Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“BENCANA KEBAKARAN HUTAN”


Untuk Mengukur Dampak yang Ditimbulkan Serta Solusi dari
Bencana Kebakaran Hutan
DISUSUN OLEH :

CANTIKA MAIZAHWA AULIA (23323005)

OLLIVIA MAHARANI (23323018)

OTONI ELSAFAT ZAMILI (23323019)

DOSEN PENGAMPUH :

RUSNARDI RAHMAT S.T,M.T.Ph.D

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT
Tuhan Yang Maha Esa, yang hingga saat ini masih memberikan nikmat iman dan
Kesehatan, sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah
tentang “ Bencana Kebakaran Hutan”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat
nilai Mata Kuliah Dasar-Dasar Kebencanaan.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya
kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu penulisan selama
proses penyelesaian tugas makalah ini hingga selesai. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada Bapak Rusnardi Rahmat S.T,M.T.Ph.D selaku dosen pengampu
Mata Kuliah Dasar-Dasar Kebencanaan atas bimbingan dan tugas yang diberikan.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai Bencana Kebakaran Hutan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna serta kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan penulis.
Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Padang, 23 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1-3

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3

C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4

A. Mekanisme Terjadinya Bencana Kebakaran Hutan ....................... 4-6

B. Dampak Bencana Kebakaran Hutan Bagi Manusia dan Lingkungan7-8

C. Manajemen Bencana Kebakaran Hutan ......................................... 8-15

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16

A. Kesimpulan ......................................................................................... 16

B. Saran .................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap bencana alam, salah


satunya adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan termasuk dalam dua kategori
bencana, yakni bencana alam yang disebabkan oleh kekeringan atau guguran lava
gunung berapi. Dan bencana tempat pemukiman, merupakan kebakaran
pemukiman, gedung, alat, dan transportasi. Kebakaran hutan dapat menyebabkan
kerugian yang sangat besar jika tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang
tepat. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana,
kebakaran termasuk kepada jenis bencana alam sekaligus bencana non alam
berdasarkan penyebab terjadinya. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kebakaran
hutan terjadi tidak hanya akibat faktor alam itu sendiri tetapi juga akibat kelalaian
manusia.

Dalam upaya meminimalkan dampak dari kebakaran hutan pada masa yang
akan datang di perlukan perencanaan pelaksanaan mitigasi dan kesiagaan terhadap
bencana kebakaran. Pelaksanaan mitigasi merupakan upaya yang dilakukan untuk
meminimalkan risiko bencana kebaran. Menurut catatan resmi BNPB (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana) pada peristiwa karhutla dan kabut asap yang
terjadi pada rentang Juni sampai Oktober 2015, menyebutkan bahwa dampak
karhutla mengakibatkan sebanyak 24 orang meninggal dunia, lebih dari 600 ribu
jiwa menderita ISPA. Selain itu prediksi kerugian ekonomi akibat kebakaran
mencapai Rp 221 triliun. Jumlahnya setara dengan 1,9 persen dari PDB Nasional.

Menurut catatan KLHK (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)


jumlah hutan dan lahan yang terbakar telah mencapai luasan hingga 2,61 juta hektar
(ha) yang tersebar hampir di 32 Provinsi indonesia, kecuali provinsi DKI Jakarta
dan Kepulauan Riau. Sedangkan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi) melaporkan ada sekitar 2,4 juta ha hutan dan lahan yang habis terbakar.

1
Kabut asap juga mengepung wilayah indonesia sekitar 80 persen dan tersebar
hingga ke sejumlah negara tetangga. Kebakaran terbesar terjadi di Provinsi
Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Barat, dan Papua.

Luasan kebakaran tersebut hampir setara dengan 4,5 kali pulau Bali. Dari
jumlah itu, kebakaran dilahan gambut berjumlah 869.754 ha (33 persen) dan tanah
mineral 1.741.657 ha (67 persen). BNPB mencatat 10 Provinsi yang menjadi
langganan karhutla, yakni Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Utara.
Pada Pasal 24 Bagian Ketiga Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 dinyatakan
bahwa pada status keadaan darurat bencana, BNPB dan BPBD mempunyai
kewenangan untuk mengerahkan seumber daya manusia (SDM), peralatan, dan
logistik. Pada pasal-pasal selanjutnya juga menjelaskan bahwa SDM, peralatan, dan
logistik tidak memadai, maka dapat meminta bantuan kepada kabupaten/kota.

Daerah yang meminta bantuan harus menanggung biaya pengerahan dan


mobilisasi SDM, peralatan, dan logistik dari daerah lain yang mengirim. Sehingga
dapat di simpulkan bahwa pemerintah kabupaten/kota melalui BPBD memiliki
tangggung jawab yang sangat besar dalam penanganan bencana,khususnya
karhutla, mulai dari pra-bencana, saat bencana, dan pasca-bencana yang berada di
bawah tanggung jawab daerah. Tanggung jawab itu juga di atur dalam Instruksi
Presiden No. 16 Tahun 2011 tentang peningkatan pengendalian kebakaran hutan
dan lahan. Fungsi pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota adalah melakukan
pengendalian dan alokasi biaya di dalam APBD di kabupaten/kota.

2
Hutan merupakan salah satu kekayaan alam sekaligus kunci kelestarian
lingkungan hidup dan modal dasar pengembangan nasional yang harus kita jaga.
Selain itu, hutan juga paru-paru dunia yang perlu kita jaga kelestariannya agar
terhindar dari segala kerusakan salah satunya kebakaran hutan yang dapat
menyebabkan dampak negatif bagi makhluk hidup. Kerugian akibat kebakaran
hutan baik itu materiil maupun imatariil berdampak cukup besar bagi manusia.
Kebakaran hutan merupakan ancaman yang sangat besar dari tahun ke tahun kasus
kebakaran hutan di indonesia yang semakin meningkat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja mekanisme terjadinya bencana kebakaran hutan?
2. Apa dampak bencana kebakaran hutan terhadap manusia dan lingkungan?
3. Bagaimana manajemen dari bencana kebakaran hutan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja mekanisme dari kebakaran hutan.
2. Untuk mengetahui apa saja dampak dari kebakaran hutan.
3. Untuk mengetahui manajemen bencana kebakaran hutan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mekanisme Terjadinya Bencana Kebakaran Hutan

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki wilayah hutan yang sangat
besar. Berhektar-hektar hutan di Indonesia merupakan jenis hutan hujan
tropis yang terpusat di wilayah Kalimantan, Sumatera, dan juga Papua. Selain itu
hampir semua pulau di Indonesia juga memiliki hutan, bahkan Pulau Jawa yang
memiliki penduduk terpadat pun juga memiliki hutan, meskipun jenisnya bukan
hutan hujan tropis. Hal ini karena peranan hutan yang sangat penting dan hutan
memiliki manfaat luar biasa sebagai penyeimbang lingkungan.

Namun keberadaan hutan pun tidak luput dari yang namanya bencana alam.
Hutan yang seharusnya menjadi sumber kehidupan bagi beberapa makhluk hidup,
bisa juga menjadi tempat yang sangat membahayakan, bahkan menjadi sumber
bencana alam, misalnya ketika terjadi kebakaran hutan yang pada ujungnya akan
menimbulkan proses terjadinya kabut asap. Pada kesempatan kali ini kita akan
membahas mengenai proses terjadinya kebakaran hutan seperti apa sehingga bisa
menjadi bencana alam yang dapat membahayakan banyak makhluk hidup.

