Anda di halaman 1dari 35

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................2
1.1. Latar Belakang............................................................................................2
1.2. Maksud Dan Tujuan....................................................................................5
1.3. Ruang Lingkup Kegiatan.............................................................................5
1.4. Referensi Hukum.........................................................................................5
BAB IV. DATA KEANEKARAGAMAN HAYATI................................................................7
4.1. Flora Lokal Khas Daerah Istimewa Yogyakarta...........................................7
4.1.1. Flora Identitas Daerah..................................................................................7
4.1.2. Pohon dengan Nilai Filosofis.......................................................................9
4.1.3. Pohon yang Berkaitan dengan Budaya...................................................12
4.1.4. Pohon yang Berkaitan dengan Toponimi Tempat..................................18
4.1.5. Pohon Lokal yang Berkaitan dengan Mitos.............................................20
4.1.6. Pohon Berbunga Indah..............................................................................21
4.1.7 Pohon lokal langka.....................................................................................23
4.2. Fauna Lokal Khas Daerah Istimewa Yogyakarta.......................................27
4.2.1 Fauna Identitas Daerah..............................................................................27
4.2.2 Fauna yang Berkaitan dengan Budaya dan Nilai Pentingnya di Daerah
Istimewa Yogyakarta..................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................33

i
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah sangat strategis ditinjau dari
berbagai aspek, baik aspek politik, sosial-budaya, ekonomi, maupun ekologi.
Hal ini sangat berkaitan dengan kedudukan dan peranan DIY sebagai pusat
pendidikan, pariwisata, jasa dan perdagangan, serta kebudayaan. Di samping
itu, secara geografis DIY memiliki karakteristik wilayah ekologis yang khas.
Dimana, wilayah DIY terbagi ke dalam beberapa wilayah ekoregion. Wilayah
laut DIY termasuk ke dalam Ekoregion Samudera Hindia Selatan Jawa (Kulon
Progo, Bantul). Wilayah daratan DIY termasuk ke dalam Ekoregion Kompleks
Dataran Vulkanik Bantul – Nganjuk – Probolinggo (Bantul, Gunungkidul, Kulon
Progo, Sleman, Yogyakarta), Ekoregion Kompleks Perbukitan Struktural
Wonosari – Trenggalek (Bantul, Gunungkidul, Sleman), Ekoregion Kompleks
Perbukitan Karst Gunungkidul (Bantul, Gunungkidul), dan Ekoregion
Kompleks Dataran Organik/Koral Jawa (Gunungkidul).
Ragam wilayah ekoregion DIY membentuk habitat tertentu yang memberikan
nilai ekologis penting, sehingga DIY pada akhirnya memiliki profil
keanekaragaman hayati relatif lengkap pada berbagai tingkatan
keanekaragaman hayati. DIY memiliki tipe ekosistem vulkan, ekosistem karst,
ekosistem dataran tinggi, ekosistem dataran rendah, ekosistem pantai,
ekosistem perairan tawar, ekosistem mangrove, dan ekosistem gumuk pasir.
Keanekaragaman ekosistem tersebut memberikan tingkat kekayaan spesies
asli (native species) yang relatif tinggi.
Secara umum, bagi bangsa Indonesia, keanekaragaman hayati telah
menempatkan bangsa ini sebagai negara yang sangat penting di dunia.
Menempati 1,32 % dari luas permukaan tanah di bumi, Indonesia ternyata
menjadi habitat 10 % jenis tumbuhan berbunga, 12 % binatang menyusui, 16
% reptilia dan amfibia, 17 % burung, 25 % ikan, dan 15 % serangga yang ada
di dunia. Dari 515 jenis mamalia besar dunia, 36 % endemik di Indonesia, dari
33 jenis primata terdapat 18 % endemik, dari 78 jenis burung paruh bengkok
terdapat 40 % endemik, dan dari 121 jenis kupu-kupu dunia, 44 % endemik di
Indonesia (Mc Neely et al., 1990).
Indonesia juga menempati peringkat satu pusat keanekaragaman hayati
dunia dari kultivar tanaman budidaya dan ternak. Jenis-jenis kayu
perdagangan, buah-buahan tropis (durian, duku, salak, rambutan, pisang),
tanaman rempah, anggrek, bambu, rotan, kelapa, dan lain-lain, sebagian
besar berasal dari Indonesia. Beberapa jenis tumbuhan, seperti pisang dan
kelapa, telah menyebar ke seluruh dunia. Tentu, keanekaragaman hayati
tersebut telah memberikan peran berharga bagi masyarakat Indonesia,
sekaligus menjadi aset pembangunan yang sangat penting.
Saat ini kondisi keanekaragaman hayati, khususnya di wilayah perkotaan
mengalami tantangan konservasi yang luar biasa berat. Hilangnya
keanekaragaman hayati telah mengalami masa kritis. Dalam publikasi LIPI
