Banjir melanda beberapa wilayah dalam seminggu terakhir. Salah satunya di Kabupaten
Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Dari data yang didapatkan kosngósan, 6 kecamatan dan
28 desa di wilayah sudah terdampak banjir. Data dari BPBD Konawe Utara, 1.054 keluarga
dan 4.089 orang telah mengungsi dan 56 rumah mengalami hanyut terseret banjir.
Banjir bandang merobohkan jembatan yang menghubungkan Provinsi Sulawesi Utara dengan
Sulawesi Tengah di Kecamatan Asera, Konawe Utara, Minggu. Robohnya jembatan
penghubung antar provinsi ini membuat warga Kecamatan Asera, Oheo, Landawe,
Langgikima, Andowia, dan Wiwirano terisolasi.
3 dusun di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, juga diterjang banjir
bandang pada Sabtu pagi dinihari. Sebanyak 268 kepala keluarga terdampak banjir, satu di
antaranya meninggal dunia
2. Longsor mengakibatkan Jalur Padang - Solok Putus
Humas Badan SAR Nasional (Basarnas) Manado mengatakan, sekitar 227 jiwa telah
mengungsi karena bencana letusan Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara. Beliau mengatakan, jumlah tersebut
merupakan data yang dihimpun Basarnas Manado hingga Senin pukul 10.30 Wita.
Pengungsi di shelter 132 jiwa, di Desa Batubulan 42 jiwa, yang tinggal di rumah
keluarga 39 jiwa, dan pengungsi anak sekolah yang tinggal di Desa Kawahang ada 14
jiwa. Total pengungsi 227 jiwa
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menyatakan dampak tsunami menerjang daerah pantai kawasan Selat Sunda terus bertambah.
"Data sementara pukul 04.30 WIB tercatat 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka-luka, 2
orang hilang dan puluhan bangunan rusak.
Data korban masih akan terus bertambah karena belum semua daerah terdampak di
data. Beliau menyatakan, total korban terdapat di 3 wilayah seperti di Kabupaten
Padenglang, Lampung Selatan dan Serang. Kabupaten Pandeglang daerah yang
terdampak terdapat di Kecamatan Carita, Panimbang dan Sumur.
Daerah tersebut dicatat jumlah korban jiwa 14 orang meninggal dunia, 150 orang
luka-luka, 43 rumah rusak berat, 9 unit hotel rusak berat dan puluhan kendaraan
rusak.
Tsunami yang terjadi di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur (NTT) ini berlangsung pada tanggal
12 Desember 1992. Sekitar 25 tahun lalu, tsnumai ini menerjang pulau Flores yang diawali
dengan gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,8 SR. Gempa ini berpusat di Lepas pantai Utara
bagian Timur Pulau Flores.
Saking hebatnya gempa tersebut, masyarakat Bali juga ikut merasakan guncangannya. Padahal
jaraknya hampir 700 km ke arah Barat. Setelah gempa, barulah tsunami menerjang dan
menghempaskan pulau Flores.
Diketahui bahwa pusat gempa terjadi pada kedalaman 35 km Barat Laut Maumere, sebuah kota
terbesar di Pulau Flores. Gempa tidak hanya terjadi sekali, setelah gempa pertama terjadi,
beberapa menit kemudian muncul gempa-gempa susulan.
Setidaknya tercatat lebih dari 900 kali gempa susulan yang terpantau selama 6 hari yaitu tanggal
30 Desember – 5 Januari 1992.
Akibat dari gempa dan tsunami tersebut, kawasan pantai Barat Tanjung Batumerak mengalami
pergeseran hingga 1,1 m subsidence di sisi timur dan di desa Kolisia bergeser hingga 1,6 m.
Selain dampak geografis, gempa dan tsunami tersbut juga berdampak pada populasi manusia, di
mana sekitar 2000 orang meninggal. Dan telah merusak lebih dari 18000 rumah.
5. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutanKebakaran hutan adalah kebakaran yang diakibatkan oleh faktor alam
seperti akibat sambaran petir, kekeringan yang berkepanjangan, leleran lahar, dan lain
sebagainya. Kebakaran hutan menyebabkan dampak yang luas akibat asap kebakaran yang
menyebar ke banyak daerah di sekitarnya. Hutan yang terbakar juga bisa sampai ke
pemukiman warga sehingga bisa membakar habis bangunan-bangunan yang ada.
a. Penyebab Kebakaran liar, antara lain:
a) Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
b) Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan dan
lupa mematikan api di perkemahan.
d) Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka
lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
e) Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut
kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
b. Cara Mengantisipasi Kebakaran Hutan :
Pencegahan kebakaran hutan pada tingkat unit pengelolaan hutan konservasi, kesatuan
pengelolaan hutan produksi, kesatuan pengelolaan hutan lindung meliputi kegiatan:
a) Inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan;
b) Inventarisasi faktor penyebab kebakaran;
c) Penyiapan regu pemadam kebakaran;
d) Pembuatan prosedur tetap;
e) Pengadaan sarana dan prasarana
TUGAS KLIPING
BENCANA ALAM
PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
Di susun oleh
MI RAUDHOTUL JANNAH