Anda di halaman 1dari 6

Kebakaran Hutan Kalimantan 2019

“Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Pelajaran Biologi”

Guru Pembina:Anita Wijaanti M,E.d


NIP.197401261998032001

disusun oleh :

Daffa Haidar Hadi (12)

Kelas X MIPA 2

MAN 1 BOJONEGORO JUNI 2022

Jalan Mongensidi No.160Bojonegoro, Jawa Timur 62115

Telp (0353)881320. Email: manbojonegoro@gmail.com

Web: www.man1bojonegooro.sch.id

Tahun Pelajaran 2021/2022


Kebakaran Hutan Kalimantan Tahun 2019

Pada Tahun 2019 Sejumlah hutan di Pulau Kalimantan dilanda kebakaran. Akibatnya, udara di beberapa wilayah
provinsi yang berbatasan dengan Malaysia dan Singapura dicemari asap. Kebakaran hutan tak hanya berdampak
pada kualitas udara saja, tetapi ada juga beberapa binatang yang hidup di hutan yang mati.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut upaya pemadaman kebakaran dengan bom air
(water bombing) untuk mengatasi karhutla di Sumatera dan Kalimantan belum bisa maksimal. Api tidak bisa
dimatikan oleh water bombing karena sumber api berada di kedalaman, termasuk di kedalaman lahan gambut.
Sumber api berada di bawah permukaan tanah sehingga, bila api di permukaannya padam, api di bawah tanah
masih menyala.

Berdasarkan hasil pengamatan BMKG pada Jumat (13/9/2019) tercatat titik panas pada tanggal 12 September
2019 terjadi di beberapa wilayah antara lain: 1.865 titik di Kalimantan; 412 titik di Semenanjung Malaysia dan 216
titik Sarawak-Sabah dan 1.231 titik di Sumatera. Sedangkan pantauan satelit NASA pada tanggal 12-14 September
2019 titik kabut asap makin banyak dan pekat di Kalimantan.

Tak hanya itu, menurut Badan Lingkungan Hidup Nasional Singapura atau NEA (National Environment
Agency), masih terdapat sekitar 1.300 titik panas yang tersebar di Kalimantan dan Sumatera, Indonesia.
Data dari Air Visual menunjukkan wilayah Palangkaraya-Kualakapuas, Kalimantan Tengah memiliki indeks
kualitas udara yang membahayakan. Dapat dilihat pada tingkat 300-500 US AQI, kondisi udara sangat berbahaya
karena bisa menimbulkan iritasi hingga penyakit paru-paru bagi masyarakat umum yang beraktifitas di luar rumah,
terutama bagi orang-orang yang sensitif. Tak hanya itu, sejumlah ekosistem dan binatang di hutan Kalimantan
ditemukan mati.

Banyaknya jenis lahan gambut di Kalimantan membuat ancaman tersendiri yang perlu dikaji lebih dalam untuk
pembangunan ibu kota baru Indonesia. Kebakaran hutan terjadi di bagian wilayah Kalimantan, mulai dari
Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat hingga Kalimantan Timur. Hal tersebut jadi potensi bencana bagi rencana
pemindahan ibu kota baru.

Faktanya upaya pemadaman telah dilakukan dari berbagai pihak, seperti memadamkan api melalui hujan buatan,
patroli, water bombing menggunakan 50 helikopter. Upaya lainnya dilakukan dengan penyegelan dan sanksi untuk
perusahaan asing nakal oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar.

Laporan Kementerian LHK menyebutkan, sudah ada empat perusahaan sebagai tersangka dari kasus Karhutla
yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan. KLHK juga menyegel 42 perusahaan. Empat korporasi yang ditetapkan
sebagai tersangka adalah PT ABP, PT AER, PT SKM dari Kalimantan Barat dan PT KS dari Kalimantan Selatan.
Keempat perusahaan itu bergerak di bidang sawit.

Sumber: https://news.detik.com/berita/d-4708761/data-data-tentang-kebakaran-hutan-di-kalimantan.
Penyebab Kebakaran Hutan Kalimantan 2019
Secara umum, penyebab langsung kebakaran hutan Kalimantan terjadi karena pembakaran hutan secara sengaja
oleh oknum perusahaan yang memiliki izin konsesi. Tindakan ini dilakukan karena dirasa sebagai jalan pintas yang
efektif, efisien dan tak memerlukan biaya yang lebih banyak dibandingkan metode tanpa bakar .Pada level
terbawah, hal ini diperparah dengan adanya oknum masyarakat yang diiming-iming melakukan tindakan membakar
dengan sengaja demi uang dari oknum tertentu

Hal ini makin diperkuat dengan adanya laporan kementerian LHK menyebutkan, sudah ada empat perusahaan
sebagai tersangka dari kasus Karhutla yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan. KLHK juga menyegel 42
perusahaan. Empat korporasi yang ditetapkan sebagai tersangka adalah PT ABP, PT AER, PT SKM dari
Kalimantan Barat dan PT KS dari Kalimantan Selatan. Keempat perusahaan itu bergerak di bidang sawit.

Akibat Kebakaran Hutan Kalimantan 2019


Banyak sekali akibat kebakaran hutan yakni rusaknya ekosistem dan menyebabkan musnahnya flora dan fauna
yang tumbuh dan hidup di hutan. Dampak lainnya dari asap yang ditimbulkan dapat menyebabkan penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik, Penyakit Jantung serta iritasi pada mata,
tenggorokan dan hidung. Kabut asap dari kebakaran hutan juga dapat mengganggu bidang transportasi, khususnya
transportasi penerbangan.

Tersebarnya asap dan emisi gas Karbondioksida dan gas-gas lain ke udara juga akan berdampak pada pemanasan
global dan perubahan iklim. Kebakaran hutan mengakibatkan hutan menjadi gundul, sehingga tidak mampu lagi
menampung cadangan air di saat musim hujan, hal ini dapat menyebabkan tanah longsor ataupun banjir. Selain itu,
kebakaran hutan dan lahan juga mengakibatkan berkurangnya sumber air bersih dan bencana kekeringan, karena
tidak ada lagi pohon untuk menampung cadangan air.
Cara Mengatasi Kebakaran Hutan Kalimantan

Untuk menekan potensi kebakaran hutan yang ada di Indonesia, cara-cara berikut ini dapat diterapkan.

1. Analisa Titik Rawan Kebakaran

Kebakaran hutan atau lahan gambut dapat terjadi oleh adanya titik api yang kemudian menyebar hingga menjadi
api besar. Ketika musim kemarau melanda Indonesia, muncul banyak titik api yang umumnya berada di daerah
Kalimantan dan Sumatera.

Titik api adalah daerah yang dipenuhi oleh bahan-bahan yang mudah terbakar seperti rumput kering, kayu dan
lainnya.

Untuk menentukan titik rawan kebakaran di suatu daerah, kita bisa menggunakan metode Indeks Keetch Bryam.
Metode ini dilakukan dengan penilaian bahaya kebakaran hutan dengan indeks atau tingkat kekeringan pada daerah
tertentu. Dengan analisa yang akurat maka peluang terbakarnya lahan dapat dicegah dan ditangani lebih lanjut.

2. Melakukan Patroli Secara Rutin

Patroli hutan sangat penting untuk menjaga keamanan hutan, terutama dari kemungkinan kebakaran hutan serta
penebangan liar. Kebakaran hutan yang marak terjadi menuntut patroli dan pengawasan hutan harus dilakukan
lebih rutin dan lebih ketat lagi. Terutama jika musim kemarau panjang tiba, patroli dan pengawasan hutan harus
lebih sering dilakukan.

3. Mendeteksi Kebakaran Hutan atau Lahan Sedini Mungkin

Meski sudah dilakukan tindakan pencegahan melalui analisa titik rawan kebakaran dan juga patroli atau
pengawasan yang ketat, hutan masih berpeluang untuk terbakar. Oleh karena itu, penjaga hutan maupun
masyarakat harus siap dengan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi.

Untuk memaksimalkan langkah pencegahan kebakaran hutan, pastikan tetap cermat dan cepat dalam mendeteksi
munculnya titik api.

Berikut ini langkah yang bisa dilakukan untuk mendeteksi kebakaran hutan secara cepat, antara lain:

 Mendirikan menara pengawas yang memiliki jarak pandang jauh, lengkap dengan teropong, alat deteksi dan
komunikasi.

 Membangun pos jaga di area hutan dan area perbatasan dengan penduduk atau lahan usaha.

 Melakukan analisa data dari penerbangan, satelit dan data cuaca pada area kawasan hutan.

4. Mempersiapkan Alat Pemadaman Kebakaran


Semua peralatan yang berfungsi untuk penanganan kebakaran hutan harus terpenuhi dan selalu siap. Hal ini
dimaksudkan untuk mempercepat proses pemadaman dan evakuasi jika terjadi kebakaran hutan atau lahan.
Penanganan yang cepat dan tepat akan membantu mengurangi kerugian yang terlalu besar.

Membuat tempat penampungan air pada beberapa kawasan yang berpeluang terjadi kebakaran juga diperlukan. Hal
ini merupakan cara yang efektif karena ketersediaan air yang dekat akan membantu mempercepat proses
pemadaman dan evakuasi.

Selain itu, perlu juga memasang alarm peringatan untuk memberi tanda ketika terjadi kebakaran. Alarm ini
dimaksudkan untuk memperingatkan penjaga hutan maupun volunteer  yang ada di sekitar agar segera melakukan
pemadaman dan evakuasi dini. Sehingga kebakaran hutan dan lahan tidak sampai merambat atau menyebar terlalu
jauh.
5. Mengadakan Penyuluhan dan Edukasi

Penyuluhan juga dapat dilakukan secara rutin untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai bahaya
kebakaran hutan, cara pencegahan dan cara penanganannya.

Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian hutan. Selain itu,
penyuluhan juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi dan praktik langsung bagaimana penanganan
kebakaran di lapangan.

Berikut ini beberapa pengetahuan yang dapat diberikan kepada masyarakat, antara lain:

 Tidak boleh sembarangan membakar apapun di kawasan hutan yang dapat menyebabkan api menyebar,
seperti rumput kering atau plastik dan lainnya.
 Tidak boleh melakukan pembakaran di sekitar area yang rawan kebakaran.

 Setelah selesai membakar sesuatu, pastikan bahwa api sudah benar-benar padam sehingga tidak ada
kemungkinan api muncul kembali, menyebar dan menyebabkan kebakaran hutan.

 Jika terlihat ada sumber titik api atau kebakaran, segera melapor atau berkomunikasi dengan pos jaga atau
penjaga yang sedang patroli agar cepat ditangani.

 Memberi pemahaman mengenai peraturan setempat tentang perizinan dan pembatasan larangan pembakaran.
Peraturan ini disusun oleh Departemen Kehutanan dan Sumber Daya Alam. Misalnya mengenai jarak
minimal pembakaran, perizinan dan peraturan kegiatan kemah, peraturan pekerja di hutan, dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai