Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENELITIAN

Dampak Kebakaran Hutan Lahan di Kalimantan Barat Pada 2021 Terhadap


Aktivitas Masyarakat Dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem Hutan

Oleh Kelompok 5:
1. Diana Wardhani (04)
2. Dwicky Aditya Assidqi (05)
3. Fio Davina Firstania (08)
4. Mayditia Nur Fadilah (13)
5. Reyhan Kanz Putra Rachman (33)
6. Ridho Indra Muslimin (34)

SMA NEGERI 3 SIDOARJO


Jl. Dr. Wahidin No. 130, Sekardangan
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penelitian yang berjudul “Dampak Kebakaran Hutan
Lahan di Kalimantan Barat Pada 2021 Terhadap Aktivitas Masyarakat Dan Pengaruhnya
Terhadap Ekosistem Hutan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas fisika.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Energi Alternatif bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing geografi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian
ini.
Kami menyadari, laporan penelitian yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
laporan penelitian ini.

Sidoarjo, 4 Novenmber 2021

Penyusun

2
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Kebakaran hutan adalah kebakaran yang meluas dengan cepat dan tidak terkontrol.
Besarnya api pada kebakaran hutan diperparah dengan embusan angin yang bisa
memusnahkan lahan dan hewan di dalamnya dalam hitungan menit.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia merupakan permasalahan yang
rutin terjadi setiap tahun khususnya pada musim kemarau. Karhutla yang terjadi dalam dua
dekade terakhir, khususnya tahun 1997-1998, bukan hanya merupakan bencana lokal dan
nasional, namun juga telah meluas menjadi bencana regional. Polusi asap yang dihasilkan
dari kebakaran hutan dan lahan telah menimbulkan kerugian bagi masyarakat di beberapa
negara di kawasan Asia Tenggara
BMKG mencatat karhutla terjadi tiap tahun di musim kemarau, khususnya di daerah
dengan banyak lahan gambut seperti di Sumatra dan Kalimantan. Salah satu dampak negatif
karhutla yang mengganggu ialah munculnya asap yang menyebabkan kualitas udara menjadi
buruk dan terganggunya transportasi udara.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat sebanyak 151.919 ha lahan
terbakar di Kalimantan Barat pada 2019. Pada 2018, sebanyak 68.422,03 ha hutan dan lahan
terbakar di provinsi itu. Sedangkan pada 2015, karhutla melanda 93.515,8 ha lahan di
Kalimantan Barat. Menurut data BMKG, sebanyak 1.061 titik panas di Kabupaten Ketapang
pada 19-20 September 2019. Angka itu mewakili kabupaten dengan jumlah titik panaas
terbanyak di Provinsi Kalimantan Barat karena di provini itu terpantau sebanyak 1.431 titik
panas pada periode yang sama. Meskipun sedang musim hujan sejumlah titik panas mulai
terpantau kembali di beberapa area di Kalimantan Barat sejak 12 Februari 2021.
Kebakaran hutan dan lahan berdampak pada rusaknya ekosistem dan menyebabkan
musnahnya flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di hutan. Dampak lainnya dari asap yang
ditimbulkan dapat menyebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Asma,
Penyakit Paru Obstruktif Kronik, Penyakit Jantung serta iritasi pada mata, tenggorokan dan
hidung. Kabut asap dari kebakaran hutan juga dapat mengganggu bidang transportasi,
khususnya transportasi penerbangan.
Tersebarnya asap dan emisi gas Karbondioksida dan gas-gas lain ke udara juga akan
berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim. Kebakaran hutan mengakibatkan
hutan menjadi gundul, sehingga tidak mampu lagi menampung cadangan air di saat musim
hujan, hal ini dapat menyebabkan tanah longsor ataupun banjir. Selain itu, kebakaran hutan

