Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
………………………………………………………………………………
BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:
_______________________ (Nama Ketua Kelompok)
_______________________ (Nama Anggota1)
_______________________ (Nama Anggota2) dan seterusnya
(Penulisan Nama Ketua maupun Anggota harus menyertakan NIM dan
tahun angkatan)

UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2014
Halaman Pengesahan

i
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan................................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

1.2 Tujuan...................................................................................................................................... 1

1.3 Manfaat.......................................................................................................................................... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................................... 2

A. Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia ................................................................. 2

B. Etnobotani ....................................................................................................................................... 2

C. Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia ........................................................................................... 3

III. Metode ............................................................................................................................................... 9

A. Sejarah Kawasan ............................................................................................................................ 9

B. Letak dan Luas................................................................................................................................ 9

C. Topografi ........................................................................................................................................ 9

D. Iklim ............................................................................................................................................. 10

E. Potensi Flora dan Fauna ................................................................................................................ 10

F. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar ............................................................................................. 11

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................................ 12

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................... 37

Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 39

ii
Daftar Tabel

Table 1. Jenis Herba di Lokasi Puncak gunung .................................................................................... 12


Table 2. Jenis pohon di lokasi Danau .................................................................................................... 14
Table 3. Rumput dan Perdu Yang mendominasi ................................................................................... 16

iii
Daftar Gambar

Gambar 1. Sorus Drynaria ....................................................................................................................... 3


Gambar 2. Penanaman Obat di Rumah ................................................................................................... 4
Gambar 3. Obat Tradisional dengan logonya ........................................................................................ 11

iv
I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) ditetapka n sebagai taman nasional melalui SK
Menteri No. 736/36/Menteri/X/82, dengan luas kawasan saat ini 21.975 ha. Kawasan ini memiliki
potensi keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga mendorong UNESCO untuk menetapkannya
sebagai cagar biosfer (Cáceres et al. 2001). Keberadaan TNGP mempunyai peranan yang sangat
penting dan memiliki nilai strategis bagi kehidupan manusia. Kawasan ini dapat menunjang
pembangunan ekonomi daerah maupun nasional (Ellwood & Foster 2002). Oleh karena itu
pengelolaan taman nasional yang terpadu dan terencana dengan baik menjadi suatu hal yang mutlak,
termasuk didalamnya upaya pengelolaan dan pelestarian serta pemanfaatan sumberdaya alam hayati
yang menjadi bagian dari sistem pengelolaan taman nasional secara keseluruhan (Gaut 2002; Genetica
& Brasilia 2001; Grimanelli et al. 2001).
Di sekitar kawasan TNGP terdapat desa-desa yang berbatasan langsung dengan
kawasan, yaitu Ciputri, Sindangjaya, Sukatani, Kebon Peuteuy Mekarwangi, Tegallega,
Padaluyu, Bunikasih, Karawang, Langensari, Gegbrong, Cipetir , Sudajaya girang,
Gegbrong, Sukangalih, Citapen, Citeko, Nangerang, dan Cilengsi. Keberadaan kawasan
memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat desadesa
tersebut. Secara khusus manfaat yang diperoleh dari tumbuhan baik berupa kayu
maupun non kayu dan spesies-spesiesnya yang sangat potensial, antara lain: tumbuhan
obat, hias, aromatik, penghasil pangan, penghasil pakan ternak/satwaliar, penghasil
pestisida nabati, penghasil bahan pewarna, penghasil tanin, penghasil minuman, tolak bala,
penghasil kayu bakar, penghasil bahan bangunan, serta penghasil tali, anyaman dan
kerajinan.
Berkaitan dengan potensi yang ada di TNGP dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitar , maka pemanfaatan tumbuhan berguna dapat dijadikan altenatif untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Akan tetapi data dan informasi tentang
tumbuhan berguna di TNGP belum tersedia secara memadai, sehingga perlu dilakukan
penelitian mengenai inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di TNGP.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi sumberdaya alam hayati
berupa tumbuhan di TNGP.

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan data dasar untuk
bahan masukan bagi kebijakan kegiatan pengelolaan, pelestarian dan pemanfaatan
keanekaragaman sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan yang ada di kawasan TNGP.
1
Skripsi /biologi/2015
II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia

Indonesia, seperti juga halnya dengan banyak negara yang terletak di kawasan
tropika basah, memiliki sumberdaya alam hayati yang sangat beranekaragam dan banyak
diantaranya yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi sumberdaya ekonomi
(Sastrapradja, Brotonegoro, Adisoemarto, Kadarsan, Kartawinata, Rifai, Saono,
Sastrapradja dan Soenarko, 1977).
Indonesia juga dikenal sebagai pusat keanakeragaman hayati dunia dan tergolong
negara yang memiliki tingkat endemisme tertinggi di dunia. Sepuluh persen dari seluruh
spesies tumbuhan berbunga di dunia terdapat di Indonesia, meskipun luas daratan
Indonesia hanya 1,3% dari total luas daratan dunia. Selain itu di Indonesia hidup 12%
spesies mamalia, 16% spesies reptilia dan amphibia, dan 17% spesies burung. Perairan
Indonesia menyimpan kekayaan spesies terbesar, yaitu sebesar 25% dari total spesies ikan
yang ada di seluruh dunia. Dari hasil kajian sekuens 16S rRNA gen beberapa bakteri asal
Indonesia, di Indonesia diduga terdapat lebih dari 25% spesies mikroba dunia (ICBB,
1999 *).
Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1977) mengemukakan bahwa sumberdaya hayati
Indonesia dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu (1) Sumberdaya Hayati berupa tumbuhan,
(2) Sumberdaya Hayati berupa hewan, dan (3) Sumberdaya Hayati berupa jasad renik.
Bila dibandingkan dengan daerah-daerah tropik lainnya yang terletak terutama di kawasan
Amerika dan Afrika, keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia jauh lebih tinggi,
terlebih lagi bila dibandingkan dengan daerah beriklim dingin dan sedang.
Pentingnya peranan sumberdaya keanekaragaman hayati telah dikenal secara luas
saat ini. Sumberdaya keanekaragaman hayati, khususnya keanekaragaman hayati yang
telah dimanfaatkan oleh manusia selama berabad-abad lamanya adalah sebuah bukti
bahwa keanekaragaman hayati merupakan komponen vital kelangsungan hidup manusia
(Muhtaman, 1997).

B. Etnobotani

Menurut Martin (1995), etnobotani merupakan kajian interaksi antara manusia


dengan tumbuhan. Hasairin (1994) menambahkan bahwa di Indonesia istilah etnobotani
ini belum begitu populer, meskipun dalam prakteknya sudah mulai banyak dilakukan oleh
ahli botani dan antropologi, umumnya hanya sekedar penelitian sampingan saja. Hal ini
menyebabkan data dan informasi mengenai etnobotani tersebar dalam berbagai publikasi
dan berbagai disiplin ilmu.
Studi etnobotani dapat memberi kontribusi yang besar dalam proses pengenalan tumbuhan

2
Skripsi /biologi/2015
II. TINJAUAN PUSTAKA

yang ada di suatu wilayah melalui kegiatan pengumpulan kearifan lokal dari dan bersama
masyarakat setempat. Istilah etnobotani digunakan untuk menjelaskan interaksi masyarakat
setempat (etno atau etnis) dengan lingkungan hidupnya, khususnya dengan tumbuhtumbuhan.
Studi etnobotani ini dapat membantu masyarakat dalam mencatat atau merekam
kearifan lokal yang mereka miliki selama ini, untuk masa mendatang (Leisa, 2006 *).

C. Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia

Hutan tropika Indonesia diakui sebagai komunitas yang paling kaya akan
keanekaragaman spesies tumbuhan di dunia. Diakui pula bahwa hutan tropika, khususnya
hutan hujan tropika merupakan salah satu bagian dunia yang masih menyisakan kehidupan
liar, yang masih membangkitkan keajaiban dan kekaguman manusia (Zuhud, Ekarelawan
dan Riswan, 1994).

Gambar 1. Sorus Drynaria

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan jenis tumbuhan maupun
hewan. Walaupun luasnya hanya 1,3% dari luas daratan dunia, Indonesia memiliki sekitar
17% jumlah jenis tumbuhan dan hewan di dunia. Jumlah total jenis tumbuhan di Indonesia
memang belum pasti diketahui, tetapi diperkirakan memiliki 11% jenis tumbuhan
berbunga (27.500 jenis) yang ada di dunia, 9% jenis lumut (1.500 jenis), 13% jenis
tumbuhan paku (1.500 jenis) dan 19% tumbuhan gymnospermae (Anonim, 1994 dalam
Witono, 2003).
Keanekaragaman flora Indonesia tercermin pada kekayaan jenis hutan-hutan tropik
basah, baik yang terdapat di dataran rendah maupun dataran tinggi, yang menutupi kurang
lebih 63% luas daratan Indonesia. Di hutan-hutan seperti inilah sebagian besar jenis -jenis
tersebut dapat dijumpai, baik yang merambat, berbentuk perdu, pohon dengan segala
ukuran, maupun yang berbentuk renik, seperti ganggang, lumut dan jamur (Sastrapradja et

3
Skripsi /biologi/2015
II. TINJAUAN PUSTAKA

al., 1977).
Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1977) mengemukakan bahwa di kawasan
Indonesia terdapat sejumlah 30.000 jenis tumbuhan. Jumlah tersebut menjadi lebih besar
lagi, bila jenis-jenis lumut dan ganggang diperhitungkan.
PROSEA (1999) dalam Kartikawati (2004) membagi jenis pemanfaatan tumbuhan
berdasarkan komoditas untuk berbagai keperluan yang meliputi pemanfaatan secara primer
(primary use), dan sekunder (secondary use), seperti kacang-kacangan, buah-buahan,
pewarna, pakan, kayu, rotan, bambu, sayur-sayuran, sumber karbohidrat, sereal, tumbuhan
obat, dan tanaman hias.
1. Tumbuhan Obat
Menurut Zuhud, Ekarelawan, dan Riswan. (1994), tumbuhan obat adalah seluruh
spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang
dikelompokkan menjadi : (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang
diketahui atau dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai
bahan baku obat tradisional; (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang
secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat
dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) tumbuhan obat
potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang
berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai
bahan obat tradisional sulit ditelusuri.

Gambar 2. Penanaman Obat di Rumah

Jumlah tumbuhan obat yang tercatat di Indonesia cukup banyak, dari jumlah yang
banyak tersebut sebagian telah dimanfaatkan untuk obat tradisional dan jamu, namun
bagian yang terbesar masih tersimpan secara in-situ di kawasan hutan (Siswoyo, Zuhud,
dan Sitepu, 1994).

