Anda di halaman 1dari 12

Tugas Paper Mata Kuliah Ekologi Dipterocarpa oleh RIZKY MAULANA

TUGAS PAPER
MATA KULIAH
EKOLOGI DIPTEROCARPA
Dosen Pengampu :

JUDUL PAPER :
DAMPAK PERPINDAHAN IKN TERHADAP HUTAN
DIPTEROCARPA DATARAN RENDAH DI
KALIMANTAN

DISUSUN OLEH :
RIZKY MAULANA
NIM: 2004016172

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSTAS MULAWARMAN
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah S.W.T., Tuhan Yang Maha Esa,
pada akhirnya makalah atau paper yang penulis susun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah PembelajaranEkologi Dipterocarpa yang penulis beri judul: “Dampak
Perpindahan IKN Terhadap Hutan Dpterocarpa Di Kalimantan”, telah dapat
diselesaikan.
Makalah/paper ini disusun dengan mengacu pada beberapa sumber bacaan dan
akses internet. Tulisan ini sebagian besar hanyalah kutipan kutipan dari beberapa
sumber sebagaimana yang tercantum dalam Daftar Pustaka, dengan beberapa ulasan
pribadi. Ulasan pribadi sifatnya hanyalah analisis dan sintesis dari beberapa kutipan
yang berasal dari bahan bacaan.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan
mungkin beberapa pandangan penulis sedikitnya belum teruji kebenarannya. Namun,
harapan penulis semoga karya yang sederhana ini ada setitik manfaatnya, terutama
untuk penulis pribadi dan teman-teman yang telah membaca makalah ini. Amin ya
Rabbal ‘alamin.…

Samarinda, 03 Oktober 2022

Rizky Maulana
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dipterocarpaceae kelompok pohon-pohon penghasil kayu utama dari hutan


hujan tropis di Indonesia bagian barat, Malaysia, Brunei, dan Filipina dan menyebar
ke timur hingga Papua Dipterocapaceae kebanyakan berupa pohon-pohon besar
dengan tajuk menjulang tinggi mencapai 70-80 m Dipterocarpaceae unsur utama dan
mendominasi hutan hujan dataran rendah (hutan pamah) sehingga sangat penting
secara ekologi (Newman et al. (1999).
Persebaran jenis Dipterocarpaceae sangat tergantung pada faktor alam yang
mempengaruhi pertumbuhannya. Pada umumnya terdapat dua faktor pembatas, yaitu
iklim dan ketinggian tempat. Sebagian besar jenis Dipterocarpaceae terdapat pada
daerah tropis basah dengan curah hujan lebih dari 1000 mm per tahun atau musim
daerah dengan kemarau kurang dari 6 bulan, dengan ketinggian tempat tidak lebih
dari 1500 mdpl atau sering disebut lowland rain forest (Whitmore, 1988). Di
Indonesia jenis Dipterocarpaceae tidak mampu tumbuh pada ketinggian lebih dari
1500 mdpl. Karena semakin tinggi altitude semakin sedikit jenis Dipterocarpaceae
yang dapat ditemukan (Purwangingsih, 2004).
Dipterocarpaceae merupakan suku tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi
yang sangat penting dalam sektor pembangunan nasional maupun segi ekologi. Dari
segi ekonomi sebagian besar jenis dari suku ini merupakan penghasil kayu-kayu
perdagangan untuk memenuhi berbagai keperluan, baik di dalam maupun luar negeri.
Selain itu, beberapa jenis Dipterocarpaceae juga menghasilkan damar dan buah yang
bernilai tinggi untuk komoditi ekspor dan segi ekologi sebagai sumber plasma nuftah
sebaran jenis terpenting dalam suatu wilayah. Jumlah jenis Dipterocarpaceae yang
terdapat di Indonesia sebanyak 301 jenis. Marga yang paling banyak adalah Shorea
yaitu 143 jenis diikuti oleh Dipterocarpus : 48 jenis, Hopea : 48 jenis, Vatica: 42 jenis,
Dryobalanops : 7 jenis, Anisoptera : 7 jenis dan Parashorea : 7 jenis (Newman et al.,
1996a,b; Newman et al., 1998).
1.2 Tujuan Penulisan Paper
Untuk mengetahui dampak dari perpindahan IKN terhadap hutan Dipterocarpa
dataran rendah yang terdapat di Kalimantan.apakah dampak dari perpindahan IKN
akan membuat hutan yang beraada di kalimantan hilang.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam proses pembangunan IKN Nusantara, diperkirakan akan menimbulkan
beberapa masalah lingkungan. Beberapa permasalahan itu di antaranya adalah
ancaman terhadap tata air dan risiko perubahan iklim, ancaman terhadap flora dan
fauna, serta ancaman terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
Dari tahun 2000 hingga 2015, sekitar 36.000 ha kawasan hutan di wilayah
Kalimantan Timur mengalami deforestasi setiap tahunnya.Menurut data yang
dikeluarkan Departemen Kehutanan, angka deforestasi di Kalimantan pada 2000
sampai dengan 2005 mencapai sekitar 1,23 juta ha. Artinya sekitar 673 ha hutan di
Kalimantan mengalami deforestasi setiap harinya pada periode tersebut. Luas hutan di
seluruh provinsi yang ada di Kalimantan mencapai sekitar 40,8 juta ha. Sementara itu
menurut Greenpeace, hutan di Kalimantan hanya tersisa 25,5 juta di tahun 2010.Data
yang dikeluarkan oleh State of the World's Forests 2007 yang dikeluarkan The UN
Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode
2000-2005 adalah 1,8 juta hektar/tahun. Tingginya laju deforestasi hutan di Indonesia
ini membuat Guiness Book of The Record menganugrahi Indonesia sebagai negara
yang laju kerusakan hutannya tercepat di dunia.
Hal tersebut dikarenakan adanya ekspolarasi secara berlebihan di pulau
kalimantan untuk perusahaan tambang, pembukaan lahan untuk pertanian kelapa
sawit, penebangan liar untuk produksi kayu, membuat hutan di kalimantan menjadi
gundul yang menyebabkan berkurangnya jumlah luas kawasan hutan yang ada.
Hingga saat ini data menunjukan kerusakan yang terjadi di hutan Kalimantan meliputi
pembukaan dan penebangan di Kalimantan yang berlangsung selama empat
dekade.Berikut ini kondisi hutan Kalimantan.

