Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH DEFORESTASI

MATA KULIAH MPKT B (5)

Disusun oleh:

1. Clarissa Zion Putri Siahaan (1806139185)


2. Carla Vania (1806219444)
2. Endiva Yustiavandana (1806219614)
3. Idzhar Maulana (1806219980)
4. Rahmi Amelia (1806220010)
5. Sarah Tania Pasaribu (1806220042)
DAFTAR ISI

Pendahuluan………………………………………………………………………………... 3
Permasalahan……………………………………………………………………………...... 4
Sikap Kelompok Terhadap Permasalahan………………………………………………….. 5
Hipotesis…………………………………………………………………………………… 6
Usulan Alternatif Penyelesaian…………………………………………………………….. 7
Alternatif yang Dipilih & Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah………………………. 8
Kesimpulan………………………………………………………………………………… 9
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………… 10

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat, dan
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Deforestasi tepat pada
waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Atas dukungan moral dan materiil yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Fully Handayani
Ridwan S.H., M.Kn. selaku pengajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B
(MPKT B), yang memberikan bimbingan pada mata kuliah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal, namun kami menyadari bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah
ini.

Akhir kata kami berharap supaya makalah ini dapat berguna serta bermanfaat dalam menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan dapat memberikan inspirasi terhadap
pembaca.

Depok, 22 Maret 2019

Penyusun

2
Pendahuluan

Deforestasi adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara penebangan untuk
diambil kayunya atau mengubah peruntukan lahan hutan menjadi non-hutan. Bisa juga
disebabkan oleh kebakaran hutan baik yang disengaja atau terjadi secara alami. Deforestasi
mengancam kehidupan umat manusia dan spesies mahluk hidup lainnya. Sumbangan terbesar
dari perubahan iklim yang terjadi saat ini diakibatkan oleh deforestasi.
Menurut data statistik Kementerian Kehutanan tahun 2011, laju deforestasi di Indonesia
pada periode 2000-2010 melesat hingga 1,2 juta hektar hutan alam setiap tahun. Walaupun
angka ini telah menunjukkan penurunan sejak 2010, bahaya deforestasi masih mengancam dari
pola produksi dan konsumsi yang tidak bertanggung jawab.
Menurut WWF, Kalimantan akan kehilangan 6 juta hektar hutannya pada tahun 2020
apabila laju deforestasi ini tidak dihentikan. Dari sekitar 74 juta hektar hutan yang dimiliki
Kalimantan, hanya 71% yang tersisa pada 2005. Sementara jumlahnya pada 2015 menyusut
menjadi 55%. Terkait permasalahan tersebut, kami akan menjelaskan beberapa usulan alternatif
yang dapat menanggulangi dampak-dampak yang disebabkan oleh deforestasi di Indonesia.

3
Permasalahan

Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data
laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen
Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun.
Bahkan kalau menilik data yang dikeluarkan oleh State of the World’s Forests 2007 yang
dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada
periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat
Guiness Book of The Record memberikan ‘gelar kehormatan’ bagi Indonesia sebagai negara
dengan daya rusak hutan tercepat di dunia.
Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, menurut Menteri
Kehutanan Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan sebelumnya menyebutkan angka 135 juta hektar)
sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki
tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah.
Selain itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi
dan dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (hak penguasaan hutan). Dari total luas htan di
Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas dari
deforestasi (kerusakan hutan) sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer.
Penyebab Deforestasi. Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh
kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan
sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta
meter kubik setahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan)
sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta
kubik meter setahun.
Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh pengalihan fungsi
hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti
kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir 1997.
Dampak Deforestasi. Deforestasi (kerusakan hutan) memberikan dampak yang signifikan
bagi masyarakat dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang
mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang pada
akhirnya meningkatkan peristiwa bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir.
Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan
flora di Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin
terancam kepunahan akibat deforestasi hutan misalnya lutung jawa (Trachypithecus auratus), dan
merak​ (Pavo muticus), owa jawa (Hylobates moloch),​ macan tutul​ (Panthera pardus),​ elang jawa
(Spizaetus bartelsi), merpati hutan perak (Columba argentina), dan​ gajah sumatera​ (Elephant
maximus sumatranus).

4
Sikap Kelompok Terhadap Permasalahan

Seluruh anggota ​Home Group (HG) 5 menentang tindakan deforestasi yang semakin lama
semakin meluas dan tak menunjukkan adanya tanda-tanda penurunan intensitas. Oleh karena
timbul banyak akibat yang memprihatinkan, masing-masing anggota HG 5 berusaha memberikan
gagasan tentang apa saja yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak deforestasi. Selain
itu, setiap anggota grup juga mencari metode-metode baru yang sekiranya belum umum
diterapkan di Indonesia, namun mampu mencegah/meminimalisir kegiatan deforestasi.
Melalui penelitian bermetode kepustakaan, berikut adalah 5 cara mencegah dan
mengurangi intensitas deforestasi di Indonesia:
1. Sistem Silvikultur Intensif (SILIN)
2. Perlindungan Hutan
3. Pengelolaan Kawasan Konservasi
4. Restorasi
5. Peningkatan stok karbon
Dengan diuraikannya kelima cara di atas, HG 5 ingin menunjukkan sikap mendukung terhadap
segala proses minimalisir dan pencegahan terjadinya deforestasi, baik itu yang dilakukan
pemerintah dalam skala besar maupun yang dilakukan oleh individu-individu melalui langkah
kecil.

5
Hipotesis

Deforestasi atau yang biasa dikenal dengan penebangan hutan mengakibatkan berbagai macam
masalah seperti hilangnya keanekaragaman flora dan fauna, hingga hilangnya lahan hutan yang
akan memicu masalah lain yaitu rusaknya ekosistem darat. Jika deforestasi tidak dihentikan, akan
menimbulkan perubahan iklim yang berdampak buruk bagi kehidupan. Walau begitu, terdapat
banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahkan mencegah deforestasi, seperti:

1. Memperketat kebijakan tebang-pilih


2. Dilakukan penyuluhan akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sebagai tindakan
preventif
3. Melarang pembakaran hutan untuk pembukaan lahan
4. Reboisasi lahan gundul
5. Memberikan sanksi tegas kepada pihak yang melakukan illegal logging
6. Memberikan sanksi tegas pada pihak manufaktur yang menyalahi aturan tata letak pabrik
yang kemudian hari menyalahgunakan lahan hutan

6
Usulan Alternatif Penyelesaian
Dari permasalahan deforestasi ini, kami mengusulkan beberapa alternatif untuk
mengurangi dampak dari deforestasi. Usulan yang kami sampaikan ini lebih menekankan pada
tindakan pasca deforestasi. Adapun penjabaran dari usulan kami, sebagai berikut :
1. Sistem Silvikultur Intensif (SILIN)
SILIN atau disebut juga Sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia-Intensif adalah sistem
penanaman tanaman pengayaan di areal bekas tebangan dengan menggunakan bibit
tanaman yang terpilih dan sehat dengan persiapan lobang tanam dan media tanam yang
lebih intensif. Sistem ini pernah diujicobakan oleh Pemerintah terhadap PT. Sari Bumi
Kusuma di Kalimantan.

2. Perlindungan Hutan
Untuk daerah hutan yang rawan akan timbulnya deforestasi, usulan ini kamu ajukan
sebagai tindakan preventif terjadinya deforestasi. Dibutuhkan tiga strategi untuk
perlindungan hutan, yaitu : (1) Strategi peningkatan stok, (2) Strategi mempertahankan
stok, (3) Strategi perlindungan (pencegahan hama penyakit, kebakaran, dll)

3. Pengelolaan Kawasan Konservasi


Usulan ini kami ajukan untuk melindungi flora dan fauna yang terkena dampak dari
deforestasi. Keterkaitan pengelolaan konservasi dalam areal konsesi merupakan syarat
yang harus dipenuhi dalam sistem TPTI. Hal utama yang harus diperhatikan dalam
mengelola kawasan konservasi adalah sistem penebangan. Staedler (2005) menyebutkan
satu-satunya sistem yang palis realistik untuk mengkonservasi Hutan Hujan Tropis adalah
sistem tebang-pilih.