(2014) menyatakan, Sulawesi mengalami kemerosotan jenis endemik hingga
83-94 %. Jenis ikan pada daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung dan Cisadane
periode tahun 1910-2009 telah hilang hingga 75,6 % atau sebanyak 102 jenis.
Ancaman kehilangan keanekaragaman hayati tersebut, diakibatkan oleh
perubahan habitat, masuknya spesies asing invasif, pencemaran, eksplotasi
berlebihan dan perubahan iklim (climate change). Penebangan hutan alam,
kebakaran, dan ekspansi hutan tanaman pulp dan kertas, serta kelapa sawit
yang pesat telah menciptakan areal monokultur yang luas, yang mengancam
keanekaragaman hayati dan memberikan tekanan terhadap perubahan iklim.
Di pihak lain, pencemaran air, tanah, dan udara telah menimbulkan kerusakan
habitat yang luar biasa.
Ancaman terhadap keanekaragaman hayati di DIY tentu memiliki
kompleksitas permasalahan yang relatif berat. Pertumbuhan wilayah yang
cepat dan pesat, telah mendorong pertumbuhan populasi penduduk yang
tinggi. Peningkatan populasi penduduk merupakan awal dari munculnya
permasalahan lingkungan, karena menuntut peningkatan penyediaan
infrastruktur wilayah. Fenomena semacam ini pada akhirnya akan berakibat
pada perubahan lingkungan alami yang lebih menekankan pada aspek
ekonomi daripada aspek pengelolaan lingkungannya. Pembangunan kota
seringkali mengorbankan ekosistem alami dan proporsi ruang terbuka hijau
yang secara nyata merupakan sumber keanekaragaman hayati.
Di tengah ancaman yang besar terhadap keanekaragaman hayati,
keberpihakan terhadap perlindungan dan pengelolaan hayati, baik di tingkat
nasional maupun daerah, tampaknya menunjukkan perkembangan yang baik.
Kesadaran menempatkan keanekaragaman hayati sebagai pilar sumberdaya
pembangunan ekonomi dan pemanfaatan yang berkelanjutan (sustainable
development) untuk kesejahteraan masyarakat pada generasi saat ini dan
mendatang, telah mendorong komitmen politik, serta keselarasan kebijakan
dan koordinasi teknis pada tingkat pengelolaan dari pusat ke daerah. Secara
nasional, berbagai pihak telah merumuskan Strategi dan Rencana Aksi
Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003 – 2020 (Indonesia Biodiversuty
Strategy and Action Plan/IBSAP). Penyusunan IBSAP ini dimaksudkan
sebagai panduan bagi semua pihak dalam pengelolaan keanekaragaman
hayati di tingkat nasional. Perumusan IBSAP tersebut ditindaklanjuti oleh
pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Induk Pengelolaan (RIP)
Keanekaragaman Hayati. RIP Keanekaragaman Hayati merupakan dokumen
perencanaan yang terpadu/komprehensif, efektif dan partisipatif di setiap
tingkat daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Oleh karena itu, sebagai
kewajiban perundang-undangan, mengacu pada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi
Keanekaragaman Hayati di Daerah, Pemerintah Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta perlu menyusun Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman
Hayati berdasarkan Profil Keanekaragaman Hayati DIY.
Keberadaan Profil Keanekaragaman Hayati DIY dan Rencana Induk
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati DIY, dapat dijadikan pedoman bagi
pemangku kepentingan dalam pengelolaan Keanekaragaman Hayati di DIY.
Tetapi ini juga sekaligus merupakan tantangan, bagaimana kedua hal tersebut
dapat tersosialisasikan dengan baik, khususnya kepada khalayak umum,
sehingga substansi dari potensi Keanekaragaman Hayati di DIY dari berbagai
aspek dapat dipahami oleh masyarakat, yang selanjutnya akan menimbulkan
rasa memiliki, dan akan bermuara pada munculnya kesadaran untuk ikut
mengelola dan memanfaatkan Keanekaragaman Hayati yang ada dengan
berbasis pada pemanfaatan berkelanjutan, pelestarian dan pengawetan, serta
konservasi dalam pengertian yang luas.
Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah pembuatan
guide visual pelestarian Keanekaragaman Hayati berbasis kelokalan khas DIY
di kawasan desa budaya, yang diwujudkan dalam bentuk buku ensiklopedia
keanekaragaman Keanekaragaman Hayati di DIY.
1.2. Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan adalah landasan penting yang harus ada dalam
melaksanakan pekerjaan. Hal tersebut menjelaskan arah tujuan dari suatu
pekerjaan.
Maksud pekerjaan adalah mengumpulkan data keanekaragaman hayati
tingkat spesies berbasis kelokalan khas DIY, khususnya di kawasan desa
budaya, dengan fokus utama aspek taksonomi, melalui kegiatan identifikasi,
inventarisasi, dokumentasi, dan pelaporan
Tujuan pekerjaan adalah menyediakan data keanekaragaman hayati tingkat
spesies berbasis kelokalan khas DIY, khususnya di kawasan desa budaya,
dengan fokus utama aspek taksonomi, baik data numerik, spasial, maupun
gambar.

1.3. Ruang Lingkup Kegiatan


Ruang lingkup kegiatan Penyusunan Guide Visual Pelestarian Hayati
Berbasis Kelokalan Khas DIY di i Kawasan Desa Budaya adalah:
1. Melakukan identifikasi, inventarisasi, dan dokumentasi keanekaragaman
hayati tingkat spesies berbasis kelokalan khas DIY di kawasan desa
budaya
2. Melakukan tabulasi dan pengolahan data hasil identifikasi, inventarisasi,
dan dokumentasi
3. Menyampaikan laporan hasil analisis data yang diperoleh dengan fokus
utama aspek taksonomi.

1.4. Referensi Hukum


Berikut adalah referensi hukum dari pekerjaan kegiatan Penyusunan Guide
Visual Pelestarian Hayati Berbasis Kelokalan Khas DIY di Kawasan Desa
Budaya.
1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 Tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 3 Jo Nomor 19 Tahun 1950 Tentang Pembentukan
Daerah Istimewa Yogyakarta;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United
Nations Convention on Biological Diversity;
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman;
6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009;
7. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan
Cartagena Protocol on Biosafety to the Convention on Biological
Diversity;
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
10. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta;
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
beserta perubahannya;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan
Hayati Produk Rekayasa Genetik;
15. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 29 tahun 2009 tentang
Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah;
16. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2012 tentang
Taman Keanekaragaman Hayati;
17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa yang Dilindungi
18. Peraturan Daerah DIY Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup; dan
19. Peraturan Daerah DIY Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian
Habitat Alami.
BAB IV. DATA KEANEKARAGAMAN HAYATI

4.1. Flora Lokal Khas Daerah Istimewa Yogyakarta


4.1.1. Flora Identitas Daerah
4.1.1.1 Kepel Watu (Stelechocarpus burahol (Blume) Hook. f. & Thomson)
Pohon Kepel (Stelechocarpus burahol (Blume) Hook. f. & Thomson) atau
pohon kecindul adalah flora identitas Daerah Istimewa Yogyakarta yang
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur DIY Nomor 385/KPTS/1992 tentang
Penetapan Identitas Flora dan Fauna Daerah Propinsi DIY.
4.1.1.1.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Kepel dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Stelechocarpus
Status : Dilindungi menurut Peraturan Pemerintah No. 106
Tahun 2018. Belum terdaftar IUCN Red List.

4.1.1.2 Kelapa gading (Cocos nucifera L.)


Flora identitas Kota Yogyakarta adalah Kelapa Gading (Cocos nucifera L.)
yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Walikotamadya Yogyakarta
Nomor 2 tahun 1998.
4.1.1.2.1 Klasifikasi
Kedudukan Kelapa Gading dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Status : Dilindungi menurut Peraturan Pemerintah No. 106
Tahun 2018. Belum terdaftar dalam IUCN Red List.
4.1.1.3 Manggis (Garcinia mangostana L.)
Flora identitas Kabupaten Kulonprogo adalah Manggis (Garcinia
mangostana L.) yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati Kulon
Progo Nomor 599 Tahun 1998.
4.1.1.3.1 Klasifikasi
Kedudukan Manggis dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malphigiales
Famili : Clusiaceae
Genus : Garcinia
Status : Spesies ini belum termasuk dalam daftar spesies
dilindungi menurut Peraturan Pemerintah No. 106
Tahun 2018. Manggis belum terdaftar dalam IUCN
Red List.

4.1.1.4 Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.)


Flora identitas Kabupaten Gunungkidul adalah pohon Nangka (Artocarpus
heterophyllus Lam.)yang ditetapkan berdasarkan Perda Kabupaten
Gunungkidul Nomor 3 Tahun 1999.
4.1.1.4.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Nangka dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Status : Spesies ini belum termasuk dalam daftar spesies
dilindungi menurut Peraturan Pemerintah No. 106
Tahun 2018. Nangka belum terdaftar dalam IUCN Red
List.
4.1.1.5 Sawo kecik (Manilkara kauki (L.) Dubard))
Flora identitas Kabupaten Bantul adalah Sawo Kecik (Manilkara kauki (L.)
Dubard) yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati Bantul Nomor
567/B/Kep/BT/1998.
4.1.1.5.1 Klasifikasi
Kedudukan Sawo Kecik dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Sapotaceae
Genus : Manilkara
Status : Spesies ini belum termasuk dalam daftar spesies dilindungi
menurut Peraturan Pemerintah No. 106 Tahun 2018. Sawo Kecik
belum terdaftar dalam IUCN Red List.

