Anda di halaman 1dari 7

PUSAT PENDIDIKAN PERHUBUNGAN 1

SATUAN PENDIDIKAN PERWIRA

TUGAS MATA PELAJARAN

FOTO FILM MILITER

LAPORAN BENCANA KEBAKARAN

NAMA : MUAMMAR QADAFI


NO. SISWA : 043
KELAS :B
PENDIDIKAN : DIKCABPAHUB
DOSEN : MAYOR CHB LUH AGUSTINA

Cimahi, Maret 2023


2

PENDAHULUAN

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis (Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007). Bencana
menjadi semakin bertambah besar dampaknya dengan adanya bertambahnya
semakin bertambahnya manusia yang menempati tempat-tempat rawan bencana.
Bencana dapat dibedakan menjadi bencana alam, bencana non alam, dan
bencana sosial. BNPB menjelaskan bahwa bencana alam dapat diakibatkan oleh
peristiwa yang berasal dari alam, antara atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa
gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit (Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2007). Definisi bencana sosial menurut BNPB adalah peristiwa yang
disebabkan kegiatan manusia misalnya konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat, dan teror.
Bencana alam yang tergantung pada aspek cuaca adalah bencana
meteorologis. Bencana meteorologi yang banyak terjadi pada musim penghujan
adalah banjir. Bencana yang selalu terjadi pada musim kemarau adalah bencana
kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan dan lahan menurut BNPB adalah
keterdapatan api di hutan dan lahan yang menimbulkan kerusakan sehingga terjadi
kerugian baik secara ekonomis maupun lingkungan.
Kebakaran lahan dan kebun menimbulkan berbagai dampak negatif
terhadap lingkungan dan perikehidupan manusia di sektor kesehatan, sosial dan
ekonomi (Peraturan Menteri Pertanian RI No 47/Permentan/OT.140/4/2014).
Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan hilangnya aset dan kerusakan
ekologi, dampak yang sangat menonjol dan dirasakan langsung oleh masyarakat
adalah terjadinya kabut asap. Bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan
kesehatan masyarakat sekitar, dan sistem transportasi yang mempengaruhi
perekonomian, baik lokal, regional maupun internasional (PP Pertanian RI No
47/Permentan/OT.140/4/2014). Asap yang ditimbulkan tidak hanya skala nasional
3

tetapi juga menimbulkan kerugian bagi negara- negara di sekitar wilayah Indonesia
(BNPB, 2013). Kerugian lainnya dari kebakaran lahan yang terjadi di Indonesia adalah
meningkatnya emisi gas rumah kaca (JICA, 2017). Emisi gas rumah kaca (GRK)
terutama adalah CO2, N2O, dan CH4 yang berkontribusi terhadap perubahan iklim
(Peraturan Menteri Pertanian RI No 47/Permentan/OT.140/4/2014)
Data kebakaran hutan dan lahan di wilayah Indonesia berdasarkan data
sipongi.menlhk.go.id menunjukkan bahwa selama periode 2014-2019, luas hutan dan
lahan yang terjadi kebakaran paling tinggi saat musim kemarau panjang pada tahun
2015 dan tahun 2019. Tahun 2015 terjadi kebakaran hutan dan lahan sebesar
2.611.411,44 Ha. Tahun 2019 terjadi kebakaran seluas 1.592.010,00 Ha.
Hutan dan lahan di Kalimantan Selatan yang mengalami kebakaran
berdasarkan data sipongi.menlhk.go.id tahun 2015 adalah 196.516,77 Ha, sedangkan
tahun 2019 adalah 136.428,00 Ha. Luas kebakaran hutan dan lahan termasuk tinggi
jika dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia
Kebakaran lahan kembali terjadi di wilayah Kota Kalimantan. Seperti pada Rabu,
(28/9/2022) sekitar Pukul 12.30 WIB di Jalan Karya Hapakat Kelurahan Petuk
Ketimpun Kecamatan Jekan Raya. Tidak kurang dari setengah hektar lahan gambut
terbakar. Penyebab kebakaran sendiri masih belum diketahui, apakah sengaja
terbakar ataukah faktor alam.
Adapun peristiwa lahan terbakar itu didapat Tim TRC BPBD Kota Palangka Raya
dari laporan warga pukul 13.00 WIB bahwa telah terjadi karhutla di Jalan Karya
Hapakat Kelelurahan Petuk Ketimpun.

