Anda di halaman 1dari 7

Yoshephina Niegel Mirifica

19.I1.0089

Pancasila Juga Dibutuhkan Untuk Kelangsungan Kehidupan Di Bumi

Masalah indonesia yang akhir-akhir ini terus menjadi bahan pembicaraan


yaitu kebakaran hutan karena kurangnya kesadaran dan moral pancasila dalam diri
masing-masng manusia. Manusia yang egois tidak memikirkan bumi dan
sekitarnya, hanya memikirkan keuntungan yang akan didapatkan untuk dirinya
sendiri. Menebang hutan untuk industri pabrik, seperti pabrik kertas contohnya
atau membakar hutan untuk memperluas lahan pertanian, membangun bangunan
infrastruktur. Tanpa disadari, merusak hutan juga memperpendek umurnya
sendiri. Mengapa demikian? Karena bumi kita sudah tua ini, semakin lama
semakin panas dikarenakan gas rumah kaca.

Dengan tidak adanya hutan, menggantikannya dengan bangungan


infrastruktur itu akan menambah asap dan gas karobondioksida. Padahal, hutan
yang harusnya berfungsi untuk menyerap gas karbondioksida dan mengubahnya
menjadi oksigen menjadi tidak dapat bekerja secara optimal karena penebangan
serta pembakaran hutan. Menurut sumber sipongi.menlhk.go.id, diambil data
kebakaran hutan per Provinsi di Indonesia dari tahun 2014 sampai 2019. Dari data
yang didapat, tahun 2014 yang mengalami kebakaran hutan terbesar di Sumatera
Selatan dengan luas 8,504 ribu hektar, di tahun 2015 lagi-lagi Provinsi Sumatera
Selatan terbakar seluas 646,298 ribu hektar dan Papua seluas 350,005 ribu hektar.
Pada tahun 2016, luas hektar kawasan hutan yang terbakar di Papua menurun, dari
350,005 ribu hektar pada tahun 2015 menjadi 186,571 ribu hektar. Dan kawasan
Riau terbakar seluas 85,219 ribu hektar. Provinsi Nusa Tenggara Timur hutan
terbakar seluas 38,326 ribu hektar pada tahun 2017 dan pada tahun 2018 Provinsi
Kalimantan Selatan mengalami kebakaran hutan seluas 98,637 ribu hektar. Tahun
2019, Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Riau,
Sumatera Selatan, Jambi mengalami titik darurat kebakaran hutan.

Baru-baru ini, Kalimantan sedang mengalami kebakaran hutan lagi pada


awal September kemarin disebabkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab
dan dengan sengaja membakar hutan untuk memperluas lahan. Berikut data
kebakaran hutan di Indonesia, terutama wilayah Kalimantan dan Sumatera yang
diupdate pada 15 September 2019 dari BNPB.

1
Yoshephina Niegel Mirifica
19.I1.0089

Dari data diatas, tercatat beberapa titik panas yang harus diwaspadai oleh
masyarakat sekitar. Di Kalimantan Barat ada 527 titik panas, Kalimantan Tengah
ada 954 titik panas, Kalimantan Selatan ada 119 titik panas. Dari kebakaran hutan
di Kalimantan ini menyebar ke wilayah Provinsi Sumatera. Provinsi yang terkena
dampak asap dan ikut terkena kebakaran hutan adalah Provinsi Riau dengan 39
titik panas, Jambi 222 titik panas, dan Sumatera Selatan dengan jumlah titik panas
terbanyak yaitu 366.

Dari sumber nasional.kompas.com, diketahui masih ada 64 hotspot di


Riau, 165 hotpsot di Sumatera Selatan, dan 130 hotspot di Jambi. Kemudian di
Kalimantan Tengah masih ditemukan hotspot hingga 475, terutama di wilayah
Kota Waringin Timur. Selanjutnya di Kalimantan Barat tinggal 39 hotspot,
Kalimantan Selatan 61 hotspot, serta Papua yang juga ditemukan ada 7 hotspot.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan bahwa 328 ribu
hektar hutan yang terbakar 300 ribu hektar wilayah tidak ada pohon dan 28 ribu
dari area hutan yang terbakar.

Menurut data yang dikutip dari Kementerian Lingkungan Hidup dan


Lahan pada tanggal 16 September yang lalu, pengukuran indeks standar
pencemaran udara sudah mencapai angka 500 yang berarti sudah sangat
berbahaya bagi manusia dan hewan. Udara ini dapat menyebabkan sesak napas,
jarak pandang yang minim bagi masyarakat. Indeks standar pencemaran udara
adalah pengukuran kualitas udara untuk mengetahui seberapa tercemarnya udara
dan dampaknya bagi masyarakat. Untuk menetapkan ISPU ini dengan melakukan
uji tingkat mutu udara bagi makhluk hidup, bangunan, dan nilai estetika. Menurut

2
Yoshephina Niegel Mirifica
19.I1.0089

Wikipedia, ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemaran terbanyak dan utama, yatu


karbon monoksida, sulfur dioksia, nitrogen dioksida, ozon permukaan, dan
banyaknya partikel debu. Angka dan kategori ISPU yang ditetapkan oleh Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-
107/KABAPEDAL/11/1997 tanggal 21 November 1997 yaitu indeks 1-50
dikategorikan baik karena memberikan efek yang sehat bagi sistem pernapasan
makhluk hidup, 51-100 dikategorikan sedang karena tidak berefek bagi manusia
dan hewan namun berefek pada tumbuhan yang sensitif, 101-199 dikategorikan
tidak sehat karena sudah merugikan manusia dan berdampak pada hewat yang
sensitif serta kerusakan pada tumbuhan, 200-299 dikategorikan sangat tidak sehat,
karena sudah berefek tidak sehat dan merugikan kesehatan wilayah yang terkena,
dan 300-lebih dikategorikan berbahaya karena sudah merugikan kesehatan yang
sangat serius bagi manusia, hewa, maupun tumbuhan.

Data yang didapat dari BMKG di Riau pada 16 September lalu,


pengukuran konsentrasi PM10 mencapai kategori berbahaya dengan angka 327
µgram/m3. PM10 adalah partikel udara dalam bentuk debu berukuran lebih kecil
dari 10 mikrometer yang mencemari udara dan berbahaya jika masuk ke dalam
sistem pernapasan manusia. Batas normal konsentrasi PM10 adalah 150
µgram/m3.

Penanganan yang dilakukan pemerintah dalam memadamkan api yang


dikatakan oleh Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional
Penanggulangan Bencana dengan memantau titik hotspot kebakaran hutan yang
terjadi di setiap provinsi, pemadaman yang harus dilakukam, penegakan hokum
dan sosialisasi yang disampaikan kepada masyarakat. Namun, penanganan
pemadaman terhambat karena terkendala pada keterserdiaan air dengan posisi
musim kemarau dan kekeringan. Penegakan hokum dijalankan dengan
menetapkan 19 tersangka dan 32 saksi yang akan diperiksa pihak kepolisan
berdasarkan 13 laporan yang masuk di 6 polres di Jambi. 10 tersangka mengaku
lahan yang terbakar adalah lahan miliknya sendiri dari 80 hektar lahan.

Menurut BKSDA, 90% kebakaran hutan disebabkan oleh manusia. Oleh


sebab itu, dibutuhkannya nilai moral yang diajarkan dan ditanam sejak dini ke
anak-anak serta menyadarkan manusia yang tidak memiliki nilai pancasila dalam
hidupnya. Nilai moral pancasila untuk masalah kebakaran hutan ini dapat
dijabarkan sebagai berikut:

1. Ketuhanan yang Maha Esa


Kekayaan alam Indonesia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan sudah
kewajiban semua manusia untuk menjaga dan merawatnya dengan baik.
Jika manusia merusak hutan, bukankah itu artinya kita merusak kepunyaan

3
Yoshephina Niegel Mirifica
19.I1.0089

Tuhan? Dengan merusak kepemilikan Tuhan sama saja kita sebagai


manusia tidak mempercayai kuasa-Nya dan tidak mengakui adanya Tuhan.
Manusia yang seperti ini sudah sangat jelas bahwa tidak memiliki jiwa
pancasila di kehidupannya.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Terjadinya kebakaran hutan karena pembukaan lahan untuk industri adalah
hal yang tidak adil untuk masyarakat biasa. Jika ada orang yang memiliki
ribuan hektar tetapi lahannya sengaja dibakar untuk membuka lahan masih
berkilah, tentu saja nilai dalam sila kedua terganggu. Apa yang bisa
pemilik lahan dan pemerintah lakukan? Dengan membatasi kepemilikan
lahan dan wajibkan pemilik lahan menjaga lahannya dengan baik. Anggota
dinas pemerintah juga jangan mudah bekerja sama dengan pelaku untuk
memberikan izin.
3. Persatuan Indonesia
Seluruh wilayah indonesia itu menyatu. jika ada kebakaran hutan tentu
saja asapnya akan menjalar ke daerah lain. Jangan biasakan sikap acuh tak
acuh terhadap lingkungan sekitar, sebisa mungkin munculkan sikap saling
membantu, saling merasakan masalah satu sama lain terutama masalah
kebakaran hutan. Masalah kebakaran hutan tidaklah hanya masalah
wilayah yang terbakar atau wilayah yang terkena dampak asapnya, ini
adalah masalah nasional yang harus ditangani oleh seluruh warga
Indonesia.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan
Sila ini merupakan sila paling penting. Karena sebagaimana yang
dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 2, bumi dan
kekayaan yang dikandung adalah milik bersama. Berhubungan dengan sila
keempat, kekayaan indonesia harus dipergunakan atas nama mufakat,
bukan memaksakan kehendak.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila ini adalah dasar yang mengatakan jika seluruh rakyat Indonesia
memiliki hak untuk ketentraman dan kemakmuran. Adanya kebakaran
hutan tentu saja membuat nilai dalam sila kelima terganggu. Jika tanah
digali, hutan dibakar, rawa dikeringkan demi kepentingan satu pihak, jelas
mengganggu ketentraman rakyat indonesia itu sendiri.

Mari kita refleksikan kondisi saat ini, terlihat jelas Pancasila yang
seharusnya dijadikan sebagai pemersatu warga negara belum berjalan dengan baik
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Sila-sila pancasila juga tidak
dihiraukan dan hampir ditinggalkan oleh beberapa manusia. Kurangnya paham
normatif mengenai nilai-nilai pancasila pada masyarakat zaman sekarang.

4
Yoshephina Niegel Mirifica
19.I1.0089

Pemahaman pancasila harus diubah, tidak hanya dengan pendidikan pancasila,


pelatihan kognitif, menghafal pancasila namun juga diiimbangi dengan sikap yang
baik dan menjunjung nilai pancasila.

5
Yoshephina Niegel Mirifica
19.I1.0089

DAFTAR PUSTAKA

https://katadata.co.id/infografik/2019/08/27/infografik-indonesia-langganan-
kebakaran-hutan

https://m.liputan6.com/news/read/4062477/polisi-tetapkan-19-tersangka-
kebakaran-hutan-dan-lahan-di-jambi

https://twitter.com/BNPB_Indonesia/status/1173170196879556608

https://nasional.kompas.com/read/2019/09/24/19304331/klhk-sebut-
kebakaran-hutan-di-sumatera-dan-kalimantan-tak-bakar-vegetasi

http://sipongi.menlhk.go.id/hotspot/luas_kebakaran

https://tirto.id/penyebab-dan-akibat-kebakaran-hutan-di-kalimantan-hingga-
sumatera-eic3

https://tirto.id/penanganan-karhutla-dan-cerita-warga-saat-kabut-asap-
merajalela-eh3K

https://www.mongabay.co.id/2019/09/24/kebakaran-hutan-dan-lahan-di-
kalimantan-timur-nasib-ibu-kota-negara/

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49921090

https://nasional.kompas.com/read/2019/09/24/19304331/klhk-sebut-
kebakaran-hutan-di-sumatera-dan-kalimantan-tak-bakar-vegetasi

http://www.bmkg.go.id/kualitas-udara/informasi-partikulat-pm10.bmkg

http://www.cets-
uii.org/BML/Udara/ISPU/ISPU%20(Indeks%20Standar%20Pencemar%20Udara).htm

https://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Standar_Pencemar_Udara

https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/13/191302665/viral-soal-alat-
pengukur-kualitas-udara-yang-bertuliskan-tinggalkan-riau?page=all

https://www.mongabay.co.id/2018/06/08/refleksi-nilai-nilai-pancasila-dalam-
pelestarian-alam-indonesia/

https://mediaindonesia.com/read/detail/264186-pancasila-dalam-perbuatan

http://amp.kontan.co.id/news/sejumlah-upaya-ini-dilakukan-pemerintah-untuk-
atasi-kebakaran-hutan-dan-lahan

6
Yoshephina Niegel Mirifica
19.I1.0089

http://rri.co.id/post/berita/561336/daerah/ini_penyebab_kebakaran_lahan_da
n_hutan_di_jambi.html

http://rri.co.id/post/berita/558168/daerah/bksda_90_persen_kebakaran_hutan
_disebabkan_oleh_manusia.html

Anda mungkin juga menyukai