4.1.2. Pohon dengan Nilai Filosofis


4.1.2.1. Asam Jawa (Tamarindus indica L.)
4.1.2.2.2. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Asam Jawa adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Tamarindus
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan
kecenderungan populasi stabil.

4.1.2.2. Beringin (Ficus benjamina L.)


4.1.2.2.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Beringin adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Status : Least Concern /LC (IUCN
Redlist) dengan
kecenderungan populasi stabil.

4.1.2.3. Tanjung (Mimusops elengi L.)


4.1.2.3.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Tanjung adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Sapotaceae
Genus : Mimusops
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan
kecenderungan populasi stabil.

4.1.2.4. Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jacq.)


4.1.2.5.4. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Kemuning adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Murraya
Status : Belum terdaftar dalam IUCN Redlist.

4.1.2.5. Keben (Barringtonia asiatica (L.) Kurz)


4.1.2.5.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Keben adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Lecythidaceae
Genus : Barringtonia
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan
kecenderungan populasi berkurang.

4.1.2.6. Jambu Darsana (Syzygium malaccense (L.) Merr. & L. M. Perry)


4.1.2.6.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Jambu Darsana adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan
kecenderungan populasi stabil.

4.1.2.7. Jambu Tamplok Arum (Syzygium jambos (L.) Alston.)


4.1.2.7.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Jambu Tamplok Arum adalah sebagai
berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan
kecenderungan populasi stabil.
4.1.2.8. Gayam (Inocarpus fagifer (Parkinson) Fosberg)
4.1.2.8.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Gayam adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Inocarpus
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan
kecenderungan populasi stabil.

4.1.2.9. Kantil (Magnolia x alba (DC.) Figlar)


4.1.2.9.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Kantil (Magnolia x alba (DC.) Figlar) adalah
sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Magnoliaceae
Genus : Magnolia
Status : Belum terdaftar dalam IUCN Redlist.

4.1.3. Pohon yang Berkaitan dengan Budaya


4.1.3.1 Mentaok (Wrightia javanica A. DC.)
4.1.3.1.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Mentaok adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Wrightia
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist). Kecenderungan stabil
4.1.3.2 Timoho (Kleinhovia hospita L.)
4.1.3.2.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Timoho adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Kleinhovia
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan stabil.

4.1.3.3 Walikukun (Schoutenia ovata Korth.)


4.1.3.3.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Walikukun adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Schoutenia
Status : Belum terdaftar dalam IUCN Redlist.

4.1.3.4 Trembalo (Cassia javanica L.)


4.1.3.4.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Trembalo adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Cassia
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist), dengan
kecenderungan populasi tidak diketahui
4.1.3.5 Cendana (Santalum album L.)
4.1.3.5.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Cendana adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Santalales
Famili : Santalaceae
Genus : Santalum
Status : Vulnerable /VU (IUCN Redlist) dengan
kecenderungan populasi menurun.

4.1.3.6 Awar-awar (Ficus septica Burm. fil.)


4.1.3.6.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Awar-Awar adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan
kecenderungan populasi stabil.

4.1.3.7 Kendal (Cordia dichotoma G. Forst.)


Pohon kendal dikenal dengan beberapa nama lokal antara lain: kensal
(Jawa), nunang (Sumatera Barat), kai nunak tatasinunang (Timor), toteolo
(Halmahera), lantolo (Gorontalo) dan cena (Bugis). Sedangkan di luar negeri
dikenal dengan fragrant manjack, glue berry, bird lime tree, Indian cherry,
gunda (India) dan phoà-pò·-chí (Taiwan).
4.1.3.15.4. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Kendal adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Boraginales
Famili : Cordiaceae
Genus : Cordia
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan
kecenderungan populasi stabil.

4.1.3.8 Adem Ati (Litsea glutinosa (Lour.) C. B. Rob.)


4.1.3.8.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Adem Ati adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Litsea
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
populasi tidak diketahui

4.1.3.9 Kenanga (Cananga odorata (Lam.) Hook. f. & Thomson)


4.1.3.9.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Kenanga adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Cananga
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
populasi stabil.
4.1.3.10 Pulai (Alstonia scholaris (L.) R. Br.)
4.1.3.10.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Pulai adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famil i: Apocynaceae
Genus : Alstonia
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
populasi tidak diketahui.

4.1.3.11 Jaran (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.)


4.1.3.11.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Jaran adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Lannea
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan Kecenderungan
populasi tidak diketahui

4.1.3.12 Nagasari (Palaquium rostratum (Miq.) Burck)


4.1.3.12.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Nagasari adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Sapotaceae
Genus : Palaquium
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
berkurang .
4.1.3.13 Kemenyan (Styrax Officinalis L.)
4.1.3.13.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Kemenyan adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Styracaceae
Genus : Styrax
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
populasi stabil.

4.1.3.14 Ehing (Cassia multijuga Rich.)


4.1.3.14.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Ehing adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Senna
Status : Vulnerable /VU (IUCN Redlist) dengan
kecenderungan populasi tidak teridentifikasi

4.1.3.15 Tayuman (Bauhinia purpurea L.)


4.1.3.15.1. Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Tayuman adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Bauhinia
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
populasi stabil.
4.1.4. Pohon yang Berkaitan dengan Toponimi Tempat
4.1.4.1 Cangkring (Erythrina fusca Lour.)
Cangkring, atau dadap duri adalah sejenis pohon dari genus Erythrina, suku
Fabaceae. Pohon ini juga memiliki nama lain seperti; galada ayer,
cengkering, chengkring, dedap duri (Mly.), dadap petis (Btw.), dadap cucuk,
dadap rangrang, dadap cangkring (Sd.), dadap ri, cangkering (Jw.), rope
(Sas.), kane (Mak.), rase (Bgs.), ngareer (Sam.)
4.1.4.1.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Cangkring adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Erythrina
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
berkurang

4.1.4.2 Sempu (Dillenia indica L.)


4.1.4.2.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Sempu adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Dilleniales
Famili : Dilleniaceae
Genus : Dillenia
Status : Least Concern/LC (IUCN Redlist) dengan
kecenderungan stabil.
4.1.4.3 Gintungan (Bischofia javanica Blume)
4.1.4.3.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi gintungan adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Phyllantaceae
Genus : Bischofia
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
stabil

4.1.4.4 Pakem (Pangium edule Reinw.)


4.1.4.4.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Pakem adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Achariaceae
Genus : Pangium
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
stabil.

4.1.4.5 Winong (Tetrameles nudiflora R. Br.)


4.1.4.5.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Winong adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Cucurbitales
Famili : Tetramelaceae
Genus : Tetrameles
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist).
4.1.5. Pohon Lokal yang Berkaitan dengan Mitos
4.1.5.1 Ingas (Gluta Renghas L)
4.1.5.1.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Ingas adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Gluta
Status : Near Threatened /NT (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
populasi berkurang

4.1.5.2 Joho (Terminalia bellirica (Gaertn.) Roxb.)


4.1.5.2.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Joho adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Combretaceae
Genus : Terminalia
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
berkurang.

4.1.5.3 Kepuh (Sterculia foetida L.)


4.1.5.3.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Kepuh adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Sterculia
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist).
4.1.5.4 Sawo Manila (Manilkara zapota (L.) P. Royen)
4.1.5.4.1 Klasifikasi
Adapun susunan taksonomi Sawo Manila adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Sapotaceae
Genus : Manilkara
Status :Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
berkurang.

4.1.6. Pohon Berbunga Indah


4.1.6.1 Angsana (Pterocarpus indicus Willd.)
4.1.6.1.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Angsana dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Pterocarpus
Status : Endangered /EN (IUCN Redlist) The IUCN Red List of
Threatened Species in 2018. Spesies ini dilindungi menurut Peraturan
Pemerintah No. 106 Tahun 2018.

4.1.6.2 Flamboyan (Delonix regia (Hook.) Raf.)


4.1.6.2.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Flamboyan dalam tingkat takson adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Delonix
Status : Least Concern/LC (IUCN Redlist) The IUCN Red List of
Threatened Species in 2018. Spesies ini dilindungi menurut Peraturan
Pemerintah No. 106 Tahun 2018

4.1.6.3 Bungur (Lagerstroemia speciosa (L.) Pers.)


4.1.6.3.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Bungur dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Genus : Lagerstroemia
Status : Rentan (Vulnerable /VU (IUCN Redlist) The IUCN
Red List of Threatened Species in 2018. Spesies ini dilindungi menurut
Peraturan Pemerintah No. 106 Tahun 2018.

4.1.6.4 Soka Jawa (Ixora javanica (Blume) DC.)


4.1.6.4.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Soka Jawa dalam tingkat takson adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Ixora
Status : Least Concern/LC (IUCN Red List) dengan kecenderungan
populasi stabil.
4.1.6.5 Soga (Peltophorum pterocarpum (DC.) K.Heyne)
4.1.6.5.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Soga dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Peltophorum
Status : Belum terdaftar dalam IUCN Red List .

4.1.7 Pohon lokal langka


4.1.7.1 Buni (Antidesma bunius (L.) Spreng)
4.1.7.1.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Buni dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Phyllanthaceae
Genus : Antidesma
Status : Spesies ini dilindungi menurut Peraturan
Pemerintah No. 106 Tahun 2018. Least Concern/LC dalam IUCN Red
List, dengan kecenderungan populasi stabil

4.1.7.2 Duwet (Syzygium cumini (L.) Skeels)


4.1.7.2.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Duwet dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Status : Least Concern/LC (IUCN Red List), dengan
kecenderungan populasi stabil

4.1.7.3 Elo (Ficus racemosa L.)


4.1.7.3.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Elo dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Status : Least Concern/LC (IUCN Red List), dengan
kecenderungan populasi stabil.

4.1.7.4 Bulu (Ficus annulata Blume)


Secara lokal tanaman ini dikenal dengan beberapa nama. Masyarakat
lokal Kalimantan menyebut tanaman ini dengan sebutan bulu atau ara susu,
masyarakat Sunda menyebutnya dengan nama kiara bodas atau kiara
oneng sedangkan orang Jawa menyebutnya grasak dan bulu.
4.1.7.4.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Bulu dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Status : Belum terdaftar dalam IUCN Red List.

4.1.7.5 Gondang (Ficus variegata Blume)


Gondang secara lokal dikenal dengan berbagai nama antara lain: gondang
(Jawa, Bali); kondang, kundang (Sunda), ara, arah, aro, barai silai uding,
haru kucing (Sumatera); hara, hua, nyawai (Kalimantan), aga, andarahi
montaha, bunta, rolli (Sulawesi); akau, andei yeva,gondal, sesem, kabato
(Maluku); ganalang, kanjilu (Sumba), toro (Halmahera Utara), coro (Ternate).
Di luar negeri jenis ini dikenal dengan nama ara kelepong, ara kelumpang
(Malaysia); tangisang bayauak (Pilipina); dan phuuk (Thailand) (Heyne,
1987; Sumarni et al., 1999
4.1.7.5.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon gondang (Ficus variegata Blume) dalam tingkat
takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Status : Least Concern/LC (IUCN
Red List), dengan
kecenderungan populasi stabil.

4.1.7.6 Laban ((Vitex pinnata L.)


(Vitex pinnata L.) atau yang lebih dikenal dengan Laban adalah pohon dari
keluarga Lamiaceae, asli Asia selatan dan tenggara. Nama popular
di Indonesia: Kalimantan: Laban; Amola, Gagil, Humulawan, Kalapapa,
Kulimpapa batu, Kulimpapa, leban (dayak), simpor, Kulumpapa, daun
menjari Laban, Laben, Leban, Pagil. Sumba pulau: Hiketaroe; Komodo:
Pampa; Sumatera: Kopiher (Karo bahasa), Aloban-Batu, Aloban Kardoek
atau Aloban bunga. Malaysia:. Bunyak Laban. Inggris: Round leaf chaste
tree.
4.1.7.6.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Laban dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Vitex
Status : Least Concern/LC (IUCN Red List), dengan
kecenderungan populasi stabil
.
4.1.7.7 Dlingsem (Homalium tomentosum (Vent.) Benth.)
4.1.7.7.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Dlingsem dalam tingkat takson adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Salicaceae
Genus : Homalium
Status : Least Concern/LC (IUCN Red List), dengan
cecenderungan populasi stabil

4.1.7.8 Klumpit (Terminalia microcarpa Decne.)


Nama lain (sinonim): Terminalia microcarpa Decne. Mempunyai
beberapa nama lokal antara lain: kelumpit, klumpit (Indonesia), kalumpit
(Philiphina), bandicoot, sovereignwood, damson, damson plum
(Australia)
4.1.7.8.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Klumpit dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Combretaceae.
Genus : Terminalia
Status : Least Concern/LC (IUCN Red List), dengan kecenderungan
populasi stabil
4.1.7.9 Unut (Ficus virens W. T. Aiton)
Unut dikenal dalam beberapa nama lokal antara lain: ara putih, pilkhan
manbornde, Ara Tirai, unut dan bunut.
4.1.7.9.1 Klasifikasi
Kedudukan pohon Unut dalam tingkat takson adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Status : Least Concern/LC (IUCN Red List), dengan
kecenderungan populasi stabil

4.2. Fauna Lokal Khas Daerah Istimewa Yogyakarta


4.2.1 Fauna Identitas Daerah
4.2.1.1 Burung Perkutut (Geopelia striata (Linnaeus, 1766).
Burung Perkutut ditetapkan sebagai fauna identitas DIY dengan Keputusan
Gubernur Kepala DIY No. 385/KPTS/1992 tentang Penetapan Identitas Flora
dan Fauna Daerah Propinsi DIY.
4.2.1.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Columbiformes
Family : Columbidae
Genus : Geopelia
Status :Least Concern/LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
populasi stabil. Spesies dilindungi menurut Peraturan
Pemerintah No. 7 Tahun 1999
4.2.1.2 Punglor (Zoothera citrina (Latham, 1790))
Fauna identitas Kabupaten Sleman adalah burung Anis Merah atau Punglor
(Zoothera citrina (Latham, 1790)) yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Bupati Sleman Nomor 93/SK KDH/A/1999.
4.2.1.2.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Passeriformes
Family : Turdidae
Genus : Zoothera
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
populasi menurun. Spesies dilindungi menurut Peraturan
Pemerintah No. 7 Tahun 1999

4.2.1.3 Burung Puter (Streptopelia bitorquata (Temminck, 1809))


Fauna identitas Kabupaten Bantul adalah burung Puter (Streptopelia
bitorquata (Temminck, 1809)) yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Bupati Bantul Nomor 567/B/Kep/BT/1998.
4.2.1.3.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Columbiformes
Family : Columbidae
Genus : Streptopelia
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
populasi menurun. Spesies dilindungi menurut Peraturan Pemerintah
No. 7 Tahun 1999
4.2.1.4 Lebah Madu (Apis cerana (Fabricius, 1793))
Fauna identitas Kabupaten Gunungkidul adalah Lebah Madu (Apis cerana
(Fabricius, 1793)) yang ditetapkan berdasarkan Perda Kabupaten
Gunungkidul Nomor 3 tahun 1999.
4.2.1.4.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hymenoptera
Family : Apoidea
Genus : Apis
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
populasi stabil. Spesies dilindungi menurut Peraturan Pemerintah No. 7
Tahun 1999

4.2.1.5 Kacer (Copsychus saularis (Linnaeus, 1758))


Fauna identitas Kabupaten Kulon Progo adalah burung Kacer (Copsychus
saularis (Linnaeus, 1758)) yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati
Kulon Progo Nomor 599 Tahun 1998.
4.2.1.5.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Passeriformes
Family : Muscicapidae
Genus : Copsychus
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan kecenderungan
populasi stabil. Spesies dilindungi menurut Peraturan Pemerintah No.
7 Tahun 1999
4.2.1.6 Tekukur (Streptopelia chinensis (Scopoli, 1768))
Fauna identitas Kota Yogyakarta adalah burung Tekukur (Streptopelia
chinensis (Scopoli, 1768)) yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Walikotamadya Yogyakarta Nomor 2 tahun 1998.
4.2.1.6.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Columbiformes
Family : Columbidae
Genus : Streptopelia
Status : Least Concern /LC (IUCN Redlist) dengan
kecenderungan populasi stabil. Spesies dilindungi menurut Peraturan
Pemerintah No. 7 Tahun 1999

4.2.2 Fauna yang Berkaitan dengan Budaya dan Nilai Pentingnya di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
4.2.2.1 Gelatik Jawa (Padda oryzivora (Linnaeus, 1758))
4.2.2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Passeriformes
Family : Estrildidae
Genus : Padda
Status : Rentan (Vulnerable /VU (IUCN Redlist) The IUCN
Red List of Threatened Species in 2012. Spesies ini dilindungi menurut
Peraturan Pemerintah No. 106 Tahun 2018.
4.2.2.2 Burung Kepodang (Oriolus chinensis (Linnaeus, 1766))
4.2.2.2.1 Klasifkasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Passeriformes
Family : Oriolidae
Genus : Oriolus
Status : Rentan (Vulnerable /VU (IUCN Redlist) The IUCN
Red List of Threatened Species in 2012. Spesies ini dilindungi menurut
Peraturan Pemerintah No. 106 Tahun 2018.

4.2.2.3 Burung Elang Jawa (Nisaetus bartelsi (Stresemann, 1924))


4.2.2.3.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Accipitriformes
Family : Accipitridae
Genus : Nisaetus
Status : Rentan (Vulnerable /VU (IUCN Redlist) The IUCN Red List
of Threatened Species in 2016. Spesies ini dilindungi menurut
Peraturan Pemerintah No. 106Tahun 2018.

4.2.2.4 Burung Sulingan (Cyornis banyumas (Horsfield, 1821))


4.2.2.4.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Order : Passeriformes
Family : Muscicapidae
Genus : Cyornis
Status : Rentan (Vulnerable /VU (IUCN Redlist) The IUCN Red List
of Threatened Species in 2012.
4.2.2.5 Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis (Raffles, 1821))
4.2.2.5.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Order : Primates
Family : Cercopithecidae
Genus : Macaca
Status : Rentan (Vulnerable /VU (IUCN Redlist) The IUCN Red List
of Threatened Species in 2015.