KEBAKARAN LAHAN GAMBUT KALIMANTAN

Kalimantan Timur, provinsi yang ditetapkan sebagai ibu kota baru Indonesia,
mengalami kebakaran hutan dan lahan [karhutla]. Bagaimana kondisinya?

Kepala Seksi Pengendalian Kerusakan dan Pengamanan Dinas Kehutanan


Kalimantan Timur [Kaltim], Shahar Al Haqq, mengatakan, sejak Agustus 2019,
karhutla sudah melanda beberapa wilayah Kalimantan Timur. Puncaknya, awal
September 2019, penanganannya terus dilakukan dengan pemadaman.
4

“Kemarin Berau parah, sekarang berkurang. Kabupaten Panajam Paser Paser Utara
dan Kutai Kartanegara juga berkurang, sementara di Kabupaten Kutai Barat, sejak
awal memang ada kebakaran tapi minim. Petugas pemadam dari BPBD dan
Kehutanan juga masyarakat bahu-membahu memadamkan api,” jelasnya, Senin
[23/9/2019]. Dijelaskan Shahar, kebakaran hutan dan lahan di Kaltim tergolong
kecil, tidak seperti Provinsi Jambi yang langitnya memerah dan darurat asap.
Menurut dia, tiap kali fenomena El Nino melanda, karhutla di Kaltim pasti terjadi,
namun tidak cukup mendatangkan asap. Jika saat ini Kaltim mengalami kabut
asap, dipastikan kiriman dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.

Kebakaran di Kalimantan Timur lokasinya cukup jauh. Meski tidak besar,


namun petugas pemadam gabungan tetap menemui kendala karena lokasinya
yang terjal. Bahkan, hampir di semua lokasi kebakaran tidak ditemukan mata air,”
jelasnyaPemerintah Provinsi Kaltim memastikan dapat menangani karhutla. Wakil
Gubernur Kalimantan Timur, Hadi Mulyadi, memerintahkan pemadaman api
secara cepat dan tanggap pada Dinas Kehutanan dan BPBD. Menurut dia, upaya
pemadaman tidak pernah berhenti dilakukan.

“Semua bergerak cepat dan tanggap, Dinas Kehutanan dibantu BPBD juga Satpol
PP turun ke lapangan. Masyarakat juga ikut ambil bagian memadamkan api. Kita
berharap api segera padam,” sebutnya.

Berdasarkan data SiPongi, Karhutla Monitoring Sistem, Kementerian Lingkungan


Hidup dan Kehutanan, luas kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Timur pada
2019 mencapai 6.715 hektar. Sementara Kalimantan Tengah [44.769 ha],
Kalimantan Barat [25.900 ha], Kalimantan Selatan [19.490 ha], dan Kalimantan
Utara
5

Laporan BPBD Kabupaten Penajam Paser Utara [PPU], menyatakan beberapa


daerah di PPU yang merupakan wilayah ibu kota negara baru, tak lepas dari
kebakaran dan bencana asap. Titik lokasi di Nenang, Gunung Seteleng, dan Lawe-
lawe.

Kabupaten Kutai Kartanegara yang juga wilayah ibu kota baru Indonesia, tak luput
dilanda kebakaran. Terutama di Samboja, khususnya di Tahura Bukit Soeharto, yang
memiliki kawasan hutan cukup besar.

Untuk mengamankan lokasi, Camat Samboja, Nur Khalis, bekerja sama dengan
semua pihak, TNI, Polres Kukar, Balakarcana, Satgas Karhutla Samboja serta
masyakat, turun memadamkan api. “Semua petugas ke lokasi, memadamkan api.
Terutama di kawasan hutan yang terletak di Amborawang Darat,” sebutnya.

