Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

DI KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR


MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Rafi Datmika 17.25.921


Dosen Pembimbing 1: Dedy Kurnia Sunaryo, S.T., M.T
Dosen Pembimbing 2: Silvester Sari Sai, S.T., M.T

ABSTRAKSI

Kejadian kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur,


Provinsi Kalimantan Tengah, merupakan kejadian yang hampir terjadi setiap tahun
pada musim kemarau. Penelitian dengan judul “Analisis Kebakaran Hutan dan Lahan
di Kabupaten Kotawaringin Timur Menggunakan Sistem Informasi Geografis”,
memiliki rumusan masalah bagaimana tingkat rawan kebakaran hutan dan lahan
berdasarkan parameter yang ditentukan dan bagaimana sebaran daerah rawan bencana
kebakaran hutan dan lahan di kotawaringin timur. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui tingkat kebakaran hutan dan lahan dan mengetahui sebaran daerah rawan
kebakaran hutan dan lahan.

Proses penelitian ini melalui beberapa tahapan, yaitu: Studi Literatur,


Pengumpulan Data Pemrosesan Data, Analisa Data. Parameter yang digunakan yaitu
berupa Peta Tutupan Lahan, Data Curah Hujan, Data Suhu, Data Titik Panas atau
Hotspot. Pemrosesan data menggunakan proses Overlay Union.

Hasil Peta Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan dengan lima
kategori: Rendah dengan luas 1.259.629,5 Ha, Cukup Rendah dengan luas 102.600,57
Ha, Sedang dengan luas 93.684,76 Ha, Cukup Tinggi dengan luas 63.630,54 Ha, dan
Tinggi dengan luas 27.483,66 Ha. Validasi peta kerawanan kebakaran hutan dan
lahan ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner langsung kepada kepala
bidang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta membandingkan peta
hasil analisis dengan peta (BPBD) dan membandingkan langsung dengan data titik
kejadian kebakaran hutan dan lahan yang real dilapangan.

Kata Kunci: Kebakaran Hutan dan Lahan, Sistem Informasi Geografis (SIG),
Kabupaten Kotawaringin Timur.

1
I. Pendahuluan 2018). Badan Meteorologi Klimatologi
I.1 Latar Belakang dan Geofisika (BMKG) memantau ada
Kabupaten Kotawaringin Timur 3.799 titik panas tahun 2018 tersebar di
merupakan salah satu kabupaten di beberapa kecamatan di Kabupaten
Provinsi Kalimantan Tengah dengan Kotawaringin Timur, patauan hotspot
intensitas bencana yang cukup tinggi. paling banyak terdapat di daerah selatan
Bencana alam yang sering terjadi di Kotawaringin Timur, yakni Kecamatan
Kabupaten Kotawaringin Timur Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir
sebenarnya merupakan konsekuensi dari Selatan, Cempaga, Cempaga Hulu, dan
kombinasi aktivitas alami secara global Pulau Hanaut (Borneonews, 2018).
seperti fenomena el nino dan la nina Kebakaran hutan dan lahan yang
yang menyebabkan anomali iklim dan terjadi di Kabupaten Kotawaringin
cuaca sehingga mempengaruhi aktivitas Timur disebabkan oleh berbagai faktor,
manusia, seperti hujan deras dan tinggi salah satunya adalah perubahan iklim
pasang air laut yang menimbulkan banjir, (BMKG, 2018). Musim panas yang
musim kemarau berkepanjangan yang berkepanjangan yang mengakibatkan
dipicu aktivitas pembukaan/pembersihan kekeringan karena hujan yang lebih
lahan dengan membakar sehingga sedikit membuat tingkat kerawanan
menimbulkan kebakaran lahan dan kebakaran hutan dan lahan di
hutan, kekeringan, angin puting beliung, Kotawaringin Timur semakin tinggi.
dan lain sebagainya (BPBD Kotim, Melihat situasi ini, maka perlu dilakukan
2018). upaya untuk mengatasi bencana
Kejadian kebakaran hutan dan kebakaran hutan dan lahan. Mengetahui
lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur, lokasi terjadinya kebakaran dan
Provinsi Kalimantan Tengah, menganalisa penyebab kebakaran hutan
merupakan kejadian yang hampir terjadi dan lahan merupakan salah satu tindakan
setiap tahun pada musim kemarau. awal yang perlu dilakukan. Adanya
Peristiwa kebakaran hutan dan lahan beberapa satelit yang memantau
pada tahun 2018 tercatat sebanyak titik-titik panas (hotspot) seharusnya
kurang lebih 30.000 hektar lebih di dapat membantu untuk melakukan
beberapa sKecamatan di Kabupaten mitigasi bencana kebakaran. Dengan
Kotawaringin Timur (Borneonews, melakukan pemetaan daerah rawan

2
kebakaran dapat menjadi salah satu I.3 Tujuan Penelitian
strategi pencegahan untuk mengetahui Tujuan dari penelitian ini adalah
daerah-daerah rawan kebakaran dan sebagai berikut:
dengan memanfaatkan data-data 1. Mengetahui tingkat kerawanan
fenomena iklim, sehingga tingkat kebakaran hutan dan lahan di
terjadinya kebakaran hutan dan lahan Kabupaten Kotawaringin Timur.
dapat diminimalisir. 2. Mengetahui sebaran daerah rawan
Penelitian ini dilakukan untuk bencana kebakaran hutan dan lahan
memetakan daerah rawan kebakaran di Kabupaten Kotawaringin Timur.
hutan dan lahan menggunakan model I.4 Batasan Masalah
analisa kerawanan kebakaran hutan dan Adapun Batasan masalah
lahan dengan memanfaatkan data penelitian adalah sebagai berikut:
geospasial dan non spasial di Kabupaten 1. Parameter yang digunakan Peta
Kotawaringin Timur, Provinsi Tutupan Lahan Tahun 2017, Data
Kalimantan Tengah yang akan disajikan Titik Panas (hotspot) Tahun 2018,
dalam bentuk peta. Hasil analisa dalam Data Suhu Tahun 2018, dan Data
bentuk spasial akan mudah dipahami Curah Hujan Tahun 2018 Kabupaten
oleh berbagai pihak, dimana sebaran Kotawaringin Timur.
tingkat kerawanan kebakaran disajikan 2. Software yang digunakan untuk
berdasarkan gradasi warna sesuai pengolahan data adalah ArcMap
analisis. 10.3.
I.2 Rumusan Masalah 3. Analisis dalam penelitian adalah
Rumusan masalah dari penelitian membandingkan Peta hasil
ini adalah sebagai berikut: pengolahan kerawanan kebakaran
1. Bagaimana tingkat kerawanan hutan dan lahan Tahun 2018 dengan
kebakaran hutan dan lahan yang Peta Badan Penanggulangan
terjadi di Kabupaten Kotawaringin Bencana Daerah (BPBD)
Timur, Provinsi Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur Tahun 2018.
berdasarkan analisa dari parameter II. Tinjauan Pustaka
yang telah ditentukan? II.1 Kebakaran hutan dan lahan
2. Bagaimana sebaran daerah rawan Kebakaran hutan dan lahan
kebakaran hutan dan lahan di merupakan permasalahan serius yang
Kabupaten Kotawaringin Timur? hampir selalu ada di Indonesia setiap
musim kemarau dan mulai menjadi