4.2.2.6 Lutung Budeng (Trachypithecus auratus (Raffles, 1821))


4.2.2.6.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Order : Primates
Family : Cercopithecidae
Genus : Trachypithecus
Status : Rentan (Vulnerable /VU (IUCN Redlist) The IUCN Red List
of Threatened Species in 2015.
DAFTAR PUSTAKA

Anton Wisuda, Mongabay Indonesia, 2019, “Ternyata Ada Desa Konservasi di


Yogyakarta”, Artikel dalam Mongabay Indonesia, Situs Berita Lingkungan 23
February 2019 https://www.mongabay.co.id/2019/02/23/ternyata-ada-desa-
konservasi-di-yogyakarta/

Atus Syahbudin, and Budi Mulyana, 2017, “Tanjung (Mimusops Elengi,


Sapotaceae), Jenis Pohon Bernilai Filosofi Yang Mendominasi Tumbuhan
Pada Sumbu Filosofi Yogyakarta”, Conference: Seminar Nasional Fkt Ugm
2017: Implementsasi Kehutanan Sosial Dengan Pelibatan Multipihak Untuk
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Dan Kelestarian Ekosistem Hutan,
Yogyakarta November 2017, Dalam
Https://Www.Researchgate.Net/Project/Urban-Tree-Cover-Composition-
History-Culture

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman


Hutan (B2P2BPTH) Yogyakarta, 2018, Pelestarian Jenis-Jenis Langka Dan
Khas DIY, http://www.biotifor.or.id/content-843-pelestarian-jenisjenis-langka-
dan-khas-diy.html

Dinas Kebudayaan DIY, 2020, Laporan Pendahuluan Kajian Potensi Unggulan


Desa Budaya, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa
Yogyakarta

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta, Profil


Keanekaragaman Hayati Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta, Seri Flora
Identitas: Kepel Si Pohonnya Putri Raja, https://dlhk.jogjaprov.go.id/seri-flora-
identitas-kepel-si-pohonnya-putri-raja

Hendy Kurniawan, 2015, “Hewan Khas DIY Akan Dilindungi Perda”, Artikel dengan
judul Hewan Khas DIY Akan Dilindungi Perda,
https://jogja.tribunnews.com/2015/03/20/hewan-khas-diy-akan-dilindungi-
perda

Kabar Alam, News and Nature, 2020, “Keselarasan Konservasi dan Membangun
dengan Budaya”, Audiensi BKSDA Yogyakarta dengan Ketua DPRD
Kabupaten Kulonprogo, dalam https://kabaralam.com/berita/keselarasan-
konservasi-dan-membangun-dengan-budaya

Lukman Hakim dan Yuliah, 2018, Peran B2P2BPTH Yogyakarta Dalam Pelestarian
Jenis-Jenis Khas Daerah Istimewa Yogyakarta, Makalah dalam Seminar
Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek III 2018, Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan tanaman Hutan, Yogyakarta

Maridi, 2015, Mengangkat Budaya dan Kearifan Lokal dalam Sistem Konservasi
Tanah dan Air Makalah dalam Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP
UNS 2015
Mumpuni, Kistantia Elok, Herawati Susilo, Fatchur Rohman, 2015, “Peran
Masyarakat dalam Upaya Konservasi,” Seminar Nasional XII Pendidikan
Biologi FKIP UNS, Surakarta

Orwa. (2009). Cananga odorata. Agroforestry Database, pp. 1-5

Profauna, Protection of Forest and Fauna, “Pengenalan Jenis Satwa Liar”, dalam
http://www.profauna.net/id/pengenalan-jenis-satwa-liar/trachypithecus-
auratus#.YoRugVTP3IU

Sumbogo, Tri Dibyo, 2020, Bupati Kulon Progo Tegaskan Dukungan Terhadap
Upaya Konservasi Satwa Liar, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE), Artikel dalam
http://ksdae.menlhk.go.id/info/8598/bupati-kulon-progo-tegaskan-dukungan-
terhadap-upaya-konservasi-satwa-liar.html

Siti Hudaiyah, 2022, “Mengenal Kawasan Konservasi di Daerah Istimewa


Yogyakarta”, Artikel dalam Forester Act, Media Kehutanan dan Lingkungan,
https://foresteract.com/yuk-mengenal-kawasan-konservasi-di-daerah-
istimewa-yogyakarta/

Siti Muthia Rahmah, Dharmono, Aminuddin Prahatama Putra, 2021, Kajian


Etnobotani Tumbuhan Bungur (Lagerstroemia Speciosa) di Kawasan Hutan
Bukit Tamiang Kabupaten Tanah Laut sebagai Buku Ilmiah Populer, Research
Article dalam BIODIK: Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi
Vol. 07, No. 01 (2021), Hal. 1 – 12

The Colour Of Indonesia, 2015, Flora dan Fauna Khas Yogyakarta, Artikel dalam
https://www.thecolourofindonesia.com/

Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara
2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN
979-511-672-2. Hal. 382-385

Anda mungkin juga menyukai