D III PRODI KEPERAWATAN KOTABUMI T.A 2019/2020 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan adalah terbakarnya kawasan hutan/lahan baik dalam luasan yang besar maupun kecil. Kebakaran hutan dan lahan seringkali tidak terkendali dan bila ini terjadi maka api akan membakar apa saja di dekatnya dan menjalar mengikuti arah angin. Kebakaran itu sendiri dapat terjadi karena dua hal yaitu kebakaran secara alamiah dan kebakaran yang disebabkan oleh manusia Kebakaran hutan semula dianggap terjadi secara alami, walaupun pada kenyataannya manusia mempunyai peran dalam memulai kebakaran di milenium terakhir ini, pertama untuk memudahkan perburuan dan selanjutnya untuk membuka lahan garapan di dalam hutan (Irwanto, 2006). Kebakaran-kebakaran yang sering terjadi kerap digeneralisir sebagai kebakaran hutan, padahal sebagian besar (99,9%) kebakaran tersebut adalah pembakaranyang sengaja dilakukan maupun akibat kelalaian, sedangkan sisanya (0,1%)adalah karena alam (petir, larva gunung berapi). Areal HTI, hutan alam, dan perladangan dapat dikatakan 99% penyebab kebakaran hutan di Indonesia yang berasal dari ulah manusia, baik itu sengaja dibakar atau karena penjalaran api yang terjadi akibat kelalaian pada saat penyiapan lahan (Saharjo 1999, yang dikutip oleh Adinugroho, 2009) Kebakaran buwatan yang disengaja oleh manusia salah satunya adalah pembakaran yang digunakan masyarakat sekitar hutan untuk membuka atau membersihkan lahan pertanian atau perkebunan, cara ini telah dilakukan masyarakat sejak turun-temurun (Syumanda, 2010). Masyarakat merasa bahwa pembukaan lahan dengan api tidak memerlukan waktu yang cukup lama dan lebih ekonomis, apabila penggunaan api tidak digunakan secara baik dan benar maka dapat menyebabkan terjadinya kebakaran hutan (Tatra, 2009). Penggunaan api yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan untuk pembersihan lahan, telah memiliki cara dalam rangka mencegah kebakaran. Sekat bakar merupakan bagian dari cara pengendalian pembakaran yang umumnya digunakan masyarakat. Cara ini menurut masyarakat dapat mengatasi permasalahan tersebut (Sunanto dkk., 2009). Namun setiap daerah yang pembukaan lahannya dengan pembakaran telah memiliki pola tersendiri dan setiap daerah tersebut belum tentu memiliki pola yang sama. Hal ini disebabkan adanya latar belakang budaya yang tidak sama Bengkulu sebagai salah satu propinsi yang memiliki hutan yang luas dan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, perlu adanya pengetahuan mengenai kebiasaan masyarakat sekitar hutan, dalam rangka mengantisipasi kerusakan hutan dan ekosistemnya. Keberadaan masyarakat sekitar hutan yang masih aktif melakukan pembakaran tidak dapat kita lepaskan untuk menjaga kelestarian hutan tersebut. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengidentifikasi kejadian kebakaran hutan di bengkulu 2. Untuk mengetahui penyebab kebakaran hutan di bengkulu 3. Untuk mengetahui tindakan pemerintah dalam mengatasi kebakaran hutan di bengkulu 4. Untuk mengetahui tindakan pemerintah dalam mencegah kebakaran hutan di bengkulu BAB II PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi kejadian kebakaran hutan di darah bengkulu
Kebakaran hutan melanda beberapa daerah di tanah air ini juga ikut dirasakan oleh masyarakat yang ada di pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu.Kebakaran ini sudah berlangsung sejak sepekan terakhir, karena minimnya alat pemadam untuk memadamkan api, mengakibatkan kebakaran hutan kian meluas. Disampaikan oleh Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah bahwa saat ini tim dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu akan turun ke lokasi untuk membantu memadamkan kebakaran di lahan tersebut, namun kondisi cuaca yang tidak mendukung sehingga sedikit terhambat. "Untuk penanganan di Enggano, saya sudah koordinasi dengan Bupati Bengkulu Utara, kemudian menyediakan tim terdiri dari pemadam kebakaran, kemarin sudah dikirim, memang sedikit terlambat, karena beberapa hari ini cuaca tidak memungkinkan untuk kapal berlayar ke Enggano," kata Rohidin Mersyah,kemarin kepada RMOLBengkulu. Rohidin menambahkan, dirinya akan segera melakukan koordinasi dengan seluruh Bupati/Walikota se Provinsi Bengkulu dalam melakukan upaya pencegahan terjadinya kebakaran. "Selain itu, mengedukasi masyarakat agar tidak ada lagi muncul niat masyarakat untuk melakukan kebakaran lahan, karena dikhwatirkan nantinya api