Anda di halaman 1dari 15

KONDISI UMUM DAN POTENSI HUTAN INDONESIA

SERTA PERANAN HUTAN DALAM MENDUKUNG


PEMBANGUNAN NASIONAL

Di susun Oleh :
Kelompok 4
Silfa Rosiana (235425110016)
Fajar Tahajuddin (235425110018)
Riansyah Putra (235425110014)
Deo Permadani (235425110004)

FAKULTAS PERTANIAN
PRODI KEHUTANAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah. SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kondisi Umum Dan Potensi Hutan
Indonesia Serta Peranan Hutan Dalam Mendukung Pembangunan Nasional”
Sholawat beserta salam kita sampaikan kepada nabi besar kita Muhammad Saw
yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.

Akhirnya penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan


dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 4
2.1 Kondisi Umun Hutan Indonesia....................................................... 4
2.2 Potensi Hutan Indonesia................................................................... 5
2.3 Peran Hutan dalam mendukung pembangunan nasional.................. 8
2.4 Tantangan dan Ancaman terhadap hutan indonesia......................... 9
2.5 Upaya Pelestarian dan Pengelolaan Hutan....................................... 9
BAB III PENUTUP........................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 11
3.2 Saran................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi geografis Indonesia telah menjadi berkah akan kelimpahan
berbagai kekayaan alam di Indonesia, salah satunya hutan hujan tropis.
Berdasarkan sirkulasi udara dunia, posisi Indonesia yang berada pada garis lintang
6° LU- 11° LS mengakibatkan wilayah Indonesia berada pada sel Hadley. Posisi
Indonesia pada sel tersebut memiliki karakteristik bertekanan udara rendah
sehingga angin dari lintang yang lebih tinggi akan membawa uap air dalam
jumlah besar, memungkinkan presipitasi lebih intens terjadi di wilayah berlintang
rendah disekitar ekuator. Kondisi tersebut sangat cocok bagi perkembangan
kehidupan tumbuhan hutan hujan tropis.
Melansir dari World Resources Institute, Indonesia mengalami kehilangan
hutan lebih dari 200.000 hektar di tahun 2020. Kondisi itu menjadikan Indonesia
menempati posisi ke-4 sebagai negara dengan kehilangan lahan hutan terbanyak
di dunia, berada di bawah Brazil, Republik Demokratik Kongo, dan Bolivia.
Sementara itu, dari sumber yang sama juga dikatakan bahwa kondisi tersebut
sudah lebih baik dibandingkan kondisi tiga tahun sebelumnya yang mendekati
angka 300.000 hektar. Bahkan jika melihat pada rentang waktu 2004 – 2020,
kehilangan hutan di Indonesia pada tahun 2020 merupakan kehilangan lahan
hutan terendah. Selain itu, kondisi Indonesia terbilang baik jika dibandingkan
dengan kondisi kehilangan lahan hutan tropis dunia yang mengalami peningkatan
kehilangan luas lahan sebesar 12% dari tahun 2019 ke tahun 2020.
Kecenderungan peningkatan kenaikan tren kehilangan luas lahan hutan di
Indonesia dari tahun 2002 – 2012 dapat dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Margono dkk. (2014) mengenai kehilangan tutupan lahan hutan
primer di Indonesia pada tahun 2000 – 2012. Pada penelitian tersebut, terlihat
hutan primer untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan mengalami tren kenaikan
yang sangat signifikan. Kondisi tersebut sangat berbeda jika dibandingkan
wilayah lain di Indonesia yang tren kehilangan wilayah hutan primernya