4
Skripsi /biologi/2015
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Heyne (1987), tidak kurang dari 1.100 spesies tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai bahan baku obat.
2. Tumbuhan Hias
Menurut Nurhayati (1983) dalam Ramadhani (1994), tanamam hias yaitu tanaman
apapun yang mempunyai nilai hias, baik hias bunga dan tajuk, cabang, batang, buah
maupun hias aroma.
Tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang telah dikembangkan sebagai tanaman hias
baru sedikit, padahal jumlah kekayaan jenis yang ada cukuplah besar (Sastrapradja et al.,
1977).
3. Tumbuhan Aromatik (Minyak Atsiri)
Anonimous (1991) dalam Kartikawati (2004) memberikan pengertian minyak
atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari daun,
akar, batang, kulit, getah dan bunga tumbuhan.
Tumbuhan penghasil minyak atsiri mempunyai ciri bau dan aroma, karena fungsi
minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik
itu parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada
makanan, maupun produk rumah tangga lainnya. Setiap jenis tumbuhan yang memiliki sel
glandula saja yang bisa menghasilkan minyak atsiri dan sifatnya yang mudah menguap
(Agusta, 2000 dalam Kartikawati, 2004).
Menurut Heyne (1987), tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri diantaranya
adalah dari famili Poaceae, misalnya akar wangi (Andropogon zizinoides Urban.);
lauraceae, misalnya kulit kayu manis (Cinnamomum burmanii Ness. ex. Bl.);
zingiberaceae, misalnya jahe (Zingiber officinale Rosc.); piperaceae, misalnya sirih (Piper
betle L.); santalaceae, misalnya cendana (Santalum album L.); annonaceae, misalnya
kenanga (Canangium odoratum Aill.) dan sebagainya.
4. Tumbuhan Penghasil Pangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Idonesia (1989), tumbuhan pangan adalah sesuatu
yang tumbuh dan menghasilkan pangan. Sastrapradja et al. (1977) membagi tumbuhan
pangan berdasarkan kandungannya : (1) tumbuhan mengandung karbohidrat, (2) tumbuhan
mengandung protein, (3) tumbuhan mengandung vitamin, dan (4) tumbuhan mengandung
lemak.
5. Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak
Umumnya pakan yang diberikan kepada ternak berkaki empat terdiri atas macammacam
jenis rumput dan daun-daunan yang lain (Sastrapradja, Afriastini dan Sutarno,
1983). Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1983) mengemukakan bahwa dari berbagai
tumbuhan semak dan perdu yang banyak digunakan untuk pakan adalah yang tergolong
suku kacang-kacangan. Ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak termasuk rumput maupun

5
Skripsi /biologi/2015
II. TINJAUAN PUSTAKA

kacang-kacangan, tetapi dapat digunakan untuk pakan ternak walaupun jumlah jenis yang
termasuk golongan ini tidak banyak.
6. Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna
Menurut Lemmens, Soetjipto, Van der Zwan dan Parren (1999), pewarna nabati
adalah bahan pewarna yang berasal dari tumbuhan. Bahan ini diekstrak dengan jalan
fermentasi, direbus, atau secara kimiawi, dari sejumlah kecil zat kimia tertentu yang
terkandung di dalam jaringan tumbuhan. Pewarna dapat diperoleh dari berbagai tumbuhan,
antara lain : akar (misalnya pewarna merah dari Rubia cordifolia L.), rimpang (pewarna
kuning-jingga dari Curcuma longa L.), pepagan (bahan pewarna hitam dari Terminalia
catappa L.), resin-gom pada pepagan (pewarna kuning dari Garcinia hanburyi Hook.F.),
kayu (kayu secang, kayu gelondongan), daun (tarum), buah (pewarna hitam-lembayung
dari Terminalia bellirica (Gaertner.) Roxb.), biji (kesumba), bunga (‘saftflower’), dan
kepala putik (sapran).
Di Indonesia orang telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna
nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tetumbuhan untuk makanan, seperti daun
suji (Pleomele angustifolia N.E.Brown.) untuk warna hijau, rimpang kunir atau kunyit
(Curcuma domestica Valeton.) untuk warna kuning, daun Iresine herbstii Hook. untuk
mewarnai merah pada agar-agar, kulit kayu soga (Peltophorum pterocarpum Backer.)
sebagai bahan pewarna coklat yang penting untuk pewarna batik (Heyne, 1987).
7. Tumbuhan Penghasil Tanin
Tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat, seringkali
berupa ekstrak dari pepagan atau bagian lain (terutama daun, buah dan puru). Tanin dapat
dimanfaatkan secara luas untuk keperluan pengobatan. Dapat dimanfaatkan untuk obat
penyakit gula, untuk pengaturan keseimbangan hormon yang dikeluarkan pankreas,
sebagai obat cacing dan obat antibiotik (Lemmens et al., 1999).
Lebih lanjut Lemmens et al. (1999) menguraikan bahwa umumnya tanin dijumpai
pada dikotil dan keberadaannya tersebar pada berbagai suku, antara lain suku
rhizophoraceae, combretaceae. Pada skala dunia, jenis -jenis terpenting untuk produksi
tannin termasuk suku Fabaceae (akasia hitam (Acacia mearnsii de Wild.)), anacardiaceae
(‘quebracho’ (Schinopsis spp.)), rhizophoraceae (jenis-jenis dari berbagai marga),
combretaceae (‘myrobalans’ dari Terminalia spp.).
8. Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati
Kardinan (2002) mengartikan pestisida nabati sebagai suatu pestisida yang bahan
dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai
alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan
bahan bioaktif. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 235 famili
dilaporkan mengandung bahan pestisida.

6
Skripsi /biologi/2015
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Syahputra (2005), bahwa salah satu pengusahaan hutan non-kayu yang
dapat dikembangkan selain sebagai sumber bahan bangunan dan bahan obat-obatan
tradisional juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber insektisida. Insektisida botani
memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh insektisida sintetik. Lebih lanjut
Syahputra (2005) menjelaskan bahwa beberapa spesies tanaman famili annonaceae
ternyata cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai insektisida nabati.
9. Tumbuhan Penghasil Serat
Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), produk-produk serat kayu, meliputi :
kertas, papan isolasi dan papan serat kerapatan sedang. Semua produk-produk ini dibuat
dari kayu yang telah dipecah menjadi serat-serat individual, berkas-berkas serat kecil atau
bagian-bagian serat.
Menurut Heyne (1987), bahan serat meliputi ; bahan pembungkus, penutup atap,
bagian-bagian tanaman serat kulit batang dan serat daun, bulu buah dan bulu biji serta
kertas.
10. Tumbuhan Penghasil Bahan Tali, Kerajinan, Anyaman
Widjaya, Mahyar dan Utama (1989) mengemukakan bahwa diantara jenis-jenis
tumbuhan kerajinan, rotan merupakan bahan baku utama kerajinan anyaman di Indonesia.
Hasil kerajinan tangan yang terbuat dari rotan banyak dijumpai di daerah Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi, karena memang di sanalah pusat tempat rotan tumbuh.
Tumbuhan kedua yang berpotensi tinggi adalah bambu. Hasil kerajinan bambu umumnya
berasal dari Bali, Jawa dan Sulawesi, sedangkan dari Sumatera dan Kalimantan lebih
sedikit. Selanjutnya pandan merupakan bahan baku yang berpotensi juga. Hanya saja hasil
kerajinannya tidak begitu banyak karena biasanya dibuat di dataran-dataran rendah dimana
banyak tumbuhan pandan yang cocok untuk bahan baku anyaman. Lontar merupakan
bahan baku yang cukup mendapat perhatian, walaupun terdapat hanya di bagian timur
Indonesia. Teki, sagu, gebang, genjer, batang anggrek dan aren juga mempunyai potensi
sebagai bahan baku kerajinan walaupun dalam jumlah sedikit.
11. Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan
Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), bahan bangunan kayu adalah salah satu
produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan, kayu dapat dipotong dan dibentuk
dengan mudah, digunakan dan mudah dipasang. Pada saat yang sama kayu adalah salah
satu bahan yang paling kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing
memilki struktur lubang-lubang kecil, selaput dan dinding-dinding yang berlapis-lapis
rumit. Unsur-unsur penyusunan kayu tergabung dalam sejumlah senyawa organik :
selulosa, hemiselulosa dan lignin.
12. Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar
Kepentingan internasional kayu sebagai pemanas rumah dan bahan bakar untuk

7
Skripsi /biologi/2015
II. TINJAUAN PUSTAKA

memasak harus diakui. Secara menyeluruh di dunia, penggunaan kayu untuk bahan bakar
telah selalu merupakan penggunaan tunggal terbesar dari kayu dan masih tetap demikian
sekarang. Diperkirakan bahwa kira-kira 45% kayu yang dikonsumsi di dunia digunakan
untuk pemanasan rumah dan memasak (Haygreen dan Bowyer, 1989).

8
Skripsi /biologi/2015
III. Metode

III. Metode

A. Sejarah Kawasan

Hutan Hujan Pegunungan Gunung Gede Pangrango telah dikukuhkan sebagai


Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) sejak tahun 1982 berdasarkan SK
Menteri No. 736/36/Menteri/X/82, yang memiliki luas kawasan sekitar 15.196 ha. Saat ini
sesuai SK Menhut No 174/Kpts-II/tanggal 10 Juni 2003 diperluas menjadi 21.975 ha.
Hutan Gunung Gede Pangrango ini menjadi salah satu wakil dari ekosistem hutan hujan
pegunungan yang ada di Indonesia yang memiliki struktur dan komposisi yang spesifik
bagi ekosistem tersebut. Taman nasional ini termasuk salah satu Cagar Biosfer yang
ditetapkan UNESCO sejak tahun 1977 dengan nama Cagar Biosfer Taman Nasional
Gunung Gunung Gede Pangrango (Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gede
Pangrango, Balai Taman Naional Gede P angrango, 1995).
Pada tanggal 6 Maret 1980, Menteri Pertanian menetapkan kawasan, meliputi
Cagar Alam Cibodas, Cagar Alam Cimungkat, Cagar Alam Gunung Gede Pangrango,
Taman Wisata Situgunung dan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

B. Letak dan Luas

TNGP yang luasnya 21.975 ha, secara geografis terletak antara 106o50´-106°56´
BT dan 6°32´-6°34´LS, termasuk dalam wilayah administrasi pemerintah Kabupaten
Bogor, Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat). Kawasan ini dibatasi oleh hutan lindung atau
hutan produksi, perkebunan dan tanah milik dan permukiman.
Secara administratif kawasan TNGP berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur dan Wilayah Kabupaten
DATI II Bogor.
Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi.
Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi dan Wilayah Kabupaten
DATI II Bogor.
Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur.

C. Topografi

Gunung Gede dan Pangrango dihubungkan oleh bukit yang bertemu di daerah
kandang badak pada ketinggian tempat sekitar 2.400 m dpl. Wilayahnya sangat curam dan
banyak terdapat punggung bukit yang dibentuk oleh celah-celah aliran sungai yang
mengalir ke arah Bogor, Sukabumi dan Cianjur (Direktorat Aneka Usaha Kehutanan dan
Fakultas Kehutanan IPB, 2000)
TNGP merupakan dataran tinggi yang terdiri dari rangkaian gunung berapi
terutama yaitu Gunung Gede (±2.958 m dpl) dan gunung Pangrango ( ±3.019 m dpl), serta
9
Skripsi /biologi/2015
III. Metode

beberapa gunung lainnya. Gunung Gede dan Gunung Pangrango ini dihubungkan oleh
punggung bukit sepanjang ± 2.500 m dengan sisinya membentuk lereng curam berlembah
kearah bawah menuju ke dataran Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Bentuk lapangan berbukitbukit
dan bergunung-gunung dengan kelerengan lapangan antara 25 - 45%, serta variasi
ketinggian tempat antara 1.000 - 3.019 m dpl.

D. Iklim

TNGP merupakan salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa dengan curah hujan
rata-rata antara 3.000-4.200 mm/tahun. Musim hujan berlangsung dari Oktober -Mei dan
antara Desember-Maret curah hujannya melebihi 400 mm/bulan. Seringkali puncak dan
punggung gunung diselimuti awan dan kabut tebal.
Suhu kawasan ini berkisar antara 10-18°C, semakin keatas suhu makin menurun
hingga mencapai kurang dari 10°C di puncak Gunung Pangrango dengan kelembaban
udara antara 80-90%. Kecepatan angin yang cukup tinggi di puncak gunung menyebabkan
suhu bertambah rendah.
Pada musim penghujan berhembus angin muson barat daya. Pada bulan Februari-
Maret, angin berhembus cukup luas dan sering mengakibatkan robohnya pohon-pohon.
Pada musim kemarau berhembus angin muson timur laut dengan kecepatan rendah.

