Bab 1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Tsunami adalah gelombang yang ditimbulkan oleh pergerakan kerak bumi yang terjadi
secara tiba tiba. Gelombang yang ditimbulkan adalah gelombang panjang yang
umumnya mempunyai periode 20 sampai 200 menit dan dapat menyebabkan
kehancuran di daerah pesisir karena tinggi gelombang nya yang bisa mencapai beberapa
meter di atas batas normal muka air tertinggi. Daerah yang terkenal rawan tsunami
adalah di sekitar pantai yang berada di lautan Pasifik. Tak kurang dari 1500 kejadian
tsunami telah terjadi di daerah ini dalam kurun waktu sejak pertengahan abad ke 19.
Di wilayah pesisir tsunami dapat menimbulkan korban jiwa, menghancurkan
perumahan, pusat komersial, pertanian dan perikanan. Mitigasi bencana tsunami yang
sifatnya sangat sulit diprediksi sangatlah tidak mudah. Sistem peringatan dini biasanya
dipakai seperti halnya sistem peringatan dini di Hawai. Hal penting untuk mitigasi
bencana adalah pembuatan zona rawan bencana tsunami, pembuatan konstruksi
penahan gelombang tsunami baik berupa vegetasi maupun tembok konstruksi.
Bencana tsunami ini berada di kawasan Cincin Api Pasifik, Indonesia menjadi tempat
bagi 127 gunung api aktif dan peristiwa gempa bumi besar setiap tahunnya. Gunung
Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda, salah satu di antara gunung api tersebut,
merupakan gunung api yang muncul pada tahun 1927 setelah letusan Gunung Krakatau
pada 1883. Letusan gunung ini merupakan salah satu yang mematikan sepanjang
sejarah, menyebabkan megatsunami, dan gelombang awan panas, menewaskan lebih
30.000 jiwa, serta membuat kawasan sekitar letusan gunung tertutup abu vulkanik dan
menghancurkan pesisir Banten dan Lampung. Beberapa bulan sebelum tsunami terjadi,
Gunung Anak Krakatau menunjukkan peningkatan aktivitas, dengan terjadinya letusan
pada 21 Desember 2018 selama 2 menit hingga menyemburkan abu vulkanik setinggi
400 meter.
b. Urgensi
c. Tujuan
Karya ilmiah ini bertujuan untuk melakukan penilaian cepat terkait dampak kerusakan
dan memberikan rekomendasi terkait upaya pengurangan dampak risiko bencana
tsunami di masa mendatang.
Bab 2. Isi
a. Penjelasan konsep perubahan lingkungan
Bencana tsunami Anyer pada 22 Desember 2018 datang secara tiba-tiba tanpa ada
peringatan dini dari pihak berwenang. Bencana tersebut merenggut nyawa lebih dari
430 orang dan menimbulkan kerusakan infrastruktur di wilayah pesisir. Pada Sabtu
(22/12/2018) sekitar pukul 21.30 WIB, masyarakat sekitar Pantai Anyer dan Lampung
Selatan dikagetkan dengan air laut yang naik dan menerjang bangunan di sekitar pantai.
Kejadian ini bersamaan dengan angin kencang.
Selat Sunda merupakan wilayah tsunamigenik di Indonesia. Salah satu penyebabnya
adalah keberadaan zona penunjaman lempeng bagian barat Sumatra hingga bagian
selatan Jawa yang disebut Megathrust. Ancaman gempabumi di zona Megatrusht Selat
Sunda hingga kekuatan 8,2 – 8,7 Mw. Megathrust Selat Sunda dapat memicu ribuan
gempabumi yang beripisentreum disekitar zona penunjaman lempeng dan dapat
mengundang bencana sekunder yaitu tsunami.
Dampak bencana tsunami yang bersifat destruktif sangat merugikan berbagai aspek
kehidupan. Salah satunya adalah tempat tinggal masyarakat setempat. Hal tersebut
membuat kerusakan lingkungan masyarakat terutama tempat tinggal.