Gambar 1. Kondisi Hutan Kalimantan


Berdasarkan pada gambar (1) menunjukan kondisi kerusakan hutan selama
empat dekade. Dilihat pada gambar dengan warna hijau merupakan hutan, dan warna
putih tersebut merupakan non-hutan pada tahun 1973. Pada gambar panel B
menunjukkan area hilangnya hutan selama tahun 1973-2010 yang ditunjukkan dengan
warna merah. Gambar panel C menunjukkan kondisi hutan pada 1973- 2010 primer
(kuning baris) dengan sisa hutan utuh berwarna hijau tua, sedangkan sisa hutan yang
ditebang berwarna hijau muda dan kelapa sawit dan hutan tanaman industri berwarna
hitam dilihat pada tahun 2010 di Panel D (Mongabay.Co.Id, n.d.,2014). Kerusakan
hutan yang terjadi dari tahun 1973-2010 (37 tahun) membuat luas hutan di kalimantan
menurun drastis.
Permasalahan bukan hanya Eksplorasi tetapi juga adalah hasil dari kesalahan
manajemen pengelolaan sumber daya alam. Sebagai contoh, kebijakan- kebijakan
yang ada sekarang memberikan akses sumber daya alam hanya kepada golongan kecil
masyarakat, khususnya bagi mereka yang dekat dengan para pejabat. Sebagai
konsekuensinya, industri kehutanan seperti kayu dan kelapa sawit mendapatkan akses
dan penempatan lahan hutan sebesar hampir 63 juta hektar pada tahun 1995, yang
kemudian meningkat pada tahun 2000 sebesar 69 juta hektar (Purnomo,
2018).Pertambahan Jumlah penduduk dan transmigrasi ke wilayah (IKN) Nusantara
juga menjadi faktor ancaman terhadap keberadaan hutan dan permasalahan
lingkungan dikalimantan. karna akan meningkatnya Kebutuhan pangan, tempat untuk
tinggal,industry dan transportasi.
Akibat dari Deforestasi,degradasi dan Eksplorasi berlebihan yang terjadi
beberapa tahun terakhir ini banyak kawasan hutan di Kalimantan mengalami
gelombang perusakan secara terus menerus sehingga menjadi ancaman yang sangat
berbahaya terhadap vegetasi endemik kalimantan khususnya jenis Dipterokarpa.Saat
ini tercatat di Kalimantan terdapat ± 267 jenis dipterokarpa, dimana 60% diantaranya
merupakan jenis endemik (Ashton, 1982).Wilayah sebaran dipterokarpa saat ini
semakin berkurang akibat deforestasi,degradasi dan Eksplorasi hutan.Adanya
penurunan luasan hutan primer ini telah berimplikasi negatif pada habitat dipterokarpa
di hutan alam, yang dulu wilayah sebarannya luas dan keragamannya tinggi saat ini
semakin berkurang.
Pada tingkat global, status konservasi jenis-jenis dipterokarpa saat ini masih
mengacu pada Red List IUCN Berdasarkan laporan Red List IUCN (2016), dari 9
marga yang ada di Indonesia,238 jenis termasuk dalam kategori Critically
Endangered ,88 jenis termasuk dalam kategori Endangered , 11 jenis termasuk dalam
kategori Vulnerable, 19 jenis termasuk dalam kategori Least Concern, 3 jenis
termasuk dalam kategori Extinct dan 2 jenis Data Deficient .
Untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut, pemerintah dalam
pembangunan IKN Nusantara akan menerapkan konsep smart city dan forest city.
Konsep forest city yang diusung dalam pembangunan Ibu Kota Baru menargetkan
75% tutupan hijau.
Masterplan Pembangunan IKN dan KLHS, KLHK merekomendasikan
perbaikan dan pemulihan tutupan lahan di lansekap IKN dengan melakukan
revitalisasi ruang terbuka hijau dari jenis-jenis hutan dataran rendah asli Kalimantan
melalui kegiatan rehabilitasi.Salah satu ide perbaikan dan pemulihan tutupan lahan di
kawasan IKN adalah dengan pembangunan miniatur hutan dipterokarpa. hutan
Dipterokarpa merupakan hutan dari Jenis tanaman asli Kalimantan seperti yang
memiliki batang yang kokoh, tinggi yang menjulang dan tajuk yang lebar bernilai
ekonomi tinggi. Pembangunan miniatur hutan dipterokarpa akan memberikan manfaat
yang sangat besar bagi kawasan IKN Nusantara baik secara politik, ekologi, ekonomi,
dan sosial.Untuk memewujudkan hal tersebut perlu dilakukan beberapa strategi:
1) Mengikuti strategi khusus untuk lingkungan hidup dan kehutanan berdasarkan
KPI (Key Performance Indicator)
2) Strategi pencarian sumberdaya bibit dan persemaian
3) Strategi penanaman miniatur hutan dipterokarpa pada lansekap IKN Nusantara.
Untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut, pemerintah dalam
pembangunan IKN Nusantara akan menerapkan konsep Nagara Rimba Nusa. Konsep
ini bermaksud untuk menyatukan alam dan teknologi secara berdampingan, sehingga
dapat tercipta kota yang baik serta ramah lingkungan. Penerapan konsep forest city
akan berbasis pada: 1) pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), 2) jaringan ruang
hijau yang terstruktur, 3) perlindungan habitat satwa yang meliputi wilayah habitat
dan daerah jelajah satwa liar kunci, 4) kualitas tutupan lahan yang baik dan
terevitalisasinya lanskap “Hutan Hujan Tropis”.
Pembangunan miniatur hutan dipterokarpa pada kawasan IKN Nusantara akan
memberikan manfaat yang sangat besar baik secara politik, ekologi, ekonomi, dan
sosial. Dibidang politik, untuk politik luar negeri kita ketahui bahwa masalah
perubahan iklim sekarang sudah menjadi masalah global terutama masalah
peningkatan emisi karbon dan naiknya suhu global. Dengan adanya pembangunan
miniatur hutan hutan dipterokarpa pada kawasan IKN Nusantara, telah menunjukkan
kepada dunia internasional bahwa Indonesia mempunyai komitmen yang kuat untuk
memperhatikan faktor-faktor lingkungan dalam pembangunan ibu kota yang baru. Hal
ini juga akan menepis kekhawatiran di dalam negeri terutama dari pihak pemerhati
lingkungan akan dampak dari pembangunan ibu kota yang baru terhadap masalah
lingkungan yang akan muncul. Secara politik, miniatur hutan dipterokarpa ini bisa
dijadikan sebagai ikon smart forest city dan menjadi tempat kunjungan utama para
kepala negara dan organisasi internasional ketika berkunjung ke IKN Nusantara.
Dibidang ekologi, pembangunan miniatur hutan dipterokarpa ini dapat
memberikan banyak manfaat seperti sebagai ameliorasi iklim (pengatur mikroklimat),
penangkal polusi butir padatan debu, penangkal polusi gas, pengendali silau cahaya,
paru-paru IKN Nusantara, penangkal kebisingan, pengendali air limbah, pengendali
erosi, penurun stress, pelestarian plasma nutfah, pusat habitat kehidupan (fauna dan
flora) liar, pencegahan instrusi air laut, peningkatan keindahan IKN Nusantara,
penyimpan dan penyedia air tanah. Dibidang ekonomi, miniatur hutan dipterokarpa
ini bisa dijadikan sebagai salah satu pusat wisata alam di IKN Nusantara sehingga
dapat menjadi sumberpemasukan bagi negara. Pengelolaannya juga dapat melibatkan
para pengusaha Unit Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sehingga dapat
membantu menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Dibidang sosial,
keberadaan miniatur ekosistem hutan dipterokarpa ini dapat menjadi pusat wisata dan
rekreasi yang mempertemukan banyak orang dari berbagai kalangan.

\
BAB III
KESIMPULAN
Pada pembangunan IKN Nusantara akan menimbulkan beberapa efek dan
masalah lingkungan. Beberapa permasalahan itu di antaranya adalah ancaman
terhadap tata air dan risiko perubahan iklim, ancaman terhadap flora dan fauna, serta
ancaman terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.Pada saat
pembangunan IKNa ekspolarasi berlebihan di pulau kalimantan tujuan untuk
pembangunan dan akan membuat hutan di kalimantan menjadi gundul yang
menyebabkan berkurangnya jumlah luas kawasan hutan yang ada.
Permasalahan bukan hanya Eksplorasi tetapi juga adalah hasil dari kesalahan
manajemen pengelolaan sumber daya alam. Sebagai contoh, kebijakan- kebijakan
yang ada sekarang memberikan akses sumber daya alam hanya kepada golongan kecil
masyarakat, khususnya bagi mereka yang dekat dengan para pejabat.
Pertambahan Jumlah penduduk dan transmigrasi ke wilayah (IKN) Nusantara
juga menjadi faktor ancaman terhadap keberadaan hutan dan permasalahan
lingkungan dikalimantan. karna akan meningkatnya Kebutuhan pangan, tempat untuk
tinggal,industry dan transportasi.
Untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut, pemerintah dalam
pembangunan IKN Nusantara akan menerapkan konsep smart city dan forest city.
Konsep forest city yang diusung dalam pembangunan Ibu Kota Baru menargetkan
75% tutupan hijau.
Masterplan Pembangunan IKN dan KLHS, KLHK merekomendasikan
perbaikan dan pemulihan tutupan lahan di lansekap IKN dengan melakukan
revitalisasi ruang terbuka hijau dari jenis-jenis hutan dataran rendah asli Kalimantan
melalui kegiatan rehabilitasi.Salah satu ide perbaikan dan pemulihan tutupan lahan di
kawasan IKN adalah dengan pembangunan miniatur hutan dipterokarpa.
Pembangunan miniatur hutan dipterokarpa pada kawasan IKN Nusantara akan
memberikan manfaat yang sangat besar baik secara politik, ekologi, ekonomi, dan
sosial
Dibidang ekologi, pembangunan miniatur hutan dipterokarpa ini dapat
memberikan banyak manfaat seperti sebagai ameliorasi iklim (pengatur mikroklimat),
penangkal polusi butir padatan debu, penangkal polusi gas, pengendali silau cahaya,
paru-paru IKN Nusantara, penangkal kebisingan, pengendali air limbah, pengendali
erosi, penurun stress, pelestarian plasma nutfah, pusat habitat kehidupan (fauna dan
flora) liar, pencegahan instrusi air laut, peningkatan keindahan IKN Nusantara,
penyimpan dan penyedia air tanah. Dibidang ekonomi, miniatur hutan dipterokarpa
ini bisa dijadikan sebagai salah satu pusat wisata alam di IKN Nusantara sehingga
dapat menjadi sumberpemasukan bagi negara. Pengelolaannya juga dapat melibatkan
para pengusaha Unit Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sehingga dapat
membantu menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Dibidang sosial,
keberadaan miniatur ekosistem hutan dipterokarpa ini dapat menjadi pusat wisata dan
rekreasi yang mempertemukan banyak orang dari berbagai kalangan.
DAFTAR PUSTAKA