E. Potensi Flora dan Fauna

1. Flora
Di kawasan TNGP terdapat dua buah alun-alun padang rumput. Di sepanjang tepi
alun-alun tersebut didominir oleh tumbuhan bunga Edelweiss (Anaphalis javanica), yang
sering disebut bunga abadi karena tidak pernah layu. Di kawasan air terjun Cibeureum
terdapat anggrek (Liparis muconatus) yaitu anggrek asli dari Gunung Gede dan bersifat
endemik (tidak ditemukan di daerah lain). Terdapat tiga jenis flora yang termasuk
unggulan di TNGP, yaitu edelweis (Anaphalis javanica), kantong semar (Nepenthes
gymnamphora), dan raflesia (Raflesia rochusseni) (Rencana Pengelolaan Taman Naional
Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede Pangrango, 1995).

2. Fauna
Terdapat tiga jenis satwa yang termasuk unggulan di TNGP, yaitu; Spizaetus
bartelsii (elang jawa), Hylobates moloch (owa jawa), Panthera pardus (macan tutul)
(Rencana Pengelolaan Taman Naional Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede
Pangrango, 1995). Jenis lainnya adalah Kera (Macaca fascicularis) dan Lutung (Presbytis
cristata); sedangkan satwa lainnya adalah anjing hutan, babi hutan dan golongan mamalia
kecil serta sejumlah jenis burung.

10
Skripsi /biologi/2015
III. Metode

F. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar

Berdasarkan data potensi desa tahun 2001 jumlah penduduk dari tiga desa
penyangga yang terdapat di TNGP resort Cibodas (Cimacan, Ciloto dan Sindangjaya)
adalah 33.853 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 16.538 orang, perempuan 17.315
orang yang menempati areal seluas 1.116,693 ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 1.

Gambar 3. Obat Tradisional dengan logonya

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Menurut Jenis Kelamin dan Umur
Desa
Cimacan
(Jiwa)
Ciloto
(Jiwa)
Sindangjaya
(Jiwa)
11
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah
(Jiwa)
Umur %
Tahun
_%_%_%
< 14 6.866 43,35 2.789 35,65 3.438 33,74 13.093 38,68
15-54 6.133 38,72 3.962 50,64 5.868 57,58 15.963 47,15
> 55 2.840 17,93 1.073 13,71 884 8,68 4.797 14,17
Jumlah 15.839 100 7.824 100 10.190 100 33.853 100
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk usia muda (0 sampai dengan 14
tahun) adalah 13.093 orang atau sebesar 38,68%. Jumlah penduduk usia kerja (15 sampai
dengan 54 tahun) cukup tinggi yaitu sebesar 15.963 orang atau 47,15%.
Sebagian besar penduduk Desa Cimacan, Ciloto dan Sindangjaya hidup dengan
matapencaharian pokok usahatani, baik sebagai petani pemilik, penggarap ataupun buruh
tani. Sedangkan sebagian lagi mempunyai mata pencaharian sebagai PNS/ABRI/Polisi,
Pedagang dan usaha lainnya. Daerah di sekitar Resort Cibodas merupakan daerah wisata
sehingga berdagang sangat membantu sebagai sumber mata pencaharian tambahan bagi
masyarakat sekitar Resort Cibodas terutama masyarakat desa Cimacan. Informasi lebih
lengkap mengenai karakteristik penduduk desa penyangga berdasarkan mata pencaharian
dapat dilihat pada Tabel 2.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan

Dari pengumpulan data-data vegetasi baik data sekunder maupun data primer didapatkan daftar
tumbuhan berdasarkan nama ilmiah, nama lokal, habitus dan nama familinya. Hasil pengumpulan data
tersebut kemudian dilakukan cek silang dengan literatur-literatur yang ada, sehingga data yang
dihasilkan merupakan data akurat sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku.

Table 1. Jenis Herba di Lokasi Puncak gunung

Dari hasil penelitian didapatkan data total tumbuhan sebanyak 762 jenis. Dari
jumlah tersebut, 461 jenis diantaranya telah diketahui manfaatnya. Daftar total jenis
tumbuhan yang teridentifikasi secara rinci disajikan pada Lampiran 5, sedangkan daftar

12
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

tumbuhan berguna yang terdapat di kawasan TNGP secara rinci disajikan pada Lampiran
6.
a. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Familinya
Berdasarkan familinya, jenis-jenis tumbuhan berguna TNGP dapat dikelompokkan
kedalam 111 famili. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah dari famili orchidaceae,
yaitu sebanyak 147 jenis. Hal ini menunjukkan bahwa famili orchidaceae memiliki
keanekaragaman spesies yang tertinggi dibandingkan famili lainnya. Famili yang
ditemukan terbanyak kedua dan ketiga adalah asteraceae (24 jenis) dan lauraceae (20
jenis). Daftar rekapitulasi nama famili dan jumlah spesies tumbuhan berguna di TNGP
berdasar nama familinya secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 8.
b. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Habitusnya
Keanekaragaman jenis tumbuhan berdasarkan habitusnya dapat dikelompokkan
kedalam 6 jenis, yaitu; epifit, herba, liana, perdu, pohon dan semak. Rekapitulasi jumlah
spesies tumbuhan berguna berdasarkan habitusnya tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan Berguna di TNGP Berdasarkan
Habitusnya
No Habitus Jumlah Jenis
1 Epifit 146
2 Herba 95
3 Liana 15
4 Perdu 44
5 Pohon 140
6 Semak 21
Jumlah Total 461
Dari Tabel 6 terlihat bahwa jumlah spesies terbanyak yang ditemukan terdapat
pada kelompok habitus epifit (146 jenis) dan kelompok habitus pohon (140 jenis),
sedangkan jumlah spesies terkecil terdapat pada kelompok liana (15 jenis). Dengan
demikian kelompok habitus pohon merupakan kelompok dengan keanekaragama n spesies
tertinggi sedangkan liana merupakan kelompok dengan keanekaragaman spesies yang
paling rendah. Informasi mengenai habitus masing-masing spesies tumbuhan berguna
secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 6.
B. Kegunaan Tumbuhan
Data tumbuhan yang berhasil diidentifikasi tersebut kemudian dilakukan cek
silang dengan berbagai literatur, buku serta laporan untuk didapatkan data tumbuhan
berdasarkan klasifikasi kegunaannya. Dari hasil cek silang studi literatur didapatkan data
tumbuhan yang berhasil diidentifikasi kegunaannya sebanyak 461 jenis tumbuhan. Dari
jumlah tersebut, kemudian dilakukan pengklasifikasian berdasarkan kelompok

13
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

kegunaannya. Berdasarkan kelompok kegunaannya, spesies-spesies tumbuhan TNGP dapat


dikelompokkan kedalam 13 kelompok kegun aan. Rekapitulasi jumlah spesies tumbuhan
berdasarkan kelompok kegunaannya disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan di TNGP Berdasarkan Kelompok
Table 2. Jenis pohon di lokasi Danau

Kegunaannya
No Kelompok Kegunaan Jumlah Spesies
Di TNGP
Dimanfaatkan
Masyarakat
1 Tumbuhan Obat 210 69
2 Tumbuhan Aromatik/Minyak Atsiri 4 26
3 Tumbuhan Pangan 37 32
4 Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna 19 12
5 Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati 2 1
6 Tumbuhan Hias 154 66
7 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak 14 22
8 Tumbuhan Penghasil Tanin 4 0
9
Tumbuhan Penghasil Bahan Tali,
Anyaman, dan Kerajinan 3 7
10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar 10 14
11 Tumbuhan Penghasil Serat 4 0
12 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan 54 17
13 Tumbuhan Tolak balak 0 6
14 Lainnya 8 0
Jumlah 461* 246**
Keterangan : * Jumlah total tumbuhan berguna di TNGP
** Jumlah total tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Dari Tabel 7 terlihat bahwa jumlah jenis tumbuhan terbanyak terdapat pada
kelompok tumbuhan obat yaitu sebanyak 21 0 jenis, sedangkan jumlah jenis terendah
terdapat pada kelompok penghasil pestisida nabati serta penghasil tali, anyaman dan
kerajinan yaitu sebanyak 3 jenis. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, jumlah
jenis tumbuhan tertinggi terdapat pada kelompok tumbuhan obat (69 jenis) dan jumlah

14
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

jenis terendah terdapat pada kelompok pestisida nabati (1 jenis). Untuk kategori penghasil
tanin dan penghasil serat tidak teridentifikasi jumlahnya karena masyarakat tidak pernah
atau jarang menggunakan jenis-jenis tumbuhan untuk kategori ini.
Untuk data klasifikasi tumbuhan disajikan secara deskriptif dan tabulatif
berdasarkan potensi kegunaannya.
1. Tumbuhan obat
Menurut Zuhud et al. (1994), tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat
yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi : (1)
tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai
masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional, (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah
dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya
dapat dipertanggungjawabkan secara medis, dan (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies
tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi
belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional
sulit ditelusuri.
Tumbuhan yang teridentifikasi memiliki kegunaan sebagai penghasil obat
merupakan kategori dengan kuantitas terbanyak yang berhasil ditemukan. Jumlah spesies
tumbuhan obat yang berhasil teridentifikasi sebanyak 210 jenis. Ini berarti hampir
sepertiga dari total tumbuhan TNGP yang berhasil diidentifikasi memiliki kegunaan
sebagai tumbuhan obat.
Untuk kategori tumbuhan obat ini dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai
bagian tumbuhan yang digunakan serta identifikasi kegunaan lanjutannya dalam
menyembuhkan penyakit-penyakit yang ada. Berdasarkan kelompok
penyakit/penggunaannya, spesies-spesies tumbuhan obat TNGP dapat dikelompokkan
kedalam 26 kelompok penyakit/penggunaan. Daftar jenis-jenis tumbuhan obat di TNGP
beserta kegunaannya disajikan pada Lampiran 9, sedangkan rekapitulasi klasifikasi
tumbuhan obat berdasarkankan kelompok penyakit/kegunaannya tersaji pada Tabel 8.
Tabel 8. Rekapitulasi Jumlah Jenis Tumbuhan Obat di TNGP Berdasarkan Kelompok
Penyakit/Penggunaan
No. Kelompok Penyakit/Penggunaan Jumlah Jenis
1 Gangguan Peredaran Darah 2
2 Keluarga Berencana (KB) 2
3 Penawar Racun 4
4 Pengobatan Luka 12
5 Penyakit Diabetes 1
6 Penyakit Gangguan urat syaraf 1

