Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERAN MANUSIA DALAM UPAYA MENGURANGI KEPUNAHAN


BIODIVERSITAS

OLEH :

PUTRI NABILA SATRI

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemampuan kepada penulis, sehingga
dapat menyusun makalah tentang Peran Manusia Dalam Upaya Mengurangi Kepunahan
Biodiversitas ini dengan lancar. Sholawat dan salam semoga tetap dilimpahcurahkan kepada
Khotimul Anbiya Wal Mursalin yakni Nabi Muhammad SAW. Sebagai Uswatun Hasanah bagi
umat semesta alam.

Makalah ini disusun untuk dijadikan bahan pembelajaran bagi para mahasiswa. Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, tentunya masih banyak kekurangan,
baik dari segi materi yang dipaparkan maupun dalam kesempurnaan sistematika. Selanjutnya
dengan kerendahan hati, penulis berharap kepada para pembaca agar memberikan koreksi
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna memperbaiki penulisan makalah dimasa
yang akan datang.

Gorontalo, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................. 2


2.1 Konservasi Biodiversitas ........................................................................................ 2
2.2 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Penurunan Keanekaragaman Hayati
Indonesia ................................................................................................................ 2
2.3 Upaya-Upaya Yang Telah Dilakukan Manusia Untuk Memelihara
Keanekaragaman Hayati ...................................................................................... 3
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 5
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 6

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara dengan luas menempati urutan ke 15 dari Negara terluas di
dunia. Tahun 2017, luas daratan Indonesia 1.916.862,20 km2 , dan mencakup 34 provinsi
(BPS-Statistic Indonesia, 2019). Luas tersebut 3,2 kali negara terluas di Eropa Timur (Ukraina),
1,9 kali Negara terluas di Eropa Selatan (Yunani), 4,3 kali luas Negara terluas di Eropa Utara
(Swedia), dan 4 kali luas Negara terluas di Eropa Barat (Perancis). Keragaman iklim, jenis
tanah, dan faktor lingkungan lainnya menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman
ekosistem yang tinggi.
Menurut National Geographic Indonesia (2019), peringkat keanekaragaman hayati daratan
Indonesia adalah nomor dua setelah Brazil. Akan tetapi, jika keanekaragaman hayati daratan
tersebut ditambahkan dengan keanekaragaman hayati lautan, maka Indonesia menjadi negara
dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Tahun 2017, Indonesia memiliki 31.750
jenis tumbuhan yang telah dipertemukan (Retnowati dan Rugayah, 2019) dan 25.000
diantaranya merupakan tumbuhan berbunga. Indonesia memiliki sekitar 15.000 tumbuhan
yang berpotensi berkhasiat obat, namun baru sekitar 7.000 spesies yang digunakan sebagai
bahan baku obat. Sejalan dengan keanekaragaman flora, Indonesia juga memiliki
keanekaragaman fauna yang tinggi. Indonesia memiliki 115 spesies mamalia, 1.500 spesies
burung, 600 spesies reptil, dan 270 spesies amphibi. Menurut LIPI dalam Setiawan 2022 ,
terdapat 97 spesies ikan terumbu karang dan 1.400 spesies ikan air tawar yang hanya terdapat
di Indonesia. Walaupun demikian, Indonesia juga dikenal sebagai Negara dengan penurunan
keanekaragaman hayati (flora dan fauna) yang tinggi. Untuk mencegah atau mengurangi laju
kecepatan penurunan keanekaragaman hayati tersebut Indonesia perlu melakukan dan
mengembangkan upaya-upaya konservasi, baik secara insitu maupun eksitu.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, tujuan penulisan makalah ini adalah
menganalisis dan mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan penurunan
keanekaragaman hayati Indonesia, menganalisis dan mendeskripsikan upaya-upaya yang telah
dilakukan manusia untuk memelihara keanekaragaman hayati.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalah yaitu :
1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati
Indonesia?
2. Upaya-upaya yang telah dilakukan manusia untuk memelihara keanekaragaman hayati?

1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui saja faktor-faktor yang menyebabkan penurunan keanekaragaman
hayati Indonesia.
2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan manusia untuk memelihara
keanekaragaman hayati.

