Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MATA KULIAH

PENATAAN PERTANAHAN BERBASIS BENCANA


DISASTER RISK REDUCTION (DRR)
KEBAKARAN LAHAN GAMBUT DI KABUPATEN OGAN ILIR
SUMATERA SELATAN

Oleh:
Kelompok I

1. Ajeng Annisa Fauziah NIM. 14232795


2. Rizka Fahrizatullah NIM. 14232864
3. Ruthdiah Aprilia NIM. 14232865

Semester VII/Perpetaan

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
ANALISIS DISASTER RISK REDUCTION (DRR) KEBAKARAN LAHAN
GAMBUT DI KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumatera Selatan sebagai salah satu provinsi yang memiliki
ekosistem gambut dan berada di wilayah tropis dengan sebaran musim
waktu hujan dan kemarau yang sudah dipengaruhi dengan perubahan
iklim memiliki keretanan terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan.
Kebakaran hutan ini merupakan ancaman yang cukup serius terhadap
lingkungan dengan meningkatkan emisi karbon yang berpengaruh
terhadap perubahan iklim global dan menurunkan biodiversitas.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah bekerjasama
dengan masyarakat, swasata dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
untuk mengurangi bencana kebakaran yang memberikan dampak juga
dengan kabut asap. Baik dengan upaya pencegahan (preventif) melalui
sosialisasi kepada masyarakat dan perusahaan serta upaya
penanggulangan kebakaran pada waktu musim kemarau. Koordinasi pada
tingkat provinsi oleh Dinas Kehutanan dengan Satuan Kerja Pemerintah
Daerah (SKPD) seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) melalui Manggala Agni sering membantu upaya
pemadamam kebakaran di lapangan.
Kompleksnya permasalahan kebakaran lahan gambut mulai dari
faktor penyebab dan dampaknya membuat kelompok kami ingin
mengkaji hal tersebut secara lebih mendalam. Berdasarkan hal tersebut
kami mangambil kajian yang berjudul “ANALISIS DISASTER RISK
REDUCTION (DRR) KEBAKARAN LAHAN GAMBUT DI
KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN”. Kabupaten
Ogan Ilir dipilih karena merupakan salah satu daerah yang sering dilanda
bencana kebakaran lahan gambut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan yang telah diuraikan di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kerawanan kebakaran lahan gambut di Kabupaten
Ogan Ilir di lihat dari Tata Ruang dan data kepemilikan HGU?
2. Bagaimana peran Kementerian Agraria dan Tata Ruang dalam
kaitannya dengan bencana kebakaran lahan gambut di Sumatera
Selatan?

C. Tujuan
Dua tujuan dalam kegiatan ini, yaitu:
1. Untuk mebuat peta rawan kebakaran lahan gambut di Sumatera dan
mensosialisasikan peta rawan kebakaran ini kepada para pihak supaya
bisa digunakan.
2. Untuk meningkatkan kepedulian terhadap ancaman bahaya bencana
kebakaran dan dampak kabut asap yang ditimbulkan sehingga
memberikan dampak negatif terhadap banyak hal.
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH

A. Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Ogan Ilir

Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Ogan Ilir


Kabupaten Ogan Ilir memiliki luas wilayah 2.666,07 km2, secara
geografis terletak diantara 20 55' sampai 30 15' LS dan diantara 1040 20' BT
sampai 104048' BT. Kabupaten Ogan Ilir dengan batas wilayah
administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara : dengan Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin,
Kecamatan Kertapati, Gandus dan Seberang Ulu I Kota
Palembang
Sebelah Selatan : dengan Kecamatan Peninjauan Kab. Ogan Komering Ulu
Sebelah Timur : dengan Kecamatan Jejawi, SP Padang, Kayuagung,
Pedamaran, dan Tanjung Lubuk Kabupaten OKI dan
Kecamatan Cempaka Kabupaten OKU Timur
Sebelah Barat : dengan Kecamatan Lubai, Gelumbang, dan Muara
Belida Kabupaten Muara Enim dan Kecamatan Rambang
Kapak Tengah Kota Prabumulih

Kabupaten Ogan Ilir memiliki 16 kecamatan, 227 desa dan 14


kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Rambang Kuang dengan
luas 528,82 km2diikuti Kecamatan Indralaya Utara seluas 502,47 km2,
Kecamatan Muara Kuang seluas 300,75 km2, sedangkan kecamatan
terkecil adalah Kecamatan Rantau Panjang yang luasnya 40,85 km2. Jumlah
desa terbanyak adalah Kecamatan Pemulutan dengan 25 desa, Kecamatan
Tanjung Batu dengan 19 desa, serta Kecamatan Indralaya Utara dengan 15
desa dan 1 kelurahan.
Kawasan Kota Indralaya sebagai Pusat ibu kota Kabupaten Ogan Ilir
meliputi 13 desa/kelurahan, terdiri dari 4 kelurahan yakni Kelurahan
Indralaya Mulya, Kelurahan Indralaya Raya, Kelurahan Indralaya Indah,
Kelurahan Timbangan, dan 9 desa yakni Desa Tanjung Seteko, Sakatiga,
Desa Sakatiga Seberang, Desa Tanjung Sejaro, Desa Sejaro Sakti, Desa
Tanjung Pering, Desa Permata Baru, Desa Tanjung Baru, dan Desa Palem
Raya.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran Lahan Gambut


a. Kebakaran lahan gambut

Kebakaran terbagi atas 3 bentuk tipe kebakaran berdasarkan tempat


terjadi kebakaran, yaitu

(i) kebakaran bawah atau ground fire yang umumnya api membakar
humus dan gambut dalam,
(ii) kebakaran permukaan atau surface fire yang merambat pada
lantaihutan seperti semak/belukar dan
(iii) kebakaran tajuk yang merambat pada tumbuhan lebih tinggi antar
tajuk yang kering. Pada ekologi hutan gambut kejadian ini bisa terjadi
pada ketiga tipe kebakaran.

b. Materi pemicu kebakaran

Secara umum faktor utama terjadinya kebakaran bisa digolongkan


menjadi 2 (dua), yaitu pemicu kebakaran dan kondisi pendukung. Pemicu
kebakaran merupakan faktor yangsecara langsung mempengaruhi
terjadinya penyulutan api. Pemicu kebakaran ini terutama disebabkan oleh
aktivitas manusia, baik disengaja maupun faktor kelalaian.Sedangkan
pemicu kebakaran yang disebabkan oleh faktor alam seperti halilintar atau
gesekan ranting kering sangat jarang terjadi (Solichin et al., 2007).Pemicu
kebakaran dalam skala luas yang disebabkan oleh aktivitas manusia dan
biasa dijumpai di Sumatera Selatan meliputi beberapa hal, antara lain
(Solichin et al., 2007; Rucker, 2006; Chokkalingam et al., 2006;Setijono,
2003). Dibawah ini dijelaskan hal pemicu tersebut:

a. Penyiapan lahan

Penyiapan lahan baik oleh perusahaan maupun oleh masyarakat.Ini


merupakan kasus terbanyak yang terjadi di Sumatera Selatan.
Penyiapan lahan dengan cara membakar masih seringkali dilakukan
karena cenderung mudah dilakukan dengan peralatan yang sederhana,
tidak memerlukan biaya mahal, dan tidak memerlukan tenaga kerja
yang banyak. Api digunakan untuk membakar lahan baik untuk
pembukaan maupun peremajaan kebun. Sedangkan masyarakat yang
tinggal di sekitar hutan rawa gambit secara turun-temurun telah
menggunakan api untuk penyiapan lahan yang dikenal dengan sistem
sonor. Sonor merupakan sistem penanaman padi tradisional di
arealrawa pada saat kemarau panjang. Api digunakan pada kegiatan
persiapan lahan dengan cara membakar areal sebanyak mungkin. Pola
persiapan yang buruk dan pengendalian api yang tidak maksimal akan
menyebabkan terjadinya kebakaran. Untuk mempercepat penyusutan
air di lahan rawa sehingga penyiapan lahan dapat dikerjakan lebih
awal, para petani sonor sering membuat kanal/ parit-parit drainase.
Pola yang demikian ini tentu saja akan semakin meningkatkan resiko
terjadinya kebakaran karena tanah gambut menjadi sangat kering pada
saat musim kemarau.

b. Konflik Lahan

Spekulan tanah dan konflik lahan juga merupakan motivasi


pembakaran yang dilakukan manusia.Tanah yang cenderung bersih
dari semak belukar cenderung dihargai lebihtinggi sekaligus sebagai
penanda bahwa lahan tersebut ada pemiliknya. Api seringkali
digunakan oleh masyarakat lokal sebagai alat untuk memperoleh
kembali hak-hak mereka atas lahan atau bahkan menjarah lahan “tidak
bertuan” yang terletak didekatnya, terutama terjadi di areal dekat
perusahaan dimana terdapat konflik dengan masyarakat. Konflik lahan
memang jarang dijumpai atau sulit dibuktikan sebagai penyebab
kebakaran (Adinugroho et al., 2005).

c. Kelalaian manusia

Kelalaian manusia dalam menggunakan api pada saat pemanfaatan


sumberdaya alam juga bisa menjadi sumber api. Kelalaian akibat
membuang puntung rokok dan pemadaman api yang kurang sempurna
dari bara sisa memasak oleh para penebang, pemburu dan pencari ikan
dapat menjadi sumber api terutama saat kemarau panjang.Secara
umum kerawanan terjadinya kebakaran hutan dipengaruhi oleh
beberapa faktor pendukung antara lain:
1. Kondisi iklim

Kondisi iklim terutama pada periode dimana curah hujannya


rendah merupakan salah satu pendorong terjadinya kebakaran.
Kerawanan kebakaran terjadi pada musim kemarau dimana curah
hujan sangat rendah dan intensitas panas matahari tinggi.
Kerawanan kebakaran akan semakin tinggi jika ditemukan adanya
gejala El Nino. ElNino adalah fenomena alam yang dicirikan
dengan memanasnya temperatur laut secara tidak wajar di daerah
Pasifik katulistiwa (Adinugoroho et al., 2005). Kerawanan
kebakaran akan berkurang pada musim penghujan, dimana tidak
ada aktivitas manusia dalam penggunaan api. Disamping itu lahan
gambut yang pada musim kemarau rawan terbakar, akan
tergenang oleh air sehinggga bahan bakar mempunyai kadar air
tinggi dan sulit terbakar.

2. Kondisi fisik

Kondisi fisik lahan yang telah terdegradasi merupakan salah satu


faktor pemicu terjadinya kebakaran. Limbah bekas tebangan juga
seringkali menjadi bahan bakar yang sangat potensial
meningkatkan intensitas kebakaran. Keberadaan
parit/saluran/kanal di lahan gambut yang dibuat baik oleh
perusahaan maupun masyarakat mengakibatkan perubahan
kondisi hidrologi lahan gambut yang secara alami tergenang
sepanjang tahun. Pembuatan parit/saluran skala besar yang
dikenal dengan kanal oleh perusahaan bertujuan untuk
menurunkan muka air sehingga lahan dapat ditanami dan sebagai
sarana transportasi untuk kegiatan produksi. Sedangkan parit-parit
yang dibuat oleh masyarakat digunakan sebagai aksesibilitas bagi
masyarakat untuk masuk ke lebih jauh ke dalam areal lahan
gambut untuk melakukan aktifitas yang seringkali juga
menimbulkan kebakaran. Keberadaan parit/saluran
mengakibatkan lahan gambut menjadi sangat kering di musim
kemarau sehingga memperparah resiko kebakaran dan tingkat
kerusakan lahan gambut.

3. Sosial Ekonomi dan Budaya

Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam


telah mendorong terjadinya eksploitasi yang tidak terkendali.
Selain itu, faktor pendapatan masyarakat yang rendah menjadi
salah satu akar penyebab kebakaran, karena masyarakat
cenderung menggunakan api sebagai sarana dan cara murah dan
cepat dalam berbagai aktivitas untuk menunjang kebutuhan
hidupnya seperti membuka ladang, berkebun, sawah sonor,
berburu dan mencari ikan. Di Sumatra Selatan, budaya
penggunaan api sudah lama diterapkan oleh masyarakat
tradisional yang hidup disekitar hutan atau peladang berpindah.
Bahkan hukum dan aturan adat juga telah dibuat sehingga
pembakaran yang mereka lakukan memiliki dampak yang kecil
terhadap masyarakat dan lingkungan. Namun demikan, harus
disadari bahwa pembukaan lahan dengan cara membakar tetap
memiliki resiko terjadinya kebakaranlahan dan hutan yang sangat
tinggi.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembuatan Peta Rawan Kebakaran

Pada konteks kebakaran hutan, perlu dilakukan upaya prediksi


kebakaran hutan dengan pendugaan wilayah mudah terbakar melalui peta
rawan kebakaran yang dikombinasikan dengan sebaran titik panas
(hotspot). Kemudian juga digunakan untuk penanganan pada saat
kebakaran hutan dan lahan dengan mengkombinasikan informasi lokasi
terbakar dengan jalur evakuasi dan upaya pemadaman api. Begitupula
system dan teknologi ini dapat digunakan untuk menghitung luasan areal
yang terbakar setelah kejadian tersebut.