Pada pukul 21:03 WIB, Anak Krakatau meletus dan merusak peralatan seismografi
terdekat, meskipun suatu stasiun lain mendeteksi getaran terus-menerus. Pada pukul
21:27 WIB, BMKG mendeteksi adanya suatu tsunami di pesisir barat Banten, meskipun
tidak ada peristiwa tektonik. Menurut masyarakat setempat yang menyaksikan detik-
detik terjadinya tsunami, sebelum terjadinya tsunami itu sempat terdengar dentuman
keras dari laut. Sebelumnya, BMKG telah mengeluarkan peringatan gelombang tinggi
untuk perairan sekitar selat Sunda.
Namun pada akhirnya, BMKG memverifikasi bahwa tsunami memang terjadi pada
sekitar 21.30 WIB, beriringan dengan kondisi gelombang tinggi karena bulan purnama
di Selat Sunda pada 21-25 Desember.
Tumpukan puing berserakan di tepi dan sudut jalan, yang sebagian besarnya oleh
bangunan semi permanen. Ambulans dan mobil aparat berlalu lalang, dan di pelataran
kantor polisi, telah berleret kantong dari jenazah yang telah ditemukan. Selain itu, di
bidang kelistrikan, ada 146 gardu listrik yang telah dapat dinyalakan. 102 masih padam,
dan 20 saluran udara tegangan menengah roboh karena diterjang tsunami.
Di Lampung Selatan, Desa Kunjir, Way Muli, dan Canti, menjadi desa yang paling
terdampak bencana. Republika mengutip salah satu kesaksian warga, bahwa di Way
Muli, dalam waktu 4 menit, tsunami menghancurkan rumah-rumah yang ada.
Gulungannya begitu tinggi, menggemuruh, dan terlihat ada kilat api. Desa yang semula
memang padat penduduk dan rumah, menjadi rata dengan tanah. Sampai pagi 24
Desember, menurut CNN Indonesia, sudah ada 60 orang ditemukan meninggal dunia,
22 orang hilang, dan 258 orang luka-luka.
Siklus oksigen dimana akibat tsunami yang merusak dan menghilangkan tumbuhan
secara drastis menyebabkan terganggunya tahap pengubahan karbon dioksida menjadi
oksigen dalam proses fotosintesis tanaman yang berkaitan dengan siklus karbon dimana
karbon dioksida yang tinggi hasil respirasi makhluk hidup tidak dapat diubah menjadi
karbon organik yang berpengaruh pada rantai makanan seperti C6H12O6 yaitu
penghasilan glukosa pada bagian tanaman.
Upaya upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pencegahan kerusakan yang lebih
parah adalah dengan pembangunan daerah pesisir seacara terencana dan dengan
pembangunan wilayah yang memiliki struktur tahan terhadap terpaan tsunami seperti
melakukan pembangunan tanggul laut, atau dengan membangun kawasan hutan
mangrove sebagai tembok alami, disusul dengan pembangunan bangunan sekitar
pesisir yang memiliki kekuatan struktur yang baik dan kuat, memiliki aliran air yang
baik untuk menyalurkan air tsunami, juga melakukan perlindungan ekosistem alami
seperti hutan, danau, dan sungai yang kemudian dapat lebih cepat pulih apabila terjadi
bencana tsunami di kemudian hari.
Lebih dari seribu warga Sebesi mengungsi, namun masih ada ratusan yang bertahan.
b. Saran/harapan
Semoga hal-hal upaya pencegahan bisa diterapkan sejak dini agar dampak yang terjadi
akan berkurang dan dilakukan rencana pembangunan wilayah pesisir dengan mitigasi
bencana yang baik.
Daftar Pustaka
Medistiara, Yulida 2018. ‘Update Jumlah Korban Tsunami Selat Sunda: 426 orang meninggal
dunia, 7.202 Luka-Luka, dan 23 orang hilang’. Detikcom.
Ramdhani, Jabbar 2018. ‘Update Terkini BMKG: Yang Terjadi di Anyer Bukan Tsunami
karena Gempa’. detiknews.
Prasetya, Eko 2018. ‘BMKG Sebut Tsunami di Banten dan Lampung Akibat Aktivitas Gunung
Anak Krakatau’. Merdeka.