1
cenderung konstan (Gambar 4). Secara lebih spesifik, kawasan hutan yang
berjenis lowland dan wetland mengalami peningkatan dan hutan primer
berjenis upland dan montane cenderung konstan. Jika melihat pada kondisi pulau
Kalimantan dan Sumatera, terlihat suatu perbedaan yang mencolok. Pulau
Sumatera mengalami peningkatan tren kehilangan luas tutupan hutan
primer lowland yang lebih tinggi dibandingkan wetland. Sedangkan pulau
Kalimantan cenderung mengalami peningkatan kehilangan luas tutupan lahan
hutan primer wetland yang lebih tinggi dibandingkan lowland. Sementara itu,
untuk tutupan lahan di pulau Papua tidak terlalu terlihat tren peningkatan pada
masing-masing jenis hutan primer.
Hilangnya hutan primer kebanyakan terjadi pada hutan produksi dengan
total kehilangan 14.000 hektar/tahun dari 27.000 hektar/tahun luas hutan primer
yang hilang. Menurut Margono dkk. (2014) telah terjadi perubahan
kecenderungan pengelolaan konversi lahan hutan produksi terbatas pada dataran
rendah akibat lahan hutan lainnya semakin terbatas. Sementara itu, permasalahan
pada tutupan lahan primer berjenis wetland berpusat pada
proses dewatering untuk pembuatan lahan agroindustri.
Berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah telah memberikan
efek yang signifikan terhadap buruknya kondisi deforestasi di Indonesia dari
tahun 2000 – 2012. Beberapa kebijakan tersebut adalah: larangan permanen untuk
mengeluarkan izin baru untuk membuka hutan primer dan lahan gambut,
moratorium izin perkebunan kelapa sawit baru, mitigasi kebakaran hutan,
program perhutanan sosial, rehabilitasi lahan, dan peningkatan penegakan hukum
terhadap pelanggaran lingkungan. Selain itu, kondisi industri minyak kelapa sawit
di tahun 2013 yang terguncang akibat penurunan harga minyak kelapa sawit
global turut membawa angin segar bagi keberadaan hutan di Indonesia. Beberapa
tahun kemudian, kondisi pandemi covid-19 dan adanya La-Nina juga turut
memberikan efek penurunan angka deforestasi di Indonesia.
Kondisi seperti ini tentunya dapat berubah secara dinamis, fluktuasi yang
terjadi pada harga minyak kelapa sawit global harus diwaspadai, mengingat
kenaikannya secara signifikan dapat mempengaruhi tingkat deforestasi di

2
Indonesia. Selain itu, kemungkinan adanya El-Nina pasca La-Nina dan
tumbuhnya ekonomi pasca covid-19 turut memberikan kekhawatiran terhadap
kemungkinan peningkatan angka kehilangan hutan. Sebagai negara yang memiliki
wilayah hutan tropis terbesar ke-3 di dunia, hendaknya kita perlu mengingat
kembali pentingnya menjaga kelestarian hutan di Indonesia.
Hutan mempunyai kedudukan dan peranan sangat penting dalam
menunjang keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini disebabkan hutan sebagai
sumber kekayaan alam, bermanfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Indonesia. Hutan sebagai salah satu penentu sistem kehidupan manusia dan
memberikan manfaat serbaguna yang dibutuhkan sepanjang masa guna
pemenuhan kebutuhan manusia terhadap produk-produk dan jasa hutan.
Kedudukannya sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan, hutan
telah memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia. Oleh karena itu harus
dijaga kelestariannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Kondisi Umun Hutan Indonesia ?
2. Bagaimana Potensi Hutan Indonesia ?
3. Bagaimana Peran Hutan dalam mendukung pembangunan nasional ?
4. Bagaimana Tantangan dan Ancaman terhadap hutan indonesia?
5. Bagaimana Upaya Pelestarian dan Pengelolaan Hutan?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Umun Hutan Indonesia


