Anda di halaman 1dari 17

FINAL

KERUSAKAN HUTAN DI KALIMANTAN AKIBAT EKSPLOITASI


INDUSTRI

Bidang Kegiatan :
PKM ARTIKEL ILMIAH

Dosen Pembimbing:
Ignasius Joko Suyanto

Disusun Oleh

Dustin Frederick Owen - 00000058627

Ravael Octaviano Setiawan - 00000058063

William Rizkianto - 00000055129

Bintang Al Fajar - 00000052591

Zarwal Firmansyah Siregar - 00000059633

PROGRAM STUDI FILM

SENI DAN DESIGN

UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA

TANGERANG

2023

1
ABSTRAK
Kerusakan hutan di Kalimantan telah menjadi masalah yang kompleks dan serius. Hutan di
Kalimantan mengalami kerusakan akibat eksploitasi kayu secara besar-besaran, konversi hutan
menjadi lahan pertanian, kebakaran hutan yang disengaja, dan aktivitas industri seperti
pertambangan. Dampak dari kerusakan hutan di Kalimantan meliputi erosi tanah, penurunan
kualitas air, banjir dan longsor, kehilangan habitat bagi flora dan fauna endemik, serta perubahan
iklim global. Selain itu, kerusakan hutan juga mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat
yang bergantung pada sumber daya alam yang terdapat di hutan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis dampak kerusakan hutan di Kalimantan terhadap lingkungan dan kehidupan
manusia. Metode yang digunakan adalah studi literatur dan analisis data sekunder. Data yang
digunakan adalah data tentang luasan hutan yang hilang, jumlah kebakaran hutan, dan dampak
kerusakan hutan terhadap lingkungan dan kehidupan manusia.

Kata Kunci: Kerusakan, Eksploitasi, Hutan, Kehidupan

HALAMAN PENGESAHAN

2
1.Judul Kegiatan : KERUSAKAN HUTAN DI KALIMANTAN AKIBAT
EKSPLOITASI INDUSTRI
2.Lokasi Kegiatan : Universitas Multimedia Nusantara 3.Target Kegiatan :
Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara 4.Nama Anggota Kelompok :
1)Dustin Frederick Owen : Ketua Kelompok
2)Ravael Octaviano Setiawan : Juru Bicara
3)William Rizkianto : Anggota Kelompok
4)Bintang Al Fajar : Anggota Kelompok
5)Zarwal Firmansyah Siregar : Anggota Kelompok
5.Mata Kuliah : UM-152 Religion
6.Kelas : I
7.Dosen : Ignasius Joko, S.H., M.H.

Tangerang, 15 Mei 2023

Menyetujui, Mengetahui, Pembimbing/Pembina Ketua Kelompok

Ignasius Joko, S.H., M.H. William Rizkianto

3
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................................... 6
D. Kaitan dengan 5C..................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................. 7
METODOLOGI PENELITIAN................................................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................................... 12
KESIMPULAN............................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 17

4
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kalimantan merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, terutama
berbagai bioma hutannya lebat yang indah nan luas. Ekosistem tersebut adalah salah satu
paru-paru alam di Indonesia dan mendukung berbagai flora serta fauna yang memberikan banyak
warna dan keindahan serta manfaat bagi lingkungan kita yang menunjukkan besarnya ciptaan
Tuhan.
Sayangnya, kerusakan hutan masih sering bergejolak di berbagai daerah di provinsi
Kalimantan untuk kebutuhan berbagai bisnis, industri, ataupun infrastruktur masyarakat. Ada
banyak sekali faktor-faktor yang berpartisipasi dalam kegiatan yang merusak hutan, dan lebih
banyak lagi dampak-dampak yang dapat dirasakan oleh lingkungan alam sekitarnya.
Beberapa dari faktor-faktor tersebut yang amat penting kita teliti lebih lanjut merupakan
deforestasi, pengalihan lahan, dan pembukaan perkebunan kelapa sawit. Selain itu masih banyak
lagi kegiatan yang dapat merusak lingkungan hutan di kalimantan seperti pembakaran hutan dan
lahan yang baru ini sering terjadi, pembangunan infrastruktur, dan banyak lagi.
Sayang sekali jika beberapa tahun kedepan, ekosistem natural yang sangat beragam
dalam biodiversitas yang dapat menjadi ciri khas SDA provinsi Kalimantan dirampas habis oleh
karena nafsu dan ketamakan berbagai orang-orang yang ingin mengeksploitasi dan
menghancurkan alam demi kepentingan pribadi sendiri-sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan landasan masalah yang telah kami kaji di pendahuluan di atas, maka kita dapat
menyimpulkan beberapa masalah yang bisa kita teliti lebih lanjut
a. Apa saja faktor-faktor yang mendorong terjadinya kerusakan lingkungan hutan di daerah
provinsi Kalimantan?
b. Apa saja dampak dari fenomena kerusakan hutan terhadap lingkungan sekitar hutan
kalimantan dan satwa liar natif?

5
c. Bagaimana kebijakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah berbagai
pihak melaksanakan kerusakan lingkungan?
d. Adakah substitusi yang pas untuk menggantikan lahan dan sumber daya untuk mencegah
kerusakan lingkungan yang mengancam kesuburan ekosistem dan maha satwa liar di
Kalimantan?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah kami rumuskan
diatas adalah menganalisis faktor-faktor pendukung, dampak, dan akibat, serta mengumpulkan
berbagai data-data yang menunjukkan kerusakan hutan kalimantan oleh eksploitasi manusia guna
mencari solusi dan pencegahan terhadap kerusakan hutan di lingkungan dan kehidupan manusia

D. Kaitan dengan 5C
5C merupakan berbagai nilai yang bisa kita kaitkan di penelitian ini yaitu caring dimana
kita harus peduli dengan lingkungan sekitar kita. 5C merupakan berbagai nilai yang bisa kita
kaitkan di penelitian ini yaitu caring dimana kita harus peduli dengan lingkungan sekitar kita.
Prinsip tersebut dapat kita terapkan terhadap kepedulian warga seperti tidak membuang limbah
yang dapat menyebabkan kerusakan hutan misalnya membuang puntung rokok yang dapat
mengakibatkan kebakaran hutan tak tersengaja.

6
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Teori Utama


Kerusakan Hutan terutama di kalimantan yang dinobatkan sebagai paru paru dunia
mengalami deforestasi setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh konversi lahan yang menjadi
perkebunan kelapa sawit dimana konversi ini menyumbang sebanyak 57 persen dari total
deforestasi di Indonesia, sedangkan industri pulp dan kertas menyumbang sebanyak 20 persen
lainnya. Hampir setiap tahun, Indonesia dilanda kebakaran hutan yang menghancurkan, pada
tahun 2015, sebanyak 1,7 juta hektar lahan terbakar, mengakibatkan bencana kabut asap yang
berdampak besar terhadap pendidikan, penerbangan, kesehatan, ekonomi, dan tentu saja,
lingkungan. . Menurut Kalibrasi, Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki Tingkat Deforestasi
Bruto Terbesar di Hutan Alam, sebesar 10,6 ribu ha (9,1%), diikuti oleh Maluku dengan 8,5 ribu
ha (7,3%), Kalimantan Barat dengan 6,7 ribu ha (5,6%), Riau dengan 5,7 ribu ha (4,8%), dan
Kalimantan Selatan dengan 5,4 ribu ha (5,4%). (4,6 persen). Dimana setiap tahunnya mengalami
terus kenaikan deforestasi, Hal ini mengakibatkan perubahan iklim yang cukup drastis,
deforestasi meningkatkan emisi gas rumah kaca yang mirip dengan karbon dioksida atau (C02)
tidak hanya itu terjadi perubahan mikroklimat di kalimantan, yang mana peran pohon dalam
menjaga kelembapan udara, mengatur suhu dan mempengaruhi hujan daerah tersebut menjadi
terganggu.

1.2 Teori pendukung


Kerusakan Hutan membuat dampak yang cukup serius bagi orang orang yang tinggal
disana dimana menurut kata petani makruf dulu mereka dalam waktu satu tahun bisa panen
sebanyak tiga kali sekarang mereka susah sekali untuk panen. Faktor ini dikarenakan hujan yang
turun dengan tidak konsisten dan terkadang tidak sama sekali yang namanya hujan alia kemarau
berkepanjangan dari yang seharusnya. Menurut laporan BMKG yang didapatkan kerusakan
hutan mengakibatkan 3 tahun terakhir telah terjadi La Nina dan anomali perubahan suhu perairan
di indonesia, yang berdampak pada perubahan intensitas hujan di indonesia.

Karhutla atau Kebakaran Hutan dan Lahan adalah sesuatu yang sering terjadi di kalimantan. Hal
ini terjadi dikarenakan ada beberapa titik hotspot pada musim kemarau yang terjadi disana pada
pepohonan maupun lahan sehingga menyebabkan kebakaran. Namun hal ini diatasi oleh

7
pemerintah dengan cara pemerintah provinsi kalimantan menegaskan status siaga darurat untuk
Karhutla, tak hanya itu mereka juga melakukan patroli upaya melakukan pencegahan sampai ke
masyarakat dimana mereka membuka pintu komunikasi 24 jam untuk keluhan maupun hal
tanggap darurat terutama pada saat musim panas extrim agar masyarakat tidak merasakan hal
yang tidak mengenakan. Diluar cuaca yang ekstrim, pemerintah juga sedang memproses sanksi
administratif dengan tuntutan perdata terhadap perusahaan yang memiliki ketidakjelasan izin
mengelola hutan ,lahan kelapa sawit dan juga gambut.

1.2.1.Dampak Kerusakan Hutan Di Kalimantan


Orang Indonesia memiliki kesadaran yang rendah akan praktek lingkungan yang
berkelanjutan. Hal ini terlihat dalam penggunaan praktik tebang-dan-bakar oleh
petani dan perusahaan yang menjadi strategi untuk pembukaan lahan demi
perkembangan perkebunan, pembangunan perumahan, perkebunan sawit dan
industri pulp dan kertas), terutama di pulau Sumatra dan Kalimantan. Strategi
tebang-dan-bakar merupakan pilihan yang paling murah makanya sering digunakan.
Dalam peraturan perundang-undangan, praktik ini sebenarnya tidak diijinkan oleh
hukum Indonesia, penegakan hukum yang lemah dan adanya korupsi menjadi aspek
utama maraknya praktik ilegal tersebut. Praktik tersebut memiliki risiko dan
dampak besar untuk lingkungan hidup. Kebakaran hutan yang terjadi menimbulkan
asap tebal yang mempengaruhi kualitas udara dimana terjadi pencemaran udara
oleh debu, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain. Dampak dari udara yang
mengandung bahan-bahan beracun tersebut mengakibatkan manusia mengalami
ISPA atau infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi mata, iritasi kulit, dan
lain-lain. Dampak lainnya juga dirasakan oleh makhluk hidup yang habitatnya ada
dalam hutan tersebut kehilangan habitatnya, rumah tempat flora dan fauna lahir,
tumbuh, dan berkembang tergusur akibat kebakaran hutan, kelangsungan hidup
mereka terganggu, bahkan terancam hilang. Flora dan fauna langka yang tumbuh
dalam hutan tersebut juga terancam punah. Makhluk hidup yang tinggal dalam
hutan tersebut kehilangan tempat tinggal, bahkan mati jika tidak dapat melarikan
diri dari ganasnya api yang meluas dalam hutan tersebut. Makhluk hidup yang mati,
serta yang dapat melarikan diri akan keluar mencari habitat baru yang mengganggu

8
keseimbangan ekosistem, yang akan mengganggu habitat manusia yang tinggal
disekitarnya. Kemudian dampak lainnya adalah akan terjadi bencana alam lain
akibat lahan bekas kebakaran hutan, seperti banjir dan longsor. Pepohonan rindang
yang seharusnya menjadi penyerapan air dan sumber air bersih dimusnahkan, akan
menjadi malapetaka dikemudian hari.

Dampak lainnya pada kebakaran hutan juga sangat mempengaruhi pada


penerbangan pesawat udara di Kalimantan Barat karena asap yang tebal akan
mengganggu kegiatan penerbangan pesawat udara pada saat mendarat dan lepas
landas. Hal ini dapat mengganggu pencemaran udara dan pengaruh pada sektor
ekonomi memang akan terganggu terkait dengan kinerja penanggulangan yang
dilakukan kepada pemerintah daerah dan masyarakat sangat menjadi pengaruh akan
kinerja instansi terkait merosotnya citra pemerintah daerah, terutama jika
penanggulangan kebakaran memakan waktu cukup lama. Tidak mengherankan jika
satuan pemadam kebakaran hutan dan lahan pemerintah daerah setempat berusaha
sekuat tenaga untuk mencegah dan menjaga terjadinya kebakaran disekitar lokasi
bandara tersebut. Pencegahan dan penjagaan ini dilakukan pada saat terjadinya
kebakaran hingga mulai turunnya hujan dan memastikan bahwa titik api dapat
dikendalikan dengan baik. Upaya konservasi dan restorasi hutan di Kalimantan
sangat penting untuk mengurangi dampak-dampak negatif ini. Pemerintah, lembaga
internasional, masyarakat sipil, dan sektor swasta harus bekerja sama untuk
melindungi dan mengelola hutan secara berkelanjutan guna menjaga dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

1.2.2.Penanggulangan Kerusakan Hutan Di Kalimantan


Kebakaran hutan merupakan suatu fenomena api menghabiskan bahan bakar
bervegetasi di daerah hutan yang meluas ke daerah lainnya yang tidak terkendali.
Kebakaran hutan terbagi menjadi 2 yaitu jika disengaja kebakaran hutan, dan jika
tidak disengaja, kebakaran lahan. Bakaran lahan terjadi jika api menghabiskan
bahan bakar bervegetasi yang meluas secara bebas yang tidak terkendali di daerah
bukan hutan. Bakaran lahan biasanya dilakukan oleh oknum tidak bertanggung

9
jawab untuk pembukaan lahan yang bersifat komersil. Pembukaan lahan dengan
cara pembakaran hutan menimbulkan dampak yang serius bagi lingkungan hidup
seperti kerugian ekonomi, kerugian ekologis, dampak politis, pencemaran
lingkungan, gangguan kesehatan, musnahnya flora dan fauna yang tinggal dalam
hutan tersebut dan berdampak pada lingkungan sosial manusia. Kerusakan dan
pencemaran lingkungan diatur oleh Undang-undang nomor 18 tahun 2004 tentang
perkebunan, pasal 25 ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap pelaku usaha perkebunan
wajib memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya
dan pasal 26 yang menjelaskan bahwa setiap pelaku usaha perkebunan dilarang
membuka dan atau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat
terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup. Berdasarkan
regulasi terkait pembakaran atau kerusakan hutan atau lahan secara sengaja untuk
pembukaan lahan diatur dalam Undang-undang No.41 Tahun 1999 Tentang
kehutanan, Undang-undang No.32 Tahun 2009 PPLH dan Undang-undang No.39
Tahun 2014 Tentang perkebunan. Dalam Undang-undang kehutanan No.41 Pasal 78
Ayat 3 Tahun 1999, pelaku pelanggar hukum dapat dikenakan sanksi pidana serta
denda yaitu barangsiapa yang dengan sengaja melakukan pembakaran hutan akan
dikenakan pidana penjara maksimal 15 tahun dan/atau denda maksimal Rp. 5
miliar.

10
METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah studi literatur dan analisis data sekunder. Data yang
digunakan adalah data dari berbagai jurnal-jurnal dan artikel yang membahas tentang luasan
hutan yang hilang, jumlah kebakaran hutan, dan dampak kerusakan hutan terhadap lingkungan
dan kehidupan manusia, terutama tentang daerah kalimantan, namun juga terhadap krisis
kerusakan lingkungan dan hutan secara general. Analisis data sekunder merupakan analisis data
yang dilakukan terhadap data yang sudah ada tanpa perlu melakukan wawancara, survey,
observasi dan teknik pengumpulan data secara praktek lainnya. Kami memilih untuk melakukan
metode penelitian tersebut karena topik penelitian yang kami lakukan mencakup lingkungan
yang cukup besar dan melebihi dari lingkungan sehari-hari, sedangkan kami juga berada di
Jakarta dan tidak memiliki akses terhadap kota Kalimantan, maka kami akan mencoba untuk
merangkup beberapa data-data yang telah kami temukan dan mencari benang merah yang
menjawab rumusan masalah kami tentang topik penelitian tersebut yaitu kerusakan lingkungan,
faktor, dampak, dan sebabnya terutama di kota Kalimantan.

11
HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut data dari Global Forest Watch, antara tahun 2002 dan 2019, Kalimantan sudah
kehilangan sekitar 8,8 juta hektar hutan, baik akibat konversi lahan menjadi perkebunan maupun
penebangan ilegal. Penurunan luas hutan ini memberikan dampak serius pada keanekaragaman
hayati, ekosistem, serta masyarakat yang bergantung pada hutan untuk mata pencaharian mereka,
dan beberapa faktor dapat mempengaruhi data kerusakan tersebut

Terdapat banyak faktor penyebab kerusakan hutan di Kalimantan. Padahal, Kalimantan


adalah salah satu paru-paru dunia karena menurut data dilansir, hutan Kalimantan luasnya
mencapai hingga 40,8 juta hektar. Faktor utama penyebab kerusakan hutan di Kalimantan adalah
deforestasi dan alih fungsi lahan. Menurut data yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan,
angka deforestasi di Kalimantan pada 2000 sampai dengan 2005 mencapai sekitar 1,23 juta
hektar. Artinya sekitar 673 hektare hutan di Kalimantan mengalami deforestasi setiap harinya
pada periode tersebut. Ada pun data yang dikeluarkan oleh State of the World’s Forests 2007
yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia
pada periode 2000-2005 adalah 1,8 juta hektar/tahun. Tingginya laju deforestasi hutan di
Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record mencatat Indonesia adalah negara yang laju
kerusakan hutannya tercepat di dunia. Sebuah prestasi yang tidak patut untuk dibanggakan.
Sementara itu menurut Greenpeace, hutan Kalimantan tinggal tersisa 25,5 juta di tahun 2010.
Kini, luas hutan Kalimantan Timur tahun 2015 sekitar 8.339.151 hektar. Deforestasi di
Kalimantan disebabkan oleh industri kayu yang semakin mempersempit hutan alami. Alih fungsi
lahan untuk perkebunan kelapa sawit juga berkontribusi besar terhadap semakin derasnya laju
deforestasi. Konversi hutan menjadi area perkebunan sawit telah merusak lebih dari 7 juta hektar
hutan sampai pada tahun 1997. Hal ini menjadi ancaman serius yang mengakibatkan
berkurangnya luasan dan kualitas hutan di Kalimantan, juga menjadi ancaman serius bagi para
berbagai jenis satwa langka di Kalimantan, antara lain orangutan, bekantan, beruang madu, dan
berbagai jenis owa. Satwa langka itu kondisinya terjepit di antara menyempitnya hutan yang

12
seharusnya merupakan habitat mereka dan perburuan liar. Penyebab tingginya deforestasi
tersebut tidak lepas dari meningkatnya pembalakan liar (illegal logging), pembukaan lahan
sawit, dan banyaknya industri-industri yang memanfaatkan sumber daya hutan.

Beberapa faktor dapat mendorong kerusakan hutan yang terjadi di daerah kalimantan,
seperti penebangan hutan yang ilegal dikarenakan itu kerusakan dapat terjadi, aktivitas
penebangan ini juga dilakukan tanpa izin dan tidak mengikuti peraturan. Ini berdampak pada
hewan yang memiliki habitat asli di hutan tidak lagi memiliki tempat tinggal yang mumpuni.
Selain itu hutan yang memiliki perubahan secara sengaja untuk menjadikannya lahan pertanian
dan perkebunan, terutama di bidang kelapa sawit dan karet, pembukaan lahan baru ini
melibatkan penebangan hutan secara besar besaran dan pembakaran lahan yang membuat
dampak negatif pada lingkungan.

Selain itu kebakaran hutan juga menjadi masalah yang cukup berdampak besar pada
lingkungan terutama selama musim kemarau, kebakaran hutan ini terjadi biasanya untuk
menghilangkan sisa sisa tanaman, selain itu kebakaran hutan ini dapat dengan cepat untuk
menjalar dan menghanguskan hutan yang cukup luas dan menghasilkan asap yang tebal.
Pertambangan juga dapat menjadi salah satu faktor kerusakan lingkungan, terutama
pertambangan batu bara yang melibatkan pembukaan lahan, penebangan pohon dan penggunaan
bahan kimia yang berbahaya yang dapat membuat ekosistem terancam.

Jalan raya, jembatan, bendungan merupakan infrastruktur pembangunan yang juga


menjadi dampak kerusakan lingkungan, pembangunan ini cukup sering merusak lahan dan juga
penebangan pohon dan mengganggu ekosistem hutan. Perubahan iklim global juga berkontribusi
dalam dampak kerusakan lingkungan, perubahan iklim seperti peningkatan suhu tidak teratur,
curah hujan yang tidak tentu, kekeringan, yang dapat meningkatkan risiko kebakaran hutan dan
mengganggu ekosistem.

Upaya upaya yang berkelanjutan untuk mengatasi kerusakan hutan di kalimantan dan
memerlukan langkah langkah hukum yang ketat, dan pengelolaan sumber daya alam secara

13
terstruktur, pengurangan penebangan ilegal, pengembangan pertanian berkelanjutan, dan
konservasi. Kebijakan hukum namun tetap dilaksanakan dalam menanggulangi kerusakan
lingkungan di kalimantan ini seperti UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menjadi dasar hukum utama dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia, termasuk di Kalimantan.

Undang-undang ini menetapkan aturan dan kewajiban bagi individu, perusahaan, dan
pemerintah dalam melindungi dan mengelola lingkungan hidup. Selain undang undang
Moratorium penebangan hutan, berupa penundaan pemberian izin untuk penebangan hutan di
beberapa daerah secara ekologis. Pemerintah juga menerapkan peningkatan dalam penegakan
hukum pada pelanggaran lingkungan di kalimantan, yang meliputi penindakan terhadap
penebangan ilegal, perkebunan ilegal dan kebakaran hutan yang dapat disebabkan oleh manusia.

Pemerintah juga melakukan upaya dengan melibatkan pihak terkait dan melakukan
kolaborasi dengan lembaga swadaya masyarakat dan juga masyarakat sekitar untuk mencegah
kerusakan lingkungan, walaupun adanya tantangan dalam implementasi dan penegakan hukum
yang konsisten di daerah yang luas.

Sebagai manusia, kita diberikan alam yang indah oleh Yang Maha Kuasa, oleh sebab itu
alangkah baiknya sesama manusia melakukan upaya untuk mencegah kerusakan lingkungan
yang tidak hanya di kalimantan namun di seluruh indonesia, dengan berbagai cara kita bisa
mengelola sumber daya alam yang berkelanjutan. Praktik pertanian seperti organik, agroforestri,
dan rotasi tanaman dapat menjadi salah satu upaya untuk mengurangi tekanan pada hutan dan
lahan alami karena meminimalisir penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan
namun tetap mempertahankan keanekaragaman hayati.

Pengembangan perkebunan yang berkelanjutan dengan memastikan praktik pertanian


yang ramah lingkungan dan pengurangan konversi hutan primer juga bisa dilakukan dalam upaya
mencegah kerusakan. Pengelolaan hutan yang berkelanjutan juga harus ditekankan, termasuk
perlindungan terhadap hewan liar dan peningkatan kegiatan restorasi hutan.

14
Peningkatan kesadaran dan pendidikan lingkungan juga menjadi faktor penting, dengan
melibatkan masyarakat dalam pemahaman tentang pentingnya kelestarian lingkungan.
Pengembangan sektor ekowisata dan nilai ekonomi alternatif berbasis lingkungan dapat
memberikan alternatif yang cukup baik dalam menjaga keberlanjutan secara ekonomi daripada
penggunaan sumber daya yang merusak lingkungan. Semua upaya ini harus melibatkan
partisipasi aktif dari berbagai pihak untuk mencapai hasil yang positif dan berkelanjutan bagi
ekosistem dan satwa liar di Kalimantan.

15
KESIMPULAN

Kerusakan Hutan yang terjadi di kalimantan dalam beberapa tahun belakangan ini, sudah
mencapai sekitar 8,8 juta hektar hutan hilang akibat beberapa faktor seperti penebangan ilegal,
konversi lahan untuk perkebunan, kebakaran hutan dan faktor lain. Kerusakan hutan di
kalimantan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini membuat dampak serius yang
menjalar hingga terjadinya kerusakan pada keanekaragaman hayati, ekosistem serta masyarakat
yang menggantungkan hidup mereka pada hutan untuk pekerjaan mereka.

Oleh sebab itu sebagai manusia yang diberikan akal sehat dan budi pekerti yang baik, kita
harus dapat menjaga lingkungan dengan baik yang dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk
mencegah kerusakan lingkungan. Seperti kebijakan hukum yang ketat dengan adanya undang
undang seperti perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, serta moratorium penebangan
hutan. Selain peraturan pemerintah, pemerintah melakukan segala upaya untuk menanggulangi
kerusakan hutan agar dapat terlaksana lebih baik, pengembangan pertanian, perkebunan dan
pengelolaan hutan dapat dirancang untuk memelihara ekosistem. Kesadaran kita sebagai
masyarakat juga penting dengan diberikannya pendidikan soal lingkungan juga pengembangan
sektor ekowisata dan nilai ekonomi alternatif. Perlu kesadaran dari masyarakat untuk
berpartisipasi dan juga dari berbagai pihak untuk menjaga lingkungan ini, karena tanpa adanya
kesadaran dari diri sendiri, kerusakan ini akan menjalar perlahan ke berbagai tempat di
indonesia bahkan dunia yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan di seluruh dunia dan
menjadikan bumi yang kita tinggali menjadi tidak layak untuk ditempati

16
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, M.C., et al. (2013). High-resolution global maps of 21st-century forest cover change.
Science, 342(6160), 850-853

Kalibrasi. (2022) Forest Deforestation

Kompas. (2022) Kerusakan Hutan dan perubahan Iklim

Pasaribu, S. M., & Friyatno, S. (2008). Memahami penyebab kebakaran hutan dan lahan serta
upaya penanggulangannya: kasus di Provinsi Kalimantan Barat. None, 8(1), 44013.

PPID Menlhk. (2016) Upaya Pemerintah tangani kebakaran Hutan

Saputro, J. G. J., Handayani, I. G. A. K. R., & Najicha, F. U. (2021). Analisis Upaya Penegakan
Hukum Dan Pengawasan Mengenai Kebakaran Hutan Di Kalimantan Barat. Jurnal Manajemen
Bencana (JMB), 7(1).

WWF Indonesia. (2018). Kalimantan Forests and Climate Partnership (KFCP) Final Report.
Retrieved from:

17

Anda mungkin juga menyukai