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konservasi Biodiversitas
Biodiversitas adalah jumlah total dari seluruh makhluk hidup, kekayaan yang luas.dan
variasi dunia kehidupan—dari tingkat gen hingga bioma. Dua hal yang jelas mengenai
biodiversitas adalah kekompleksannya, seperti yang terlihat dari hierarki di atas, dan
keadaannya yang selalu berubah, Perubahan sesungguhnya hal yang biasa, tapi ada yang
mengancam biodiversitas, seperti perubahan iklim, perubahan gangguan alami, masuknya
kimia asing ke suatu lingkungan, introduksi spesies, atau hilangnya spesies, Beberapa
perubahan tersebut alami, tapi kadang terjadi lebih cepat dan lebih Iuas akibat aktivitas manusia
.Bagaimana menyelamatkannya biodiversitas, adalah subjek utama dari biologi konservasi.
Diperlukan pemantauan untuk melindungi keanekaragaman dari perubahan-perubahan
tersebut.
Dalam IBSAP 2015-2020, dipaparkan juga peran penting biodiversitas dalam memberikan
berbagai manfaat untuk mendukung kehidupan manusia, yaitu:
• Nilai konsumsi : manfaat langsung yang dapat dirasakan masyarakat. Misalnya sumber
hutan dan laut untuk makanan, obat-obatan.
• Nilai produksi : nilai pasar yang didapat dari perdagangan biodivers pasar, Misalnya
kayu, rotan, perikanan
• Nilai jasa lingkungan : jasa lingkungan yang memberikan manfaat, misalnya tata air,
hutan untuk mencegah erosi, hutan bakau untuk melindungi pantai dari abrasi.
• Nilai pilihan : potensi yang terkandung di dalam biodiversitasyang bisa dimanfaatkan
di masa depan.
• Nilai eksistensi : keberadaannya merupakan bagia penting dari alam, sebagai bagian
penting dari habitatnya.

2.2 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Penurunan Keanekaragaman Hayati Indonesia


Walaupun Indonesia diakui sebagai Negara mega biodiversity, namun Indonesia juga
dinilai sebagai Negara dengan penurunan keanekaragaman yang tinggi. Dalam hal spesies
terancam punah Indonesia menempati posisi kedua, dari 583 spesies terancam yang dimiliki,
jumlah mamalia terancam punah tertinggi dengan 191 spesies dan burung tertinggi kedua
dengan 160 spesies . Menurut IUCN (2020) spesies yang terancam punah tersebut umumnya
adalah spesies endemis.

2
Gangguan dan ancaman terhadap kelestarian flora dan fauna dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu gangguan yang bersifat langsung dan gangguan yang bersifat tidak langsung.
Gangguan yang bersifat langsung adalah gangguan yang menyebabkan kematian terhadap flora
atau fauna. Gangguan tersebut antara lain berupa pengambilan sejumlah individu spesies
tertentu, baik untuk konsumsi sendiri maupun untuk diperjualbelikan. Kegiatan-kegiatan yang
bersifat illegal yaitu illegal hunting, illegal fishing, dan illegal logging.
Gangguan dan ancaman langsung terhadap keanekaragaman flora Indonesia terutama
disebabkan oleh hilangnya hutan. Tiga penyebab utama hilangnya hutan di Indonesia adalah
(1) penebangan, (2) kebakaran hutan, dan (3) konversi hutan (deforestasi). Ketiga penyebab
utama ini saling terkait. Deforestasi adalah faktor penyebab utama satwa liar di Indonesia
terancam, karena hutan adalah habitat alami bagi satwa liar. Hutan terdegradasi atau hutan
muda sangat berbeda dengan hutan dewasa.
Masuknya satwa langka yang dilindungi undang-undang pada sektor perairan, ada
sejumlah besar aktivitas manusia dan gangguan alam yang telah mempengaruhi terumbu
karang Indonesia. Ini termasuk sejumlah industri kelautan dan pesisir, produksi minyak dan
gas, transportasi, dan pariwisata. Ini termasuk (a) erosi biotik seperti penggembalaan landak
laut dan (b) faktor iklim seperti peristiwa pemanasan yang menyebabkan pemutihan karang
karang dalam skala besar.
Keanekaragaman dapat turun oleh intervensi kegiatan manusia yang dampaknya dapat
berupa : (1) Hilangnya habitat asli (2) Fragmentasi habitat dan efek lain yang mengikutinya
seperti efek tepi, tekanan penduduk (3) Eksploitasi yang berlebihan (4) Introduksi jenis-jenis
eksotis (5) Pencemaran air, tanah dan udara (6) Perubahan Iklim. Dari keenam perubahan
keanekaragaman yang menjadi penyebab utama yaitu kondisi masyarakat/manusianya,
diantaranya pertumbuhan populassi, kemisikinan, kesalahan persepsi dan skala waktu, transisi
budaya, implementasi kebijakan, dan ekonomi.