15
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

7 Penyakit Gigi 5
8 Penyakit Ginjal 2
9 Penyakit Jantung 2
10 Penyakit Kelamin 6
11 Penyakit Khusus Wanita 4
12 Penyakit Kulit 22
13 Penyakit Kuning 1
14 Penyakit Malaria 3
15 Penyakit Mata 7
16 Penyakit Mulut 12
17 Penyakit Otot dan Persendian 20
18 Penyakit telinga 1
19 Penyakit Tulang 2
20 Penyakit Saluran Pembuangan 22
21 Penyakit Saluran Pencernaan 42
22 Penyakit Saluran Pernafasan/THT 2
23 Perawatan Kehamilan dan Persalinan 8
24 Perawatan Organ Tubuh Wanita 2
25 Sakit Kepala dan Demam 51
26 Tonikum 4
27 Lain-lain 18
Jenis penggunaan terbanyak dari tumbuhan obat TNGP adalah pertama sebagai
obat sakit kepala dan demam (51 jenis), kedua sebagai obat penyakit saluran pencernaan
(42 jenis), dan ketiga sebagai obat penyakit saluran pembuangan (22 jenis), sedangkan
sisanya terbagi kedalam berbagai kelompok penyakit yang ada seperti dalam Tabel 8.
Yang perlu mendapatkan perhatian adalah terdapatnya jenis-jenis yang memiliki
lebih dari satu kegunaan dalam menyembuhkan penyakit. Hal ini bisa dijadikan sebagai
dasar untuk pemilihan jenis potensial yang bisa dikembangkan oleh masyarakat. Sebagai
contoh jenis seperti Cinnamomum sintoc BI yang dapat digunakan seba gai obat cacingan,
encok, disentri dan sariawan. Jenis Toona sureni (BI.) Merr. juga memiliki lebih dari satu
kegunaan yaitu sebagai obat astringen, demam dan ginjal membesar. Dan juga jenis-jenis
yang lain seperti Cassia florida Vahl., Bidens pilosa L., Amaranthus spinosus L.,
Ageratum conyzoides L. yang masing-masing memiliki lebih dari satu kegunaan.
Pada aspek bagian tumbuhan yang dimanfaatkan, biasanya bagian yang
bermanfaat adalah daun, akar, kulit batang, tunas muda, getah, buah, biji dan bunga.
Table 3. Rumput dan Perdu Yang mendominasi

16
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Masing-masing jenis memiliki kekhasan tersendiri untuk bagian mana yang biasa
dimanfaatkan. Beberapa jenis ada yang lebih dari satu bagian yang bisa dimanfaatkan,
bahkan ada yang semua bagian tumbuhannya bisa dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini juga
merupakan informasi berharga bagi upaya pengembangan lebih lanjut karena bisa
dijadikan sebagai dasar pemilihan jenis potensial untuk dikembangkan oleh masyarakat.
Dari hasil wawancara didapatkan data tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat
sebagai tumbuhan obat. Terdapat sebanyak 69 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan
masyarakat untuk mengobati berbagai jenis penyakit (Lampiran 12). Tumbuh-tumbuhan
tersebut selain berasal dari kawasan TNGP juga ada yang berasal dari luar kawasan. Dari
jumlah tersebut 30 jenis diantaranya merupakan spesies TNGP.
Jenis tanaman kumis kucing merupakan jenis terbanyak yang dipakai oleh
masyarakat yaitu sebanyak 7 orang. Jenis ini ditemukan di luar kawasan TNGP, tepatnya
di areal daerah penyangga. Di beberapa tempat di sekitar kawasan bahkan ada yang sudah
memanfaatkan jenis tanaman ini untuk dikembangkan secara komersial. Ini terlihat dari
ditemukannya kebun-kebun kumis kucing hasil pengembangan masyarakat walaupun
masih dalam skala kecil (desa-desa penyangga di Resort Bodogol). Tanaman ini digunakan
untuk mengobati penyakit liver, sakit pinggang dan lemah lesu (wawancara dengan H.
Jatma 1). Lebih lanjut H. Jatma mengemukakan bahwa terdapat jenis yang bisa digunakan
untuk menyembuhkan penyakit darah tinggi dan penambah nafsu makan, yaitu jenis
sintrong (Erechites valerianifolia DC.). Cara penggunaanya dengan cara merebus tanaman
sintrong ini, kemudian air rebusannya bisa langsung diminum.
Jenis terbanyak kedua adalah babandotan (Ageratum conyzoides L.). Tanaman ini
digunakan untuk mengobati sakit encok serta dipakai untuk memulihkan kesegaran tubuh
(wawancara dengan Enap 2). Tanaman ini memang sudah terkenal di masyarakat sebagai
tanaman obat tradisional. Ada juga jenis yang bisa digunakan untuk mengobati sakit mata
yaitu cangkoreh (Dinochloa scandens (Blume ex Nees) OK). Cara pengobatannya cukup
sederhana, air batang dari tanaman sejenis bambu ini diteteskan langsung ke dalam mata
(wawancara dengan Aji 3).
Pada umumnya masyarakat sekitar kawasan jarang sekali menggunakan tumbuhtumbuhan
tersebut sebagai sarana pengobatan yang utama. Disamping sudah ada
pengobatan yang lebih modern, pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat
tradisional ini dinilai tidak praktis. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat
sangat kecil terhadap tumbuhan obat tradisional ini. Masyarakat memahaminya sebagai
suatu ilmu pengetahuan secara turun temurun dan tersebar dari mulut ke mulut. Hal ini

17
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

tentu mengkhawatirkan bila dilihat dari sisi ilmu etnobotani, karena apabila hanya berupa
pengetahuan saja tanpa sebuah praktek, maka seiring berjalannya waktu pengetahuan
tradisional ini akan hilang. Beberapa spesies tumbuhan obat TNGP disajikan pada Gambar
1.
Gambar 1. Spesies Tumbuhan Obat TNGP
2. Tumbuhan Has
Secara umum tumbuhan hias didefinisikan sebagai tumbuhan yang memiliki bagian
tumbuhan yang menarik pandangan. Karena tidak ada batasan secara ilmiah, maka setiap
ada tumbuhan yang menarik pandangan bisa dikatakan tumbuhan hias. Jenis tumbuhan
TNGP yang tergolong tumbuhan hias terdapat sebanyak 154 jenis (Lampiran 10). Dari
daftar terlihat bahwa kategori tumbuhan hias tersebut didominasi golongan tumbuhan
famili orchidaceae (147 jenis). Hal ini dikarenakan bahwa famili orchidaceae lazim
dikategorikan sebagai tumbuhan hias. Walaupun sebenarnya masih banyak lagi selain
famili orchidaceae yang bisa dimanfaatkan sebagai tumbuhan hias. Beberapa jenis
tumbuhan hias ini termasuk kedalam apendix II CITES. Supaya terhindar dari kepunahan
maka perdagangan untuk jenis-jenis yang masuk appendix II CITES ini diatur oleh negara.
Beberapa contoh spesies yang masuk apendix II CITES, yaitu: anggrek pandan (Vanda
tricolor Lindl.), gondok (Magnolia candollii (BI.) H.Keng.) dan anggrek tanah kuning
(Phaeus flavus (BI.) Lindl.).
Kategori famili selain orchidaceae hanya teridentifikasi sebanyak 7 jenis. Ada satu
jenis tumbuhan yang menjadi ciri khas TNGP, yaitu bunga edelweis (Anaphalis javanica
Reinw.) yang terkenal dengan bunga abadi. Bunga ini hanya bisa ditemukan pada
ketinggian alpin.
Brugmansia suaveolens R. Br.
(Kecubung hutan)
Mussaenda frondosa L.
(Kingkilaban)
Dari hasil wawancara dengan masyarakat, jenis yang termasuk kategori tumbuhan
hias terdapat sebanyak 66 jenis (Lampiran 13). Ini merupakan kategori terbanyak kedua
yang berhasil diidentifikasi setelah kategori tumbuhan obat. Diantara jenis- jenis tersebut
terdapat je nis edelweis yang menjadi kekhasan TNGP. Selain itu beberapa jenis dari
kelompok anggrek yang juga merupakan spesies tanaman TNGP. Yang menarik, walaupun
di sekitar kawasan terdapat usaha tanaman hias yang dikembangkan secara komersial,
tetapi dari hasil wawancara kebanyakan bahan baku tanaman tersebut bukan berasal dari
kawasan TNGP. Mereka beranggapan bahwa selain sulit untuk didapat, tanaman dari
kawasan TNGP dilarang untuk dibawa keluar kawasan (wawancara dengan Bayung 4).
Secara ekologis ini memberikan gambaran positif pemahaman masyarakat terhadap

18
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

kelestarian kawasan. Tetapi di sisi lain tentunya fungsi sosial masyarakat yang dapat
memberikan manfaat secara nyata juga dibutuhkan oleh masyarakat sekitar kawasan
TNGP.
Gambar 2. Koleksi Tumbuhan Hias Resort Cibodas
3. Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan
Semua jenis tumbuhan penghasil kayu bangunan yang terdapat di TNGP memiliki
habitus pohon. Hal ini terkait dengan kegunaan jenis-jenis tumbuhan ini yang
membutuhkan habitus pohon sebagai salah satu syaratnya.
Tumbuhan yang berhasil diidentifikasi sebagai penghasil kayu bangunan sebanyak
54 jenis. Dominasi famili dari golongan lauraceae sebanyak 9 jenis. Untuk lebih
lengkapnya, informasi mengenai spesies tumbuhan penghasil kayu bangunan ini disajikan
pada Lampiran 11.
Jenis-jenis tumbuhan penghasil kayu bangunan TNGP yang lazim dalam dunia
perdagangan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi seperti saninten ( Castanopsis
argentea (BI.) DC.) dari famili fagaceae dan rasamala (Altingia excelsa Noronha) dari
famili hammamelidaceae. Selain itu juga terdapat jenis puspa dengan nama ilmiah Schima
wallichii DC. Korth dari famili theaceae.
Terdapat 17 jenis tumbuhan dari hasil wawancara yang diidentifikasi memiliki
kegunaan sebagai bahan bangunan (Tabel 9). Dari jumlah tersebut, 10 jenis diantaranya
merupakan spesies TNGP. Diantara jenis-jenis tersebut terdapat jenis yang sudah terkenal
yaitu jenis rasamala dan puspa. Jenis ini memang biasa digunakan sebagai bahan bangunan
atau untuk membuat perabotan.
Tabel 9. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan yang Dimanfaatkan
Masyarakat Berdasar Hasil Wawancara dengan Masyarakat Desa Penyangga
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Bambu - Batang Dinding bambu
2 Huru mehmal * Litsea tomentosa BI. Batang Tiang, dinding
3 Huru minyak * Litsea resinosa BI. Batang Tiang, dinding
4 Koneng/huru manuk* Litsea monopetala Pers. Batang Tiang, dinding
5 Kisereh - Batang Tiang, dinding
6 Kimanjel * Laplacea integerrima Mi q. Batang Tiang, dinding
7 Kupa landak* Flacourtia rukam Zoll. & Morr. Batang Kusen
8 Kiharendong - Batang Tiang
9 Katu lampa* Elaeocarpus oxypyren Kds. & Val. Batang Tiang
10 Huru lapung - Batang Tiang

19
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

11 Medang janitri* Elaeocarpus stipularis BI. Batang Tiang


12 Kayu pakis * - Batang Tiang
13 Puspa* Schima wallichii (DC) korth. Batang Tiang, dinding
14 Rasamala* Altingia excelsa Noronha Batang Tiang, dinding
15 Ki pres - Batang Tiang
16 Ki jebug Polyosma ilicifolia BI. Batang Tiang
17 Jlatrong - Batang Tiang
Ket * : Spesies Tumbuhan TNGP.
4. Tumbuhan Penghasil Pangan
Secara umum tumbuhan pangan merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pangan. Sastrapradja et al. (1977) membagi tumbuhan pangan berdasarkan
kandungannya, yaitu (1) tumbuhan mengandung karbohidrat, (2) tumbuhan mengandung
protein, ( 3) tumbuhan mengandung vitamin, dan (4) tumbuhan mengandung lemak.
Tumbuhan yang memiliki kegunaan sebagai penghasil pangan sebanyak 38 jenis.
Dominasi famili dari golongan asteraceae sebanyak 7 jenis. Untuk habitus cukup bervariasi
dari liana, perdu, herba, semak dan pohon. Informasi lebih lanjut mengenai jenis-jenis
tumbuhan untuk kategori penghasil pangan ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Penghasil Pangan di TNGP
(Studi Literatur)
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Habitus
1 Bayem bodas Amaranthus lividus L. Daun Sayuran
2 Kimanggu Ardisia laevigata BI. Daun Sayuran
3 Hariang Begonia muricata BI. Daun Sayuran
4 Ki sepat Commelina paludosa BI. Daun Sayuran
5 Kanikir Cosmos caudatus Kunth. Buah Dimakan
6 Jukut jonghe Emelia sonchifolia (L.) DC. Buah Dimakan
7 Kiara jingkang Ficus involucrata BI. Daun Sayuran
8 Jukut loseh Galinsoga parviflora Cav. Daun Lalab
9 Pining Hornstedtia paludosa K. Schuman Buah Manisan
10 Ki piit Maesa latifolia (BI.) DC. Daun Sayuran
11 Picisan/tetekan Myrica javanica Reinw. Buah Dimakan
12 Piopo/bambung Oenanthe javanica (BI.) DC. Daun Sayuran
13 Monyet/areuy Passiflora edulis Sims. Buah Dimakan
14 Cecendet Physalis peruviana L. Buah Selai, dimakan
15 Poh pohan Pilea melastomoides (poir.) BI. Daun Sayuran

20
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

16 Kaciput/areuy Salacia chinensis L. Buah Dimakan


17 Canar bokor Smilax macrocarpa BI. Buah Dimakan
18 Canar bokor Smilax zeylanica L. Buah Dimakan
19 Terung perat Solanum ferox L. Buah Sayuran
20 Rajana Sonchus asper (L.) Hill.
Daun, batang
muda Lalab
21 Kanikir Taraxacum officinale Weber. Daun Sayuran
22 Panggang cucuk Trevesia sundaica Miq. Kuncup bunga Lalab
23 Dudurenan /kakad Elaeagnus triflora Roxb. Buah Dimakan
24 Ki tongo Debregesia longifolia Burm.f. Buah Dimakan
25 Areuy geureung Stephania capitata (BI .) Spreng. Daun Cincau
26 Konyal Passiflora suberosa L. Buah Dimakan
27 Kajar kajar Alocasia macrorhiza (L.) G Don. Daun Sayuran
28 Sembung lelaki Blumea lacera (Burm f.) DC. Daun Dimakan
29 Koreh kotok Bryonpsis laciniosa (L.) Naud Buah Dimakan
30 Awar-awar Ficus montana Burm.f Daun
Tike (campuran
tembakau)
31 Harendong Medinilla speciosa (Reinw.ex BI) Buah Dimakan
32 Honje warak Nicolaia solaris (BI.) Horan Buah Dimakan
33 Beberetean Rubus fraxinifolius Poir. Daun, batang Sayuran
34 Takokak Solanum torvum Swartz. Buah Sayuran
35 Tempuyung Sonchus arvensis L.
Daun, batang
muda Lalab
36 Tongtak Zingiber odoriferum BI. Buah Dimakan
37 Kopo gede Syzygium pycnanthum Merr. Bunga Dilalab
38 Saninten Castanopsis argentea (BI.) DC Buah Dimakan
39 Rukam Flacourtia rukam Zoll. & Morr. Buah Dimakan
Aspek pemanfaatan dari jenis tumbuhan ini bermacam-macam. Buah konyal
(Passiflora suberosa L.) merupakan contoh jenis dengan pemanfaatan pada bagian
buahnya yang dapat dimakan langsung. Terdapat juga jenis yang bisa dimanfaatkan
daunnya seperti bayem bodas (Amaranthus lividus L.). Selain itu untuk jenis-jenis yang
lain pemanfaatannya pada bagian umbi dan batang.
Dari hasil wawancara dengan masyarakat, buah konyal yang merupakan buah dari
tanaman eksotik TNGP biasa dikonsumsi oleh masyarakat sekitar kawasan. Bahkan ada

21
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

masyarakat yang sudah mulai menjual buah ini untuk menambah pendapatan keluarga.
Jenis tanaman konyal ini memang tidak menguntungkan secara ekologis.
Perkembangannya yang cepat dengan habitus liana dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman lainnya. Oleh karena itu untuk jenis ini pengelola kawasan
memberikan kebebasan yang terbatas untuk dimanfaatkan oleh masyarakat dengan batasan
proses pengambilannya dengan cara yang baik dan tidak merugikan secara ekologis.
Selain konyal, masih ada jenis canar (Smilax macrocarpa BI.), cantigi
(Rhododendron citrinum Hassk.), beunying (Ficus fistulosa Reinw.) yang seluruhnya
merupakan spesies TNGP. Hampir sama dengan konyal, jenis-jenis ini yang biasa
dimanfaatkan adalah buahnya. Selain jenis-jenis tersebut masih ada jenis yang lain baik
yang berasal dari kawasan TNGP maupun dari luar kawasan. Total jenis yang berhasil
diidentifikasi dari hasil wawancara ada sebanyak 32 jenis dengan 22 jenis diantaranya
merupakan spesies TNGP. Informasi daftar spesies tumbuhan penghasil pangan hasil
wawancara dengan masyarakat disajikan pada Tabel 11. Contoh spesies tumbuhan
penghasil pangan disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Spesies Tumbuhan Pangan TNGP
Tabel 11. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pangan yang Dimanfaatkan oleh
Amomum pseudo-foetens Val.
(Tepus sigung)
Masyarakat Sekitar TNGP (Hasil Wawancara dengan Masyarakat)
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Barera Vitis geniculata Miq. Buah Sayuran
2 Beberetan* Rubus fraxinifolius Poir. Daun, batang Sayuran
3 Beunying* Ficus fistulosa Reinw. Pucuk daun Lalab
4 Calincing Oxalis corniculata L. Daun Sayuran
5 Canar* Smilax macrocarpa BI. Buah Dimakan
6 Cantigi* Rhododendron citrinum Hassk. Daun Sayuran
7 Hanjeli Coix lacryma Jobi L. Biji
Bahan
makan
8
Harendong
bokor* Medinilla Speciosa (Reinw.ex BI) Buah Dimakan
9 Harendong* Melastoma malabathricum L. Var Buah Dimakan
10 Honje wara * Nicolaia solaris (BI.) Horan Buah Dimakan

22
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

11 Kahitutan* Lasianthus laevigatus BI. Daun Lalab


12 Kajar* Alocasia macrorhiza (L.) G Don. Daun Sayuran
13 Kakaduhan - - -
14 Kapulaga Amomum cardamomum Willd. Buah Dimakan
15 Katu lampa* Elaeocarpus oxypyren Kds. & Val Buah Dimakan
16 Ki bangkong* Turpinia sphaerocarpa Hassk.
17 Ki manggu* Ardisia laevigata BI. Daun Sayuran
18 Ki racun - - -
19 Koas - - -
20 Konyal* Passiflora suberosa L. Buah Dimakan
21 Koreh kotok* Bryonopsis laciniosa Naud. Buah muda Sayuran
22 Lampeni* Ardisia javanica BI. Daun Sayuran
23 Pakis sayur* - Daun, batang muda Sayuran
24
Panggang
cucuk* Trevesia sundaica Miq. Bunga Lalab
25 Poh pohan* Pilea melastomoides (Poir.) BI. Daun Lalab
26 Rasamala* Altingia excelsa Noronha Daun Lalab
27 Saninten* Castanopsis argentea (BI.) DC Buah Dimakan
28 Singkong Manihot utilissima Pohl. Umbi
Bahan
makan
29 Tepus sigung* Amomum pseudo-foetens Val. Buah Dimakan
30 Tomat Lycopersicon lycopersicum (L.) Karsten Buah
Dimakan,
sayuran
31 Tongtak* Zingeber odoriferium Bl. Buah Dimakan
32 Wortel Daucus carrota L. Umbi
Dimakan,
sayuran
Ket * : Spesies Tumbu han TNGP.
5. Tumbuhan penghasil serat
Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), produk-produk serat kayu, meliputi :
kertas, papan isolasi dan papan serat kerapatan sedang. Semua produk-produk ini dibuat
dari kayu yang telah dipecah menjadi serat-serat individu al, berkas-berkas serat kecil atau
bagian-bagian serat.
Tumbuhan berguna penghasil serat yang berhasil diidentifikasi terdapat sebanyak

23
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 jenis. Salah satu contoh adalah jenis Triumfetta rhomboidea Jacq. dari famili tiliaceae
yang memiliki nama lokal pung-purutan. Jenis ini memiliki habitus semak. Selain itu ada
juga Daphne composita L.f. dari famili thymelaceae. Jenis ini memiliki nama lokal
kakapasan dengan habitusnya berupa herba. Daftar spesies tumbuhan penghasil serat di
TNGP disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Serat di TNGP (Sudi Literatur)
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Ki tongo Debregesia longifolia Burm.f. Batang Serat tali
2 Lakum/barera Cayratia geniculata (BI.) Gagn. Batang Pengikat
3 Kakapasan Daphne composita L.f. Kulit kayu Pengikat
4 Pungpurutan Triumfetta rhomboidea Jacq. Biji Untuk bahan goni
Dari hasil wawancara masyarakat, tidak didapatkan jenis yang biasa dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai penghasil serat. Hal ini disebabkan masyarakat kurang
mengetahui fungsi tumbuhan sebagai penghasil serat.
6. Tumbuhan Penghasil Tanin
Tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat, seringkali
berupa ekstrak dari pepagan atau bagian lain (terutama daun, buah dan puru). Tanin dapat
dimanfaatkan secara luas untuk keperluan pengobatan. Dapat dimanfaatkan untuk obat
penyakit gula, untuk pengaturan keseimbangan hormon yang dikeluarkan pankreas,
sebagai obat cacing dan obat antibiotik (Lemmens et al., 1999).
Total jenis tumbuhan penghasil tanin di TNGP sebanyak 4 jenis. Dari 4 jenis ini,
2 diantaranya dari famili euphorbiaceae, sedangkan sisanya dari famili fagaceae dan
theaceae. Untuk parameter habitus, semua jenis memiliki habitus berupa pohon.
Sebagai salah satu contoh terdapat jenis yang cukup terkenal yaitu Castanopsis
javanica (BI.) A. DC dari famili fagaceae yang memiliki nama lokal hiur. Jenis ini
sebenarnya terkenal dengan kegunaan kayunya sebagai bahan bangunan. Tetapi selain
berguna sebagai bahan bangunan ternyata juga memiliki kegunaan sebagai penghasil tanin.
Tiga jenis lainnya yaitu Glochidion rubrum BI. dari famili euphorbiaceae, Gordonia
excelsa BI. dari famili theaceae dan Macaranga tanarius (L.) M.A dari famili
euphorbiaceae.
Tabel 13. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Tanin di TNGP (Studi Literatur)
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Hiur Castapnosis javanica (BI.) A. DC. Buah Mempermudah murus

24
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

2 Ki pare Glochidion rubrum BI. Daun tua Obat


3 - Gordonia excelsa BI. Gelam kayu Mengubar jala
4 Tutup ancur Macaranga tanarius (L.) M.A. Kulit batang Obat berak darah
Untuk kelompok tumbuhan penghasil tanin, umumnya masyarakat kurang
mengetahui dan tidak biasa memanfaatkannya.
7. Tumbuhan Penghasil Pewarna
Terdapat 19 jenis tumbuhan yang teridentifikasi memiliki kegunaan sebagai
penghasil warna. Sebagai contoh terdapat jenis Castanopsis argentea (BI.) DC. dari famili
fagaceae yang memiliki nama lokal saninten. Selain berguna sebagai penghasil warna,
jenis ini sebenarnya lebih terkenal sebagai penghasil kayu bangunan.
Tabel 14. Daftar spesies tumbuhan kelompok kegunaan Penghasil Pewarna di TNGP
(Studi literatur)
No Nama Lokal Nama ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Akar kucing Toddalia asiatica (L.) Lamk. - -
2 Brungbun Polygonum chinense L. - -
3 Dempul/mareme Glochidion arborescens BI. Kulit batang Pewarna hitam
4 Harendong Melastoma malabathricum L. Buah masak Pewarna biru
5 Jirak sasak Symplocos fasciculata Zoll. Kulit batang Pewarna merah
6 Kareumbing cina Omalanthus populneus Geisel.
7 Ki enteh Gordonia excelsa BI. Kulit batang Pewarna merah
8 Kitembaga Syzigium gracilis Korth. Kulit batang Pewarna coklat
9 Kopo gede Syzigium pycnanthum Merr. Kulit batang Pewarna coklat
10 Kuray/anggrung Trema orientalis (L.) BI. Kulit batang Pewarna coklat
11 Letah ayam Rubia cordifolia L. Akar, batang Pewarna merah
12 Manjel/Kimanjel Laplacea integerrima Miq. Kulit batang Pewarna merah
13 Orok-orok Crotalaria mucronata Desv. - -
14 Saninten Ca stanopsis argentea (BI.) DC. Kulit batang Pewarna hitam
15 Soka leuweung Ixora micrantha (Steud.) Akar Pewarna merah
16 Tarum Indigofera suffruticosa Mill. Daun Pewarna hitam
17 Tutup ancur Macaranga tanarius (L.) M.A. Daun Pewarna hitam
18 Urangan/nangsi] Villebrunea rubescens (BI.) BI. Kulit batang Pewarna merah
19 - Prunus grisca C. Muell. - -
Menurut persepsi masyarakat, sebagian besar tumbuhan penghasil pewarna ini
didominasi oleh tumbuhan yang berasal dari kawas an TNGP. Jenis- jenis seperti, brungbun
(Polygonum chinense L.), saninten (Castanopsis argentea (BI.) DC.) dan letah ayam

25
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

(Rubia cordifolia L.) merupakan jenis tumbuhan penghasil warna TNGP yang biasa
dimanfaatkan bagian daunnya. Sedangkan jenis seperti: cantigi gunung (Rhododendron
citrinum (Hassk.), kimanjel (Medinilla laurifolia (BI.)) merupakan jenis tumbuhan
penghasil warna TNGP yang biasa dimanfaatkan buahnya. Hanya saja ini merupakan
pengetahuan tradisisional yang sudah jarang diterapkan. Total jenis yang berhasil
diidentifikasi dar i hasil wawancara sebanyak 12 jenis dengan 8 diantaranya merupakan
spesies TNGP. Informasi mengenai daftar spesies tumbuhan penghasil pewarna disajikan
pada Tabel 15.
Tabel 15. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pewarna (Hasil Wawancara dengan
Masyarakat Desa Penyangga)
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Hoe selang * Daemonorops sp. Buah Pewarna merah
2 Pinus * Pinus merkusii Jung. Et . De Vriese Getah Pewarna putih
3 Cantigi gunung * Rhododendron citrinum Hassk. Buah -
4 Jambi Areca catechu L. Biji Pewarna hitam
5 Lafaria beleketebe - - -
6 Bungbuai Plectocomia elongate Bl. Buah Pewarna merah
7 Kimanjel* Medinilla laurifolia (BI.) Kulit batang Pewarna jingga
8 Huru manjel* Laplacea integerrima Miq. Kulit batang Pewarna merah
9 Bungbrun* Polygonum chinense L.
10 Saninten* Castanopsis argentea (BI.) DC Kulit batang Pewarna hitam
11 Letah hayam * Rubia cordifolia L. Akar, batang Pewarna merah
12 Buji - - -
Ket * : Spesies Tumbuhan TNGP.
8. Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati
Tumbuhan dengan kegunaan penghasil pestisida nabati terdapat sebanyak 2 jenis.
Jenis yang pertama dari famili urticaceae, yaitu Dendrocnide stimulans L.f.. Jenis dengan
habitus perdu ini memiliki nama lokal pulus jalatrong. Untuk jenis yang kedua yaitu Derris
elliptica (Roxb.) Benth. yang termasuk kedalam famili fabaceae. Jenis dengan habitus
liana ini memiliki nama lokal laleur.
Tabel 16. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati di TNGP (Studi Literatur)
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Pulus jalatrong Dendrocnide stimulans L.f. Daun Memberi rasa terbakar

26
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

2 Laleur Derris elliptica (Roxb.) Benth. Akar Insektisia (ulat)


Dari hasil wawancara, untuk jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati ini hanya
teridentifikasi satu jenis yaitu orea. Jenis ini ditemukan di luar kawasan TNGP. Bagian
tumbuhan yang bisa dimanfaatkan adalah daun dan akar. Hanya saja tidak disebutkan
bagaimana cara pembuatan dan pemanfaatannya.
9. Tumbuhan Aromatik
Minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi atau
penyulingan dari daun, akar, batang, kulit, getah dan bunga tumbuhan. Jenis tumbuhan
penghasil minyak atsiri ini mempunyai ciri bau dan aroma, karena fungsi minyak atsiri
yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik itu parfum,
kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan,
maupun produk rumah tangga lainnya. Setiap jenis tumbuhan yang memiliki sel glandula
saja yang bisa menghasilkan minyak atsiri dan sifatnya yang mudah menguap (Agusta,
2000 dalam Kartikawati, 2004).
Tumbuhan yang teridentifikasi sebagai tumbuhan aromatik di TNGP terdapat
sebanyak 4 jenis, yaitu Gaultheria leucocarpa BI., Gaultheria punctata BI., Dianella
montana BI., dan Dysoxylum alliaceum BI. Daftar spesies tumbuhan aromatik di TNGP
disajikan pada Tabel 17, sedangkan daftar spesies tumbuhan aromatik hasil wawancara
dengan masyarakat disajikan pada Tabel 18.
Tabel 17. Daftar Spesies Tumbuhan Aromatik di TNGP (Studi Literatur)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 - Dianella montana BI. Akar Pengharum
2 Bawang/pisitan Dysoxylum alliaceum BI. Biji Mengandung pencahar
3 Cantigi bodas Gaultheria leucocarpa BI. Daun Asam salisil
4 Gandapura Gaultheria punctata BI. Daun Minyak rambut, anti septik
Sebagian besar tumbuhan aromatik yang diketahui masyarakat memiliki kegunaan
sebagai pengharum atau parfum. Jenis seperti pandan wangi (Pandanus latifolius Hassk.),
bunga melati (Jasminum sambac L. (W. Ait.)) dan rose (Rosa Chinensis Jacq.) serta
cempaka (Michelia champaka L.) merupakan jenis-jenis yang lazim berfingsi sebagai
pengharum yang sudah dikenal masyarakat. Jenis-jenis tersebut merupakan contoh jenis
tumbuhan aromatik yang berasal dar i luar kawasan TNGP.
Tabel 18. Daftar Spesies Tumbuhan Aromatik (Hasil Wawancara dengan Masyarakat
Desa Penyangga)
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan

27
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Anggrek* - Bunga Pengharum


2 Anggrek pandan* Vanda tricolor Lindl. Bunga Pengharum
3 Areuy Ki jeruk Luvunga sarmentosa Kurz.
Tangkai yg
dibakar Obat gusi
4 Asam jawa Tamarindus indica L. Buah Bumbu masak
5 Cantigi bodas* Gaultheria leucocarpa BI. Daun Asam salisil
6 Cempaka * Michelia champaka L. Bunga Pengharum
7
Cengkeh
leuweung* Decaspermum fruticosum Forst. Daun muda Memperkuat gigi
8 Gandapura Gaultheria fragrantissima Bl.
Daun Minyak rambut, anti
septik
9 Kawoyang Pygeum parviflorum T.&B. Kulit batang Obat
10 Kecubung* Brugmansia suaveolens R. Br. Biji, daun Obat telinga
11
Kembang
cangkok Curculigo sp.
12 Ki careh* Alangium chinensis Lour.
13 Ki jeruk* Acronychia laurifolia Daun Minyak atsiri
14 Kilemo* Litsea cubeba (Lour.) Pers. Kulit batang Minyak lemon
15 Kopo* Eugenia densiflora Duthie. Bunga Pengharum
16 Kunyit putih* Curculigo latifolia Dryand. Umbi Kosmetik
17 Melati Jasminum sambac L. (W. Ait.) Bunga Pengharum
18 Pandan areuy* Freycinetia funicularis Merr. Penumpu daun Membuat arak
19 Pandan wangi Pandanus latifolius Hassk. Daun Pengharum
20 Puspa* Schima wallichii (DC.) Korth. Bunga Pengharum
21 Rose Rosa Chinensis Jacq. Bunga Pengharum
22 Timun Cucumis sativus L. Buah Penghalus muka
23 Tomat
Lycopersicon lycopersicum (L.)
Karsten. Buah Penghalus muka
24 Tunjung -
25 Wortel Daucus carrota L. Umbi Penghalus muka
Ket * : Spesies Tumbuhan TNGP.
Dari Tabel 17 dan 18 terlihat bahwa ternyata masyarakat lebih banyak mengetahui

28
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

jenis-jenis tumbuhan aromatik dibandingkan dengan pengetahuan modern dari literaturliteratur


yang sudah ada. Hal ini terbukti dengan teridentifikasinya beberapa jenis
tumbuhan aromatik oleh masyarakat (Tabel 18) yang tidak terdapat pada Tabel 17. Jenisjenis
tersebut seperti puspa (Schima wallichii (DC.) Korth.), kecubung (Brugmansia
suaveolens R. Br.) dan anggrek pandan (Vanda tricolor Lindl.) yang merupakan contoh
jenis yang berasal dari kawasan TNGP. Terdapat juga jenis yang bisa menghasilkan
minyak gosok seperti ki lemo (Litsea cubeba (Lour.) Pers.).
10. Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman, Kerajinan
Terdapat total 3 jenis tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan. Dua
diantaranya dari famili arecaceae yaitu Calamus adspersus BI. yang memiliki nama lokal
leuleus dan Calamus reinwardtii Mart. yang memiliki nama lokal hoe geureung. Satu jenis
lainnya dari famili dioscoreaceae yaitu Dioscorea nummularia Lamk. yang memiliki nama
lokal dudung. Daftar spesies tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan di TNGP
disajikan pada Tabel 19, sedangkan daftar spesies tumbuhan penghasil tali, anyaman dan
kerajinan hasil wawancara dengan masyarakat disajikan pada Tabel 20.
Tabel 19. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman dan Kerajinan di TNGP
(Studi Literatur)
No Nama lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Leuleus/bogo Calamus adspersus BI. Batang Anyaman, kerajinan
2 Hoe geureung Calamus reinwardtii Mart. Batang Anyaman, kerajinan
3 Racun/dudung/hui Dioscorea nummularia Lamk. Batang Tali pengikat
Terdapat 7 jenis tumbuhan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tali
dan sebagai bahan kerajinan dan anyaman. Rotan dan bambu merupakan dua jenis
tumbuhan yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat. Selain itu ada juga jenis bungbuai
yang batangnya bisa dimanfaatkan untuk membuat kaki kursi.
Tabel 20. Daftar Spesies Tumbuhan Tali, Anyaman, Kerajinan (Hasil
Wawancara dengan Masyarakat Desa Penyangga)
No Nama lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Hoe selang* Daemonorops sp. Batang Anyaman, kerajinan
2 Hoe cacing* Calamus reinwardtii Mart. Batang Anyaman, kerajinan
3 Bung buai
Plectocomia
elongate Bl. Batang Anyaman, kerajinan

29
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hoe hejo Calamus heteroidens. Batang Anyaman, kerajinan