4. Restorasi
Untuk menangani hutan yang telah terdegradasi akibat deforestasi, maka kami
mengusulkan upaya restorasi. Restorasi dapat meningkatkan kecepatan regenerasi alam
dalam hutan yang terdegradasi dibandingkan dengan regenerasi alami. Selain itu, terdapat
beberapa keuntungan dengan dilakukannya kegiatan restorasi. Beberapa keuntungan
tersebut seperti : dapat mempertahankan keberagaman, mencegah hutan lebih
terdegradasi, dan kesempatan kerja untuk masyarakat lokal.

5. Peningkatan Stok Karbon


Usulan ini dikhususkan untuk dampak deforestasi akibat pertambangan. Karbon
dibutuhkan untuk menetralisir tanah yang telah terkontaminasi oleh berbagai zat kimia
bekas pertambangan, serta untuk menurunkan keasaman tanah. Oleh karena itu,
pemerintah membutuhkan pasokan karbon yang cukup sesuai dengan luas tanah yang
terkena dampak deforestasi.

7
Alternatif Yang Dipilih dan Langkah Penyelesaian

Kelompok kami memilih upaya restorasi lahan sebagai alternatif penyelesaian. Restorasi lahan
merupakan upaya untuk memulihkan kondisi hutan alam sebagaimana sedia kala sekaligus
meningkatkan fungsi dan nilai hutan baik ekonomis maupun ekologis.
Tahapannya:

1. ​Soil Re-Construction
- lahan yang masih belum rata harus terlebih dahulu ditata dengan penimbunan kembali (back
filling)
- Ketebalan penutupan tanah (sub-soil) disarankan berkisar 70-120 cm
- Re-alokasi top-soil pada lahan tanam bisa dilakukan secara lokal (per-lubang) atau disebarkan
merata dengan kedalaman yang memadai.

2. ​Revegetation Constrain
Strategi yang perlu diterapkan pada perbaikan kondisi tanah antara lain : perbaikan ruang tubuh,
pemberian top-soil dan bahan organik serta pemupukan dasar dan pemberian kapur.

3. Penggunaan Mikoriza sebagai alternatif


Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis antara cendawan dan perakaran tumbuhan
tingkat tinggi. Salah satu tipe cendawan pembentuk mikoriza yang cukup populer, yaitu
cendawan mikoriza arbuskula yang dapat digunakan sebagai pupuk biologis. Cendawan mikoriza
arbuskula (CMA) ini adalah salah satu alternatif teknologi untuk membantu pertumbuhan,
meningkatkan produktivitas, dan kualitas tanaman utamanya tanaman yang ditanam pada
lahan-lahan yang kurang subur, seperti lahan bekas tambang.

8
Kesimpulan
Deforestasi merupakan masalah besar bagi perhutanan di dunia karena membawa dampak
negatif, tak hanya bagi lingkungan namun juga manusia. Maka dari itu, deforestasi harus diatasi
lewat beberapa alternatif penanggulangan, seperti Sistem Silvikultur Intensif (SILIN),
perlindungan hutan, pengelolaan kawasan konservasi, restorasi, dan peningkatan stok karbon.

9
Daftar Pustaka

Mubariq Ahmad, “Kehutanan”


https://www.wwf.or.id/program/reduksi_dampak_lingkungan/kehutanan/​, diakses 20 Maret 2019

Rzn, “WWF: Kalimantan Bakal Kehilangan 75 Persen Hutan Pada 2020”


https://www.dw.com/id/wwf-kalimantan-bakal-kehilangan-75-persen-hutan-pada-2020/a-391242
70​, diakses 21 Maret 2019

Cecep Risnandar, “Deforestasi” ​https://jurnalbumi.com/knol/deforestasi/​, diakses 21 Maret 2019

Tigor Butarbutar, “Silviculture System of Indonesia Selective Cutting for Mitigation on Climate
Change in the Perspective of REDD+,” ​Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol.11 No.2
(2014).

10

Anda mungkin juga menyukai