2.1.1 Luas Wilayah Hutan Indonesia
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemenlhk) melaporkan,
total luas kawasan hutan di Indonesia mencapai 125,76 juta hektare (ha) pada
2022. Angka tersebut setara dengan 62,97% dari luas daratan Indonesia yang
sebesar 191,36 juta ha. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
melaporkan, total luas kawasan hutan di Indonesia mencapai 125,76 juta hektare
(ha) pada 2022. Angka tersebut setara dengan 62,97% dari luas daratan Indonesia
yang sebesar 191,36 juta ha. Secara rinci, kawasan hutan di Indonesia yang
berbentuk daratan seluas 120,47 juta ha. Ada juga kawasan hutan perairan dengan
luas 5,32 juta ha. Berdasarkan jenisnya, kawasan hutan lindung menjadi yang
paling luas di Indonesia, yakni 29,56 juta ha. Luasan tersebut setara dengan 23,5%
dari total kawasan hutan secara nasional.
Kemudian, luas kawasan hutan produksi tetap sebesar 29,23 juta ha. Lalu,
kawasan hutan yang masuk ke dalam konservasi memiliki luas 27,41 juta ha. Luas
hutan produksi terbatas sebesar 26,8 juta ha. Sedangkan, hutan produksi yang
dapat dikonversi memiliki luas 12,79 juta ha. Lebih lanjut, pemanfaatan hutan
berbasis masyrakat sepanjang tahun 2022 mencapai 16.796 ha. Angkanya sudah
mencapai 111,98% dari target pemanfaatan hutan sebesar 591.761 ha. Sebanyak
54,66 juta meter kubik kayu bulat telah diproduksi di Indonesia pada 2022.
Jumlah tersebut telah mencapai 99,38% dari target produksi kayu bulat sepanjang
tahun ini yang sebesar 55 juta meter kubik. Sementara, produktivitas hutan
melalui penanaman dan pengayaan kawasan hutan sebesar 591.761 ha. Angkanya
pun sudah lebih tinggi 146,84% dari target produktivitas hutan sepanjang tahun
ini yang sebanyak 403.000 ha.
2.1.2 Ragam Jenis Hutan
a. Hutan Hujan Tropis

4
Hutan hujan tropika atau sering juga ditulis sebagai hutan hujan tropis
adalah bioma berupa hutan yang selalu basah atau lembap, yang dapat ditemui di
wilayah sekitar khatulistiwa; yakni kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan
ke selatan garis khatulistiwa. Hutan hujan tropis bisa juga diartikan sebagai hutan
yang terletak di daerah tropis yang memiliki curah hujan tinggi. Maka dari itu,
disebut Hutan Hujan Tropis.
b. Hutan Mangrove
Sekumpulan pepohonan yang biasanya tumbuh di area sekitar garis pantai
yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut, serta berapa pada tempat yang
mengalami akumulasi bahan organik dan pelumpuran.
c. Hutan Pegunungan
Hutan merupakan habitat alami yang dihuni oleh berbagai macam jenis
tumbuhan yang lebat, seperti semak, rumput, jamur, tumbuhan jenis paku-pakuan,
pohon-pohon serta tumbuhan lainnya di suatu wilayah yang sangat luas. Hutan
montana atau pegunungan adalah salah satu formasi hutan hujan tropis yang
terbentuk di wilayah pegunungan atau dataran tinggi, sehingga kerap disebut
sebagai hutan dataran tinggi.
d. Hutan Rawa
Hutan yang tumbuh dan berkembang di wilayah yang selalu tergenang air
tawar, atau secara musiman wilayah hutan yang selalu tergenang air tawar.

2.2 Potensi Hutan Indonesia


2.2.1 Keanekaragaman Sumber Daya Alam
Sumber daya alam atau yang sering disingkat dengan SDA
merupakan segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan
untuk berbagai kepentingan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia agar hidup
lebih sejahtera. Sumber daya alam terdapat di mana saja seperti di dalam
tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya, dimana sumberdaya
alam ada yang dapat di perbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui.
Indonesia merupakan negara dengan keragaman sumber daya alam yang
melimpah dengan dilewati oleh garis katulistiwa yang menjadikan wilayah