3
dan lahan juga mengakibatkan berkurangnya sumber air bersih dan bencana kekeringan,
karena tidak ada lagi pohon untuk menampung cadangan air.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana terjadinya bencana alam kebakaran hutan dan lahan?
2. Apa faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan
Barat?
3. Bagaimana upaya dalam meminimalisisr atau mencegah terjadinya kebakaran hutan
dan lahan?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bagaimana terjadinya bencana alam kebakaran hutan dan lahan.
2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Provinsi
Kalimantan Barat.
3. Mengetahui upaya dalam meminimalisir atau mencegah terjadinya kebakaran hutan
dan lahan.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan geografi, khususnya di bidang
ekologi dan klimatologi, serta sistem informasi geografis.
b. Dapat memberikan referensi bagi penelitian lain yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Menjadi masukan bagi masyarakat setempat untuk meminimalisir kebakaran
hutan dan tetap siaga dalam iklim apapun yang kemungkinan dapat terjadi di
wilayah tempat tinggalnya.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah setempat tentang perlunya
penerapan sistem informasi kebakaran hutan dan lahan di kerentanan bencana
banjir lahar dingin di daerah Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat dan upaya
penanggulangannya.

4
BAB II
Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

A. Tinjauan Pustaka
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terus terjadi di Indonesia, terutama
di Sumatera, Riau, dan Kalimantan. Sejarah mencatat, karhutla hebat pernah terjadi di
Riau serta Kalimantan tahun 1997 silam. Dampaknya amat parah, termasuk jatuhnya
pesawat serta pengaruh asap yg hingga ke negara-negara tetangga, bahkan hingga
Australia. efek kebakaran hutan serta lahan yg terjadi akhir-akhir ini juga relatif
mengkhawatirkan. Sebaran asap yang disebabkan telah amat meluas, mencapai sebagian
besar daerah Sumatera dan Kalimantan, bahkan masyarakat negeri jiran pula turut
merasakan dampaknya.
Gambaran satelit pantauan BMKG memberikan, asap terdeteksi di wilayah Riau,
Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat,
Kalimantan Barat, sampai Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
bahkan hingga ke wilayah Malaysia dan Singapura. sementara berdasarkan data Badan
Nasional Penanggulangan bencana (BNPB) sampai Senin (16/9/2019) pukul 16.00 WIB,
di Riau ditemukan sebesar 58 titik panas, Jambi (62), Sumatera Selatan (115),
Kalimantan Barat (384), Kalimantan Tengah (513), serta Kalimantan Selatan (178).
Sepanjang tahun 2019,
Menurut data Kementerian Lingkungan hayati serta Kehutanan, luas karhutla di
Indonesia mencapai 328.722 hektar. pada Kalimantan Tengah tercatat seluas 44.769
hektar, Kalimantan Barat 25.900 hektar, Kalimantan Selatan 19.490 hektar, Sumatera
Selatan 11.826 hektar, Jambi 11.022 hektar, dan Riau 49.266 hektar. Hitung mundur 22
tahun lalu, kebakaran hutan serta huma pernah melanda Riau dan Kalimantan yang
berlangsung lebih dari 7 bulan. dampak yang ditimbulkan amat berfokus dampak
kebakaran hutan dan lahan itu. insiden ini bahkan diklaim menjadi karhutla terparah
sepanjang sejarah.
Menurut riset Afid Nurkholis asal Fakultas Geografi UGM Yogyakarta
menggunakan judul “Analisis Temporal Kebakaran Hutan dan lahan pada Indonesia
Tahun 1997 dan 2015” menyebutkan, kebakaran hutan di Riau (serta Kalimantan) pada
1997 ialah sejarah kebakaran terparah yg pernah terjadi.
Dari Laporan Kementerian Lingkungan (1998), karhutla tahun 1997
menghancurkan lebih kurang 383.870 hektar. tetapi, sumber lain yg dikutip oleh Herman
Hidayat dalam buku Politik Lingkungan: Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru dan
Reformasi (2008) memberikan data tidak selaras, bahkan jauh lebih luas berasal yg
diakui pemerintah. Herman menuliskan, kebakaran hutan berasal 1997-1998 ditaksir
menyebabkan kerusakan kurang lebih 9,7 juta hektar. di Kalimantan saja, berdasarkan

5
laporan The Asahi Shimbun (23 September 2002), tidak kurang asal 6,lima juta hektar
hutan serta huma dimakan api. akibat kebakaran hutan dan lahan ini sangat buruk , baik
bagi kesehatan manusia juga lingkungan hidup. Sekurang-kurangnya 20 juta orang
Indonesia sudah terkena polusi udara dan air, baik eksklusif juga tidak pribadi. Asap
hitam mengakibatkan ribuan orang pada Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, serta Kalimantan Timur, harus dirawat di tempat tinggal
sakit. di Irian Jaya (Papua), ratusan masyarakat tewas sebab transportasi buat makanan
serta keperluan suplai lainnya di pedalaman terhenti dampak asap.
Laporan Bank dunia per November 1997 menyatakan, keseluruhan kerugian
akibat bencana ini mencapai kurang lebih Rp394 miliar buat 8 provinsi yg terkena akibat
asap serius. dalam hal kesehatan jangka panjang dan pengaruhnya, kerugian keuangan
diperkirakan akan mencapai tiga kali lipat atau Rp1,3 triliun. tidak hanya itu, kabut asap
dampak pembakaran yang terus meluas sehingga pemerintah sejumlah negara sebelah
menjadi gerah, terutama Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, pula Thailand,
Filipina, dan Australia. Berulang kali pemerintah Indonesia telah diminta supaya
menyebutkan langkah antisipasi supaya kebakaran hutan serta lahan tidak terulang lagi.
tetapi, kejadian serupa terus saja terjadi, bahkan hingga saat ini.

B. Landasan Teori
1. Pengertian Kebakaran Hutan dan Lahan
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana
api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan (misalnya: serasah,
pepohonan, semak, dll), kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di
bawah permukaan (ground fire), membakar bahan organik melalui pori-pori gambut
dan melalui akar semak belukar/pohon yang bagian atasnya terbakar.
Kebakaran hutan ialah terbakarnya sesuatu yang menimbulkan bahaya atau
mendatangkan bencana. Kebakaran dapat terjadi karena pembakaran yang tidak
dikendalikan, karena proses spontan alami, atau karena kesengajaan. Proses alami
sebagai contohnya kilat yang menyambar pohon atau bangunan, letusan gunung api
yang menebarkan bongkahan bara api, dan gesekan antara ranting tumbuhan kering
yang mengandung minyak karena goyangan angin yang menimbulkan panas atau
percikan api (Notohadinegoro, 2006).

2. Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan


a. Faktor alami
Analisis terhadap arang dari tanah Kalimantan menunjukkan bahwa hutan
telah terbakar secara berkala, dimulai setidaknya sejak 17.500 tahun lalu.
Kebakaran besar kemungkinan terjadi secara alami selama periode iklim yang
lebih kering dari iklim saat itu.

6
Pengaruh El-Nino, menyebabkan kemarau Panjang hingga tanaman jadi
sangat kering. Hal ini menjadi bahan bakar potensial jika terkena percikan api
yang berasal dari batu bara yang muncul di permukaan ataupun dari pembakaran
lain yang tidak disengaja maupun disengaja.
Catatan tertulis satu abad lalu dan sejarah lisan dari masyarakat yang
tinggal di hutan membenarkan bahwa kebakaran hutan bukan hal yang baru bagi
Indonesia. Schweithelm, J dan D. Glover, 1999. Faktor alami lainnya, karena
tersambar petir, aktivitas vulkasnis, dan ground fire karena kemarau terlalu
panjang muncul panas dari lapisan dalam tanah.
b. Ulah Manusia
Masyarakat dan beberapa bidang industri seringkali menggunakan api
untuk membuka lahan baru, baik untuk pertanian maupun perkebunan.
Membutuhkan biaya yang tinggi dalam persiapan lahan.
Akhirnya metode pembakaran hutan dilakukan karena murah dari segi biaya dan
efektif dari segi waktu, serta hasil yang dicapai cukup memuaskan untuk
pertanian.
Penyebab kebakaran hutan selanjutnya, yakni perambahan hutan atau
migrasi penduduk dalam Kawasan hutan. Tidak banyak disadari oleh banyak
pihak.Akibat kebutuhan hidup masyarakat yang meningkat, dan bertambahnya
jumlah keluarga. Hal tersebut menuntut masyarakat untuk menambah luasan
lahan garapan.
Penyebab kebakaran hutan yang lain adalah akibat ketidaksengajaan
karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya api. Sebagai contoh
yakni ketika berinteraksi dengan hutan kebiasaan masyarakat mencari rotan
sambil merokok, secara tidak sadar membuang punting rokok dalam kawasan
hutan yang memiliki potensi bahan bakar melimpah sehingga terjadi kebakaran.

7
BAB III
Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data skunder dari beberapa
jurnal dan informasi di internet, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) banyak terjadi di
Indonesia terutama di wilayah Kalimantan.
Kalimantan menjadi penyumbang oksigen terbesar dimana terdapat banyak hutan
yang masih terjaga disana. Namun baru-baru ini banyak terdapat berita tentang kebakaran
hutan yang terjadi di wilayah Kalimantan.
Dikutip dari pantaugambut.id, lebih dari 99% penyebab kebakaran hutan dan
lahan gambut adalah akibat ulah manusia baik yang sengaja melakukan pembakaran
maupun akibat kelalaian dalam menggunakan api. Hal ini didukung oleh kondisi-kondisi
tertentu yang membuat rawan terjadinya kebakaran, seperti gejala El Nino, kondisi fisik
gambut yang terdegradasi, dan rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Seharusnya kita sebagai makhluk hidup yang diberikan akal pikiran dapat lebih
bijaksana dalam memanfaatkan serta melindungi alam sekitar , memang pembakaran
merupakan salah satu cara yang singkat cepat dan murah akan tetapi dampak yang
ditimbulkan dari pembakaran tersebut yang dapat mengakibatkan kerugian bagi
masyarakat banyak. Sebagai petani masyarakat maupun korporasi sebaiknya mulai
menerapan sistem Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar ( PLTB ) dan peran pemerintah dalam
upaya pencegahan kebakaran hutan juga patut kita dukung dengan ikut serta menjaga dan
meningkatkan kepedulian terhadap lingkunga sekitar. Semoga Tahun berikutnya tiada
lagi cerita kebakaran hutan karena ulah manusia.

B. Pembahasan
Pemprov Kalbar telah mengimbau setiap perusahaan perkebunan agar tidak
membuka lahan dengan cara membakar. Berdasarkan laporan, beberapa perusahaan telah
membuat embung dan memiliki peralatan pemadaman kebakaran sendiri. “Kami terus
mendorong perusahaan yang belum lengkap peralatan pemadam kebakaran lahannya,”
katanya. Tahun ini, Pemprov Kalbar memfokuskan penanganan kebakaran hutan dan
lahan di 174 desa yang rata-rata berada di lahan gambut. Desa Siaga Api pun dibentuk.
Langkah yang diambil dengan mengeluarkan Surat Gubernur Nomor 360/0224/BPBD-
PK/2017 Tanggal 20 Januari 2017 tentang hal pembentukan pokmas desa peduli bencana,
serta surat Gubernur Nomor 360/0665/BPBD-PK/2017/ Tanggal 7 Maret 2017 tentang
antisipasi menghadapi bencana.
Setelah meninjau kebakaran hutan dan lahan di Riau dengan menaiki helikopter
bersama Kepala BNPB dan Panglima TNI, pada Minggu (15/9/2019), Kapolri Jenderal

8
Tito Karnavian heran karena ia tidak melihat lahan sawit dan tanaman industri ikut
terbakar. Kalaupun ada, hanya di pinggir. Hingga 16 September 2019, polisi memang
sudah menetapkan 185 tersangka perseorangan dalam kasus karhutla. Namun, baru 4
korporasi menjadi tersangka terkait kasus karhutla di Riau, Kalbar dan Kalteng.
Sedangkan KLHK mengklaim sampai akhir pekan lalu sudah menyegel 42 perusahaan
yang diduga menjadi otak di balik pembakaran hutan dan lahan. Penyegelan itu dalam
rangka proses hukum.
Lahan perusahaan-perusahaan itu berlokasi di Jambi, Riau, Sumsel, Kalbar dan
Kalteng. Di antara 42 perusahaan itu ada yang dimiliki pemodal asal Singapura dan
Malaysia. Dirjen Penegakan Hukum KLHK, Rasio Ridho Sani menyatakan akan
mendorong pengenaan pasal berlapis ke pelaku pembakaran hutan, terutama dari
korporasi. Pasal-pasal itu tidak hanya terkait UU Lingkungan, tetapi juga UU Kehutanan
dan Perkebunan.
Menurut Ridho, empat perusahaan yang kini sudah menjadi tersangka kasus
karhutla adalah PT ABP, PT AEL, PT SKN dan PT KS. Tiga perusahaan pertama
berlokasi di Kalbar. Sedangkan yang terakhir beroperasi di Kalimantan Tengah. Adapun
menurut Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, KLHK, Ruandha Agung Sugardiman,
selain El Nino yang membuat curah hujan minim, insiden kebakaran di Australia diduga
turut membuat potensi karhutla di Indonesia membesar.
Dalam rangka mendukung upaya pemerintah mengendalikan kebakaran hutan dan
lahan, kami menghimbau dan mengajak masyarakat untuk mencegah terjadinya
kebakarah hutan dan lahan dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Tidak melakukan pembukaan lahan atau penyiapan lahan penanaman dengan cara
membakar.
2. Tidak meninggalkan bekas api unggun dalam keadaan bara api yang masih
menyala.
3. Tidak membuang puntung rokok di serasah hutan.
4. Segera menyampaikan informasi kejadian kebakaran hutan dan lahan kepada
instansi terkait di wilayah terdekat (kehutanan, TNI/POLRI, dan BPBD).

9
BAB IV
Simpulan dan Saran

A. Simpulan
Dari penelitian yang berjudul Dampak Kebakaran Hutan Lahan di Kalimantan
Barat Pada 2021 Terhadap Aktivitas Masyarakat Dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Hutan, dapat disimpulkan bahwa kegundulan hutan diakibatkan oleh kebakaran lahan,
hutan tidak mampu lagi menampung cadangan air di saat musim hujan. Kebakaran hutan
dapat menimbulkan asap yang menyebabkan kualitas udara menjadi buruk, dampak
lainnya dari asap yang ditimbulkan dapat menyebabkan penyakit Infeksi Saluran
pernafasan dan terganggunya transportasi udara.
Kebakaran hutan dan lahan juga mengakibatkan berkurangnya sumber air bersih
dan bencana kekeringan, karena tidak ada lagi pohon untuk menampung cadangan air.
Hal ini dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor akibat erosi yang disebabkan aliran
air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki
lereng-lereng bertambah curam.
Maka dari itu, Pencegahan kebakaran hutan bukan hanya kewajiban dari penjaga
hutan, tetapi juga kewajiban bagi seluruh masyarakat Indonesia. Yakni dengan
menghindari perbuatan yang bisa memicu timbulnya api, mendirikan menara pengawas,
mengadakan penyuluhan serta edukasi, dan lain sebagainya.

B. Saran
1. Diharapkan pemerintah dapat merencanakan dan melakukan upaya dalam
pencegahan terjadinya kebakaran lahan, dampak dari kebakaran asap tersebut juga
harus ditangani dengan serius karna menyangkut penyakit pada pernafasan, karena
kabut dari asap dapat mengganggu jalannya transportasi udara yang seharusnya
ditangani dengan cepat sehingga tidak mengganggu kehidupan lingkungan sehari-
hari.
2. Diharapkan, warga sekitar dapat turut melakukan upaya pencegahan banjir sebelum
terjadinya kebakaran hutan yang mengakibatkan kurangnya sarana peresapan air,
yakni dengan melakukan reboisasi dan melakukan terasering di daerah hulu sungai.
3. Diharapkan agar pemerintah melakukan pembangunan waduk penampungan air agar
air tidak menyebar kemana-mana.

10
Daftar Pustaka

Macam-macam penyebab kebakaran hutan, 90 persen ulah manusia, Nadia Faradiba, 13 Agustus 2021,
https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/13/140000823/macam-macam-penyebab-
kebakaran-hutan-90-persen-akibat-ulah-manusia

Waspada dampak kebakaran hutan dan lahan, Abror Fauzi, 2018,


https://www.indonesiabaik.id/infografis/waspada-dampak-kebakaran-hutan-dan-lahan

Kebakaran hutan dan lahan, titik api terbanyak di Kalimantan Barat, Zubaedah Hanum, 2
Agustus 2021, https://mediaindonesia.com/humaniora/422501/kebakaran-hutan-dan-lahan-titik-
api-terbanyak-di-kalimantan-barat

Rencana aksi kolaboratif cegah karhutla di Kalimantan Barat, Martha Herlinawati S, 22 Februari
2021, https://www.antaranews.com/berita/2012439/rencana-aksi-kolaboratif-cegah-karhutla-di-
kalimantan-barat

Kebakaran hutan dan lahan, Wahyu Catur Adinugroho,


https://www.wetlands.or.id/PDF/Flyers/Fire01.pdf

Sejarah kebakaran hutan dan lahan terparah di Indonesia tahun 1997, Iswara N Raditya, 18
September 2019, https://tirto.id/sejarah-kebakaran-hutan-lahan-di-indonesia-terparah-tahun-
1997-eijN

Penyebab kebakaran hutan, dampak, dan cara menanggulanginya, Kurnia Azizah, 14 Januari
2021,https://www.merdeka.com/trending/penyebab-kebakaran-hutan-dampak-dan-cara-
menanggulanginya-kln.html

Upaya serius Kalimantan Barat cegah kebakaran hutan dan lahan, seperti apa?, Rahmadi R,
https://www-mongabay-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/www.mongabay.co.id/2017/08/20/upaya-
serius-kalimantan-barat-cegah-kebakaran-hutan-dan-lahan-seperti-apa/amp/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16360162396908&amp_ct=1636016279342&csi=1&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.mongabay.co.id%2F2017%2F08%2F20%2Fupaya-serius-kalimantan-barat-cegah-
kebakaran-hutan-dan-lahan-seperti-apa%2F

Penyebab dan akibat kebakaran hutan di Kalimantan hingga Sumatera, Addi M Idhom, 17
September 2019, https://amp-tirto-id.cdn.ampproject.org/v/s/amp.tirto.id/penyebab-dan-akibat-
kebakaran-hutan-di-kalimantan-hingga-sumatera-eic3?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D

11
%3D#aoh=16360163973553&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Ftirto.id%2Fpenyebab-dan-akibat-kebakaran-
hutan-di-kalimantan-hingga-sumatera-eic3

Yuk, cegah kebakaran hutan dan lahan, 25 September, https://dlhk.jogjaprov.go.id/yuk-cegah-


kebakaran-hutan-dan-lahan

Kebakaran hutan di Kalimantan Barat, salah siapa?, M. Ridwan Priyanto, 1 September 2019,
https://mimbaruntan.com/kebakaran-hutan-di-kalimantan-barat-salah-siapa/

12

Anda mungkin juga menyukai