Anda di halaman 1dari 1

Jus Pala Oleh-Oleh Khas Desa Morela

Ambon,- Berangkat dari keprihatinan, lantaran daging buah pala yang jarang dimanfaatkan para petani
diolah menjadi jus oleh Yasin Sitanala (54).
Saat musim panen tiba, harga daging pala di pasaran memang tak setinggi harga fuli, ataupun biji pala.
Bagi Yasin, daging buah pala justru menguntungkan, lantaran pengolahannya menjadi pasar baru bagi
petani pala dan lapangan kerja bagi warga sekitar.
Jus Pala Morella, merek yang tertera di kemasan itu, mengacu pada nama desa tempat jus pala diproduksi,
yaitu Desa Morella Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, berjarak kurang lebih 29
kilometer dari pusat kota Ambon.
Yasin merintis usaha jus pala sejak tujuh tahun lalu, setelah mengikuti pelatihan membuat sirup pala yang
digelarUnited Nations Industrial Development Organizational (UNIDO) dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Maluku pada 2008. Bukannya mengolah daging pala menjadi
sirup, dia justru mengolahnya menjadi jus.
”Setelah berjalan, saya pikir kalau sirup tidak dapat dikonsumsi langsung. Lalu banyak sirup impor juga
yang beredar di Kota Ambon dengan harga relatif murah. Akhirnya saya mencoba dengan melakukan
percobaan untuk membuat jus pala," kata Yasin, saat ditemui Ambonesia di kediamannya, Sabtu 14 April
2018.
Alasan lain Ia memproduksi pala, lantaran saat panen, daging buah yang menjdi komoditas utama di
Maluku itu sering dibuang, kalaupun diolah biasanya hanya dibuat Manisan. beruntung jus pala cukup
menambah penghasilan bagi para petani pala.
"Kalaupun daging pala diolah, hanya dibuat manisan. Setelah kita membuat jus pala, ada penghasilan
tambahan bagi para petani," ungkapnya.
Dari keprihatinan itu, dirinya mulai membeli daging pala yang telah diambil biji dan bunganya. Setiap
satu kilo pala dihargai Rp 1000 oleh petani.
Berbekal izin kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dan Badan Pengawas Obat dan Makanan
serta lebel halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Yasin bersama 13 pegawai yang tergabung dalam
Koperasi Unit Desa (KUD) Toma Siwa mulai memproduksi 20.000 botol jus pala setiap bulan.
Setiap kemasan berisi 290 mililiter, seharga Rp 6000 per botol ke masyarakat. Dari hasil penjualan, bapak
dua anak itu bisa meraup untung mencapai Rp 16 juta per bulannya. Omset tersebut dibagi rata kepada 13
pegawainya.
”Kita bagi rata. Kalau hari ini dapat Rp 1 juta, Rp 500 untuk modal sisanya untuk pegawai," katanya.
Yakin bisnis tersebut memiliki manfaat besar, Ia mulai mencoba meningkatkan produksi dan memperluas
pemasarannya, baik di Maluku ataupun di luar Maluku. Seperti, Makassar, Surabaya, dan Jakarta.
Sayangnya, distribusi jus pala di Luar daerah diakui terhambat karena jasa pengiriman barang tidak
menerima barang cair untuk dikirim ke luar Maluku, sementara pengiriman dalam jumlah besar harus
menggunakan kontainer pun memerlukan biaya yang tidak sedikit. Hal tersebut membuat dirinya
menghentikan pengiriman ke daerah luar Ambon.
Jus Pala Morela, bisa didapatkan di supermarket, pusat oleh-oleh yang tersebar di Kota Ambon.
"Kadang juga jasa pengiriman tidak mau menerima barang cair. Jadi kalau mau melakukan pengiriman
kita harus memakai jasa ekspedisi yang mengharuskan pengiriman dalam jumlah besar. Artinya kita harus
pakai kontainer," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai