Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGARUH DEFORESTASI HUTAN TROPIS TERHADAP


PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan kelas
A)

Disusun Oleh:

Najihatus Sa’adah 152110101198

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2016

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah “Pengaruh
Deforestasi Hutan Tropis Terhadap Perubahan Iklim Global”. Makalah ini akan
membahas tentang pengaruh deforestasi hutan tropis terhadap perubahan iklim
global yang merupakan topik pembahasan dalam mata kuliah Dasar Kesehatan
Lingkungan.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam;
2. Rahayu Sri Pujiati, SKM., M. Kes., Anita Dewi Moelyaningrum, SKM. M
Kes., Ellyke, SKM., M. KL., dan Prehatin Trirahayu Ningrum. SKM., M. Kes.,
sebagai dosen pengampu mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan kelas A.
3. Orang tua kami, atas segala restu dan dukungannya dalam bentuk apapun;
4. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bentuk
bantuannya. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, berbagai sumbang saran yang bertujuan untuk
penyempurnaan makalah ini dengan ikhlas penulis terima sebagai umpan balik
untuk bahan evaluasi. Semoga makalah ini dapat memberikan sumbang pikir yang
positif dan bermanfaat.

Jember, 27 September 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Pengertian Deforestasi hutan tropis...........................................................3

2.2 Penyebab dan akibat defortasi...................................................................5

2.3 Solusi yang ditawarkan.............................................................................8

BAB 3. PENUTUP................................................................................................11

3.1 Kesimpulan..............................................................................................11

3.2 Saran........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekitar 8 juta sampai 16 juta hektar hutan tropis dirusak setiap tahunnya
antara tahun 1980an dan 1990an, perusakan ini melepaskan 0.8 milyar sampai 2.4
milyar ton karbon1 ke atmosfer. 20% pemanasan global disebabkan oleh
deforestasi, hampir sama besarnya dengan emisi yang dihasilkan oleh Amerika
Serikat penghasil emisi terbesar di dunia (CAN, 2007).
Indonesia menempati peringkat ketiga (sesudah Brazil dan Zaire) dalam
kekayaan hutan hujan tropis, dan memiliki 10% dari sisa sumberdaya ini di dunia.
Perkiraan resmi mengenai kawasan lahan hutan di Indonesia sangat bervariasi.
REPELITA VI, 1994/95-1998/99 menyebutkan bahwa ada 92,4 juta ha lahan
hutan pada tahun 1993 (RI 1994:312). Ini merupakan 48,1 % dari keseluruhan
daratan Indonesia. Inventarisasi Hutan Nasional, berdasarkan data satelit 1986-91
memperkirakan adanya 120,6 juta ha lahan hutan, yang meliputi 69% daratan di
negeri ini (tidak termasuk Pulau Jawa) (GOI/FAO 1996:17-18). Perkiraan
penyebaran hutan di Indonesia adalah sebagai berikut: Kalimantan (32,0% dari
keseluruhan); Irian Jaya (29,9%); Sumatra (20,8%); Sulawesi (9,7%); Maluku
(5,5%); dan daerah-daerah lain (2,1%) (data dari GOI/FAO 1996:36 dalam
William & Ida, 1997).
Deforestasi adalah kehilangan hutan dan kehilangan penyimpanan karbon.
Semua hutan ditebang dan lahan digunakan untuk keperluan lain, seperti bertani
atau menggembalakan ternak atau konversi hutan untuk sawit dan hutan tanaman
industri (banyak kasus di Indonesia) (Stone, Susan et al., 2010).
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup RI, Indonesia saat ini di perkirakan
lebih dari 51 juta m3 kayu bulat per tahun dihasilkan dari kegiatan pencurian kayu.
Jumlah total produksi kayu bulat yang legal (ada izin penebangannya), dari
berbagai lokasi tebangan kayu di hutan-hutan Indonesia, pada tahun 2002
sebanyak 12 juta m3. Kegiatan pencurian kayu ini menyebabkan berbagai dampak
negatif terhadap lingkungan hidup. Sumber daya hutan Indonesia yang sudah
hancur selama masa pemerintahan Soeharto, kian menjadi rusak akibat kegiatan
pencurian kayu dalam jumlah yang sangat besar. Laju deforestasi hutan Indonesia
pada periode tahun 1985-1998 tidak kurang dari 1,6-1,8 juta hektar per tahun

1
(Dephutbun, 2000). Pada tahun 2000, laju deforestasi meningkat menjadi paling
tidak 2 Juta hektar per tahun (FWI/GFW, 2002). Dengan semakin meningkatnya
volume pencurian kayu di berbagai lokasi hutan Indonesia, saat ini laju deforestasi
hutan Indonesia diperkirakan sudah mencapai lebih dari 2,4 juta hektar per tahun.

Oleh karena itu, masalah deforestasi hutan tropis ini merupakan masalah
yang perlu cepat ditangani, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, mengingat
akan banyak dampak negatif yang timbul akibat dari deforestasi hutan tropis ini,
salah satunya yaitu perubahan iklim.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan deforestasi hutan tropis?
2. Apa penyebab dan akibat dari terjadinya deforestasi hutan tropis?
3. Apa solusi yang telah ada dalam menangani kerusakan hutan dan deforestasi
di Indonesia?

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Deforestasi hutan tropis

a. Topik permasalah yang ada di Indonesia

Greenpeace.com (2008), menyebutkan dalam sebuah artikel bahwa hutan


tropis menyimpan karbon di tanah dan pepohonan. Seperti spons/busa, hutan
tropis menyerap karbondioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
fossil sebagai sumber energi. Kita membutuhkan hutan dengan luasan besar untuk
'meredam'  dan melawan perubahan iklim dan menjaga bumi. Tetapi yang terjadi
kita melakukan sebaliknya, kita Menghancurkan Hutan.Pengerusakan hutan
menyumbang 20% dari emisi GRK setiap tahun. Dan lebih banyak lagi emisi
yang dihasilkan dari seluruh dunia seperti dari mobil, truk, kereta, kapal dan
pesawat di 2004.

Di Indonesia, hutan rawa gambut lenyap akibat pembalakan, pengeringan


dan di bakar untuk perluasan kelapa sawit. Lahan gambu ini (kadang-kadang
hinggakedalaman 12 meter) menyimpan karbon yang sangat besar. Ketika mereka
di keringakn dan di bakar akan menjadi sebuah bom karbon, melepaskan hampir
dua milliyar ton karbondioksida berbahaya setiap tahun.

Berkat pengundulan hutan dan lahan gambut, Indonesia menjadi negara


pencemar polusi ketiga terbesar di dunia setelah Amerika dan Cina. Dari 85%
emisi yang dihasilkan Indonesia, emisi bersumber dari penghancuran hutan dan
konversi lahan gambut

Di Papua Nugini, sekita 83% dari hutan yang  dapat diolah secara kormesial
lenyap atau menyusut pada tahun 2021 jika laju pembalakan terus dilakukan (1).
Hutan tersisa di papua nugini menyimpan dua kali lipat emisi yang di hasilkan di
seluruh yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil di tahun 2004.
Penebangan hutan telah melepaskan emisi GRK dan berkontribusi meningkatkan
GRK di atmosfir.

3
Sedangkan Mulyadi (2011), dalam artikelnya menyebutkan dalam sebuat
artikel bahwa hutan tropis yang ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung,
memiliki tingkat deforestasi tahunan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
wilayah hutan yang dikelola masyarakat lokal. Hal ini memperkuat bantahan
terhadap anggapan yang selama ini diyakini bahwa cara terbaik melestarikan
hutan adalah dengan menjadikannya hutan lindung.

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa memagari hutan dan


menetapkannya sebagai hutan lindung, tidak selalu menjamin terpeliharanya
tutupan hutan dalam jangka waktu lama, jika dibandingkan dengan wilayah hutan
yang dikelola masyarakat lokal. Bahkan pada kenyataannya, hutan lindung lebih
banyak kehilangan pohon," kata Manuel Guariguata, Peneliti Senior di Center for
International Forestry Research (CIFOR), sebagaimana dikutip dalam siaran pers
yang dikeluarkan CIFOR, Bogor, Kamis (25/8/2011).
Berita terkini disebutkan dalam artikel berita yang ditulis oleh Maruli
(2015), Forest Watch Indonesia (FWI) mengatakan laju deforestasi atau
penyempitan kawasan hutan akibat pembukaan lahan dari tahun ke tahun di
Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia. “Hutan dikuras habis, ditebang
berlebihan sehingga laju deforestasi hutan Indonesia sangat tinggi, bahkan
tertinggi di dunia,” kata Ketua Perkumpulan FWI E. G. Togu Manurung dalam
konferensi pers bertemakan Nasib Hutan Alam Indonesia dalam Perizinan Satu
Pintu yang diselenggarakan Green Radio, di Jakarta.

Saat ini, laju deforestasi Indonesia dengan angka 1,1 juta hektar pertahun
tetap mengkhawatirkan, sehingga pemerintah perlu terus memperhatikan
pemanfaatan hutan dan upaya penyelamatan hutan seperti penanaman hutan
kembali dan perlindungan hutan Indonesia dari pembalakan liar (illegal logging).
Ia menggambarkan satu juta hektar wilayah hutan yang mengalami kerusakan
deforestasi sama dengan tiga kali luas lapangan sepak bola/menit.

b. Pengertian defortasi

Deforestasi adalah perusakan lapisan atas hutan dengan cara merubah


penggunaan lahan secara permanen. Deforestasi terhadap hutan hujan tropis

4
utama menyebabkan meningkatnya emisi gas rumah kaca di atmosfir bumi,
kehancuran habitat hutan, dan kerusakan terhadap sumber kehidupan masyarakat
(William & Ida, 1997).

Deforestasi adalah kehilangan hutan dan kehilangan penyimpanan karbon.


Semua hutan ditebang dan lahan digunakan untuk keperluan lain, seperti bertani
atau menggembalakan ternak atau konversi hutan untuk sawit dan hutan tanaman
industri (banyak kasus di Indonesia). Karbon yang berada dalam pohon tidak lagi
tersimpan dalam hutan. Deforestasi yang sangat luas juga menghilangkan
keanekaragaman hayati dan memengaruhi jasa lingkungan lainnya (Stone, Susan
et al., 2010).
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sebagai fungsi
penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat
penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman
(Rahmawati, 2004).

Hutan Tropis Bukan Paru-Paru Dunia, Tetapi Kelenjar Keringat

“Hutan tropis sering dibicarakan sebagai ‘paru-paru bumi,” tapi sebenarnya


mereka lebih mirip seperti kelenjar keringat,” papar Lawrence. “Hutan
mengeluarkan banyak air yang membantu menjaga planet tetap dingin. Jika fungsi
penting tersebut akibat hutan hancur, hal sebaliknya akan terjadi.”

Hutan akan mengubah air di permukaan tanah menjadi uap dan menjaga
kelembaban di udara yang mendinginkan atmosfer. Hutan tropis sendiri
merupakan ekosistem yang mengandung air lebih banyak dari ekosistem lainnya
di daratan. Kerusakan hutan tropis akan mengurangi kemampuan regenerasi
kelembaban yang akan membuat pola curah hujan di seluruh dunia rusak.

“Studi ini tidak hanya mengkompilasi berbagai literatur ilmiah yang


relevan, namun akan membantu menjadi panduan para pembuat kebijakan yang

5
bekerja pada permasalahan perubahan iklim. Perlu dicari cara strategis untuk
memitigasi dampak deforestasi dan pola cuaca global,” jelas

Dr Charlotte Streck, Direktur Iklim Focus. “Selama ini respon kebijakan


lebih kepada strategi yang berhubungan dengan kebijakan yang fokus kepada efek
gas rumah kaca, tetapi belum kepada cara pandang bahwa hutan berpengaruh
kepada iklim dunia.”

2.2 Penyebab dan akibat defortasi

Terdapat banyak penyebab deforestasi, dan hal-hal tersebut sangat berbeda


antara satu daerah dengan daerah lainnya. Penyebab utama deforestasi meliputi
padang rumput untuk peternakan, pertanian industri (kedelai, kelapa sawit), dan
pembalakan kayu-kayu tropis untuk keperluan eksport, yang banyak dilakukan di
Amerika Selatan, Asia Tenggara dan Afrika Tengah (CAN, 2007).
Penyebab deforestasi oleh FWI dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu
penyebab langsung (direct causes) dan penyebab tidak langsung (underlying
causes/ indirect causes). Penyebab langsung dari kerusakan hutan dan deforestasi
dikarenakan: (1) konversi hutan alam menjadi tanaman tahunan, (2) konversi
hutan alam menjadi lahan pertanian dan perkebunan, (3) eksplorasi dan eksploitasi
industri ekstraktif pada kawasan hutan (batubara, migas, geothermal), (4)
pembakaran hutan dan lahan, dan (5) konversi untuk transmigrasi dan infrastruk-
tur lainnya. Di samping lima faktor di atas, di beberapa wilayah deforestasi justru
disebabkan oleh pemekaran wilayah menjadi daerah otonomi baru. Sedangkan
kelemahan tata kelola diidentifikasi sebagai penyebab lain (tidak langsung) yang
mendorong kerusakan sumberdaya hutan di Indonesia.
Perubahan peruntukan lahan hutan dan ekosistem gambut untuk ekspansi
HTI (Hutan Tanaman Industri) dan kebun, serta alih fungsi bagi areal tambang
merupakan kontributor dominan penyumbang deforestasi. Pada akhirnya,
ketiadaan transparansi dan partisipasi, korupsi, dan cara pandang bahwa sumber
daya alam khususnya sumberdaya hutan hanyalah sumber pendapatan dan
keuntungan keuangan semata, menjadi kontributor terbesar kerusakan hutan
Indonesia. Sepanjang keseluruhan dekade ini, lemahnya peran dan kapasitas
pemerintah dalam menjalankan fungsi pengawasan menciptakan celah dan

6
insentif bagi oknum-oknum pelaku kehutanan yang nakal untuk mengeksploitasi
sumber daya hutan secara destruktif.

Menurut CIFOR Indonesia, saat ini pada dasarnya ada dua kubu dalam
perdebatan yang berlangsung mengenai penyebab deforestasi di Indonesia. Di satu
pihak ada penjelasanpenjelasan yang memandang produksi petani kecil dan
meningkatnya jumlah petani kecil sebagai penyebab utama deforestasi (FAO
1990; World Bank 1990; Barbier et al. 1993, Fraser 1996). Penjelasan tersebut
cenderung memandang penduduk sipil dan terutama petani kecil, sebagai faktor
utama dalam pembabatan tutupan hutan. Di pihak lain ada penjelasan-penjelasan
yang meskipun mengakui peran besar produksi petani kecil dalam deforestasi,
lebih menekankan pada peranan pemerintah dan proyek-proyek pembangunannya,
dan pada sektor industri perkayuan (Dick 1991; WALHI 1992; Ascher 1993;
Dauvergne 1994; Porter 1994; Thiele 1994; World Bank 1994; Angelsen 1995;
Dove 1996; Hasanuddin 1996; Ross 1996).

Jika jumlah tanaman dan pepohonan berkurang (akibat deforestasi), maka


jumlah CO di atmosfer yang diserap akan berkurang (Ross, 1998 Alimov, 2002).
Deforestasi dipandang sebagai salah satu penyebab pemanasan global (Astana,
Satria et al., 2012).

Jika sebelumnya hubungan antara laju deforestasi dengan perubahan iklim


lebih diarahkan kepada peranan hutan sebagai storage karbon dan mencegah
lepasnya gas karbon ke atmosfer, maka baru saat ini sebuah kajian yang
komprehensif secara analisis menunjukkan hubungan antara kehilangan hutan
dengan produktivitas pangan.“Deforestasi tropis memberikan dampak ganda
terhadap iklim dan juga para petani,” jelas Deborah Lawrence, Profesor Ilmu
Lingkungan di Universitas Virginia, penulis utama studi tersebut. “Kebanyakan
orang tahu bahwa perubahan iklim merupakan masalah global yang berbahaya,
dan bahwa hal itu disebabkan oleh lepasnya karbon ke atmosfer.”

Tapi ternyata deforestasi pun menyebabkan perubahan kelembaban dan


aliran udara, menyebabkan perubahan fluktuasi pola curah hujan yang berakibat
kepada kenaikan suhu di bumi. Deforestasi, misalnya, akan menyebabkan

7
penurunan curah hujan antara 10-15 persen di wilayah sekitarnya di mana
deforestasi berlangsung.

Studi ini menyajikan bukti kuat bahwa penggundulan hutan tropis sudah
mempengaruhi iklim lokal dan regional. Data meteorologi, misalnya,
menunjukkan bahwa di Thailand, awal musim kemarau mengalami sedikit curah
hujan akibat deforestasi. Dan di bagian Amazon, wilayah yang tutupan hutan
hujan dunianya paling luas, waktu curah hujan diprediksi telah bergeser akibat
deforestasi.

Di daerah hutan yang digunduli, musim hujan tertunda dua minggu


bandingkan dengan daerah-daerah berhutan yang tidak ada perubahan. Di wilayah
Hawaii di lautan Pasifik akan terdapat peningkatan curah hujan, sebaliknya
wilayah Midwest di daratan Amerika dan Perancis Selatan akan terdapat kenaikan
suhu bumi.

Dalam penelitian ini disebutkan prediksi atas hilangnya hutan-hutan tropis


akan menyebabkan kenaikan suhu global sebesar 0,7 derajat celcius (di atas
dampak dari gas rumah kaca), yang akan menggandakan pemanasan global yang
diamati sejak tahun 1850.

Dampak dari deforestasi lengkap Amazon kemungkinan akan mengurangi


curah hujan di Midwest AS, Northwest dan bagian selatan selama musim
pertanian. Deforestasi di Afrika Tengah kemungkinan akan menyebabkan
penurunan curah hujan di Teluk Meksiko dan bagian Midwest AS dan wilayah
Barat Laut dan meningkatkan suhu di Semenanjung Arabia. Namun sebaliknya
akan menyebabkan penurunan curah hujan di Ukraina dan Eropa Selatan.

Dalam jangka panjang akumulasi gerakan massa udara dan kondisi di


bagian teratas atmosfer. yang disebut “teleconnections”, akan memperluas
dampak dari penggundulan hutan tropis pada iklim global.  Peningkatan suhu di
daerah tropis akan menghasilkan massa udara besar, ketika ini menghantam
bagian atas atmosfer, massa udara menyebabkan riak kesana kemari, mirip dengan
gempa bawah laut yang membuat tsunami.

8
Prediksi model dalam studi ini menunjukkan bahwa lokasi deforestasi akan
amat berdampak terhadap kenaikan suhu dan curah hujan. Deforestasi di Lembah
Kongo, Afrika Barat akan mengurangi curah hujan di seluruh wilayah hingga 40-
50 persen dan meningkatkan suhu hingga 3 derajat Celcius. Deforestasi di
cekungan lembah Amazon sebesar 40 persen akan membuat musim hujan turun
sebesar 12 persen. Hal ini akan berpengaruh terhadap produksi pusat kedelai,
jagung, gandum yang terletak ribuan kilometer sebelah selatan Amazon yang akan
terdampak.  Asia Tenggara agak sedikit tertolong karena dikelilingi oleh lautan
dimana dampak deforestasi terhadap suhu regional dan curah hujan menjadi tidak
terlalu parah.

2.3 Solusi yang ditawarkan


Keputusan Direksi Perum Perhutani No: 268/KPTS/DIR/2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Plus (PHBM
PLUS), pemerintah menerapkan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM) yaitu, sistem pengelolaan sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi
yang bersinergi antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau para
pihak yang berkepentingan dalam upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan
manfaat sumberdaya hutan yang optimal dan peningkatan IPM yang bersifat
fleksibel, partisipatif dan akomodatif.

Dengan memiliki maksud dan tujuan untuk memberikan arah pengelolaan


sumberdaya hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi dan sosial secara
proporsional dan profesional. PHBM bertujuan untuk meningkatkan peran dan
tanggung jawab Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang
berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan,
melalui pengelolaan sumberdaya hutan dengan model kemitraan.

Climate Action Network (CAN), (2007) mengusulkan Pengurangan Emisi


dari Deforestasi dan Degradasi (REDD+), REDD+ adalah skema pembayaran
internasional untuk jasa lingkungan, tetapi ini merupakan pencegahan terhadap
perubahan iklim untuk menjadi lebih parah, semakin dilihat sebagai penting untuk
melawan pemanasan global, dan banyak elemen REDD+ telah mendapatkan
kesepakatan secara meluas. Termasuk:

9
- Perlunya memberikan pendanaan yang memadai dari negara industri, baik untuk
mengkompensasi biaya kesempatan (opportunity cost) dan untuk pembangunan
kapasitas;

- Pentingnya pembangunan kapasitas teknis dan institusional;

- Pentingnya dasar nasional;

- Perlunya untuk menangani isu-isu kualitas seperti kepermanenan dan kebocoran;

- Peran utama keuntungan bersama seperti keanekaragaman hayati dan hakhak


dan mata pencaharian masyarakat hutan.

Organisasi pecinta lingkungan hidup Greenpeace telah membangun pos di


jantung hutan tropis Indonesia dengan tujuan untuk menarik perhatian dunia akan
besarnya dampak perusakan hutan terhadap perubahan iklim. Menurut
Greenpeace, mengakhiri deforestasi global memerlukan investasi negara industri
sebesar 30 miliar Euro (sekitar Rp42 triliun) per tahun untuk program
perlindungan hutan.

Alternatif solusi yang dapat ditawarkan juga dapat dilakukan dengan


advokasi kepada pemerintah mengenai peraturan dan perlindungan terhadap hutan
serta melibatkan masyarakat dalam mempertahankan dan memelihara peraturan
tersebut, mengajak masyarakat memberdayakan hutan sebagai bentuk pencegahan
perubahan iklim yang lebih parah sebagaimana yang telah direncanakan oleh
pemerintah, menumbuhkan pada masyarakat rasa cintai pada hutan di Indonesia
supaya terpeliharanya hutan itu dengan baik oleh masyarakat itu sendiri, dan
pemerintah harus tetap mengawasi dan mengevaluasi program yang melibatkan
masyarakat dalam perjalanannya supaya dapat dipertahankan dan dilakukan
inovasi terhadap program tersebut.

10
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Deforestasi adalah kehilangan hutan dan kehilangan penyimpanan karbon.


Semua hutan ditebang dan lahan digunakan untuk keperluan lain, seperti bertani
atau menggembalakan ternak atau konversi hutan untuk sawit dan hutan tanaman
industri.
Penyebab langsung dari kerusakan hutan dan deforestasi dikarenakan: (1)
konversi hutan alam menjadi tanaman tahunan, (2) konversi hutan alam menjadi
lahan pertanian dan perkebunan, (3) eksplorasi dan eksploitasi industri ekstraktif
pada kawasan hutan (batubara, migas, geothermal), (4) pembakaran hutan dan
lahan, dan (5) konversi untuk transmigrasi dan infrastruktur lainnya.

Akibat yang ditimbulkan dari deforestasi hutan adalah:

 Perubahan iklim
 Perubahan kelembaban dan aliran udara
 Perubahan fluktuasi pola curah hujan yang berakibat kepada kenaikan
suhu di bumi, dll.
Solusi yang ditawarkan:

 PHBM
 REDD+
 Advokasi pemerintah dan melibatkan masyarakat.

3.2 Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan masyarakat harus mendukung program-
program yang berkaitan dengan bidang kesehatan, sebagai bentuk peduli kita
terhadap masalah kesehatan. Kita juga harus dapat membantu pemerintah dalam
menerapkan program pemberdayaan masyarakat dalam mengendalikan deforestasi
hutan ini, dan menemukan ide-ide yang kreatif untuk mencegah perubahan iklim
yang lebih parah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Astana, Satria., Bonar M. Sinaga, Sudarsono Soedomo dan Bintang C.H.


Simangunsong. 2012. Dampak Kebijakan Makroekonomi Dan Faktor
Eksternal Ekonomi Terhadap Laju Deforestasi Dan Degradasi Hutan Alam:
Studi Kasus Deforestasi Untuk Perluasan Areal Tanaman Pangan Dan
Perkebunan Serta Hutan Tanaman Industri Dan Degradasi Hutan Alam
Areal Konsesi. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan.

Climate Action Network (CAN). 2007. Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan
Degradasi (REDD)
http://www.climatenetwork.org/sites/default/files/Bahasa_Indonesia_laid-
out_version_-_CAN_REDD_Discussion_Paper.pdf diakses tanggal 24
September 2016.

Forest Watch Indonesia. 2015. Intip Hutan. http://fwi.or.id/wp-


content/uploads/2015/03/intip_hutan_HR.pdf diakses tanggal 24 September
2016.

Forest Watch Indonesia. Tanpa Tahun. Deforestasi Potret Buruk Tata Kelola
Hutan http://fwi.or.id/publikasi/deforestasi-potret-buruk-tata-kelola-hutan/
diakses tanggal 24 September 2016.

GreenPeace Indonesia. 2008. Kehancuran Hutan Menyebabkan Perubahan Iklim


http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/melindungi-hutan-alam-
terakhir/hutan-dan-perubahan-iklim/ diakses tanggal 24 September 2016.

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Tanpa Tahun. Penebangan


Hutan dan Deforestasi: Fakta dan Angka
http://www.menlh.go.id/penebangan-hutan-dan-deforestasi-fakta-dan-
angka/ diakses tanggal 24 September 2016.

Maruli, Aditia. 2015. FWI: Laju Deforestasi Indonesia Tertinggi


http://www.antaranews.com/berita/474271/fwi--laju-deforestasi-indonesia-
tertinggi diakses tanggal 24 September 2016.

12
Mulyadi, Agus. 2011. Deforestasi Banyak Terjadi di Hutan Lindung
http://nasional.kompas.com/read/2011/08/25/20094982/Deforestasi.Banyak.
Terjadi.di.Hutan.Lindung diakses tanggal 24 September 2016.

Rahmawaty, 2004, Hutan : Fungsi Dan Peranannya Bagi Masyarakat, Fakultas


Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Sumatera.
Sigit, Ridzki R. 2014. Studi: Deforestasi Berpengaruh Kepada Produktivitas
Pertanian di Wilayah yang Jaraknya Ribuan Kilometer
http://www.mongabay.co.id/2014/12/22/studi-deforestasi-berpengaruh-
kepada-produktivitas-pertanian-di-wilayah-yang-berjarak-ribuan-kilometer/
diakses tanggal 24 September 2016.

Stone, Susan dan Mario Chacón León dan Patricia Fredericks. 2010. Perubahan
Iklim & Peran Hutan (Manual Komunitas)
http://www.conservation.org/publications/documents/redd/CI_Climate_Cha
nge_and_the_Role_of_Forests_Bahasa_Manual_Komunitas.pdf diakses
tanggal 24 September 2016.
Sunderlin, W. D. dan Ida Aju Pradnja Resosudarmo, P. A. I. 1997. Laju dan
Penyebab Deforestasi di Indonesia: Penelaahan Kerancuan dan
Penyelesaiannya http://www.cgiar.org/cifor diakses tanggal 24 September
2016.

Bambang. 2009. Greenpeace Bangun Pos di Hutan Tropis Indonesia


http://www.antaranews.com/berita/159475/greenpeace-bangun-pos-di-
hutan-tropis-indonesia diakses tanggal 25 September 2016.

13

Anda mungkin juga menyukai