Penyebab Kebakaran Hutan:

Sebelum membahas mengenai proses terjadinya kebakaran hutan, kita perlu


mengetahui apa saja hal- hal atau faktor- faktor yang menjadi penyebab kebakaran
hutan terlebih dahulu supaya kita tahu bahwa proses terjadinya kebakaran hutan
tidak akan terjadi tanpa adanya faktor penyebab yang menjadikan hutan tersebut
terbakar. Adapun beberapa faktor yang menjadi penyebab kebakaran hutan antara
lain adalah sebagai berikut:

 Sengaja dibakar manusia


 Cuaca panas atau terik matahari
 Aktivitas gunung berapi

4
 Sambaran petir
 Kebakaran di bawah tanah
 Aktivitas yang tidak disengaja

Nah itulah beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab kebakaran hutan.
hal- hal di atas dapat terjadi sewaktu- waktu, namun dari beberapa peyebab di
atas, musim kemarau lah yang paling banyak menyumbang terjadinya kebakaran
hutan. maka dari itulah kita sering mendengar berita kebakaran hutan ketika di
musim kemarau.

Proses Terjadinya Kebakaran Hutan :

Kebakaran hutan diawali dari tersulutnya api dengan intensitas kecil hingga
menjadi besar dan dapat disebut sebagai kebakaran. Tentu saja hal ini melalui
beberapa proses atau durasi waktu. Namun selain faktor waktu, ada pula beberapa
faktor pendukung yang dapat mensukseskan proses pembakaran hutan. adapun
beberapa faktor tersebut antara lain adalah:

 Sumber api

Faktor pertama yang menjadi pemicu kebakaran adalah sumber api itu sendiri.
sumber api disini maksudnya adalah penyebab kebakaran itu sendiri, seperti yang
sudah disebutkan di atas yakni ada bahan bakar (minyak dan korek api), cuaca
panas atau paparan sinar matahari yang begitu terik, percikan material- material
vulkanik yang dilontarkan oleh gunung api, kebakaran yang terjadi di bawah
tanah, atau aktivitas yang tidak disengaja seperti pembuangan puntung rokok.

5
 Bahan bakar

Selanjutnya adalah bahan bakar. Tanpa bahan bakar tidak akan terjadi
kebakaran itu sendiri. bahan bakar merupakan benda- benda yang dibakar setelah
adanya sumber api. Di hutan, bahan bakar yang dimaksud adalah ranting dan
dedaunan kering yang mudah terbakar sehingga memudahkan terjadinya
kebakaran hutan.

 Oksigen atau angin

Sedikit banyak udara atau oksigen menyumbang terjadinya kebakaran. Hal ini
karena tanpa adanya oksigen, api tidak akan mudah hidup dalam waktu yang
lama. Terlebih apabila oksigen atau udara yang tersedia dalam jumlah banyak dan
memiliki energi (angin) maka kebakaran hutan akan semakin besar dan dapat
menyebar dari satu tempat ke tempat lainnya.

Nah itulah beberapa faktor yang menjadi penentu kebakaran hutan. Jadi
kebakaran hutan ini dimulai dari api kecil yang kemudian bertemu dengan bahan
membakar serta oksigen sehingga menyebabkannya semakin besar dan semakin
besar hingga meliputi wilayah yang luas. Itulah beberapa hal yang dapat kami
sampaikan mengenai proses terjadinya kebakaran hutan. semoga bermanfaat.

6
B. Dampak Bencana Kebakaran Hutan Bagi Manusia dan Lingkungan

Kebakaran hutan merupakan salah satu bencana yang melanda indonesia yang
memberikan banyak dampak negatif yang sangat merugikan manusia maupun
alam sekitar. Dampak negatif yang di timbulkan oleh kebakaran hutan mencakup
kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai
ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global,
dan asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi
baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Dampak kebakaran hutan bagi alam
sangat sulit dipulihkan karena struktur tanah mengalami banyak kerusakan.
Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah
tererosi, dan tidak dapat lagi menahan debit air yang tinggi sehingga muncul
benca alam lain seperti banjir dan tanah longsor.

Dampak kebakaran bagi masyarakat adalah banyaknya masyarakat menderita


ISPA akibat terpapar langsung oleh kabut asap serta udara kotor yang mengandung
partikel debu yang sangat tinggi. Selain itu kerugian juga berdampak pada sektor
pendidikan yang terganggu akibat kabut asap sehingga sekolah terpaksa meliburkan
siswa-siswanya. Karena asap telah mengganggu proses belajar-mengajar serta
membahayakan kesehatan para siswa. Kerugian juga berdampak pada sektor
perhubungan, karena berdampak langsung pada arus distribusi barang dan jasa.
Pada sektor pariwisata berdampak terhadap pembatalan perjalanan pariwisata ke
indonesia akibat penutupan sejumlah bandara dan pelabuhan. Dan yang terakhir
sektor bisnis mengalami kerugian yang sangat besar karena banyaknya biaya
tambahan untuk penyediaan akomodasi dan makanan.

Dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap lingkungan hidup yaitu terjadinya
perubahan yang lebih luas dari sekedar kerusakan hutan, berupa kerusakan
pencemaran lingkungan. Dan Kebakaran hutan juga berdampak pada lingkungan
hayati, kebakaran hutan telah membuat struktur tanah rusak, dan kebakaran hutan
telah mengurangi kemampuan fotosintesis vegetasi hutan dan tumbuhan yang ada
dihutan terdampak dan tumbuhan pun mati.

7
Kebakaran hutan juga berdampak pada kualitas udara yang dapat menimbulkan
seperti penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dan juga akibat pengaruh
iklim global dan iklim local kebakaran hutan telah menimbulkan asap yang cukup
lama di atmosfer bawah, sehingga berpengaruh terhadap biosfer yang mana terdapat
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Asap kebakaran hutan yang sampai ke
pemukiman penduduk akibatnya apabila kepekatan asap kebaran telah
meperpendek jarak pandang sehingga menggangu bisnis trasportasi (seperti
menggangu penerbangan peswat dan saat berkendara jarak pandang sangat sulit).
Dan kenaran hutan juga berimbas pada kerugian ekonomi.

C. Manajemen Bencana Kebakaran Hutan

Menurut Pasal 1 ayat (6) PP No. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan


Penanggulangan Bencana Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi pada
prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik bencana alam maupun
bencana akibat manusia. Berperan untuk mengurangi kerugian akibat kemungkinan
terjadinya bencana, baik korban jiwa, kerusakan lingkungan, harta benda, dan
dapak psikologi. Dengan ini kita dapat menjaga bumi yang sudah tua agar dapat
terjaga dan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk masa yang akan datang. Instansi
yang berwenang mengendalikan bencana secara nasional di Indonesia yaitu Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), berwenang merumuskan konsep
kebijakan penganggulangan bencana, memantau, dan mengevaluasi
penanggulangan bencana. Upaya-upaya penanggulangan tidak hanya dilakukan
oleh pemerintah semata, tapi juga tanggungjawab umat manusia.

Kegiatan Mitigasi adalah usaha untuk mengurangi atau meniadakan korban dan
kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum
terjadinya bencana, yaitu terutama kegiatan peredaman atau dikenal dengan
Mitigasi.

8
Adapun tujuan mitigasi ini adalah :

a. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan, khususnya bagi penduduk


b. Sebagai landasan atau pedoman untuk perencanaan pembangunan
c. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta
mengurangi dampak atau terjadinya risiko bencana, sehingga masyarakat dapat
hidup dan bekerja dengan aman.
Mitigasi dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana


b. Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana
c. Pengembangan budaya sadar bencana
d. Peneran upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana
e. Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana
f. Pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam
g. Pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi
h. Pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan
Tahap prabencana terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Mitigasi
b. Kesiapsiagaan atau tanggap darurat
Upaya tersebut sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan
bencana sebagai persiapan menghadapi bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian.
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditibulkan.
Tahap pascabencana terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Usaha rehabilitasi
b. Usaha rekontruksi
Usaha-usaha ini sebagai upaya mengembalikan keadaan masyarakat pada
situasi yang kondusif, sehat, dan layak sehingga masyarakat dapat hidup seperti
sediakala sebelum bencana terjadi, baik secara fisik dan psikologi.