1. Sumber Data
Tabel 1. Sumber Data Penelitian
No. Jenis Data Sumber Data Format
1 Peta Administrasi http://peta- JPG
Kabupaten Ogan Ilir kota.blogspot.co.id/2017/01/peta-
kabupaten-ogan-ilir.html
2 Peta Sebaran Hotspot https://walhi- JPG
Kabupaten Ogan Ilir sumsel.blogspot.co.id/2014/09/
3 Peta Rawan Website BNPD Kabupaten Ogan JPG
Kebakaran Kabupaten Ilir
Ogan Ilir
4 Peta RTRW Kantor Pertanahan Kabupaten JPG
Kabupaten Ogan Ilir Ogan Ilir
5 Peta HGU Kabupaten Kantor Pertanahan Kabupaten DWG
Ogan Ilir Ogan Ilir
2. Bahan Penyusun Peta
Pembuatan peta rawan kebakaran ini dengan mengkombinasikan
peta administrasi, peta sebaran titik api, peta rawan kebakaran, peta
RTRW dan PEta HGU. Berikut ini dijelaskan mengenai informasi
peta tematik yang disebutkan diatas:
a. Peta Adminsitrasi
Peta Administrasi ini didapatkan dari website peta kota dan ini
akan digunakan untuk melihat sebaran peta rawan kebakaran per
kabupaten/kota.
b. Peta Sebaran Titik Api (Hotspot)
Data titik api ini diambil dari data tahun 2014 yang dibuat oleh
WALHI. Data ini kombinasi dari informasi titik api yang
dioverlaykan diatas peta sebaran lahan gambut Sumatera
Selatan.
c. Peta Rawan Kebakaran
Peta rawan kebakaran didapat dari website resmi Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ogan Ilir tahun
2014.
d. Peta RTRW
Peta RTRW ini didapatkan dari Kantor Pertanahan Kabupaten
Ogan Ilir dalam bentuk format JPG.
e. Peta HGU
Peta HGU ini didapatkan dari Kantor Pertanahan Kabupaten
Ogan Ilir dalam bentuk format dwg. Bidang-bidang HGU
diunduh dari Aplikasi GeoKKP Web.

3. Alat Penyusun Peta

Alat – alat yang digunakan dalam penyusunan peta kerawanan


kebakaran yaitu Perangkat lunak ArcGIS 10.2 dan perangkat lunak
windows office 2007.
4. Metoda Penyusunan Peta dan Pembuatan Peta

Metoda penyusunan peta rawan kebakaran di Provinsi Sumatera


selatan akan menggunakan bahan-bahan peta yang telah ada. Peta ini
akan dibuat dengan spasial analysis untuk lebih menyederhanakan
prosesnya sehingga bisa diadopsi untuk memperbaharui peta secara
regular dengan skala lebih detail. Pembobotan akan disesuaikan
dengan referensi yang sudah ada agar terdapat keseragaman analisa
data sehingga masih relevan jika dibuat perbandingan data dan
melihat wilayah dengan kerentanan tinggi dan perlu mendapatkan
perhatian lebih dari pemerintah terkait.

Pembuatan peta dilakukan dengan menggunakan Aplikasi


ArcGIS dengan menaumpangsusunkan layer dari peta administrasi,
peta rawan bencana, peta sebaran hotspot, peta HGU serta peta tata
ruang. Dari proses tersebut akan dilakukan simbology untuk melihat
adanya perbedaan warna daerah yang memiliki kerentanan dari yang
tidak rawan sampai ke sangat rawan.

Gambar 2. Hasil Overlay peta


5. Hasil dan Analisis

Analisis tingkat kerawanan HGU dan RTRW terhadap tingkat


Kerawanan Kebakaran di Kabupaten Ogan Ilir

1. Tingkat Kerawanan HGU terhadap Daerah Kerawanan


Kebakaran
2. Sebaran Hotspot di wilayah HGU
3. Tingkat Kerawanan Wilayah RTRW terhadap Daerah
Kerawanan Kebakaran
4. Sebaran Hotspot di Wilayah RTRW

Gambar 3. Tahapan analisis spasial pembuatan Peta Rawan Kebakaran

a. Tingkat kerawanan HGU terhadap Daerah Rawan Kebakaran


Analis tingkat kerawanan HGU terhadap Daerah Rawan Kebakaran
yaitu didapat dengan mengoverlaykan peta HGU dan Peta Rawan
Kebaran. Sehingga didapat klasifikasi wilayah HGU sesuai dengan tingkat
kerawanan kebakaran. HGU yang berada di Kabupaten Ogan Ilir seluas
13687.486 Ha. HGU tersebut berada di 7 kecamatan di Kabupaten Ogan
Ilir. Hal tersebut bisa kita lihat pada tabel berikut :
No. KECAMATAN AREA (Ha)
1 INDRALAYA 1679.137
2 INDRALAYA SELATAN 51.917
3 INDRALAYA UTARA 2204.563
4 LUBUK KELIAT 100.505
5 PAYARAMAN 7.675
6 RAMBANG KUANG 2896.525
7 TANJUNG BATU 5466.566
8 TANJUNG RAJA 1280.597
Total 13687.486
Tabel. Lokasi HGU pada kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir.
Dari Overlay peta HGU dan Peta tingkat rawan kebakaran di
Kabupaten Ogan Ilir maka di dapatlah hasilnya seperti di bawah ini:

Tabel 2. Pembobotan Kelas Rawan Kebakaran


No. Kelas Rawan Legenda
1 Rendah Putih
2 Sedang Ungu
3 Tinggi Ungu Tua
Dalam analisis Lokasi HGU terhadap Wilayah Rawan bencana
Kebakaran bisa dilihat lokasi HGU yang masuk ke dalam wilayah yang
mempunyai tingkat kerawanan rendah, sedang dan tinggi. Dari hasil
overlay tersebut kemudian dihitung luas masing-masing klasisifikasi kelas
kerawanannya. Hasil dari analisis dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4 Hasil analisis Peta Rawan Bencana Kebakaran Hutan dan


Lahan
No. Kelas Rawan Luas (Ha)
1. Rendah 25973,514
2. Sedang 21652,681
3. Tinggi 9457,339

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa hasil analisis


overlay menunjukkan di Kabupaten Ogan Ilir Tingkat kerawanannya yaitu
kelas rendah 25973, 514 Ha, kelas sedang 21652,681 Ha. dan Daerah
Tinggi 9457,339 Ha. Terdapat 9.457 Ha lokasi HGU yang berada di
wilayah dengan tingkat kerawanan kebaaran yang tinggi. Sebagian besar
lokasi HGU yang berada di Kabupaten Ogan Ilir penggunaannya adalah
perkebunan, sehingga untuk HGU yang masuk ke wilayah tingkat
kerawanan kebakaran yang tinggi perlunya dilakukan penangan lebih dari
pihak pemanfaatan tanah HGU agar selalu menjaga agar tidak terjadinya
kebakaran lahan.

b. Sebaran Hotspot terhadap lokasi HGU


Data Sebaran Hotspot atau titik api yang ada di lokasi HGU bisa di
dapat dari hasil overlay dari Peta Sebaran Api dan Peta Lokasi HGU yang
ada di Kabupaten Ogan Ilir. Hal tersebut bisa kita lihat pada gambar
berikut :
Pada hasil overlay peta tersebut maka di dapat terdapat dua titik
api yang berada di lokasi HGU, dua titik tersebut terdapat pada HGU yang
berada di kecamatan Indralaya utara dan Kecamatan Indralaya. Hal ini bisa
kita lihat pada gambar di bawah ini.
c. Tingkat Kerawanan Wilayah RTRW terhadap Daerah
Kerawanan Kebakaran
Analis tingkat kerawanan wilayah RTRW terhadap Daerah Rawan
Kebakaran yaitu didapat dengan mengoverlaykan peta RTRW kabupaten
Ogan Ilir dan Peta Rawan Kebaran. Sehingga didapat klasifikasi wilayah
HGU sesuai dengan tingkat kerawanan kebakaran. Peta RTRW yang
digunakan adalah peta yang di dapat dari hasil analisis pada tahun 2011.
Adapun peta RTRW Kabupaten Ogan Ilir dan Peta Rawan Kebakaran bisa
dilihat di bawah ini.
Hasil Overlay Peta RTRW Kabupaten Ogan Ilir dan Peta Rawan Kebakaran
Kabupaten Ogan Ilir.

Dari hasil overlay tersebut didapat data yang disajikan dalam tabel
berikut:
PERSENTASE
No. JENIS Jenis_RTRW LUAS (Ha) (%)
1 RENDAH Holtikultura 1402.735 1.74
2 Hutan Produksi Konversi 6009.591 7.47
3 Hutan Rakyat 0.000 0.00
4 Industri 0.000 0.00
5 Kawasan Peruntukan Lainnya 0.000 0.00
6 Pariwisata 0.000 0.00
7 Pedesaan 276.027 0.34
8 Perikanan 63.919 0.08
9 Perkebunan 62633.495 77.86
10 Perkotaan 2229.731 2.77
11 Pertambangan 8471.196 10.53
12 Pertanian Tanaman Pangan 760.013 0.94
13 SEDANG Holtikultura 3362.073 3.59
14 Hutan Produksi Konversi 5197.995 5.55
15 Hutan Rakyat 2522.571 2.69
16 Industri 178.543 0.19
17 Kawasan Peruntukan Lainnya 0.102 0.00
18 Pariwisata 0.000 0.00
19 Pedesaan 17338.280 18.50
20 Perikanan 734.200 0.78
21 Perkebunan 50037.148 53.39
22 Perkotaan 2101.871 2.24
23 Pertambangan 2592.433 2.77
24 Pertanian Tanaman Pangan 9647.488 10.29
25 RAWAN Holtikultura 5058.609 6.49
26 Hutan Produksi Konversi 17338.632 22.25
27 Hutan Rakyat 4192.139 5.38
28 Industri 0.000 0.00
29 Kawasan Peruntukan Lainnya 197.338 0.25
30 Pariwisata 38.628 0.05
31 Pedesaan 12457.147 15.98
32 Perikanan 691.389 0.89
33 Perkebunan 33101.938 42.47
34 Perkotaan 1477.540 1.90
35 Pertambangan 855.183 1.10
36 Pertanian Tanaman Pangan 2531.711 3.25

Tabel Hasil Overlay Peta RTRW Kabupaten Ogan Ilir dan


Peta Rawan Kebakaran Kabupaten Ogan Ilir.
Dari Hasil Tersebut bisa kita lihat untuk pada klasifikasi kerawanan
yang tinggi daerah yang luasnya lebih dari 15% yaitu pada jenis Hutan
Produksi Konversi sebesar 17.338 Ha, Pedesaan sebesar 12.457 Ha dan
Perkebunan sebesar 33.101 Ha. Untuk klasifikasi di daerah tingkat kerawanan
rendah, daerah yang paling luas yaitu untuk jenis penggunaan Perkebunan
sebesar 62.633 Ha.
d. Sebaran Hotspot di daerah Kabupaten Ogan Ilir ditinjau dari
RTRW Kabupaten Ogan Ilir.
Analis sebaran hotspot di daerah Kabupaten Ogan Ilir ditinjau dari
RTRW Kabupaten Ogan Ilir bisa didapat dari overlay data Peta RTRW
Kabupaten Ogan Ilir dan data sebaran hotspot di kabupaten Ogan Ilir. Adapun
hasil dari overlay tersebut bisa dilhat pada gambar dibawah ini
Gambar Hasil Overlay Peta RTRW Kabupaten Ogan Ilir dan data
sebaran hotspot di kabupaten Ogan Ilir.
Dari hasil tersebut bisa didapat data sebaran hotspot yang ada di
Kabupaten Ogan Ilir ada di lokasi-lokasi dalam penggunaan RTRW seperti
bisa dilihat di tabel berikut :

Kode
No. Hotspot Jenis RTRW
1 018 Holtikultura
2 006 Hutan Produksi Konversi
3 019 Hutan Rakyat
4 022 Hutan Rakyat
5 001 Perkebunan
6 002 Perkebunan
7 003 Perkebunan
8 004 Perkebunan
9 007 Perkebunan
10 008 Perkebunan
11 009 Perkebunan
12 010 Perkebunan
13 011 Perkebunan
14 012 Perkebunan
15 013 Perkebunan
16 014 Perkebunan
17 015 Perkebunan
18 016 Perkebunan
19 017 Perkebunan
20 005 Pertambangan
21 020 Pertanian Tanaman Pangan
22 021 Pertanian Tanaman Pangan

Tabel hasil Sebaran Hotspot di daerah Kabupaten Ogan Ilir


ditinjau dari RTRW Kabupaten Ogan Ilir.
Dari data yang didapat tersebut bisa dilihat bahwa daerah dalam
RTRW yang mempunyai sebaran hotspot yaitu pada jenis penggunaan
perkebunan yaitu sebanyak 15 hotspot atau titip api.

B. DRR Kementerian ATR/BPN dalam kaitannya dengan bencana


kebakaran lahan gambut di Kabupaten Ogan Ilir

1. Dasar Hukum yang Terkait


a) Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan DasarPokok-
Pokok Agraria pasal 15 menyatakan “Memelihara tanah , termasuk
menambah kesuburannya serta mencegah kerusakannya adalah
kewajiban tiap-tiap orang, badan hokum atau instansi yang
mempunyai hubungan hokum dengan tanah itu, dengan
meperhatikan pihak yang ekonomi lemah”.
b) Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna
Usaha,Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah, Pasal 12 g)
menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan Hak Guna
c) Instruksi Presiden No. 8 Tahun 2015 tentang Penundaan Pemberian
Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan
Lahan Gambut yang menginstruksikan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional .
d) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 15 Tahun 2016
tentang Tata Cara Pelepasan atau Pembatalan Hak Guna Usaha atau
Hak Pakai Pada Lahan yang Terbakar dalam Pasal 3 ,Pasal 4 dan
Pasal 5 .
e) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanagan
Nasionla Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Izin Lokasi dalam pasal 9
tentang tata cara pembrian izin lokasi.

2. Resiko Yang terjadi akibat kebakaran Hutan Gambut di


Kabupaten Ogan Ilir
Bencana kebakaran hutan gambut di kabupaten ogan ilir
terjadi akibat adanya adanya perambahan hutan dan perladangan
dari pihak pemegang hak pengusahaan hutan selain itu adanya
Hutan Tanaman Industri dan Perkebunan sawit yang menambah
kerusakan lahan gambut bukan hanya itu saja adanya faktor iklim
dan keadaan tanah lah yang peling besar pengaruhnya yang
menyebabkan titik api di setiap lahan gambut muncul seiring
dengan keadaan tanah dan iklim yang ada .
Ada dua faktor utama yang menyeabkan kebakaran lahan
gambut yaitu :
Pertama, musim kemarau dengan badai El Nino
menyebabkan kekeringan yang sangat pada permukaan lahan
gambut.
Kedua, tata kelola air yang salah untuk perkebunan
menyebabkan berkurangnya kandungan air di lahan gambut.Dan
juga adanya tanaman tertentu yang banyak menghisap air sehingga
ahan gambut menjadi lebih kering.
Dari kebaran tersebut menyebabkan banyaknya masalah
terutama masalah kesehatan pada masyarakat sekitar seperti
kesulitan bernafas yang disebabkan asap dari kebakaran tersebut,
batuk dan juga iritasi tenggorokan, infeksi sistem pernafasan dan
masih banyak lagi.

3. Peran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan


Pertanahan Nasional dalam Meminimalisir Resiko Kebakaran
Lahan Gambut Di Kabupaten Ogan ilir
Dalam mengurangi resiko bencana kebakaran Hutan
Gambut tersebut maka pemerintah daerah dan juga kemnterian
agraria dan tata ruang/ Badan Pertanahan Nasional harus dengan
tegas menerapkan aturan yang ada. Dalam intruksi presiden No. 8
Tahun 2015 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan
Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut yang menginstruksikan Menteri Agraria dan Tata Ruang/
Kepala Badan Pertanahan Nasional sudah dijelaskan dengan tegas di
pasal 4 bahwa pengajuan hak guna usaha atau hak pakai d lahan
gambut harus ditunda atau dibatalkan.
Sehingga mengurangi penggunaan lahan gambut yang tidak
sesuai dengan peruntukannya.
Untuk peran pertimbangan teknis dalam mendukung upaya
DRR kebakaran lahan gambut di Kabupaten Ogan Ilir tahapannya :
Permohonan
Ijin Lokasi

Pertimbangan
Teknis Pertanahan

1.Peta Administrasi Kab. Ogan Ilir Peta RTRW Kab. Oga Ilir
2. Peta Sebaran Hotspot Kab. Ogan Ilir Peta Moraturium Gambut (DRR)
3. Peta Rawan Kebakaran Kab. Ogan Ilir
4. Peta HGU Kab. Ogan Ilir

5. Peta Rawan Kebakara

(DRR)

Survei Lahan
Gambut, Jika 6. Peta Pertimbangan teknis
kedalaman > Pertanahan
3meter tidak boleh
Digunakan
perkebunan
(Peraturan Menteri
Pertanian Nomor: Izin Lokasi
14/Permentan/Pl.1
10/2 /2009)

Bagan 1 : Tahapan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam mendukung upaya DRR


kebakaran lahan Gambut Kab Ogan Ilir Prov. SumSel.

Dalam pertimbangan teknis pertanahan dalam mendukung upaya


DRR yang terjadi di kab. Ogan Ilir Provinsi Sumatra Selatan
dibutuhkan aturan yang menyangkut tentang izin lokasi dan penetapan
lokasi rawan bencana tersebut salah satunya yaitu Peraturan Menteri
Pertanian Nomor: 14/Permentan/Pl.110/2/2009 hanya lahan gambut
dengan kedalaman kurang dari 3 (tiga) meter yang boleh dijadikan
lahan perkebunan, sehingga jika ditemui kedalaman gambut lebih
dari 3 (tiga) meter maka tidak boleh digunakan untuk lahan
perkebunan.
Dalam pertimbangan teknis di atas untuk memenuhi syarat
akan penerbitan izin lokasi di buat peta rawan kebakaran yang di
dalamnya terdiri dari peta administrasi , peta sebaran hotspot,
petarawan kebakaran , peta rtrw dan peta moratorium gambbut .
Peta moratorium gambut dibuat berdasarkan Instruksi persiden
nomor 8 tahun 2015 dimana peta ini yaitu peta indikatif penundaan
pemberian Izin Baru yang mana dibuat agar upaya untuk
melindungi keberadaan hutan dan lahan gambut.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada HGU yang ada di Kabupaten Ogan Ilir terbagi menjadi daerah
sesuai klasifikasi Tingkat kerawanannya yaitu kelas rendah sebanyak
25973, 514 Ha, kelas sedang sebanyak 21652,681 Ha. dan Daerah
Tinggi sebanyak 9457,339 Ha.
2. Sebaran titik api pada HGU yang ada di Kabupaten Ogan Ilir terdapat
dua titik api yaitu berada pada HGU yang ada di kecamatan Indralaya
utara dan Kecamatan Indralaya.
3. Klasifikasi kerawanan ditinjau dari Penggunaan pada RTRW
mempunyai hasil yaitu pada klasifikasi daerah yang tinggi tingkat
kerawanan kebakarannya atau mempunyai luas lebih dari 15% yaitu
pada jenis Hutan Produksi Konversi sebesar 17.338 Ha, Pedesaan
sebesar 12.457 Ha dan Perkebunan sebesar 33.101 Ha. Untuk
klasifikasi di daerah tingkat kerawanan rendah, daerah yang paling luas
yaitu untuk jenis penggunaan Perkebunan sebesar 62.633 Ha.
4. Sebaran Hotspot pada daerah penggunaan di RTRW yang paling
banyak yaitu pada daerah perkebunan sebanyak 15 hotspot atau titik
api.
B. Saran
1. Perlunya penanganan yang lebih intensif dari pihak pemanfaat atau
pemilik HGU terutama ketika HGU yang dikembangkannya berada di
daerah dengan tingkat rawan kebakaran yang tinggi, seperti contoh
dengan memberikan tangki-tangki penampung air untuk menjadi alat
pencegah kebakaran.
2. Perlunya tanggapan dari pihak pemerintah dalam mengelola dan
mengklasifikasi daerah pada RTRW sehingga penggunaan dan
pemanfaatannya sesuai dengan fungsi tata ruang yang ada, serta
memberikan sarana dan fasilitas berupa alat pencegah terjadinya
bencana terutama kebakaran pada daerah-daerah yang merupakan
wilayah yang banyak kegiatan masyarakatnya seperti pemukiman dan
perkebunan.
3. Masyarakat agar selalu memperhatikan data berupa daerah rawan
kebakaran dan sebaran titik api dalam membuka lahan perkebunan,
karena pemicu terbesar dalam bencana kebakaran adalah pembukaan
lahan kosong.

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Harian Pos Komando Satuan Tugas Siaga darurat Bencana Asap
Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2017 , BPBD Sumatera Selatan,
http://bpbd.sumselprov.go.id/wpcontent/uploads/2017/06/Lapo
ran-Posko-Asap-19-Juni-17.pdf
Laporan dan Modul Teknis Pemutakhiran Peta Rawan Kebakaran Hutan dan
Lahan di Provinsi Sumatra Selatan Tahun 2015. ISBN: 978-602-
741-644-4; http://www.bioclime.org/publications/Modul-
2%20Pemetaan%20Rawan%20Kebakaran%20Hutan%20&%20L
ahan%20di%20SumSel_Final2016_ready.pdf
Mongabay Indonesia, 2014, “Mengapa Kebakaran Lahan Gambut di
Sumsel Tak Kunjung Usai? Inilah Ulasannya”,
http://www.mongabay.co.id/2014/10/09/mengapa-kebakaran-
lahan-gambut-di-sumsel-tak-kunjung-usai-inilah-ulasannya/
Sriwijaya Post, 2017, “Ogan Ilir Dilanda Kabut Asap, Akibat kebakaran
Lahan. Begini 10 Macam Bahayanya”,
http://palembang.tribunnews.com/2017/09/27/ogan-ilir-
dilanda-kabut-asap-akibat-kebakaran-lahan-bagini-10macam-
bahayanya?page=all

Peraturan-Peraturan:

− Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok


Agraria.
− Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah.
− Instruksi Presiden No. 8 Tahun 2015 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru
dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut.
− Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 15 Tahun 2016 tentang Tata
Cara Pelepasan atau Pembatalan Hak Guna Usaha atau Hak Pakai Pada Lahan
yang Terbakar.
BAHAN PEMBUATAN PETA

1. Peta Administrasi Kabupaten Ogan Ilir

2. Peta Sebaran Titik Api Provinsi Sumatera Selatan


3. Peta Rawan Kebakaran Lahan Kabupaten Ogan Ilir
4. Peta RTRW Kabupaten Ogan Ilir

5. Peta Sebaran HGU Kabupaten Ogan Ilir

Anda mungkin juga menyukai