menjalar dan tidak terkontrol," sambungnya. Gubernur Bengkulu ini juga memberikan himbauan kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam menggunakan api."Kita juga menghimbau untuk selalu berhati-hati dalam menggunakan api, sekecil apapun itu, walaupun hanya sebatang puntung rokok saja," lanjutnya. "Kita semua berhati-hati sekali dengan sumber api sekecil apapun, walaupun hanya sebatang puntung rokok, kita harus hati-hati sekali, karena itu bisa mengakibatkan kebakaran hutan yang luas," tutup Rohidin. Sebanyak 150 kepala keluarga (KK) korban kebakaran perkebunan seluas 100 hektar di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, terancam kelaparan. "Kebakaran sudah satu bulan terjadi, api tak dapat kami padamkan, terdapat 150 KK yang kebunnya habis, itulah tempat mereka mencari nafkah selama ini. Sekarang kondisinya memperihatinkan, tidak ada pekerjaan. Mereka membutuhkan bantuan sembako untuk kebutuhan sehari-hari," kata Kepala Desa Malakoni Tedi Sudardi, "Kebakaran sudah satu bulan terjadi, warga setiap hari memadamkan api, tapi tak kuasa. Kami sudah dibantu polisi, TNI, namun karena minimnya alat dan jauhnya sumber air mengakibatkan api gagal dipadamkan," ujar Kepala Desa Malakoni Tedi Selain minimnya peralatan pemadam dan jauhnya sumber air, lokasi kebakaran berada pada ketinggian puncak bukit, sehingga tidak dapat dijangkau dengan kendaraan. "Satu-satunya cara pemadaman harus dilakukan menggunakan pesawat terbang atau helikopter," kata dia. Warga mencoba mengakali api dengan cara membuat parit, agar api tidak melebar. Namun, usaha tersebut gagal, karena hembusan angin cukup kencang membawa api menyeberang ke lokasi lain. Saat ini, menurut Tedi, kebakaran sudah mengkhawatirkan, karena api mulai menjalar masuk ke kawasan hutan lindung. Ia khawatir bila hutan lindung yang luasnya ribuan hektare terbakar, maka Pulau Enggano akan terancam tenggelam. "Kami sudah lelah tiap hari memadamkan api selalu gagal, butuh bantuan pemerintah. Apalagi api mulai mengarah kawasan hutan lindung," kata Tedi. Selama ini, api membakar perkebunan warga yang ditanami pala, kopi, jengkol dan tanaman keras lainnya.
2.2 Penyebab terjadinya kebakaran hutan bengkulu
Peningkatan musim kemarau di Bengkulu. Kondisi kemarau panjang itu tidak
hanya di Bengkulu, tapi juga terjadi di provinsi lain di Indonesia. Kualitas udara memang kecendrungan ada peningkatan kandungan CO2-nya, yang diperkirakan salah satu penyebabnya karena karhutla. . Suwandi (50), warga transmigrasi Desa Malakoni Kecamatan Enggano Kabupaten Bengkulu Utara ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan pembakaran lahan warga dan hutan lindung di Pulau Enggano.Kapolres Bengkulu Utara AKBP Arifaldi melalui Kasat Reskrim AKP Hery Nainggolan mengatakan, Suwandi diduga menyebabkan sejumlah lahan warga dan juga hutan terbakar. Peristiwa itu terjadi bermula dari Suwandi yang membakar sampah di kebun miliknya. Namun, karena tiupan angin kencang, api kemudian menjalar ke lahan warga dan hutan yang berdampingan.
2.3 Tindakan Pemerintah untuk mengatasi kebakaran hutan di bengkulu
Untuk penanganan di Enggano, pemerintah koordinasi dengan Bupati Bengkulu Utara, kemudian menyediakan tim terdiri dari pemadam kebakaran.Untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan itu, Dinas LHK Provinsi telah menurunkan tim di lapangan untuk menanggulangi terjadi kebakaran. Tidak hanya tim Dinas LHK, untuk memadamkan api juga dibantu pihak lain termasuk dari masyarakat. “Tim pemantau juga kita turunkan, sehingga ketika terjadi kebakaran bisa dilakukan antisipasi secara dini,”
2.4 Tindakan Pemerintah dalam mencegah kebakaran hutan di bengkulu
Gubernur membentuk Satgas Karhutla diseluruh kabupaten / kota bengkulu .Wilayah Rejang Lebong banyak terdapat titik api sehingga perlu adanya kerjasama antar stakehoolder untuk mengatisipasi karhutla. Karena dengan adanya Satgas Karhutla dapat mengawasai dan mengatasi Karhutla di seluruh Provinsi Bengkulu BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kebakaran hutan di bengkulu disebabkan oleh peningkatan musim
kemarau dan peningkatan kadar CO 2disertai ada kelalaian dari warga yang lalai dalam membakar sampah di kebun . Pemerintah mengatasi kebakaran hutan dengan mengerahkan tim pemadam kebakaran . Dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan di bengkulu pemerintah membentuk Satgas Karhutla untuk mengawasi dan mengatasi Karhutla .