KAJIAN MANAJEMEN
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN
DAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING
DISUSUN OLEH :
SUNARYO
NIP.198411112002121005
(PEH PELAKSANA)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkah dan rahmatNya sehingga makalah dengan judul “Kajian Manajemen
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Taman
Nasional Tanjung Putting (TNTP), ini dapat terselesaikan.
Makalah ini merupakan upaya penulis untuk meningkatkan potensi diri
dalam hal memahami masalah-masalah dengan menuangkannya dalam bentuk
tulisan. Penulis menyadari bahwa masih sangat sedikit ilmu yang dimiliki, sehingga
isinya bisa dikatakan jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan saran dan
kritik untuk bisa menyempurnakan makalah ini ataupun sebagai motivasi penulis
untuk lebih bisa menulis yang lebih baik dikemudian hari.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, baik dalam rencana penulisan maupun dalam editing makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi yang mau membaca makalah ini.
Pangkalan Bun, April 2020
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR …………………………………..………………………… i
DAFTAR ISI …………………………….………………………………..………… ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………….……………….….…………………. 1
B. Maksud dan Tujuan ……..………………….…….………………..…… 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan……………….……………… 3
B. Kebakaran Hutan di TNTP …..…………………..………………………… 5
C. Menejemen Pencegahan Kebakaran Hutan di TNTP …………………… 8
D. Masalah dan Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan di TNTP ……... 10
III. RUMUSAN DAN ANALISA MASALAH
A. Rumusan Masalah ………………..…..…………………………… 13
B. Analisa Masalah .………………………………………………………... 13
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………. 14
B. Saran ..……………………………………………………………….. 14
DAFTAR PUSTAKA
ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu cagar biosfer dunia Taman Nasional Tanjung Puting
banyak menyimpan kekayaan sumber daya alam hayati yang potensial untuk
dilestarikan. Adalah tugas kita selaku pengelola Taman Nasional bersama
masyarakat maupun stakholder lainnya tergabung dalam pelestarian kawasan
dengan segala upaya.
Setelah mengalami pasca kegiatan illegal logging ancaman lain yang
lebih besar masih membayangi keutuhan alam, yaitu sering terjadinya
kebakaran hutan pada saat musim kemarau tengah berlangsung. Akibat
terjadinya kebakaran hutan ini diantaranya terjadi karena faktor alam sendiri,
meningkatnya aktifitas warga desa sekitar kawasan dengan membuka lahan
pertanian atau perkebunan dengan cara membakar lahan tanpa pengawasan,
dan ada aktifitas warga yang melakukan perburuan liar dalam kawasan.
Secara ekonomis, yang hilang akibat kebakaran hutan mencakup
terganggunya proses produksi dan distribusi, masalah lingkungan dan
kesehatan, menurunkan jumlah turis, rusak dan gagalnya panen serta
kerusakan terhadap hutan itu sendiri. Selain itu asap yang mengandung racun-
racun seperti CO2, H2S dan CO dapat menyebabkan penurunan mutu
linkungan, juga menyebabkan terganggunya hubungan Indonesia dengan
negara tetangga.
Kebakaran hutan dan lahan merupakan ancaman setiap tahun di
kawasan Kalimantan pada umumnya dan TNTP khususnya. Banyak program
dan kegiatan Balai TNTP dalam rangka pencegahan dan penaggulangan
kebakaran hutan. Akan tetapi Balai TNTP tidak bisa menjalankan program dan
kegiatan pencegahan dan penaggulangan kebakaran hutan dengan sendiri.
Untuk itu peran serta stakholder dan masyarakat dalam pencegahan dan
penaggulangan kebakaran hutan sangat diperlukan. Tulisan singkat ini akan
membahas sekilas manajemen pencegahan dan penaggulangan Kebakaran
hutan dan lahan di TNTP beserta analisanya.
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 1
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Kajian
Manajemen Pencagahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan
di Taman Nasional Tanjung Putting ini diantaranya adalah :
1. Memberikan gambaran/informasi mengenai sistem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan di Taman Nasional Tanjung Puting
2. Merumuskan dan menganalisa masalah yang ada pada sistem pencegahan
dan penanggulangan kebakaran hutan di Taman Nasional Tanjung Puting
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Melihat data jumlah titik panas seperti pada tabel 1, setiap tahunnya
kebakaran hutan dan lahan selalu terjadi di Kalimantan. Propinsi Kalimantan
Tengah menempati urutan teratas dalam jumlah titik panas dibandingkan
dengan propinsi lainnya. Pada saat datangnya musim kemarau yang memiliki
periode lebih panjang dari periode normal atau yang biasa disebut dengan
musim kemarau ekstrim karena adanya pengaruh penyimpangan iklim atau
dampak El-Nino, biasanya jumlah titik panas akan meningkat lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah titik panas pada musim kering yang masih
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 3
dalam kategori normal.
Pada tahun 2002 Terjadi musim kemarau yang cukup ekstrim dan
menurut para ahli meteorologi hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari
dampak El-Nino sehingga kemarau lebih panjang dari biasanya. Dengan
kondisi panas yang memiliki periode panjang akan memberikan kondisi ideal
bagi kegiatan konversi lahan yang menggunakan api, oleh karenanya
hampir diseluruh Kalimantan terjadi peningkatan jumlah titik panas.
Pada umumnya penggunaan api yang dilakukan pada musim kemarau
ekstrim menjadi tidak terkontrol. Jumlah curah hujan yang sedikit
menyebabkan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi akan berlangsung
lama, dan umumnya kebakaran hutan dan lahan baru bisa ditanggulangi
setelah datangnya musim hujan.
Pola musiman kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan adalah pada
bulan Juni sampai dengan November. Periode September dan Oktober
merupakan puncak dari kegiatan penggunaan api yang biasanya diikuti
dengan jumlah titik panas tertinggi bila dibandingkan dengan bulan lainnya.
Polusi asap yang terjadi pada periode puncak titik panas ini, biasanya sudah
diambang batas toleransi bagi kesehatan manusia. Topik berita mengenai
berbagai peristiwa yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan akan
menjadi pemberitaan yang hangat di berbagai media.
Salah satu faktor yang menyebabkan Kalimantan Tengah sebagai
propinsi yang menghasilkan jumlah titik panas yang paling banyak dari
propinsi lainnya adalah karena propinsi Kalimatan Tengah masih memiliki
jumlah kawasan hutan yang cukup luas. Dengan masih banyaknya kawasan
hutan, kegiatan mengkonversi hutan untuk dijadikan areal penggunaan
lainnya akan terus terjadi. Dengan melihat potensi hutan yang ada,
kebakaran seperti yang telah terjadi pada tahun ini dan tahun-tahun
sebelumnya, akan terus berlanjut di tahun depan selama proses konversi
lahan tetap berlangsung.
Selain faktor luas kawasan hutan yang masih cukup banyak, banyaknya
jumlah titik api yang menyebabkan polusi asap di Kalimantan Tengah juga
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 4
dipengaruhi oleh kondisi lahan. Propinsi Kalimantan Tengah memiliki lahan
gambut yang paling luas dibandingkan dengan propinsi lainnya di
Kalimantan. Ketika terjadi penggunaan api di lahan gambut akan
mengakibatkan kebakaran dalam waktu yang cukup lama dan diikuti dengan
polusi asap secara terus menerus. Kondisi seperti itu dikarenakan kebakaran
yang terjadi di lahan gambut akan sulit untuk dipadamkan karena tipe
kebakaran yang terjadi di lahan gambut adalah tipe kebakaran ground fire
yaitu ilaran api berada di dalam lapisan tanah. Pada tipe kebakaran ini,
sangat sulit untuk menentukan lokasi pusat api yang sebenarnya.
Dipermukaan tanah biasanya hanya akan muncul asap putih saja.
Selain kawasan hutan dan potensi lahan gambut yang menjadi faktor
dalam peningkatan jumlah titik panas di propinsi Kalimantan Tengah, faktor
lainnya adalah banyaknya areal terbuka yang ditumbuhi oleh vegetasi semak
belukar. Area yang terbuka ini merupakan hasil dari kegiatan pembalakan
hutan atau pengkonversian hutan. Dengan terbukanya hutan menjadi areal
terbuka maka vegetasi yang mendominasi area tersebut adalah vegetasi
yang rentan terhadap api misalnya alang-alang, paku-pakuan atau
vegetasi jenis semak lainnya. Vegetasi yang rentan api ini sangat mudah
terbakar walaupun masih dalam keadaan yang tidak bergitu kering. Kondisi
seperti ini akan menjadi sumber bahan bakar yang potensial untuk terjadinya
kebakaran hutan dan lahan di propinsi Kalimantan Tengah. Adanya
penggunaan api pada area terbuka ini akan menyebabkan kebakaran yang
bisa meluas kearea lainnya.
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 5
Sudah menjadi hal umum bahwa terjadinya kebakaran hutan dan
lahan dikarenakan adanya unsur kesengajaan dalam menggunakan api
untuk berbagai kepentingan. Beberapa peristiwa kebakaran yang terjadi di
Taman Nasional Tanjung Puting juga disebabkan oleh karena penggunaan
api untuk membuka area baru bagi pengembangan perkebunan kelapa
sawit atau untuk lahan pertanian/ladang, penggunaan api untuk
mendapatkan akses sungai yang lebih mudah dalam mencari ikan, serta
penggunaan api untuk memudahkan dalam mendapatkan hewan buruan.
Seiring dengan perkembangan teknologi satelit, peristiwa kebakaran
yang terjadi di suatu tempat dapat langsung diketahui, informasi akan
koordinat lokasi kebakaran dapat diperoleh secara bebas dan tanpa
dipungut biaya hanya dengan mengakses melalui internet. Manfaat yang
diperoleh dari adanya informasi titik panas ini adalah para pengguna data
dapat menggunakan data tersebut untuk mencari atau menuju lokasi tempat
terjadinya kebakaran dengan menggunakan alat bantu GPS sehingga
kegiatan pengendalian pada area yang terbakar dapat dilakukan secara
lebih dini. Informasi data titik panas dapat juga digunakan sebagai data
pendukung bagi penggunaan GIS yang dapat memberikan informasi
lainnya untuk berbagai kepentingan.
Hasil pengumpulan data titik panas yang diperoleh melalui situs internet
wb Fire Mapper yang beralamat http:/maps.geog.umd/active.htm/karhutla
memberikan gambaran tentang sejarah peristiwa kebakaran hutan yang
terjadi di kawasan Taman nasional Tanjung Putin dalam enam tahun
terakhir.
Pada gambar 1 adalah peta kerawanan kebakaran di TNTP dan
gambar 2 Peta Hotspot/ titik panas yang mengindikasikan area yang
terbakar dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Penyebaran titik
panas ini dapat secara berkelompok (cluster) dan satu-persatu (single).
Dengan melihat adanya pengelompokan titik panas pada suatu area
mengindikasikan luasan area yang terbakar, semakin besar
pengelompokan titik panas maka semakin luas kebakaran yang terjadi.
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 6
Gambar 1. Peta Kerawan Kebakaran di TNTP
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 7
Tabel 2. Data Kebakaran Hutan
1 2004 550
2 2005 55
3 2006 15000
4 2007 650
5 2008 10
6 2009 298
7 2010 0
8 2011 77
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 9
9. Rehabilitasi/Restorasi
Sejak tahun 2002 Balai TNTP telah melaksanakan rehabilitasi/restorasi
kawasan kritis/rusak. Sampai tahun 2020 Balai TNTP dan mitra kerja
telah berhasil merehabilitasi ± 9.083 Ha.
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 10
4. Perkiraan luas kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada tahun
2019 di Taman Nasional Tanjung Putting diperkirakan telah merusak
sekitar 16% dari total luas kawasan taman nasional.
5. Kebakaran hutan dan lahan akan selalu terjadi dan berulang setiap
tahunnya di dalam kawasan TNTP, untuk mengatasi masalah ini tidak
hanya dapat diselesaikan melalui satu sisi saja tetapi harus diselesaikan
sampai kepada akar permasalahannya dengan melibatkan peran serta
multi pihak.
6. Beberapa strategi penanganan yang dapat dilakukan
Menghentikan kegiatan pembukaan area baru pada lahan gambut
yang akan digunakan untuk area pertanian, ladang, ataupun
perkebunan oleh masyarakat. Meningkatkan pembelajaran kepada
masyarakat untuk melaksanakan kegiatan pertanian secara intensif
dan menetap.
Lahan gambut harus tetap dilindungi dan terjaga dan dikelola
denga baik agar tata hidrologi tidak terganggu sehingga peristiwa
kebakaran dapat dimininalisasi.
Penyuluhan kepada masyarakat lebih ditingkatkan sehingga
diharapkan akan terbentuk masyarakat yang peduli api.
Masyarakat sekitar harus diberdayakan oleh Pemerintah, Pihak
Swata, NGO (multi pihak) dalam pengelolaan lahan secara lestari,
terutama dalam proses transfer ilmu dan teknologi untuk
menerapkan pembukaan lahan tanpa bakar.
Adanya peta rawan kebakaran sehingga pemerintah dapat
melakukan antisipasi sebelum terjadinya kebakaran dan
mengadakan kegiatan sosialisasi peta rawan kebakaran kepada
masyarakat.
Adanya sistem komando yang terpadi dalam hal
mengkoordinasikan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
hutan dan lahan di tingkat Kabupaten.
Adanya kegiatan sosialisasi mengenai peraturan pemerintah
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 11
tentang kebakaran hutan dan lahan serta penegakkan hukumnya,
sehingga ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan, para pelaku
pembakaran hutan dan lahan yang menimbulkan kebakaran menjadi
meluas dapat diberi tindakan tegas dan diberi sangsi hukum sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Perlu disusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pencegahan dan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang disusun dan
disepakatai berasama antar stakholder yang terkait.
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 12
III. RUMUSAN DAN ANALISA MASALAH
A. Rumusan Masalah
1. Kebakaran hutan di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting terjadi
hampir setiap tahun, namun sejauh ini belum ada strategi yang efektif
dan efesien yang dapat dilakukan, untuk itu perlu kajian untuk
menemukan penyebab, permasalahan, dan strategi yang bisa dilakukan
agar ancaman kebakaran hutan di kawasan TNTP dapat teratasi
dengan baik dan bijaksana
2. Adanya kondisi jumlah areal yang berpotensi terbakar di kawasan TNTP
yang sangat luas dan sulit untuk dijangkau pada saat ada upaya
pemadaman serta keterbatasan sumber daya peralatan dan anggran
menjadi faktor penting yang perlu disikapi dengan cermat smart oleh
parapihak.
B. Analisa Masalah
1. Kebiasan dan pola fikir masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
ekonomi yang masih sangat praktis tanpa diimbangi rasa kepedulian
terhadap resiko yang ditimbulkan, membuat masyarakat melakukan
kegiatan perburuan dan pengambilan ikan dalam kawasan TNTP
dengan cara membakar hutan
2. Kawasan TNTP yang luas dengan kondisi lahan yang sebagian besar
berupa rawa gambut dengan ketinggian 0 m dpl, sangat rentan kering
dan beriesiko terjadi kebakaran besar pada saat musim kemarau.
3. Saat ini parapihak/stakeholder dalam kegiatan pengendalian kebakaran
hutan masih berkerja secara sektoral dan belum terintergrasi dengan
baik sehingga sumber daya yang tersedia belum optimal dapat di kelola.
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 13
IV. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Kebakaran hutan merupakan ancaman tahunan dan paling besar dalam
pengelolaan Taman Nasional Tanjung Puting.
2. Masih adanya perilaku masyarakat yang tidak bijaksana yang melakukan
kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mebakar
hutan tanpa memperdulikan resiko besar yang akan ditimbulkan
3. Belum adanya sinergitas dan keterpaduan parapihak dalam penggunaan
manageman, sumber daya dan prioritas dalam kegiatan pengendalian
kebakaran hutan di kawasan TNTP sehingga meski sudah maksimal
bekerja namun hasilnya belum optimal sesuai harapan.
B. Saran
1. Kegiatan pencegahan kebakaran hutan harus selalu dilaksanakan baik
oleh instansi pemerintah maupun LSM, khususnya Balai TNTP melalui
kegiatan penyuluhan, sosialisasi, dan pelatihan penagulangan
kebakaran.
2. Manajemen pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan harus
melibatkan semua pihak (multistakholder) baik dari Balai TNTP,
BKSDA, Pemmerintah Daerah, LSM, dan Masyarakat.
3. Mekanisme/sistem komando penaggulangan kebakaran hutan harus
jelas dalam manajeman pencegahan dan pengendalian kebakaran
hutan sehingga diperlukan SOP dalam pengendalain kebakaran hutan
di TNTP.
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 14
DAFTAR PUSTAKA
Balai TNTP 2019. Laporan Kegiatan Inventarisasi dan Verifikasi Potensi
Kebakaran Hutan dan Lahan di Desa Penyangga TNTP.
Badan Statistik Kotawaringin Barat 2019. Kumai Dalam Angka 2019
Kajian Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di TNTP | 15