9
Menurut Acep Akbar (2016:93-135), ada beberapa tahap yang dapat
menentukan keberhasilan kegiatan pencegahan kebakaran antara lain :
a. Deteksi dini kebakaran
b. Analisis penyebab dan permasalahan kebakaran hutan
c. Pendidikan kebakaran hutan untuk masyarakat
d. Penegakan hukum kebakaran (Enforcement)
e. Rekayasa teknologi pencegahan kebakaran
f. Pemantauan dan evaluasi titik panas (Hotspot)
g. Aplikasi hujan buatan
h. Teknik peramalan kerawanan kebakaran
i. Menyusun rencana pengelolaan kebakaran
j. Membangkitkan kesadaran masyarakat
k. Membangun hutan tanaman berisiko kecil kebakaran

1. Mitigasi Bencana Kebakaran Hutan


Upaya mitigasi bencana kebakaran hutan atau lahan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
a. Mitigasi Non structural
Yaitu bukan upaya pembangunan fisik dengan memanfaatkan pengetahuan,
tindakan dan kesepakatan untuk mengurangi risiko dan dampak bencana.
Secara khusus ini meliputi antara lain : undang-undang dan kebijakan,
paraturan, pedoman kegiatan peningkatan kesadaran public dalam PRB,
pelatihan dan pendidikan. Menurut Trinirmalaningrum dkk (2015:74-79) di
Indonesia sangat lemah dalam penegakkan hukum, itu terjadi karena hakim
tidak bersertifikat lingkungan dan hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman
hakim tentang persoalan lingkungan maupun peraturan dan perundang-
undangan terkait lingkungan.

10
b. Mitigasi Struktural
Yaitu upaya pembangunan fisik untuk mengurangi atau menghindari
kemungkinan akibat atau dampak bahaya bencana atau serta penerapan
teknologi serta arsitektur dan sistim bangunan yang kuat agar tahan hantaman
bahaya bencana
Adapun gejala dan peringatan dini dari bencana kebakaran hutan yaitu :

a. Adanya aktivitas manusia menggunakan api di kawasan hutan dan lahan


b. Ditandai dengan adanya tumbuhan yang meranggas
c. Kelembapan udara rendah
d. Kekeringan akibat musim kemarau yang panjang
e. Peralihan musim menuju ke kemarau
f. Meningkatnya migrasi satwa keluar habitatnya
Upaya sebelum kebakaran hutan sebagai berikut :
a. Jangan melakukan pembakaran untuk melakukan pembukaan lahan
b. Tata cara pembukaan lahan tanpa bakar, dengan cara berikut ini :
1. Tebanglah pohon dan semak berlukar pada lahan yang ingin anda gunakan
untuk berkebun
2. Potong-potong/cacah pohon/ranting/semak tersebut dan sebarkan
kesekeliling lahan anda
3. Jangan gunakan bahan kimia untuk mematikan pohon/semak
4. Biarkan sisa semak dan pepohonan yang telah anda cacah tersebut
mongering selama lebih kurang sebulan. Bila memungkinkan siramlah air
kesegala penjuru lahan anda untuk membantu mempercepat proses
pembukaan
5. Tanamlah bibit anda disela-sela batang pohon/potongan ranting/semak
tersebut. Hal tersebut sangat berguna sebagai pupuk bagi tanaman anda
6. Bangunlah sumur di lahan anda sehingga anda tidak akan sulit mencari air
jika seandainya terjadi bencana kebakaran yang tidak terkendali di dalam
lahan ataupun di luar lahan

11
7. Bila memungkinkan, galilah parit di sekeliling lahan anda dengan dalam
minimal memiliki lebar 30 cm. Periksalah menjelang musim kemarau agar
tidak terjadi pendangkalan. Parit ini sangat berguna utnuk mencegah api
memasuki daerah rumah anda atau mamasuki area pemukiman.
c. Ajak tetangga dan warga kampong anda untuk membuat system peringatan
sederhana apabila terjadi kebakaran, seperti kentongan.
Untuk merealisasikan upaya-upaya yang sudah dirancangkan, maka kita
perlu strategi mitigasi dan upaya pengurangan bencana kebakaran hutan sebagai
berikut :
a. Kampanye dan sosialisasi kebijakan-kebijakan pengendalian kebakaran
lahan dan hutan.
b. Peningkatan masyarakat peduli api
c. Peningkatan penegakan hukum
d. Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk
penanganan kebakaran secara dini
e. Pembuatan waduk di daerahnya untuk pemadaman api
f. Pembuatan skat bakar, terutama antara lahan, perkebunan, pertanian dan
hutan
g. Hindarkan pembukaan lahan dengan pembakaran hutan
h. Hindarkan penanaman tanaman sejenis dalam lahan yang sangat luas
i. Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan
tanaman yang heterogen
j. Partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya
k. Pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa membakar (pembuatan
kompos, briket arang dll)
l. Kesatuan persepsi dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan
m. Penyediaan dana tanggap darurat untuk penanggualangan kebakaran lahan
dan hutan
n. Pengelolaan bahan bakar secara intensif untuk menghindari kebakaran
yang lebih luas.

12
Menurut Trinirmalaningrum dkk (2015:82-83), untuk mencegah terjadinya
kebakaran hutan yang menimbulkan kabut asap setiap tahunnya, maka perlu
perbaikan tata kelola hutan dan lahan, yang mana nantinya hasil riview ini akan
disampaikan ke publik, sehingga bisa diawasi. Selain itu untuk memperkuat
penegakan hukum, perlu peningkatan kapasitas penegak hukum melalui
peningkatan pengetahuan lingkungan.
2. Usaha Pengurangan Resiko Bencana Kebakaran Hutan Saat Sedang
Terjadi
Ada beberapa upaya saat terjadi kebakaran hutan sebagai berikut :
a. Identifikasi
b. Pengumpulan bahan keterangan (pulbaket)
Dalam kegiatan ini kita dapat mengambil data yang meliputi luas hutan
terbakar, luas kebun terbakar, dan jumlah pohon yang cacat dan mati akibat
terbakar.

a. Monitoring dan evaluasi


b. Rehabilitasi
Kegiatan rehabilitasi kawasan hutan di danai oleh pemerintah
dengan dana reboisasi kementrian lingkungan hidup. Penanaman kembali
bisa dilakukan di areal terbakar dengan berbagai jenis pohon. Rehabilitasi
ini mencakup aspek-aspek perbaikan, penggantian, atau pemulihan kembali.
c. Penegakan hukum
Sebuah hukum harus ditegakkan, hukum berlaku untuk semua warga
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Bagi orang yang merusak hutan,
seharusnya diadili dengan tepat. Sanksi-sanksi yang berlaku harus
ditegakkan, tanpa ada kecurangan didalamnya.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan setelah terjadi kebakaran hutan sebagai
berikut :
a. Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran
b. Membersihkan hutan dari sisa-sisa ranting yang hangus terbakar
c. Mengelola tanah agar tanah menjadi gembur
13
d. Melakukan penanaman hutan kembali atau disebut juga reboisasi (penghijauan)

3. Usaha Pemulihan Setelah Terjadinya Bencana Kebakaran Hutan


a. Melakukan Kegiatan Rehabilitasi

Kegiatan Rehabilitasi adalah suatu tindakan perbaikan dan pemulihan


semua aspek pelayanan public atau masyarakat sampai tingkat memadai pada
wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyrakat pada wilayah
pasac bencana.

Beberapa kegiatan rehabilitasi :

1. Kegiatan perbaikan lingkungan daerah yang terkena bencana kebakaran hutan


dan lahan
2. Perbaikan prasarana dan sarana yang terdampak kebakaran
3. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat yang mungkin terbakar akiibat
kebakaran hutan dan lahan yang meluas ke area pemukiman penduduk.
4. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang terdampak dari kebakaran hutan
seperti ISPA.
5. Pemulihan social ekonomi dan budaya, seperti lahan pertanian masyarakat yang
terdampak dari kebakaran hutan.
6. Fungsi pelayanan public.
Kebakaran yang terjadi yang terjadi di lokasi pemukiman masyarakat sangat
berdampak pada kerusakan rumah yang tidak bias lagi dihuni oleh pemiliknya.
Kebakaran merupakan bencana dimana unsur api sesuai sifatnya dapat merusak,
memanaskan bahkan menghancurkan benda apa saja yang terbakar dalam jumlah
dan skala yang besar, Kebakaran sering terjadi yaitu dalam lingkup bangunan atau
pemukiman dan hutan.

14
b. Melakukan Kegiatan Rekonstruksi

Kegiatan rekontruksi merupakan kegitan pembangunan kembali sarana dan


prasarana , pembangunan kembali sara social masyarakat, pembangkitan kembali
kehidupan social masyarakat, seperti pembanguan kembali rumah masyarakat yang
terkena dampak dari kebakaran hutan.

c. Melakukan Pemetaan Daerah Rawan Bencana


Pemetaan derah rawan bencana dilakukan agar bisa menanggulangi terjadi
kembali lagi kebakaran hutan dan lahan dan untuk kesiap-siagaan bila terjadi
kebarah hutan.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya karena
didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah,
sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi
serta kesuburan tanah, dan sebagainya.

Kebakaran hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan dampanya


sangat luas, bahkan melintasi batas negara. Di sisi Upaya pencegahan dan
pengendalian yang dilakukan selama ini masih belum memberikan hasil yang
optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan secara menyeluruh, terutama yang terkait
dengan kesejahteraan Masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan.

Berbagai Upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lalin dibidang


penyuluhan kepada masyarakat khususnya yang berkaitan dengan factor-faktor
penyebab kebakaran hutan, peningkatan kemampuan aparatur pemerintahan
terutama dari Departemen Kehutanan, peningkatan fasilitas untuk mencegah dan
menanggulangi kebakaran hutan, pembenahan bidang hukum dan penerapan sangsi
secara tegas.

B. Saran

Dalam mengantisipasi dan mengurangi kejadian kebakran hutan, maka perlu


tindak nyata pada semua pihak terkait/stakeholder secara jelas, pasti dan cepat
sehingga degradasi lingkungan dan hutan dapat diatasi. Hal ini dapat melalui jalan
pendekatan dengan berbagai metode pada semua pelaku peran baik dari lembaga
pemerintah sebagai pihak yang merupakan produk izin, pengusaha yang bergerak
dalam kegiatan ini, masyarakat sebagai peran lainnya, tenaga ahli yang memahami
teori dengan benar dan pihak-pihak pengamat yang membantu meluruskan adanya
kekeliruan dalam hal ini lembaga swadaya masyarakat baik lokal maupun
internasional, perguruan tinggi dan sebagainya.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://tribratanews.kepri.polri.go.id/2021/02/05/proses-terjadinya-kebakaran-
hutan-dan-penyebabnya/“Proses Terjadinya Kebakaran Hutan”

Thaufik, Aswin.2018. Kesiapsiagaan dan Penanggulangan bencana Kebakaran


Hutan Dan lahan di Kota Pontianak : bpbd.pontianakkota.go id

Rasyid Fachmi.2014.Permasalah dan Dampak Kebakaran Hutan.JurnalLingkar


Widyaiswara Edisi 1 No. 4, Oktober-Desember 2014,p.47-59.Hal 47-56

Asir,La. 2020. Pelaksanaan Mitigasi Bencana Kebakaran Hutan Pada Dinas


Pemadam Kebakaran Kabupaten Buton.Jurnal Studi Kepemerintahan. Vol. 3
No.2.Hal 31-38

Akbar, Acep. 2016. Pemahaman dan Solusi Masalah Kebakaran Hutan di


Indonesia. Bogor : Forda Press

17

Anda mungkin juga menyukai