untuk mobil dan pesawat terbang.
Alfin Tofler menyatakan sebagai ‘’Refolusi Industri’’
Gelombang ketiga (the third wave) sebagai tahapan peradaban informasi. Penemuan
teknologi informasi dan komunikasi dengan komputer atau alat elektronik komunikasi
digital.
Alfin Tofler menyatakan bahwa Indonesia masih dalam peradaban pertanian atau
gelombang pertama.
Modernisasi adalah ‘’usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia
sekarang.
Sumaatmadja (2000)
Ada terdapat dua dimensi dari kemajuan teknologi yang dampaknya sangat besar
adalah kekuatan (power) dan kecepatan (speed).
Universalisme adalah hal yang berlaku universal terjadi dimana-mana dan kapan saja.
Contoh ; hitungan 1 adalah tetap 1 dan 2 adalah 2 dan seterusnya. Universal bersifat valid
artinya bersiat tetap dan dalam keabsahannya tidak ada dampak konflik dalam
penerimaannya.
Akibat global impact adalah masyarakat mengalami otonomi/tidak punya norma atau
heteronomi/mempunyai banyak norma. Contohnya ; jeans yang pada awalnya diciptakan
untuk kalangan bawah (pekerja kasar) sekarang sudah mengglobal.
Norma dari kata norma yang berarti aturan, sedangkan norma dari kata value,
misalnya justicia (keadilan). Cotoh ; mengenai keadilan putusan pengadilan ada yang secara
hukum (norma), benar tapi dirasakan tidak benar menurut rasa keadilan (nilai), dll.
Anthony Giddens dalam bukunya setebal 166 halaman berjudul ‘’the third way, the
renewal of social democracy’’ (1998). Jelasnya pemikiran Giddens yang diharapkan
memberikan inspirasi bagi tumbuhnya masyarakat madani (civil society) yang lebih
demokratis, lebih sejahtera, lebih adil bagi semua pihak, benar-benar harus dipahami dalam
konteks sosial negara-negara Eropa Barat dan Amerika dimana prasyarat-prasyarat bagi
konsep the third way itu diandaikan tersedia. Dalam soal kemiskinan misalnya, yang dihadapi
masyarakat di sana adalah problem post-matrialist atau kekenyangan, sementara disini
scarcity atau kekurangan.
The third way atau ‘’jalan ketiga’’ atau ‘’jalan tengah’’ atau jalan ‘’alternatif’’ adalah
sebuah jalan ketika ‘’jalan A’’dan ‘’jalan B’’ dianggap mencapai kebuntuan. Kalau the third
way mengajukan alternatif berikut dilema-dilemanya setelah itu diuraikan panjang lebar
mengenai evolusi, berikut kelebihan dan kelemahan dari dua jalan sebelumnya, yakni
sosialisme klasik dan neoberalisme.
Karena bidang politik pada masa lalu selalu dikaitkan dengan negara, maka muncul
konsep civil society sebagai arena bagi warga negara yang aktif dalam politik. Tetapi lebih
luas lagi konsep ini sering juga dikaitkan dengan ‘’peradaban masyarakat’’(civilization) yaitu
suatu kualitas kebudayaan masyarakat yang ditandai oleh supremasi hukum.
Adapun bentuk tindakannya, yang pasti konsep itu menyangkut suatu ruang gerak
masyarakat yang berada di luar negara. Disinilah warga negara dapat terus menerus
mengembangkan kemandirian di luar institusi negara, yang nantinya merupakan landasan
bagi terwujudnya pranata politik formal (misalnya partai politik).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia seutuhnya adalah sebuah matriks yang mempunyai akal, jasmani dan rohani.
Manusia dalam kehidupannya mempunyai tiga fungsi, yaitu : Sebagai makhluk tuhan,
Sebagai makhluk individu dan Sebagai makhluk sosial budaya.
Peradaban merupakan bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah
seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian
menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai system teknologi dan
masyarakat kota yang maju dan kompleks. Masyarakat yang beradab dapat didefinisikan
sebagai masyarakat yang mempunyai sopan santun dan kebaikan budi pekerti.
Saran
Perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan kebudayaan dan
menghargainya serta perlu adanya tindakan real masyarakat agar mampu menyeimbangkan
antara perkembangan zaman dan terlaksananya tradisi yang telah lebih dulu ada didalam
lingkungan masyarakat tersebut. Meningkatkan wawasan agar mampu menjadi masyarakat
yang madani serta selalu bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman.