Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KAJIAN MANAJEMEN
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN
DAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING

DISUSUN OLEH :
SUNARYO
NIP.198411112002121005
(PEH PELAKSANA)

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

BALAI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING

PANGKALAN BUN, APRIL 2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkah dan rahmatNya sehingga makalah dengan judul “Kajian Manajemen
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Taman
Nasional Tanjung Putting (TNTP), ini dapat terselesaikan.
Makalah ini merupakan upaya penulis untuk meningkatkan potensi diri
dalam hal memahami masalah-masalah dengan menuangkannya dalam bentuk
tulisan. Penulis menyadari bahwa masih sangat sedikit ilmu yang dimiliki, sehingga
isinya bisa dikatakan jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan saran dan
kritik untuk bisa menyempurnakan makalah ini ataupun sebagai motivasi penulis
untuk lebih bisa menulis yang lebih baik dikemudian hari.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, baik dalam rencana penulisan maupun dalam editing makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi yang mau membaca makalah ini.
Pangkalan Bun, April 2020

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR …………………………………..………………………… i
DAFTAR ISI …………………………….………………………………..………… ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………….……………….….…………………. 1
B. Maksud dan Tujuan ……..………………….…….………………..…… 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan……………….……………… 3
B. Kebakaran Hutan di TNTP …..…………………..………………………… 5
C. Menejemen Pencegahan Kebakaran Hutan di TNTP …………………… 8
D. Masalah dan Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan di TNTP ……... 10
III. RUMUSAN DAN ANALISA MASALAH
A. Rumusan Masalah ………………..…..…………………………… 13
B. Analisa Masalah .………………………………………………………... 13
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………. 14
B. Saran ..……………………………………………………………….. 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai salah satu cagar biosfer dunia Taman Nasional Tanjung Puting
banyak menyimpan kekayaan sumber daya alam hayati yang potensial untuk
dilestarikan. Adalah tugas kita selaku pengelola Taman Nasional bersama
masyarakat maupun stakholder lainnya tergabung dalam pelestarian kawasan
dengan segala upaya.
Setelah mengalami pasca kegiatan illegal logging ancaman lain yang
lebih besar masih membayangi keutuhan alam, yaitu sering terjadinya
kebakaran hutan pada saat musim kemarau tengah berlangsung. Akibat
terjadinya kebakaran hutan ini diantaranya terjadi karena faktor alam sendiri,
meningkatnya aktifitas warga desa sekitar kawasan dengan membuka lahan
pertanian atau perkebunan dengan cara membakar lahan tanpa pengawasan,
dan ada aktifitas warga yang melakukan perburuan liar dalam kawasan.
Secara ekonomis, yang hilang akibat kebakaran hutan mencakup
terganggunya proses produksi dan distribusi, masalah lingkungan dan
kesehatan, menurunkan jumlah turis, rusak dan gagalnya panen serta
kerusakan terhadap hutan itu sendiri. Selain itu asap yang mengandung racun-
racun seperti CO2, H2S dan CO dapat menyebabkan penurunan mutu
linkungan, juga menyebabkan terganggunya hubungan Indonesia dengan
negara tetangga.
Kebakaran hutan dan lahan merupakan ancaman setiap tahun di
kawasan Kalimantan pada umumnya dan TNTP khususnya. Banyak program
dan kegiatan Balai TNTP dalam rangka pencegahan dan penaggulangan
kebakaran hutan. Akan tetapi Balai TNTP tidak bisa menjalankan program dan
kegiatan pencegahan dan penaggulangan kebakaran hutan dengan sendiri.
Untuk itu peran serta stakholder dan masyarakat dalam pencegahan dan
penaggulangan kebakaran hutan sangat diperlukan. Tulisan singkat ini akan
membahas sekilas manajemen pencegahan dan penaggulangan Kebakaran
hutan dan lahan di TNTP beserta analisanya.

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 1
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Kajian
Manajemen Pencagahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan
di Taman Nasional Tanjung Putting ini diantaranya adalah :
1. Memberikan gambaran/informasi mengenai sistem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan di Taman Nasional Tanjung Puting
2. Merumuskan dan menganalisa masalah yang ada pada sistem pencegahan
dan penanggulangan kebakaran hutan di Taman Nasional Tanjung Puting

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan


Jumlah titik panas yang dipantau oleh satelit lingkungan seperti
NOAA atau MODIS selalu dihubungkan dengan jumlah terjadinya
kebakaran, semakin banyak jumlah titik panas maka semakin banyak pula
polusi asap yang terjadi. Banyaknya jumlah titik panas biasanya akan
membuat gerah para penentu kebijakan baik Pemerintah di tingkat pusat,
di tingkat propinsi ataupun di tingkat kabupaten karena biasanya
peningkatan jumlah titik panas selalu diikuti dengan terjadinya polusi asap
yang sanggup melintasi batas antar propinsi bahkan batas antar negara.
Selain pulau Sumatra, pulau Kalimantan merupakan wilayah yang
paling banyak mengekspor asap di Indonesia. Data jumlah titik panas yang
dilaporkan melalui situs internet Departemen Kehutanan dengan alamat
http://www.ditjenphka.go.id/karhut.php untuk periode 2001 sampai dengan
2004 adalah seperti yang ditampilkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Jumlah titik panas di Kalimantan dari tahun 2001-2004
Propinsi Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004
Kalimantan Barat 6194 11023 4860 9875
Kalimantan Tengah 6508 20014 7341 15773
Kalimantan Timur 2328 3767 1752 2530
Kalimantan Selatan 1467 3237 1588 1565

Melihat data jumlah titik panas seperti pada tabel 1, setiap tahunnya
kebakaran hutan dan lahan selalu terjadi di Kalimantan. Propinsi Kalimantan
Tengah menempati urutan teratas dalam jumlah titik panas dibandingkan
dengan propinsi lainnya. Pada saat datangnya musim kemarau yang memiliki
periode lebih panjang dari periode normal atau yang biasa disebut dengan
musim kemarau ekstrim karena adanya pengaruh penyimpangan iklim atau
dampak El-Nino, biasanya jumlah titik panas akan meningkat lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah titik panas pada musim kering yang masih

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 3
dalam kategori normal.
Pada tahun 2002 Terjadi musim kemarau yang cukup ekstrim dan
menurut para ahli meteorologi hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari
dampak El-Nino sehingga kemarau lebih panjang dari biasanya. Dengan
kondisi panas yang memiliki periode panjang akan memberikan kondisi ideal
bagi kegiatan konversi lahan yang menggunakan api, oleh karenanya
hampir diseluruh Kalimantan terjadi peningkatan jumlah titik panas.
Pada umumnya penggunaan api yang dilakukan pada musim kemarau
ekstrim menjadi tidak terkontrol. Jumlah curah hujan yang sedikit
menyebabkan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi akan berlangsung
lama, dan umumnya kebakaran hutan dan lahan baru bisa ditanggulangi
setelah datangnya musim hujan.
Pola musiman kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan adalah pada
bulan Juni sampai dengan November. Periode September dan Oktober
merupakan puncak dari kegiatan penggunaan api yang biasanya diikuti
dengan jumlah titik panas tertinggi bila dibandingkan dengan bulan lainnya.
Polusi asap yang terjadi pada periode puncak titik panas ini, biasanya sudah
diambang batas toleransi bagi kesehatan manusia. Topik berita mengenai
berbagai peristiwa yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan akan
menjadi pemberitaan yang hangat di berbagai media.
Salah satu faktor yang menyebabkan Kalimantan Tengah sebagai
propinsi yang menghasilkan jumlah titik panas yang paling banyak dari
propinsi lainnya adalah karena propinsi Kalimatan Tengah masih memiliki
jumlah kawasan hutan yang cukup luas. Dengan masih banyaknya kawasan
hutan, kegiatan mengkonversi hutan untuk dijadikan areal penggunaan
lainnya akan terus terjadi. Dengan melihat potensi hutan yang ada,
kebakaran seperti yang telah terjadi pada tahun ini dan tahun-tahun
sebelumnya, akan terus berlanjut di tahun depan selama proses konversi
lahan tetap berlangsung.
Selain faktor luas kawasan hutan yang masih cukup banyak, banyaknya
jumlah titik api yang menyebabkan polusi asap di Kalimantan Tengah juga

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 4
dipengaruhi oleh kondisi lahan. Propinsi Kalimantan Tengah memiliki lahan
gambut yang paling luas dibandingkan dengan propinsi lainnya di
Kalimantan. Ketika terjadi penggunaan api di lahan gambut akan
mengakibatkan kebakaran dalam waktu yang cukup lama dan diikuti dengan
polusi asap secara terus menerus. Kondisi seperti itu dikarenakan kebakaran
yang terjadi di lahan gambut akan sulit untuk dipadamkan karena tipe
kebakaran yang terjadi di lahan gambut adalah tipe kebakaran ground fire
yaitu ilaran api berada di dalam lapisan tanah. Pada tipe kebakaran ini,
sangat sulit untuk menentukan lokasi pusat api yang sebenarnya.
Dipermukaan tanah biasanya hanya akan muncul asap putih saja.
Selain kawasan hutan dan potensi lahan gambut yang menjadi faktor
dalam peningkatan jumlah titik panas di propinsi Kalimantan Tengah, faktor
lainnya adalah banyaknya areal terbuka yang ditumbuhi oleh vegetasi semak
belukar. Area yang terbuka ini merupakan hasil dari kegiatan pembalakan
hutan atau pengkonversian hutan. Dengan terbukanya hutan menjadi areal
terbuka maka vegetasi yang mendominasi area tersebut adalah vegetasi
yang rentan terhadap api misalnya alang-alang, paku-pakuan atau
vegetasi jenis semak lainnya. Vegetasi yang rentan api ini sangat mudah
terbakar walaupun masih dalam keadaan yang tidak bergitu kering. Kondisi
seperti ini akan menjadi sumber bahan bakar yang potensial untuk terjadinya
kebakaran hutan dan lahan di propinsi Kalimantan Tengah. Adanya
penggunaan api pada area terbuka ini akan menyebabkan kebakaran yang
bisa meluas kearea lainnya.

B. Kebakaran Hutan di Taman Nasional Tanjung Puting


Taman Nasional Tanjung Puting merupakan salah satu dari kawasan
taman nasional yang setiap tahunnya selalu mengalami peristiwa
kebakaran, mulai dari kebakaran dalam skala kecil sampai dengan
kebakaran berskala luas yang mengancam keberadaan hutan yang ada
di kawasan taman nasional.

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 5
Sudah menjadi hal umum bahwa terjadinya kebakaran hutan dan
lahan dikarenakan adanya unsur kesengajaan dalam menggunakan api
untuk berbagai kepentingan. Beberapa peristiwa kebakaran yang terjadi di
Taman Nasional Tanjung Puting juga disebabkan oleh karena penggunaan
api untuk membuka area baru bagi pengembangan perkebunan kelapa
sawit atau untuk lahan pertanian/ladang, penggunaan api untuk
mendapatkan akses sungai yang lebih mudah dalam mencari ikan, serta
penggunaan api untuk memudahkan dalam mendapatkan hewan buruan.
Seiring dengan perkembangan teknologi satelit, peristiwa kebakaran
yang terjadi di suatu tempat dapat langsung diketahui, informasi akan
koordinat lokasi kebakaran dapat diperoleh secara bebas dan tanpa
dipungut biaya hanya dengan mengakses melalui internet. Manfaat yang
diperoleh dari adanya informasi titik panas ini adalah para pengguna data
dapat menggunakan data tersebut untuk mencari atau menuju lokasi tempat
terjadinya kebakaran dengan menggunakan alat bantu GPS sehingga
kegiatan pengendalian pada area yang terbakar dapat dilakukan secara
lebih dini. Informasi data titik panas dapat juga digunakan sebagai data
pendukung bagi penggunaan GIS yang dapat memberikan informasi
lainnya untuk berbagai kepentingan.
Hasil pengumpulan data titik panas yang diperoleh melalui situs internet
wb Fire Mapper yang beralamat http:/maps.geog.umd/active.htm/karhutla
memberikan gambaran tentang sejarah peristiwa kebakaran hutan yang
terjadi di kawasan Taman nasional Tanjung Putin dalam enam tahun
terakhir.
Pada gambar 1 adalah peta kerawanan kebakaran di TNTP dan
gambar 2 Peta Hotspot/ titik panas yang mengindikasikan area yang
terbakar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Penyebaran titik
panas ini dapat secara berkelompok (cluster) dan satu-persatu (single).
Dengan melihat adanya pengelompokan titik panas pada suatu area
mengindikasikan luasan area yang terbakar, semakin besar
pengelompokan titik panas maka semakin luas kebakaran yang terjadi.

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 6
Gambar 1. Peta Kerawan Kebakaran di TNTP

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 7
Tabel 2. Data Kebakaran Hutan

NO. TAHUN LUASAN YANG TERBAKAR (Ha)

1 2004 550

2 2005 55

3 2006 15000

4 2007 650

5 2008 10

6 2009 298

7 2010 0

8 2011 77

C. Manajemen Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Hutan di


TNTP
Balai TNTP melalui DIPA telah menganggarkan biaya untuk
pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan. Kegiatan pencegahan dan
pengendalian kebakaran hutan memiliki porsi yang besar karena kebakaran
hutan merupakan ancaman tahunan dan terbesar dalam pengelolaan TNTP.
Adapun kegiatan yang dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran
hutan di TNTP antara lain:
1. Pembentukan, Pelatihan dan Pembinaan MPA
Sampai tahun 2019 Balai TNTP telah membentuk Masyarakat Peduli Api
(MPA) dengan anggota sebanyak 90 orang yang tersebar di 3 SPTN
Wilayah, sehingga masing-masing SPTN mempunyai 30 anggota MPA.
Anggota MPA merupakan anggota masyarakat desa yang ada di sekitar
kawasan TNTP. Setiap tahun Balai TNTP mengadakan
pelatihan/pembinaan kepada anggota MPA.
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 8
2. Apel siaga kebakaran hutan
Untuk mengantisipasi dan menyiapkan upaya pencegahan dan
pengendalian kebakaran hutan maka Balai TNTP setiap tahun
menganggarkan Apel siaga Kebakaran hutan. Apel siaga kebakaran
hutan ini bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kotawaringin Barat
melalui Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Kehutanan.
3. Pencegahan (Patroli, Penyuluhan, Kampanye)
Dalam usaha pencegahan kebakaran hutan Balai TNTP selalu
mensosialisasikan dan mengajak kepada masyarakat sekitar kawasan
TNTP untuk mencegah kebakaran hutan dan ancaman, serta dampak
yang ditimbulkan dari kebakaran hutan. Kegiatan tersebut melalui patroli
pencegahan kebakaran hutan, kampanye dan penyuluhan pencegahan
kebakaran hutan.
4. Deteksi dan Monitoring Hotspot
Setiap saat dan waktu Balai TNTP selalu mendeteksi/memonitor Hotspot
lewat satelit melalui internet. Hal ini untuk mengantisipasi apabila ada
hotspot yang terpantau lewat satelit segera bisa dilakukan cek lapangan
dan segera dipadamkan apabila memang terjadi kebakaran.
5. Pelaksanaan Pemadaman Kebakaran Hutan
Pemadaman kebakaran dilakukan setelah diketahui terjadinya
kebakaran hutan. Para petugas dibantu oleh MPA dan masyarakat
dikerahkan untuk memadamkan kebakaran hutan yang terjadi.
6. Evaluasi dan Analisa Dampak
7. Setelah terjadi kebakaran dan telah dilakukan pemadaman, maka Balai
TNTP akan mengevaluasi dan menganalisa dampak terjadinya
kebakaran hutan tersebut. Dari eavaluasi dan analisa tersebut dapat
diketahui penyebab kebakaran, estimasi kerugian akibat kebakaran, dan
upaya pencegahan kebakaran hutan.
8. Pemeliharaan dan Pengadaan Sarana Prasarana

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 9
9. Rehabilitasi/Restorasi
Sejak tahun 2002 Balai TNTP telah melaksanakan rehabilitasi/restorasi
kawasan kritis/rusak. Sampai tahun 2020 Balai TNTP dan mitra kerja
telah berhasil merehabilitasi ± 9.083 Ha.

D. Masalah dan Strategi Dalam Pengendalian Kebakaran di TNTP


1. Survey area terbakar yang dilaksanakan dibeberapa lokasi di TNTP
memberikan hasil bahwa penyebab kebakaran adalah karena adanya
penggunaan api secara disengaja oleh manusia untuk berbagai
kepentingan seperti untuk kegiatan pembersihan lahan area
perkebunan, ladang atau area pertanian, kegiatan perburuan dan
penggunaan api pada kegiatan mencari ikan.
Dari beberapa kasus hasil temuan lapangan, penggunaan api pada
kegiatan perburuan selalu menyebabkan kebakaran meluas keberbagai
area lainnya di taman nasional dan pada umumnya kebakaran yang
terjadi menjadi sangat besar dan api menjadi tidak terkendali.
2. Faktor penunjang yang dapat menimbulkan kebakaran yang besar
antara lain berupa:
 Tersedianya area hutan yang dapat dikonversi untuk menjadi area
lainnya
 Kondisi lahan gambut yang banyak terdapat di area TNTP
 Ketersediaan bahan bakar melimpah berupa banyaknya area
terbuka yang didominasi oleh semak belukar, alang-alang yang
bercampur dengan pepohonan kecil
 Kurangnya kesadaran masyarakat akan dampak yang ditimbulkan
oleh adanya kebakaran hutan dan lahan.
3. Kebakaran yang terjadi di lahan gambut akan mengakibatkan
sulitnya melaksanakan kegiatan pemadaman, dan biasanya kebakaran
akan berlangsung lama sehingga menyebabkan polusi asap yang
berkepanjangan.

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 10
4. Perkiraan luas kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada tahun
2019 di Taman Nasional Tanjung Putting diperkirakan telah merusak
sekitar 16% dari total luas kawasan taman nasional.
5. Kebakaran hutan dan lahan akan selalu terjadi dan berulang setiap
tahunnya di dalam kawasan TNTP, untuk mengatasi masalah ini tidak
hanya dapat diselesaikan melalui satu sisi saja tetapi harus diselesaikan
sampai kepada akar permasalahannya dengan melibatkan peran serta
multi pihak.
6. Beberapa strategi penanganan yang dapat dilakukan
 Menghentikan kegiatan pembukaan area baru pada lahan gambut
yang akan digunakan untuk area pertanian, ladang, ataupun
perkebunan oleh masyarakat. Meningkatkan pembelajaran kepada
masyarakat untuk melaksanakan kegiatan pertanian secara intensif
dan menetap.
 Lahan gambut harus tetap dilindungi dan terjaga dan dikelola
denga baik agar tata hidrologi tidak terganggu sehingga peristiwa
kebakaran dapat dimininalisasi.
 Penyuluhan kepada masyarakat lebih ditingkatkan sehingga
diharapkan akan terbentuk masyarakat yang peduli api.
 Masyarakat sekitar harus diberdayakan oleh Pemerintah, Pihak
Swata, NGO (multi pihak) dalam pengelolaan lahan secara lestari,
terutama dalam proses transfer ilmu dan teknologi untuk
menerapkan pembukaan lahan tanpa bakar.
 Adanya peta rawan kebakaran sehingga pemerintah dapat
melakukan antisipasi sebelum terjadinya kebakaran dan
mengadakan kegiatan sosialisasi peta rawan kebakaran kepada
masyarakat.
 Adanya sistem komando yang terpadi dalam hal
mengkoordinasikan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
hutan dan lahan di tingkat Kabupaten.
 Adanya kegiatan sosialisasi mengenai peraturan pemerintah

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 11
tentang kebakaran hutan dan lahan serta penegakkan hukumnya,
sehingga ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan, para pelaku
pembakaran hutan dan lahan yang menimbulkan kebakaran menjadi
meluas dapat diberi tindakan tegas dan diberi sangsi hukum sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
 Perlu disusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pencegahan dan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang disusun dan
disepakatai berasama antar stakholder yang terkait.

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 12
III. RUMUSAN DAN ANALISA MASALAH

A. Rumusan Masalah
1. Kebakaran hutan di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting terjadi
hampir setiap tahun, namun sejauh ini belum ada strategi yang efektif
dan efesien yang dapat dilakukan, untuk itu perlu kajian untuk
menemukan penyebab, permasalahan, dan strategi yang bisa dilakukan
agar ancaman kebakaran hutan di kawasan TNTP dapat teratasi
dengan baik dan bijaksana
2. Adanya kondisi jumlah areal yang berpotensi terbakar di kawasan TNTP
yang sangat luas dan sulit untuk dijangkau pada saat ada upaya
pemadaman serta keterbatasan sumber daya peralatan dan anggran
menjadi faktor penting yang perlu disikapi dengan cermat smart oleh
parapihak.

B. Analisa Masalah
1. Kebiasan dan pola fikir masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
ekonomi yang masih sangat praktis tanpa diimbangi rasa kepedulian
terhadap resiko yang ditimbulkan, membuat masyarakat melakukan
kegiatan perburuan dan pengambilan ikan dalam kawasan TNTP
dengan cara membakar hutan
2. Kawasan TNTP yang luas dengan kondisi lahan yang sebagian besar
berupa rawa gambut dengan ketinggian 0 m dpl, sangat rentan kering
dan beriesiko terjadi kebakaran besar pada saat musim kemarau.
3. Saat ini parapihak/stakeholder dalam kegiatan pengendalian kebakaran
hutan masih berkerja secara sektoral dan belum terintergrasi dengan
baik sehingga sumber daya yang tersedia belum optimal dapat di kelola.

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 13
IV. KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Kebakaran hutan merupakan ancaman tahunan dan paling besar dalam
pengelolaan Taman Nasional Tanjung Puting.
2. Masih adanya perilaku masyarakat yang tidak bijaksana yang melakukan
kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mebakar
hutan tanpa memperdulikan resiko besar yang akan ditimbulkan
3. Belum adanya sinergitas dan keterpaduan parapihak dalam penggunaan
manageman, sumber daya dan prioritas dalam kegiatan pengendalian
kebakaran hutan di kawasan TNTP sehingga meski sudah maksimal
bekerja namun hasilnya belum optimal sesuai harapan.

B. Saran
1. Kegiatan pencegahan kebakaran hutan harus selalu dilaksanakan baik
oleh instansi pemerintah maupun LSM, khususnya Balai TNTP melalui
kegiatan penyuluhan, sosialisasi, dan pelatihan penagulangan
kebakaran.
2. Manajemen pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan harus
melibatkan semua pihak (multistakholder) baik dari Balai TNTP,
BKSDA, Pemmerintah Daerah, LSM, dan Masyarakat.
3. Mekanisme/sistem komando penaggulangan kebakaran hutan harus
jelas dalam manajeman pencegahan dan pengendalian kebakaran
hutan sehingga diperlukan SOP dalam pengendalain kebakaran hutan
di TNTP.

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 14
DAFTAR PUSTAKA
Balai TNTP 2019. Laporan Kegiatan Inventarisasi dan Verifikasi Potensi
Kebakaran Hutan dan Lahan di Desa Penyangga TNTP.
Badan Statistik Kotawaringin Barat 2019. Kumai Dalam Angka 2019

Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 15

Anda mungkin juga menyukai