3
perhatian dunia sejak 80-an akibat 5. Topografi yang terjal semakin
dampak negatif yang ditimbulkan baik mempercepat merembetnya api dari
secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. bawah ke atas.
Indonesia sebagai negara yang memiliki II.3 Perangkat Lunak Pengolah Data
hutan tropis yang sebagian besar kondisi Geospasial
hutannya selalu basah, kebakaran hutan ArcGIS desktop merupakan
dan lahan tidak mudah terjadi secara kumpulan aplikasi perangkat lunak SIG
alami namun lebih disebabkan oleh utama yang berbasis Microsoft Windows
aktivitas manusia (Salwati, 2008 dalam yang digunakan untuk mengompilasikan,
Ekomapilata, 2013). menuliskan, menganalisis, men-sharing,
II.2 Penyebab Kebakaran Hutan dan memetakan dan mempublikasikan
Lahan informasi spasial (Prahasta, 2009).
Penyebab kebakaran hutan dan lahan Perangkat lunak ini memiliki banyak
antara lain sebagai berikut (BPBD fungsional, exstension yang sudah
Kotim, 2018): terintegrasi dan juga
1. Aktivitas manusia yang mengimplementasikan konsep basis data
menggunakan api di kawasan hutan spasial, khususnya geodatabase (baik
dan lahan, sehingga menyebabkan personal maupun multi-user). ArcGIS
bencana kebakaran. dibuat untuk performance GIS yang
2. Faktor alam yang dapat memicu tinggi contoh untuk Web GIS, Server
terjadinya kebakaran hutan dan lahan, GIS, Database GIS yang besar dan
antara lain kekeringan di musim sebagainya.
kemarau, khususnya pada lahan Proses analisis dengan ArcGIS
gambut. adalah proses menggabungkan informasi
3. Jenis tanaman yang sejenis dan dari beberapa layer data yang berbeda
memiliki titik bakar yang rendah dengan menggunakan operasi spatial
serta hutan yang terdegradasi tertentu dimana kita memulai dari ide
menyebabkan semakin rentan yang kita kembangkan dan diaplikasikan
terhadap bahaya kebakaran. dalam berbagai hal. Proses analisis
4. Angin yang cukup besar akibat untuk menjawab pertanyaan yang terkait
perbedaan tekanan udara dan suhu dengan ruang disebut juga analisis
dapat memicu dan mempercepat spasial. Analisis spasial ini dilakukan
menjalarnya api. dengan menggunakan analisis data

4
vector, analisis data citra satelit dan b. Data tabel Suhu Kotawaringin
analisis data tabular yang ada. Timur Tahun 2018 bersumber
III. Metodologi Penelitian dari BMKG.
III.1 Alat Penelitian c. Data tabel Curah Hujan Tahunan
Alat yang digunakan dalam Kotawaringin Timur Tahun 2018
mendukung penelitian ini adalah sebagai bersumber dari BMKG.
berikut: III.3 Diagram Alir Penelitian
a. Perangkat keras yang digunakan: Adapun diagram alir penelitian
1. Laptop : Acer A455L ini adalah sebagai berikut :
2. Sistem : Microsoft Windows10
64-bit.
b. Perangkat Lunak yang digunakan:
1. Software ArcGIS 10.3
2. Microsft office word
3. Microsoft office Excel
III.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan untuk
mendukung penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Data Spasial
Gambar.1.Diagram Alir Penelitian
a. Peta digital Administrasi
Adapun penjelasan diagram alir adalah
Kotawaringin Timur dengan
sebagai berikut:
Skala 1:50.000 yang bersumber
1. Persiapan
dari Instansi Pekerjaan Umum
Persiapan adalah untuk menentukan
Penataan Ruang.
lokasi atau wilayah yang akan diamati
b. Peta digital Tutupan Lahan
sebelum dilakukan pengumpulan data.
dengan Skala 1:50.000 yang
Tahap ini meliputi kegiatan
bersumber dari Instansi
mempersiapkan penelitian, dengan
Pekerjaan Umum Penataan
melakukan aturan untuk mendapatkan
Ruang.
teori yang mendukung kegiatan
2. Data Non Spasial
penelitian yakni membaca buku-buku,
a. Data Titik Panas (Hotspot)
jurnal dan penelitian yang berkaitan
Tahun 2018 dari BMKG.

5
dengan objek penelitian serta Menentukan skoring dan pemobotan
mempelajari cara pengolahan data. merupakan proses klasifikasi atau
2. Pengumpulan Data pemberian skor pada setiap parameter
Pengumpulan data merupakan proses yang digunakan.
pengambilan data dari instansi terkait 6. Tahap Analisis Data
yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis data meliputi analisis
Data yang digunakan dalam penelitian variabel penilaian kerawanan kebakaran
ini berupa data sekunder meliputi data hutan dan lahan di Kabupaten
curah hujan, data suhu, peta spasial Kotawaringin Timur. Dalam hal ini
tutupan lahan, dan data hotspot. Tiap curah hujan, data suhu permukaan, peta
data tersebut diperoleh dari Instansi tutupan lahan dan data hotspot. Pada
yang berbeda-beda. tahap ini dilakukan skoring dan
3. Pengolahan Data Hotspot pembobotan pada setiap variabel pemicu
Data Hotspot yang diperoleh dari kebakaran hutan dan lahan dan analisis
BMKG adalah berupa data sebaran titik peta kerawanan Kebakaran hutan dan
panas (Hotspot) di Kabupaten lahan di Kabupaten Kotawaringin
Kotawaringin Timur. Data hotspot ini Timur.
diolah dengan menggunakan software 7. Validasi
Arcgis untuk memperoleh peta Validasi peta kerawanan
kepadatan titik hotspot untuk kebakaran hutan dan lahan ini dilakukan
mendukung pembuatan peta kerawanan. dengan cara memberikan kuesioner
Pengolahan data menggunakan tools langsung kepada kepala bidang Badan
karnel density di dalam spatial analyst Penanggulangan Bencana Daerah
tools pada software arcgis. (BPBD) dalam penanganan kebakaran
4. Pengolahan Data Curah Hujan dan hutan dan lahan serta membandingkan
Suhu peta hasil analisis dengan peta (BPBD)
Data curah hujan dan suhu diolah dan membandingkann langsung dengan
meggunakan metode Thiessen Poligondi data titik kejadian kebakaran hutan dan
software arcgis. Sebeum di proses data lahan yang real dilapangan.
curah hujan dan suhu diolah IV. Hasil dan Pembahasan
meggunakan Microsoft excel dengan Adapun Hasil dari pengolahan
format X dan Y terlebih dahulu. empat parameter peta tingkat kerawanan
5. Menentukan skoring dan kebakaran hutan dan lahan adalah
pembobotan sebagai berikut :

6
IV.1 Hasil Peta Tingkat Kerawanan Penanggulangan Bencana Daerah
Kebakaran Hutan dan Lahan (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur
Berdasarkan hasil overlay Tahun 2018 maka didapat tingat
Intersect peta parameter Kebakaran kerawanan kebakaran hutan dan lahan
Hutan dan Lahan, Kabupaten dengan kategori Rendah di peta hasil
Kotawaringin Timur Tahun 2018 analisis dengan luas 1.259.629,5 Ha, dan
didominasi oleh wilayah dengan peta hasil BPBD dengan luas 843.641
kategori Kebakaran Hutan dan Lahan Ha, untuk kategori Cukup Rendah peta
Rendah yaitu seluas 1.343.337 Ha, hasil analisis dengan luas 102.600,57 Ha,
Cukup Rendah yaitu seluas 138.400,2 dan peta hasil BPBD dengan luas
Ha, Sedang yaitu seluas 33.713,85 Ha, 388.152,2 Ha, untuk kategori Sedang
Cukup Tinggi yaitu luas 2.640,701 peta hasil analisis dengan luas 93.684,76
Ha,dan Tinggi yaitu seluas 28.937,3 Ha, dan peta hasil BPBD dengan luas
Ha. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada 165.620,3 Ha, untuk kategori Cukup
gambar 2. Tinggi peta hasil analisis dengan luas
63.630,54 Ha, dan Peta hasil BPBD
dengan luas 111.903,4 Ha, dan untuk
kategori Tinggi peta hasil analisis
dengan luas 27.483,66 Ha, peta hasil
BPBD dengan luas 37.712,8 Ha . Untuk
lebih rinci dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar.2. Peta Tingkat Kerawanan


Kebakaran Hutan dan Lahan
IV.2 Hasil Peta Tingkat Kerawanan
Kebarakaran Hutan dan Lahan dari
Anilisis dan Peta Tingkat Kerawanan
Kebarakaran Hutan dan Lahan dari
Gambar.3. Peta Hasil Analisis dan Peta
BPBD
BPBD Kotim
Berdasarkan hasil peta tingkat
V. KESIMPULAN DAN SARAN
kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan
V.1 Kesimpulan
dari analisis dan peta timgkat kerawanan
Berdasarkan hasil dari penelitian
Kebakaran Hutan dan Lahan Badan
yang berjudul “Analisis Kebakaran

7
Hutan dan Lahan Menggunakan Sistem Kecamatan Tualan Hulu, Teluk
Informasi Geografis di Kabupaten Sampit, Telaga Antang, Seranau,
Kotawaringin Timur”, dapat ditarik Pulau Hanaut, Perenggean,
kesimpulan sebagai berikut: Mentaya Hulu, Mentaya Hilir
Utara, Mentaya Hilir Selatan,
1. Daerah Sebaran Rawan
Mentawa Baru Ketapang, Kota
Kebakaran Hutan dan Lahan
Besi, Cempaga Hulu, Cempaga,
yang menyebar pada sebelas
dan Baamang dengan luas
kecamatan yaitu Teluk Sampit,
102.600,57 hektar, kategori
Pulau Hanaut, Mentaya Hilir
sedang berada di kecamatan
Selatan, Mentaya Hilir Utara,
Teluk Sampit, Telaga Antang,
Seranau, Mentawa Baru
Seranau, Pulau Hanaut,
Ketapang, Baamang, Cempaga,
Perenggean, Mentaya Hulu,
Cempaga Hulu, Kota Besi, dan
Mentaya Hilir Utara, Mentaya
Perenggean ”.
Hilir Selatan, Mentawa Baru
2. Daerah Tingkat Rawan
Ketapang, Kota Besi, Cempaga
Kebakaran Hutan dan Lahan
Hulu, Cempaga, dan Baamang
yang menyebar pada Tujuh Belas
dengan luas 93.684,76 hektar,
kecamatan yaitu kategori Daerah
kategori Cukup Tinggi berada di
Tingkat Kerawanan Kebakaran
Kecamatan Teluk Sampit,
Hutan dan lahan dengan kategori
Seranau, Pulau Hanaut,
Rendah berada di Kecamatan
Perenggean, Mentaya Hilir Utara,
Tualan hulu, Teluk Sampit,
Mentaya Hilir Selatan, Mentawa
Telawang, Telaga Antang,
Baru Ketapang, Kota Besi,
Seranau, Pulau Hanaut,
Cempaga Hulu, Cempaga, dan
Perenggean, Mentaya Hulu,
Baamang dengan luas 63.630,54
Mentaya Hilir Utara, Mentaya
hektar, dan Kategori Tinggi
Hilir Selatan, Mentawa Baru
berada di Kecamata Mentaya
Ketapang, Kota Besi, Cempaga
Hilir Utara, Mentaya Hilir
Hulu, Cempaga, Bukit Santuai,
Selatan , Kota Besi, dan
Baamang dan Antang Kalang
Cempaga dengan luas 27.483,66
dengan luas daerah 1.259.629,5
hektar.
hektar, kategori Cukup Rendah
berada dikecamatan Tersebar di

8
V.2 Saran Sekolah Pasca Sarjana Institut
Saran yang dapat diberikan untuk Pertanian Bogor.
penelitian selanjutnya adalah sebagai Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi
berikut: Geografis Konsep-konsep Dasar.
Bandung. Informatika Bandung.
1. Disarankan untuk mencari
literatur dan menggunakan data
Tutupan lahan yang Update agar
lebih detail dalam
pengolahannya.
2. Menggunakan banyak titik
koordinat stasiun iklim agar
lebih detail dalam pengolahan
dan penyebaran curah hujan dan
suhu di Kabupaten Kotawaringin
Timur.
Daftar Pustaka
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Kotawaringin Timur.
2018. mengidentifikasi jenis
ancaman bencana, memetakan
dan mendeskripsikan daerah
rawan bencana di Kabupaten
Kotawaringin Timur. Sampit.
Borneonews. 2018. Kejadian Kebakaran
Hutan dan Lahan Kabupaten
Kotawaringin Timur. Sampit.
Mapilata, Eko. 2013. Analisis Daerah
Rawan Kebakaran Hutan dan
Lahan Dalam Penataan Ruang
Kota Palangka Raya. Tesis, Bogor:

Anda mungkin juga menyukai