5 Bambu tali Gigantochloa apus Kurz. Batang Tali, kerajinan
6 Areuy reksa - Batang Tali
7 Rotan* - Batang Anyaman, kerajinan
Ket * : Spesies Tumbuhan TNGP.
11. Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak/Satwa
Pada umumnya pakan yang diberikan kepada ternak berkaki empat terdiri atas
macam-macam jenis rumput dan daun-daunan yang lain (Sastrapradja et al., 1983).
Tumbuhan penghasil pakan ternak yang berhasil diidentifikasi sebanyak 14 jenis.
Famili poaceae mendominasi dengan jumlah 7 jenis. Sebagian besar jenis ini didominasi
habitus tumbuhan bawah (herba), sedangkan sebagian kecilnya dari habitus pohon dan
liana. Daftar spesies tumbuhan penghasil pakan ternak di TNGP disajikan pada Tabel 21,
sedangkan daftar spesies tumbuhan penghasil pakan ternak hasil wawancara dengan
masyarakat tersaji pada Tabel 22.
Tabel 21. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak di TNGP (Studi Literatur)
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Jukut kidang Agrostis infirma Buese in Miq. Batang, daun Pakan biri- biri
2 Tepus sigung Amomum pseudo-foetens Val. Buah Makanan aju
3 Grogos Commelina diffusa Burm.f. Tumbuhan Sapi, kerbau
4 Jukut ibun Drymaria cordata (L.)Will. Tumbuhan Pakan unggas
5 Terep areuy Ficus globosa Reinw. Daun Pakan sapi
6 - Ichnanthus vicinus (Bailey.) Merr. Daun Pakan sapi, kerbau, kambing
7 Jukut Isachne albens Trin. Daun Pakan sapid an kuda
8 Pisang hutan Musa acuminata Colla. Daun Pakan sapi, kerbau
9 Jukut jajahean Panicum repens L. Batang, daun Pakan sapi yang baru beranak
10 Jukut Poa annua L. Tumbuhan Pakan sapi, kerbau, kambing
11 Jukut Poa trivalis L. Tumbuhan Pakan sapi, kerbau, kambing
12 Jukut babi Richardsonia brasiliensis Gomez. Akar Pakan babi
13 Jukut sauheum Setaria palmifolia Willd. Batang, daun Pakan sapi, kerbau
14 Jukut camawak Sonchus oleraceus L. Batang, daun Pakan sapi, kerbau
Dari hasil wawancara dengan masyarakat, rumput-rumputan atau disebut juga
jukut merupakan jenis dominan yang bisa digunakan sebagai pakan ternak. Hal ini
dikarenakan kelompok rumput-rumputan merupakan kelompok yang biasa dimanfaatkan
sebagai pakan ternak. Ada jenis rumput bayana, kepang, lameta, malela, pait, ekor kuda,
leles, kidang dan ban. Selain itu masih ada jenis gayonggong, nangsi dan kaliandra yang

30
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

biasa dimanfaatkan bagian daunnya. Sela in rumput-rumputan terdapat pula jenis dari
kelompok ficus, seperti Ficus fistulosa Reinw., Ficus variegatea Bl. dan Ficus ribes
Reinw. Untuk kelompok ficus ini bagian tumbuhan berupa buah yang bisa dimanfaatkan
sebagai bahan pakan. Jenis-jenis ficus ini merupakan jenis tumbuhan TNGP yang tidak
terdapat pada Tabel 21. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan
etnobotani yang belum terdokumentasikan dengan baik. Total jenis yang berhasil
diidentifikasi sebanyak 22 jenis. Contoh tumbuhan penghasil pakan ternak disajikan pada
Gambar 4.
Gambar 4. Spesies Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak
Musa acuminata Colla.
(Pisang hutan)
Tabel 22. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak (Hasil Wawancara
dengan Masyarakat Desa Penyangga)
No Nama lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Beunying * Ficus fistulosa Reinw. Daun Pakan sapi
2 Walen* Ficus ribes Reinw. Buah Pakan burung
3 Loa/kondang* Ficus variegata BI. Buah Pakan burung
4 Gayonggong Phragmites karka Trin. Tumbuhan Pakan sapi, kerbau
5 Hamerang * Ficus grossulariodes Burm.f. Daun Pakan kerbau
6 Jajahean Panicum repens L. Tumbuhan Pakan sapi
7 Jukut ibun * Drymaria cordata Willd. Tumbuhan
Pakan sapi, kerbau,
kambing
8 Jukut ekor kuda - Tumbuhan
Pakan sapi, kerbau,
kambing
9
Jukut kidang
Agrostis infirma Buese in Miq. Tumbuhan
Pakan sapi, kerbau,
kambing
10 Jukut leles - Tumbuhan
Pakan sapi, kerbau,
kambing
11 Jukut pait - Tumbuhan

31
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pakan sapi, kerbau,


kambing
12
Kaliandra
-
Daun Pakan sapi, kerbau,
kambing
13 Katu lampa * Elaeocarpus oxypyren Kds. & Val. Daun Pakan sapi
14 Kilemo* Litsea cubeba (Lour.) Pers. Buah Pakan satwa
15 Kupa landak * Flacourtia rukam Zoll. & Morr. Buah Pakan satwa
16 Nangsi* Villebrunea rubescens Bl. Daun muda Pakan sapi, kambing
17 Pacar tere* Impatiens platypetala L. Daun Pakan sapi
18
Ramo kuya
- Tumbuhan
Pakan sapi, kerbau,
kambing
19
Rumput bayana
- Tumbuhan
Pakan sapi, kerbau,
kambing
20
Rumput kepang
- Tumbuhan
Pakan sapi, kerbau,
kambing
21
Rumput lameta
- Tumbuhan
Pakan sapi, kerbau,
kambing
22 Rumput malela - Tumbuhan
Pakan sapi, kerbau,
kambing
Ket * : Spesies Tumbuhan TNGP.
12. Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar

32
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Khusus untuk kategori penghasil kayu bakar ini ternyata tidak banyak literatur
yang membahasnya. Walaupun sebenarnya untuk kategori ini tidak terlalu memerlukan
persyararatan fisis dan biologis khusus, tapi ternyata hanya 10 jenis yang berhasil
diidentifikasi memiliki kegunaan sebagai penghasil kayu bakar Hal ini mungkin
dikarenakan adanya anggapan bahwa kegunaan kayu bakar tidak memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi. Sebagian besar didominasi habitus pohon yaitu sebanyak 9 jenis.
Diantara jenis -jenis tersebut terdapat jenis yang sudah tidak asing bagi masyarakat,
seperti : nangka (Artocarpus integra Thunb.) Merr., tusam (Pinus merkusii Jung. Et . De
Vriese), Rasamala (Altingia excelsa Noronha). Daftar spesies tumbuhan penghasil kayu
bakar di TNGP disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar TNGP (Studi Literatur)
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Tahi kotok Lantana camara L. Batang, ranting Kayu bakar
2 Loa/kondang Ficus variegata BI. Batang, ranting Kayu bakar
3 - Persea rimosa (BI.) Kosterm. Batang, ranting Kayu bakar
4 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. Batang, ranting Kayu bakar
5 Pasang bodas Lithocarpus indutus (BI.) Hatus. Batang, ranting Kayu bakar
6 Saninten Castanopsis argentea (BI.) DC. Batang, ranting Kayu bakar
7 Hiur Castanopsis javanica (BI.) A. DC. Batang, ranting Kayu bakar
8 Rasamala Altingia excelsa Noronha. Batang, ranting Kayu bakar
9 Tusam Pinus merkusii Jung. Et . de Vriese. Batang, ranting Kayu bakar
10 Nangka Artocarpus integra (Thunb.) Merr. Batang, ranting Kayu bakar
Dari hasil wawancara, terdapat 14 jenis tumbuhan yang diidentifikasi memiliki
kegunaan sebagai bahan bakar. Dari 14 jenis ini, 11 jenis diantaranya berasal dari kawasan
TNGP. Rasamala dan puspa yang sebelumnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan ternyata sekaligus bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Selain dua jenis ini
masih ada jenis nangka, kaliandra dan kirinyu serta jenis-jenis yang lain. Daftar spesies
tumbuhan penghasil kayu bakar hasil wawancara dengan masyarakat disajikan pada Tabel
24.
Tabel 24. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Kayu bakar (Hasil Wawancara
dengan Masyarakat)
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Huru leueur * Persea rimosa (BI.) Kosterm. Batang, ranting Kayu bakar

33
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

2 Jamuju * Dacricarpus imbricatus Bl. Batang, ranting Kayu bakar


3 Kaliandra - Batang, ranting Kayu bakar
4 Katepos - Batang, ranting Kayu bakar
5 Ki pres - Batang, ranting Kayu bakar
6 Kirinyu * Eupatorium odoratum L. Batang, ranting Kayu bakar
7 Kondang* Ficus variegata BI. Batang, ranting Kayu bakar
8 Nangka * Artocarpus integra (Thunb.) Merr. Batang, ranting Kayu bakar
9 Pasang batu* Lithocarpus indutus (BI.) Hatus. Batang, ranting Kayu bakar
10 Pinus * Pinus merkusii Jung. Et . de Vriese. Batang, ranting Kayu bakar
11 Puspa* Schima wallichii (DC.) Korth. Batang, ranting Kayu bakar
12 Rasamala* Altingia excelsa Noronha. Batang, ranting Kayu bakar
13 Riung anak* Castapnosis javanica (BI.) A. DC. Batang, ranting Kayu bakar
14 Saninten* Castanopsis argentea (BI.) DC. Batang, ranting Kayu bakar
Ket * : Spesies Tumbuhan TNGP.
13. Tumbuhan Tolak Bala
Dari hasil wawancara terdapat 6 jenis tumbuhan yang bisa digunakan untuk tolak
balak. Diantara jenis-jenis tersebut terdapat jenis yang cukup terkenal yaitu jenis daun
kelor. Selain itu terdapat juga jenis sulangkar, delima (Punica granatum L.), pacing
(Costus speciosus (Koen.) J.E. Smith.) dan bambu tamiang. Jenis-jenis tersebut
diidentifikasi berasal dari luar kawasan TNGP. Ada satu jenis lagi yaitu teki gunung yang
berasal dari dalam kawasan TNGP.
Tabel 25. Daftar Spesies TumbuhanTolak Balak (Hasil Waw ancara dengan Masyarakat)
No Nama lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan
1 Kelor Sesbania sesban Merr. Daun Melihat setan
2 Delima Punica granatum L. Bunga Jampi
3 Sulangkar Leea indica Merr. - -
4 Bambu tamiang - Batang Mengusir roh jahat
5 Pacing * Costus speciosus (Koen.) J.E Smith. Bunga
6 Teki gunung
Ket * : Spesies Tumbuhan TNGP.
14. Tumbuhan Penghasil Lain-lain
Dari 13 kategori pengklasifikasian tumbuhan berdasarkan kegunaannya, terdapat
8 jenis tumbuhan yang belum masuk klasifikasi kegunaan. Jenis-jenis ini memiliki
spesialisasi kegunaan tersendiri. Ada yang berguna sebagai tumbuhan pencegah erosi,
terdapat pada jenis Eupatorium riparium Reg. dari famili asteraceae. Jenis ini terkenal

34
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dengan nama lokal teklan. Ada juga yang berguna sebagai pupuk hijau, terdapat pada jenis
Shuteria vestita W. & A. dari famili fabaceae. Jenis Mischocarpus sundaicus BI. dari
famili Sapindaceae memiliki kegunaan sebagai penghasil arang. Untuk deskripsi lebih
lanjut mengenai detail kategor i ini dapat dilihat Tabel 26.
Tabel 26. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Lain -lain TNGP (Studi Literatur)
No
Nama Lokal Nama Ilmiah
Bagian yang
Digunakan Kegunaan Habitus
1 Teklan Eupatorium riparium Reg.
Akar pada kaki
tumbuh Pencegah erosi Perdu
2 Ki hiris Eurya glabra (BI.) Kayu Kayu arang Perdu
3 Loa/kondang Ficus variegata BI. Getah Pelembab kulit Pohon
4 Ki howe Mischocarpus sundaicus BI. Kayu Penghasil Arang Perdu
5 - Shuteria vestita W. & A. Daun Pupuk hijau Liana
6 Ki somang Sloanea sigun (BI.) Kayu Kayu pertukangan Pohon
7 Kibangkong Turpinia sphaerocarpa Hassk. Kayu Kayu pertukangan Pohon
C. Tumbuhan Berguna Potensial
Dalam menentukan jenis-jenis tumbuhan berguna potensial, ada beberapa faktor
yang biasanya dijadikan sebagai dasar pemilihan. Faktor-faktor tersebut yaitu (1)
Ekologis, karena jenis tersebut langka atau terancam punah; (2) Ekonomis, karena jenis
tersebut memiliki potensi ekonomi yang tinggi bila dikembangkan; (3) Manfaat, karena
jenis tersebut memiliki kegunaan yang cukup banyak; dan (4) Seluruh bagian tumbuhan
dari jenis tersebut dapat dimanfaatkan oleh manusia (daun, batang, akar, bunga, buah).
a. Sintok (Cinnamomum sintoc BI.)
Jenis ini berasal dari famili lauraceae dengan habitusnya adalah pohon. Spesies
dengan nama lokal sintok ini memiliki kegunaan sebagai obat berbagai penyakit.
Penyakit-penyakit yang dapat disembuhkan dengan tumbuhan ini diantaranya adalah
cacingan, encok, disentri dan sariawan. Bagian tumbuhan yang biasa dimanfaatkan
adalah kulit batang dan kayunya. Sebagai tumbuhan yang multiguna maka jenis ini
potensial untuk dikembangkan oleh masyarakat.
b. Suren (Toona sureni BI.).
Jenis ini memiliki banyak kegunaan dalam menyembuhkan berbagai jenis
penyakit, yaitu astringen, demam dan ginjal membesar. Jenis dengan nama lokal suren
ini berasal dari famili meliaceae dengan habitusnya adalah pohon. Potensi
kegunaannya yang tinggi menjadikan jenis ini potensial untuk dikembangkan oleh

35
Skripsi /biologi/2015
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

masyarakat sekitar kawasan TNGP.


c. Antanan (Centella asiatica (L.) Urb.)
Jenis dari famili apiaceae ini sudah dikenal sebagai salah satu jenis tumbuhan obat
indonesia. Yang menarik dari jenis ini selain semua bagian tumbuhannya bisa
dimanfaatkan sebagai obat, kegunaan dari jenis ini cukup banyak untuk mengobati
berbagai penyakit. Kegunaan dari jenis ini diantaranya adalah untuk menyembuhkan
penyakit asma, tifus, busung, sakit kepala, influenza dan ayan. Hal ini menjadi potensi
tersendiri yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.
Gambar 5. Tumbuhan Potensial Antanan (Centella asiatica (L.) Urb.)
d. Jukut Hareuga (Bidens pilosa L.)
Jenis dengan nama lokal jukut hareuga ini berasal dari famili asteraceae. Keunikan
dari jenis ini selain dapat menyembuhkan berbagai penyakit, semua bagian
tumbuhannya bisa dimanfaatkan sebagai obat. Diantara jenis penyakit yang dapat
disembuhkan, yaitu; flu, demam, wasir dan bisul. Hal ini bisa dijadikan dasar bagi
pengembangan lebih lanjut dalam skala yang lebih luas oleh masyarakat sekitar
kawasan.
D. Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan
Untuk mengetahui sejauh mana pola interaksi masyarakat sekitar kawasan TNGP
dengan tumbuhan, maka dilakukan wawancara dengan beberapa responden sebagai
sampel. Hasil wawancara menggambarkan bagaimana pola pemanfaatan tumbuhan oleh
masyarakat sekitar kawasan TNGP. Terdapat 12 kategori tumbuhan berdasarkan
kegunaannya yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan.
Secara umum, masyarakat sekitar kawasan TNGP memahami bahwa kawasan
TNGP merupakan kawasan yang tidak boleh mendapatkan gangguan. Terlepas apakah
mereka paham TNGP sebagai kawasan konservasi atau tidak. Oleh karena itu penyuluhan–
penyuluhan konservasi perlu ditingkatkan supaya masyarakat memahami dengan baik
kawasan TNGP sebagai kawasan konservasi. Dalam kaitannya pemanfaatan tumbuhan
yang berada dalam kawasan mereka memahami bahwa hal itu merupakan tindakan yang
tidak diperbolehkan oleh pengelola TNGP. Walaupun ada beberapa yang secara tradisional
masih memanfaatkan jenis tumbuhan tertentu, misalnya masih ada yang mengambil buah
konyal (Passiflora suberosa L.), cangkoreh (Dinochloa scandens (Blume. ex Nees.) OK.).
Ini berarti interaksi masyarakat terhadap tumbuhan di kawasan TNGP tidak terlalu tinggi.
Informasi yang diberikan oleh masyarakat dalam kaitannya pemanfaatan tumbuhan,
sebagian besar hanya sekedar informasi yang sudah tidak diterapkan lagi. Artinya
walaupun masyarakat tahu, tetapi mereka sudah tidak menggunakan pengetahuannya itu
untuk mengambil jenis tertentu dari kawasan TNGP. Khusus untuk buah konyal, pengelola
taman nasional memang memberikan izin kepada masyarakat untuk mengambilnya. Secara

36
Skripsi /biologi/2015
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

ekologis konyal yang merupakan tumbuhan eksotik ini dapat mengganggu pertumbuhan
spesies lainnya.
Selain itu, pihak pengelola taman nasional juga memberikan program
pemberdayaan masyarakat khususnya sektor ekonomi. Bantuan-bantuan model ternak
bergilir dan bantuan bibit tanaman secara tidak langsung dapat membantu masyarakat. Hal
ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan interaksi masyarakat terhadap kawasan
tidak cukup tinggi.
Pada satu sisi, kenyataan ini menggembirakan secara ekologis, karena masyarakat
secara tidak langsung melupakan untuk mengganggu kawasan TNGP. TNGP menjadi
kawasan yang secara ekologis cukup baik karena gangguan terhadap kawasan kecil. Akan
tetapi sebagai kawasan konservasi, TNGP harus bisa memberikan manfaat secara langsung
sosial ekonomi kepada masyarakat sekitar. Keberadaan TNGP harus bisa dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat. Karena sebenarnya dengan merasakan secara langsung
manfaat kawasan, maka masyarakat akan menyadari pentingnya TNGP dan secara tidak
langsung ikut menjaga kelestariannya.
Dalam kaitannya dengan etnobotani, penyelamatan pengetahuan tradisional dan
kearifan lokal masyarakat menjadi penting. Pengetahuan tersebut sangat berharga sebagai
sebuah kekayaan ilmiah tradisional yang bisa memperkaya pengetahuan ilmiah modern
nantinya. Pengetahuan tradisional tersebut harus terus lestari. Hal inilah yang menjadi
salah satu kekhawatiran dengan kecilnya interaksi masyarakat terhadap kawasan TNGP.
Pengetahuan tradisional tersebut secara perlahan akan menghilang karena masyarakat
sudah tidak mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Aspek legal formal yang
melarang masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya hayati di kawasan TNGP yang
menjadi penyebabnya. Oleh karena itu dibutuhkan kesinergisan antara kelestarian
kawasan, sosial ekonomi masyarakat serta etnobotani dengan didukung oleh semua pihak
yang terkait. Model pengelolaan dengan memperhatikan aspek kelestarian, sosial ekonomi
masyarakat dan etnobotani inilah yang harus dikembangkan kedepan, sehingga semua
pihak yang terkait bisa merasakan manfaatnya dan sekaligus kelestarian taman nasional itu
sendiri tetap terjaga.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Jumlah spesies tumbuhan yang teridentifikasi di kawasan TNGP sebanyak 762 jenis.
Dari hasil verifikasi diperoleh sebanyak 461 jenis dari 111 famili diantaranya
merupakan tumbuhan yang memiliki potensi kegunaan.
2. Berdasarkan potensi kegunaannya spesies-spesies tumbuhan berguna dibag i ke dalam
12 kelompok kegunaan, yaitu tumbuhan obat (210 jenis), hias (154 jenis), penghasil
bahan bangunan (54 jenis), penghasil pangan (38 jenis), penghasil serat (4 jenis),
37
Skripsi /biologi/2015
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

penghasil tanin (4 jenis), penghasil warna (19 jenis), pestisida nabati (2 jenis),
aromatik (4 jenis), penghasil tali, kerajinan, anyaman (3 jenis), pakan ternak (14 jenis ),
penghasil kayu bakar (10 jenis) dan penghasil lain- lain (8 jenis).
3. Terdapat 246 jenis tumbuhan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNGP
yang terbagai ke dalam 12 kategori pemanfaatan, yaitu tumbuhan obat (69 jenis),
tumbuhan hias (66 jenis ), penghasil bahan bangunan (17 jenis ), penghasil pangan (32
jenis), penghasil warna (12 jenis), penghasil pestisida nabati (1 jenis), tumbuhan
aromatik/minyak atsiri (26 jenis), penghasil tali, kerajinan dan anyaman (7 jenis),
penghasil pakan ternak (22 jenis ), penghasil kayu baker (14 jenis), dan penghasil tolak
balak (6 jenis).
4. Spesies-spesies tumbuhan berguna potansial antara lain sintok (Cinnamomum sintoc BI.),
suren (Toona sureni BI.), antanan (Centella asiatica (L.) Urb.) dan jukut hareuga
(Bidens pilosa L.).
Saran
1. Dilakukan penelitian inventarisas i keanekaragaman jenis tumbuhan secara kuantitatif
di TNGP.
2. Dilakukan penelitian serupa di desa-desa sekitar kawasan yang lain (Sindangjaya,
Sukatani, Kebon Peuteuy, Mekarwangi, Tegallega, Padaluyu, Bunikasih, Langensari,
Gegbrong, Cipetir, Sudajaya Girang, Gegbrong, Sukangalih, Citapen, Citeko, dan
Cilengsi).
3. Dilakukan pendampingan kegiatan budidaya spesies tumbuhan berguna bagi masyarakat
sekitar kawasan TNGP.

38
Skripsi /biologi/2015
Daftar Pustaka

Daftar Pustaka

Cáceres, M.E., Matzk, F. & Busti, A., 2001. Apomixis and sexuality in Paspalum simplex :
characterization of the mode of reproduction in segregating progenies by different methods. ,
pp.201–206.

Ellwood, M.D.F. & Foster, W.A., 2002. Canopy Ferns in Lowland Dipterocarp Forest Support a
Prolific Abundance of Ants , Termites , and Other Invertebrates ’. , 34(4), pp.575–583.

Gaut, B.S., 2002. Evolutionary dynamics of grass genomes. New Phytologist, 154(1), pp.15–28.
Available at: http://doi.wiley.com/10.1046/j.1469-8137.2002.00352.x.

Genetica, D. De & Brasilia, U. De, 2001. The nature of apomixis in cassava ( Manihot esculentum ,
Crantz ). , 187, pp.185–187.

Grimanelli, D. et al., 2001. Developmental genetics of gametophytic apomixis. , 17(10), pp.597–604.

39
Skripsi /biologi/2015

Anda mungkin juga menyukai