Fajri, M. (2022).MENGGAS IDE MINIATUR HUTAN DIPTEROKARPA IBU KOTA


NEGARA NUSANTARA.STANDAR:Better Standard Better Living, 1(2), 5-15.Diambil
dari http://majalah.bsilhk.menlhk.go.id/index.php/STANDAR/ article/view/20

Rangga Putra Firmansyah, Eko Priyo Purnomo, Aulia Nur Kasiwi, dan Delila Putri
Sadayi (2021)’PROGRAM HEART OF BORNEO WWF DALAM PELESTARIAN
HUTAN DI KALIMANTAN WWF Heart of Borneo Program in Forest Conservation
in Kalimantan’ ,Jurnal Hutan Tropis Volume 9 No. 1,hal 96-97

Defvy Ayuningtyas (2022),’DEGRADASI DAN DEFORESTASI HUTAN DI


DAERAH KALIMANTAN TIMUR’,Jurnal Pendidikan Lingkungan Hidup Vol. 1 No1 ,
hal 3-8

Amiril Saridan &Agus Wahyudi(2017);’EKSPLORASI JENIS-JENIS


DIPTEROKARPA POTENSIALDI KALIMANTAN TENGAH’, JURNAL Penelitian
Ekosistem Dipterokarpa Vol. 3 No.1,:hal 23-32

Ngatiman,Amiril Saridan (2012),’EKPLORASI JENIS-JENIS DOPTEROKARPA DI


KABUPATEN PASER,KALIMANTAN TIMUR’,Jurnal penelitian Dipterokarpa Vol. 6
No. 1,hal 1-9

M Hasan Muaziz ( 2018),’ DAMPAK DAN TANTANGAN PERPINDAHAN IKN’,


https://www.rmolbengkulu.id/dampak-dan-tantangan-pemindahan-ikn

Zaki Vernando (2019)Skema KPBU, Apa Perannya dalam Mendukung Pembangunan


IKN’,https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1142-1364/umum/orang- jugabertanya/skema-
kpbu-apa-perannya-dalam-mendukung-pembangunan-ikn

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2022),’Transformasi Menuju


Indonesia Maju, Menteri PUPR : Pembangunan IKN Usung Konsep Future Smart
Forest City,’https://pu.go.id/berita/transformasi-menuju-indonesia- maju-menteri
pupr-pembangunan-ikn-usung-konsep-future-smart-forest-city

ProFauna Indonesia (2016),’Tentang Hutan Kalimantan,’ https://www.profauna.net


/id/kampanye-hutan/hutan-kalimantan /tentang-hutan- kalimantan#.Yy9O7nbP3IU

Made For Minds (2017),’Kalimantan Bakal Kehilangan 75 Persen Hutan Pada


2020,’https://www.dw.com/id/wwf-kalimantan-bakal-kehilangan-75-persen- hutan-
pada-2020/a-39124270

Vendy Yhulia Susanto, Khomarul Hidayat (2022),’Jumlah Penduduk IKN Nusantara


Direncanakan Mencapai 1,9 Juta Jiwa,’ https://nasional.kontan.co.id/news/jumlah
penduduk-ikn-nusantara-direncanakan- mencapai-19-juta-jiwa

IRNI (2019),’Kependudukan dan Lingkungan Hidup, ditulis oleh Ersa Tri


Fitriasari,’https://disdukcapil.pontianakkota.go.id/kependudukan-dan-lingkungan-hidup
ditulis-oleh-ersa-tri-fitriasari
Dr, Joeni Setijo Rahajoe (2019),’Yang Tertekan Akibat Kebakaran Hutan,’
http://lipi.go.id/berita/Yang-Tertekan-Akibat-Kebakaran-Hutan/21799

Anda mungkin juga menyukai