5
Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga berdampak pada luasnya hutan hujan
tropis yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, selain itu Negara Indonesia
memilik banyak gunung api yang masih aktif berdampak pada kesuburan tanah,
Indonesia juga dihimpit oleh dua samudera menambah keragamannya sumber
hayati yang tersedia. Sumber daya alam hayati adalah sumber daya yang
berasal dari makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan, dan mikroba.
1. Kayu dari hasil hutan Non-kayu
Bahan-bahan atau komoditas yang didapatkan dari hutan tanpa
harus menebang pohon. Mencakup hewan buruan, rambut hewan, kacang-
kacangan, biji,buah beri, jamur, minyak, daun, rempah-rempah, rempah
daun, gambut, ranting untuk kayu bakar, pakan hewan ternak, dan madu. Selain
itu, tumbuhan paku, kayu manis, lumut, karet, resin, getah, dan ginseng juga
masuk ke dalam kategori hasil hutan non-kayu.
2. Air dan Lahan
3. Obat-obatan alami
2.2.2 Ekosistem dan lingkungan hidup
Ekosistem yang merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan makhluk
hidup lainnya dan juga dengan lingkungannya. Ekosistem juga bisa dikatakan
sebagai suatu tatanan lingkungan hidup yang saling mempengaruhi satu sama
lainnya. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam ekosistem pasti
terdapat hubungan timbal balik antara suatu organisme dengan lingkungannya,
sehingga sudah dapat dipastikan bahwa dalam ekosistem terdapat penggabungan
unit biosistem yang berinteraksi satu sama lain.
Seperti yang kita ketahui bahwa ekosistem terbentuk dari unsur
lingkungan hidup yang memiliki dua peran yaitu autotrof dan heterotrof. Peran
autotrof merupakan unsur lingkungan hidup yang berperan sebagai penyedia
makanan karena dapat membuat atau memproduksi makanan secara mandiri atau
hanya dengan bantuan energi matahari.
Sedangkan peran heterotrof merupakan peran unsur lingkungan hidup
yang berperan sebagai individu yang mengkonsumsi makanan. Makanan yang

6
dihasilkan dapat berupa bahan organik maupun bahan anorganik. Dari sederet
komponen penyusun ekosistem, berikut ini adalah unsur yang menyusun tiap
komponen.
Komponen abiotik yang merupakan komponen tak hidup ini terdiri dari
suhu, air, garam, cahaya matahari, tanah, batu, dan iklim. Komponen selanjutnya
adalah komponen biotik yang terdiri dari komponen makhluk hidup. Komponen
biotik ini terdiri dari heterotrof yang berperan sebagai konsumen. Selanjutnya
adalah pengurai atau dekomposer yang berperan untuk menguraikan bahan
organik yang berasal dari organisme mati.
2.2.3 Sumber Pendapatan dan lapangan Kerja
Kinerja sub sektor kehutanan pada kuartal pertama dan kedua Tahun 2021
mengalami peningkatan dibanding periode yang sama pada Tahun 2020.
Peningkatan tersebut meliputi produksi kayu bulat, produksi kayu olahan,
produksi HHBK dan nilai ekspor produk kehutanan.
Produksi kayu bulat baik dari Hutan Alam (HA) maupun Hutan Tanaman
(HT) pada kuartal kedua Tahun 2020 yaitu 11,56 juta meter kubik, menjadi 12,8
juta meter kubik pada kuartal kedua Tahun 2021, artinya meningkat 10,74 persen.
Sementara, produksi kayu olahan kuartal pertama Tahun 2021, mengalami
peningkatan 5,94% dibanding 2020, dan pada kuartal kedua relatif sama dengan
tahun lalu.
Kemudian, nilai ekspor produk kehutanan secara akumulatif meningkat
70,33 persen, dimana pada kuartal kedua Tahun 2020 yaitu USD 2,59 juta,
menjadi USD 4,41 juta pada kuartal kedua Tahun 2021. Sementara, produksi
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) pada kuartal kedua Tahun 2020 yaitu 130 ribu
ton, dan kuartal kedua tahun 2021 yaitu 192 ribu ton, secara akumulatif meningkat
47,60 persen.
Untuk percepatan peningkatan pertumbuhan sub sektor kehutanan,
pemerintah menerbitkan beberapa kebijakan antara lain relaksasi kebijakan fiskal,
percepatan implementasi UUCK dan turunannya, serta fasilitasi pembiayaan
sertifikasi legalitas kayu untuk UMKM industri hasil hutan dan hutan rakyat.
Selain itu, pemerintah juga melakukan promosi perdagangan dan kerja sama