Samboja merupakan kawasan berhutan yang memotong Kota Balikpapan dan


Samarinda. Di lokasi ini ada Sekolah Hutan dan Pusat Rehabilitasi Orangutan
Samboja Lestari milik Yayasan Borneo Orangutan Survival [BOSF].

“Sejak Maret 2019, kami dari BOSF sudah mengingatkan waspada karhutla. Saat ini
asap tipis yang diduga hasil kebakaran menyambangi Samboja Lestari beberapa hari
terakhir,” kata CEO Yayasan BOS, Jamartin Sihite.

Untuk mencegah dampak buruk terhadap para orangutan yang menjalani rehabilitasi,
tim medis memberikan susu dan multivitamin untuk semua orangutan. Total 130
individu. “Semua tanpa kecuali, mendapat perawatan intensif,” jelasnya.

Asap yang menyelimuti, mengharuskan pihak BOSF mengurangi kegiatan luar ruang
untuk orangutan. Aktivitas orangutan muda di Sekolah Hutan juga dibatasi. Untuk
orangutan dewasa yang berada di kompleks kandang, tim teknisi Samboja Lestari
secara teratur melakukan penyemprotan, menjaga suhu kandang tetap sejuk

Penangkapan warda adat

Sebelumnya, Jumat [20/9/2019] Polres Kabupaten Paser menangkap dua warga


Longkali, Kabupaten Paser, yang diduga pelaku pembakaran hutan di Paser.
Penangkapan itu mendapat kecaman dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara [AMAN]
6

Kaltim. Pasalnya, S dan J, merupakan masyarakat adat yang membakar ladangnya


sendiri untuk kearifan lokal berkebun, sebagaimana adat Paser. Pembakaran yang
mereka lakukan pun sudah mendapatkan izin terlebih dahulu, diketahui ketua RT
dan kepala desa setempat.

Ketua AMAN Kaltim, Margareta Setting Beraan, menjelaskan, penangkapan


tersebut cacat hukum. Sebab, prosedur pembakaran yang dilakukan S dan J
sudah memenuhi syarat. Mereka tidak membakar hutan, tapi ladang sendiri.

“Saat kemarau datang, warga Paser akan berladang di lahan pribadi sebagai
kearifan lokal. Mereka sudah mengantongi izin ketua RT dan diketahui kepala
desa. Pembakaran ladang dilakukan malam hari agar api tidak merambat, dibantu
masyarakat adat lain,” jelasnya, Senin

Namun, aparat kepolisian setempat langsung mengamankan S dan J dengan


tuduhan membakar hutan. Petugas mengambil obor dan senter warga, S dan J
digelandang ke kantor polisi. Sempat mendapat jaminan Kepala Desa Longkali,
namun polisi kembali menahan S dan J dengan dasar penahanan membakar hutan,
Pasal 50 Ayat 3 UU 41/1999 dan Jo Pasal 78 Ayat 3 Huruf D tentang membakar hutan,
serta Pasal 187 KUHP yang menyebabkan kebakaran hutan.

“Semua tudingan tidak beralasan, kami mengecam penangkapan ini. Kami mau
mereka dibebaskan, karena mereka tidak memiliki rencana jahat. Mereka hanya
berladang sesuai kearifan lokal. Tidak ada sedikit pun api yang merambat,” sebutnya.

AMAN Kaltim akan melakukan pendampingan untuk mereka. Menurut Setting, semua
pihak harus bertanggung jawab menangani karhutla yang terjadi di Kaltim. “Jangan
cari kambing hitam dengan tuduhan masyarakat adat yang berladang,” pungkasnya.
7

PENUTUP

Demikian rangkuman laporan kebakaran ini kami buat dalam bentuk


essay.

Cimahi 9 Maret 2023

Penulis

Ttd

Muammar Qadafi
Letda Chb Nosis 043

Referensi :
https://www.mongabay.co.id/2019/09/24/kebakaran-hutan-dan-lahan-di-
kalimantan-timur-nasib-ibu-kota-negara/

Anda mungkin juga menyukai