2.3 Upaya-Upaya Yang Telah Dilakukan Manusia Untuk Memelihara Keanekaragaman


Hayati.
Upaya konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia sudah dimulai sejak zaman
Pemerintah Kolonial Belanda dengan diundangkannya Ordonnantie tot Bescherming van
sommige in het levende Zoogdieren en Vogels (Undang-Undang Perlindungan bagi Mamalia
Liar dan Burung Liar). Tahun 1916 Pemerintah Kolonial telah
menerbitkan Natuurmonumenten-Ordonnantie (Peraturan tentang Monumen Alam) dan
menetapkan 43 monumen alam (KSDAE, 2018). Saat ini, konservasi sumberdaya alam hayati
di Indonesia dipayungi dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Sistem secara berkelanjutan Indonesia telah melakukan berbagai upaya. Upaya pelestarian
dan pemanfaatan spesies secara berkelanjutan antara lain dilakukan melalui penangkaran, baik
yang dilakukan oleh Pemerintah, NGO, maupun masyarakat secara individu. Indonesia telah
melakukan penangkaran beberapa spesies kunci seperti gajah (Elephas maximus sumatranus)
melalui pembangunan Pusat Latihan Gajah badak (Dicerorhinus sumatrensis) di Taman
Nasional Way Kambas . Menurut Dirjen KSDAE (2018), Pemerintah melakukan upaya
pelestarian terhadap 41 spesies yang terancam punah. Hasil pemantauan mendapatkan bahwa
34 spesies mengalami peningkatan populasi sedangkan 7 spesies mengalami penurunan.
Spesies yang mengalami penurunan populasi adalah Varanus komodoensis, Leucopsar
rothschildi, Macrocephalon maleo, Babyrousa babirusa, Macaca nigra, dan Dendrolagus
mbaiso.
Ada dua cara pelestarian keanekaragaman hayati yang dilakukan manusia, yaitu secara insitu
dan secara eksitu. Insitu adalah upaya pelestarian keanekaragaman hayati yang langsung

3
dilakukan di daerah tempat flora dan fauna tersebut berada. Cara ini dipilih untuk daerah yang
dianggap memiliki ekosistem unik, dengan flora dan fauna yang terancam punah.
Ada beberapa jenis upaya pelestarian keanekaragaman hayati menggunakan metode instu,
yaitu sebagai berikut :
1. Suaka margasatwa, yaitu upaya perlindungan pada hewan yang dinilal memiliki keunikan
dan hampir punah. Suaka margasatwa biasanya mencakup wilayah habitat hhewan tersebut.
2. Taman nasional, yaitu suatu kawasan yang mendapatkan perlindungan mutlak dari
pemerintah. Kewasan ini berisi ekosistem-ekosistem yang harus dilindungl.
3. Cagar alam, yaitu upaya perlindungan pada suatu wilayah yang memiliki kekhasan
tumbuhan dan hewan, serta ekosistemnya perlu dlindungi.
4. Hutan suaka alam, yaitu hutan yang memiliki ekosister dilindungi di dalamnya. Hutan suaka
alam juga disebut sebagai hutan lindung. Dalam hutan suaka alam biasanya
Eksitu adalah upaya pelestarian keanekaragaman hayati yang tidak dilakukan di tempat asli
flora atau fauna tersebut, melainkan dipindahkan ke lingkungan baru buatan manusia, Upaya
pelestatian secara eksitu mempunyai Kekurangan, yaitu pengelola tempat tidak dapat
memelinara flora dan fauna yang ada di tempatnya dengan baik,sehingga banyak tumbuhan
dan satwa harus mati karena tidak terpelihara. Beberapa jenis upaya pelestarian
keanekaragaman hayati menggunakan metode eksitu, yaitu sebagai berikut.
1. Kebun binatang, contohnya Kebun Binatang Ragunan di Jakarta,
2. Taman safari contohnya Taman Safar Prigen di Jawa Timur.
3. Taman hutan aya, contohnya Kebun Raya Bogor.

4
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Upaya perlindungan keanekaragaman hayati merupakan masalah yang dihadapi oleh umat
manusia yang tidak mengenal batas negara. Kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki
Indonesia adalah warisan dunia, yang menjadi tanggung jawab Indonesia untuk
memeliharanya. Ada dua cara pelestarian keanekaragaman hayati yang dilakukan manusia,
yaitu secara insitu dan secara eksitu. Insitu adalah upaya pelestarian keanekaragaman hayati
yang langsung dilakukan di daerah tempat flora dan fauna tersebut berada. Eksitu adalah upaya
pelestarian keanekaragaman hayati yang tidak dilakukan di tempat asli flora atau fauna
tersebut, melainkan dipindahkan ke lingkungan baru buatan manusia,

5
DAFTAR PUSTAKA
BPS-Statistic Indonesia. (2019). Statistik Indonesia: Statistical Yearbook of Indonesia 2018.
Badan Pusat Statistik/BPSStatistics Indonesia
IUCN. (2020). The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2020-2.
National Geographic Indonesia. (2019). Kepunahan Biodiversitas Tertinggi, Indonesia
Peringkat Ke-6. https://nationalgeographic.grid.id/read/131833161/kepunahan-
biodiversitas-tertinggi-indonesia-peringkat-ke-6
Setiawan. Agus.2022. Keanekaragaman Hayati: Masalah dan Upaya Konservasinya.
Indonesian Journal of Conservation
KSDAE. (2018). Sejarah Konservasi di Indonesia. http://ksdae.menlhk.go.id/sejarah-
ksdae.html
Retnowati, A., Rugayah, J. S. Rahajoe, dan D. Arifiani. 2019. Status Keanekaragaman Hayati
Indonesia: Kekayaan Jenis Tumbuhan dan Jamur Indonesia. Jakarta: LIPI Press.

Anda mungkin juga menyukai