7
dengan mitra dagang, serta menerapkan pelayanan berbasis digital kepada pelaku
usaha.

2.3 Peran Hutan Dalam Mendukungan Pembangunan Nasional


Peran hutan dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pangan diperoleh
melalui lima jalur yaitu penyedia pangan (tumbuhan dan hewan), penyedia energi
(kayu bakar), pendapatan dan lapangan kerja, penyedia jasa lingkungan dan lahan
pertanian sekala luas (food estate). Hutan tidak hanya menyediakan sumber
pangan secara langsung namun juga menjadi sumber pendapatan masyarakat
sehingga masyarakat mampu mengakses sumber pangan. Selain ketersediaan
bahan pangan dan kemampuan masyarakat untuk mengakses pangan, hal yang
tidak kalah penting adalah perubahan mindset masyarakat dalam pola konsumsi
yang berkelanjutan.
Energi berkelanjutan adalah penyediaan energi yang berkelanjutan yang
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Teknologi yang mempromosikan energi berkelanjutan yang termasuk
sumber energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga air, energi surya,
energi angin, tenaga ombak, energi panas bumi, fotosintesis buatan, dan tenaga
pasang surut, dan juga teknologi yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi
energi.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang dapat meningkatkan
pendapatan per kapita penduduk dalam jangka waktu panjang. Pembangunan
ekonomi ditandai dengan perubahan yang mengarah ke hal yang lebih baik dalam
bidang teknologi, pola pikir masyarakat, dan kelembagaan. Pada intinya,
pembangunan ekonomi menitikberatkan pembangunan atau perubahan pada
sektor ekonomi.
Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi;
pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya,
pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang
dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas

8
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi
apabila terjadi peningkatan produk nasional bruto (PNB, GNP) riil di negara
tersebut.
Upaya penanggulangan perubahan iklim dari sektor energi yang pertama
adalah dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Dilansir dari United
Nations, bahan bakar fosil (sepertu batu bara, minyak bumi, dan gas alam) adalah
penyumbang terbesar perubahan iklim global karena bertanggung jawan atas 75
persen emisi gas rumah kacam global. Adapun, sekitar 90 persen emisi gas karbon
dioksida dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil.

2.4 Tantangan dan Ancaman terhadap Hutan Indonesia


Ada beberapa tantangan dan ancaman terhadap hutan indonesia :
a. Deforentasi dan degredasi hutan
b. Illegal logging dan perdangangan kayu ilegal
c. Konflik antara konservasi dan pengembangan
d. Perubahan Iklim
2.5 Upaya Pelestrian dan Pengelolaan Hutan
Ada beberapa upaya pengelolaan hutan yang dapat dilakukan baik itu dari
segi pemerintah dan masyarakat itu sendiri :
1. Kebijakan dan regulasi, yang dapat di bentuk dibawah naungan
pemerintah, yang akan diterapkan kepada oknum-oknum yang merusak
lingkungan. Sekin ketat kebijakan dan regulasi artinya tingkat
pengelolaan hutan semakin baik.
2. Program Konservasi dan Restorasi, Restorasi dapat diartikan
sebagai usaha untuk memperbaiki keadaan suatu kualitas lingkungan.
Restorasi biasanya dilakukan secara berkala. Sedangkan konservasi
adalah upaya untuk melindungi kondisi lingkungan agar kelestarian
biota yang berada di dalamnya tetap terjaga.
3. Kolaborasi dengan pihak ketiga dan lembaga swadaya masyarakat.

9
4. Kesadaran Masyarakat, terlepas dari semua upaya yang dilakukan
kesadaran dari manusia itu sendiri lebih penting dari apapun, karena
sebaik apapun program, kebijakan yang dibuat jika manusia itu sendiri
tidak dapat patuh maka semua akan sia-sia.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hutan mempunyai kedudukan dan peranan sangat penting dalam
menunjang keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini disebabkan hutan sebagai
sumber kekayaan alam, bermanfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Indonesia. Hutan sebagai salah satu penentu sistem kehidupan manusia dan
memberikan manfaat serbaguna yang dibutuhkan sepanjang masa guna
pemenuhan kebutuhan manusia terhadap produk-produk dan jasa hutan.
Kedudukannya sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan, hutan
telah memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia. Oleh karena itu harus
dijaga kelestariannya.
Hutan juga mempunyai peranan sebagai penyerasi dan penyeimbang
lingkungan global. Sehingga keterkaitannya dengan dunia internasional menjadi
sangat penting, dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional. Manfaat
langsung dari hutan dapat berupa hasil hutan, seperti kayu, rotan ,getah-getahan,
binatang buruan dan lain-lain, kegiatan yang dapat membuka lapangan pekerjaan
baru adalah eksploitasi hutan, hutan tanaman industri dan kegiatan indusri
kehutanan lainnya, objek wisata serta pemeliharaan keseimbangan lingkungan
hidup.
Ada beberapa tantangan dan ancaman terhadap hutan indonesia :
a. Deforentasi dan degredasi hutan
b. Illegal logging dan perdangangan kayu ilegal
c. Konflik antara konservasi dan pengembangan
d. Perubahan Iklim

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menambah ilmu pengatahuan
dan referensi teman-teman.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://majalah.bsilhk.menlhk.go.id/index.php/STANDAR/article/view/
96#:~:text=Peran%20hutan%20dalam%20mendukung
%20pemenuhan,sekala%20luas%20(food%20estate).
http://majalah.bsilhk.menlhk.go.id/index.php/STANDAR/article/view/
96#:~:text=Peran%20hutan%20dalam%20mendukung
%20pemenuhan,sekala%20luas%20(food%20estate).
http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/6090/kontribusi-sektor-kehutanan-
https://dlh.semarangkota.go.id/upaya-menjaga-kelestarian-lingkungan-hidup-di-
masyarakat/#:~:text=Sebagai%20upaya%20menjaga%20kelestarian
%20hutan,mengetahui%20adanya%20praktik%20illegal%20logging.
https://id.wikipedia.org/wiki/Hasil_hutan_nonkayu
https://kumparan.com/berita-update/ekosistem-lingkungan-pengertian-dan-
komponen-pembentuknya-1uxtsj8gVbH/full
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Energi_berkelanjutan
https://repositori.uma.ac.id/bitstream/123456789/1534/4/088400253_file4.pdf
https://www.dutawacana.ac.id/restorasi-konservasi-lingkungan-beserta-sumber-
daya-alam/#:~:text=Restorasi%20dapat%20diartikan%20sebagai
%20usaha,berada%20di%20dalamnya%20tetap%20terjaga.
https://www.google.com/search?
q=Tantangan+dan+Ancaman+terhadap+Hutan+Indonesia&rlz=1C1CHBD
_idID1041ID1041&oq=Tantangan+dan+Ancaman+terhadap+Hutan+Indo
nesia&aqs=chrome..69i57.876j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://www.gramedia.com/literasi/pembangunan-ekonomi/
https://www.studocu.com/id/document/universitas-lambung-mangkurat/ilmu-
kealaman-dasar/kelompok-3-sumber-daya-hayati/44977292

12

Anda mungkin juga menyukai