Anda di halaman 1dari 16

Menurunnya Keanekaragaman Hayati

Hukum Islam (C)

Muhamad Shobri Yassar


(110110200158)

Dosen Pengampu :
Dr. Djanuardi, S.H., M.H.

Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran
Kata Pengantar

Puji syujut kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Menurunnya Keanekaragaman Hayati” dari
mata kuliah Hukum Islam ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan daripada makalah ini adalah untuk ememnuhi tugas dosen pada mata kuliah
Hukum Islam. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang praktek kawim
tangkap bagi para pembaca maupun bagi penulis.

Saya menyadari, bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dansaran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah atau karya tulis apapun
yang akan saya buat kedepannya.
Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

I.2. Identifikasi Masalah

I.3. Tujuan

Bab II Tinjauan Pustaka

II.1. Tinjauan Umum Ekosistem

II.1.1 Penjelasan Umum Ekosistem

II.1.2. Proses Terbentuknya Ekosistem

II.2. Tinjauan Umum Lingkungan Hidup

II.2.1. Lingkungan Hidup di Indonesia

II.2.2. Keberlangsungan Lingkungan Hidup

Bab III Objek Makalah

Bab IV Pembahasan

IV.1. Pengaruh Keanekaragaman Hayati terhadap Kehidupan

IV.2. Kejahatan Lingkungan dalam Islam

Bab V Penutup

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pembicaraan mengenai keanekaragaman hayati yang terancam khususnya di Indonesia telah
mencuat belakangan ini, peristiwa ini banyak dikaitkan dengan penurunan kualitas lingkungan yang
disebabkan ulah manusia yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Menjadi
kontradiksi apabila di satu sisi kita sebagai manusia yang membutuhkan alam sebagai salah satu
sumber kehidupan, tetapi di sisi lain ternyata pemanfaatan tersebut pada prakteknya membawa
dampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk memahami lebih dalam mengenai
biodiversitas di Indonesia dalam rangka menjaga kelestarian alam dan kelangsungan hidup manusia.

Keanekaragaman hayati berupa hewan dan tumbuhan atau yang biasa disebut sebagai
biodiversitas merupakan salah satu bagian dari keseluruhan ekosistem yang memiliki fungsi sebagai
penyeimbang kehidupan. Keanekaragaman hayati terbagi menjadi beberapa tingkat seperti tingkat
genetik, spesies, dan ekosistem yang masing-masing dari tingkatan tersebut memiliki peran masing-
masing terhadap keseluruhan ekosistem yang ada.

Variabilitas jenis-jenis makhluk hidup ini tentu mempunyai hubungan yang sangat erat yaitu
hubungan timbal balik dan saling memengaruhi antara satu jenis makhluk hidup dengan makhluk
hidup lainnya. Sebagai contoh adalah orang utan yang memiliki peran penting dalam pembibitan
pohon hutan hujan dari biji buah-buahan yang mereka jatuhkan di tanah dapat menjadi bibit pohon
baru, burung hantu yang menjadi predator alami bagi hama tikus di area persawahan, lebah yang
berperan penting dalam penyerbukan bunga, dan lain sebagainya.

Tidak hanya terhadap binatang saja, keanekaragaman hayati dalam konteks tumbuhan juga
berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Sebagai contoh adalah lebih dari 300.000 spesies
tumbugan berbunga yang dimanfaatkan oleh manusia, digunakan untuk material industri dari
organisme, bahkan menjadi objek wisata yang tentu dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.

Indonesia telah memberikan perhatian terhadap keanekaragaman hayati yang dimilikinya, hal
ini tercermin melalui pembentukan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam Undang-Undang ini digunakan asas keanekaragaman hayati
sebagai dasar pembentukan, dimana asas tersebut memandang perlunya perhatian lebih terhadap
lingkungan hidup dalam rangka memertahankan dan melestarikan keberlanjutan sumber daya hayati.
I.2. Identifikasi Masalah
Indonesia adalah negara dengan kekayaan biodiversitas terrestrial (darat) tertinggi kedua di
dunia, jika kekayaan terrestrial ini digabungkan dengan keanekaragaman hayati di laut maka
Indonesia menjadi negara terkaya akan keanekaragaman hayati. Menurut Food and Agriculture
Organization (FAO), kekayaan terrestrial memiliki implikasi yang besar terhadap pertanian dan
pangan suatu negara, terlebih bagi Indonesia yang terkenal dengan sebutan negara maritime yang
dimana mata pencaharian Sebagian besar masyarakat adalah petani.

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa biodiversitas memiliki pengaruh besar
terhadap keselutuhan ekosistem, ternyata belum dipahami dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Sebagai contoh adalah praktek pembukaan hutan untuk dijadikan lahan sawit di Kalimantan yang
berimplikasi pada satwa-satwa yang hidup di hutan tersebut serta berkurangnya kemampuan tanah
dalam menyimpan air karena jumlah pohon yang terus menipis yang berujung pada potensi terjadinya
banjir dan tanah longsor. Selain itu, menurut data yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) telah terjadi 663 kasus kejahatan lingkungan (kejahatan tumbuhan dan satwa liar,
perburuan illegal terhadap satwa, dan sebagainya) pada rentang tahun 2012 sampai dengan tahun
2016.

Fenomena di atas tentu telah bertentangan dengan etika dalam kehidupan, dimana manusia
yang pada hakekatnya memerlukan makhluk hidup lain justru merusak sumber kehidupannya sendiri.
Peran penting kenakaragaman hayati tersebut juga telah termaktub dalam Surah An-Nahl ayat 66 dan
80 yang menjelaskan bahwa hewan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan manusia, dan juga
termaktub dalam Surah al-Mu’minun ayat 19 yang menjelaskan peran tumbuhan dalam pemenuhan
pangan manusia. Dari sini kita dapat melihat bahwa perlindungan terhadap lingkungan hidup
khususnya keanakaragaman hayati adalah perlu untuk diperhatikan dan dipahami dengan baik. Hal ini
penting dilakukan untuk melidungi kehidupan generasi yang akan datang, menjalankan perintah Allah
SWT mengenai pentingnya pengelolaan alam yang baik, serta demi kemashlahatan umat.

I.3. Tujuan

Karya tulis ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Hukum Islam
dengan judul “Menurunnya Keanekaragaman Hayati” yang membahas mengenai permasalahan
lingkungan hidup di Indonesia khususnya yang telah terjadi baru-baru ini. Selain itu, karya tulis ini
juga diharapkan dapat memberikan edukasi dan pengetahuan bagi para pembaca mengenai seluk
beluk lingkungan hidup yang ada di Indonesia, mulai dari karakteristik, permasalahan, dan sampai
kepada penyelesaiannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Tinjauan Umum Ekosistem

II.1.1. Penjelasan Ekosistem

Ekosistem merupakan kesatuan fungsional dasar yang menyangkut proses interaksi organisme
hidup dengan lingkungannya1. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah mencakup lingkungan biotik
dan lingkungan abiotik sebagai suatu kesatuan sistem yang berupa aliran energi, rantai makanan,
siklus biogeokimiawi, perkembangan, dan pengendalian2. Ekosistem merupakan bagian daripada
lingkungan hidup, hal ini berarti karakteristik lingkungan hidup suatu wilayah dipengaruhi oleh
keberadaan ekosistem dengan seluruh sistemnya.

Ekosistem di Indonesia sedikit banyaknya telah dipengaruhi oleh letak Indonesia dalam garis
khatulistiwa yang memengaruhi suhu yang berpengaruh pada kekayaan vegetasi dan keadaan tanah,
sedangkan letak Indonesia yang diapit oleh dua samudra (Samudera Hindia dan Samudera Pasifik)
serta diapit oleh dua benua (Benua Asia dan Benua Australia) juga telah membawa pengaruh pada
kekayaan maritim hingga jenis musim di Indonesia, dimana musim penghujan di Indonesia dibawa
oleh angin Laut Pasifik sedangkan musim kemarau dibawa oleh angin dari daratan Australia yang
tandus.

Berbagai faktor di atas telah memengaruhi ekosistem di Indonesia yang secara umum
memiliki empat tipe utama, antara lain3 :

a) Kelompok ekosistem bahari, yang dikelompokkan lagi berdasarkan kedalaman permukaan


laut yang dipengaruhi oleh komponen abiotik dan abiotik.
b) Kelompok ekosistem darat alami, yang terbagi kedalam ekosistem pamah yang terdiri dari
begetasi rawa dan vegetasi darat; ekosistem pegunungan, yang diklasifikasikan menjadi hutan
pegunungan, padang rumput, vegetasi terbuka, vegetasi rawa gambut, serta vegetasi alpin;
dan yang terakhir adalah vegetasi monsun yang diantaranya adalah hutan monsun, savana,
dan padang rumput.

1
Utomo. Suyud Warno, dkk., dalam “Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistem”, Hlm. 14,
http://repository.ut.ac.id/4305/1/BIOL4215-M1.pdf
2
Ibid.
3
Ibid, Hlm. 18
c) Kelompok ekosistem suksesi, yaitu ekosistem yang berkembang setelah terjadi kerusakan
yang terjadi secara alami maupun kerusakan yang terjadi akibat ulah manusia seperti
ekosistem buatan yang tidak terpakai lagi.
d) Kelompok ekosistem buatan, merupakan ekosistem yang dibuat oleh manusia dan bukan
melalui proses alami oleh alam seperti waduk, tambak ikan, aliran irigasi, perkebunan, dan
lain sebagainya.

II.1.2. Proses terbentuknya Ekosistem

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa ekosistem adalah menyangkut proses
interaksi organisme hidup dengan lingkungannya. Yang dimaksud organisme hidup di sini adalah
individu sebagai unsur terkecil, yang kemudian kumpulan dari individu yang sejenis adalah disebut
populasi, kemudian membentuk komunitas yang kemudian menciptakan suatu ekosistem.

II.2. Tinjauan Umum Lingkungan Hidup

II.2.1. Lingkungan Hidup di Indonesia

Menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2009, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
memengaruhi kelagsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hdup lain.
Adapun yang saya maksud sebagai lingkungan hidup di Indonesia adalah seluruh kesatuan ruang
sebagaimana penjelasan di atas dalam wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Repbulik Indonesia.
Sedangkan, menurut Islam lingkungan adalah keseluruhan makhluk hidup mencakup manusia, hewan,
dan tumbuhan yang ada di atas dan di dalam perut bumi yang diciptakan oleh Allah SWT yang
dimana memiliki peran masing-masing dan saling melengkapi.

Lokasi Indonesia yang diaput oleh dua benua dan dua samudera telah memberikan pengaruh
strategis dan luas terhadap keadaan lingkungan hidup disini. Selain itu, faktor cuaca dan iklim juga
memberikan pengaruh sedemikian besar terhadap karakteristik lingkungan hidup di Indonesia sebagai
negara tropis yang terletak pada garis khatulistiwa. Karakteristik inilah yang menjadikan Indonesia
memiliki banyak satwa dan tumbuhan endemik yang sulit atau bahkan tidak akan kita jumpai pada
wilayah atau nega lain.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, karakteristik lingkungan hidup di Indonesia juga
berpengaruh terhadap meta pencaharian masyarakat. Sebagai contoh, letak negara Indonesia dalam
ring of fire dan Indonesia yang menjadi letak pertemuan dua deretan pegunungan muda atau sirkum
(Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik) menyebabkan Indonesia kaya akan gunung api aktif yang
memiliki proses vulkaisme yang berujung pada tingkat kesuburan tanah yang tinggi dibandingkan
dengan negara lain. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan lahan
pertanian hinga lahan perkebunan sekaligus dijadikan mata pencaharian yaitu petani. Selain itu,
konsep wawasan nusantara yang dibawa oleh Prof. Mochtar Kusumaatmadja yang mengajarkan
bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang disatukan oleh perairan, ajaran inilah yang
menjadikan negara kita kaya akan kekayaan laut yang kemudian juga dikenal sebagai negara maritim.
Sebagai contoh juga, adalah kawasan Laut Natuna yang terkenal akan kekayaan lautnya mulai dari
terumbu karang hingga biota laut yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk
kemudian diambil kekayaan lautnya.

Dari contoh yang telah dikemukakan di atas, adalah jelas bahwa karakteristik lingkungan
hidup suatu negara telah membawa pengaruh penting dan besar bagi keberlangsungan hidup suatu
negara. Hal ini juga telah ditegaskan oleh presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno
bahwasannya “Pangan merupakan soal hidup-matinya suatu bangsa, apabila kebutuhan pangan rakyat
tidak dipenuhi maka malapetaka tidak dapat dihindari, oleh karena itu perlu diadakan usaha secara
besar-besaran, radikal dan revolusioner.”

II.2.1. Keberlangsungan Lingkungan Hidup

Tujuan Allah SWT menurunkan manusia di bumi agar supaya manusia menjadi khalifah di
muka bumi yang mengemaban tanggung jawab untuk memelihara keberlangsungan makhluk hidup
yang berada di sana. Dalam rangka menjalankan tanggung jawab tersebut Allah telah berfirman :

“dan carilah pada apa yang telah dianugerhkan Allah kepadamu dan janganlah kamu melupakan
bahagiamu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S. Al-Qashash : 77).

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, upaya pelestarian lingkungan hidup oleh
manusia tidak semata-mata hanya demi kepentingan ekonomi belaka, melainkan untuk
keberlangsungan kehidupan dan juga sebagai bentuk kepatuhan terhadap perintah Allah SWT.

Indonesia sebagai negara hukum juga telah memebrikan perhatian terhadap keberlangungan
lingkungan yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perlindungan terhadap lingkungan telah terangkum dalam Bab XV
mengenai Ketentuan Pidana yang di dalamnya terdapat 24 (dua puluh empat pasal). Secara landasan
hukum, saya menilai bahwa pemerintah telah memberikan perhatian terhadap keberlangsungan
lingkungan hidup di Indonesia, tetapi bagaimana dengan praktek di lapangan dan kondisi lingkungan
dewasa ini? Pertanyaan inilah yang akan dibahas dalam tulisan ini.
BAB III

OBJEK MAKALAH

Deforestasi hutan yang terjadi di Kalimantan selama kurang lebih lima tahun terakhir paling
banyak didominasi dari adanya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), kebakaran hutan dan lahan
sebenarnya adalah peristiwa yang wajar terjadi terlebih pada musim kemarau atau kebakaran yang
terjadi secara alami. Akan tetapi, permasalahan yang timbul belakangan ini adalah kebakaran hutan
dan lahan yang terjadi lebih banyak disebabkan oleh praktek pembukaan lahan dengan cara membakar
hutan terbuka secara illegal atau tanpa adanya izin dari pihak berwenang.

Definisi mengenai kebakaran hutan menurut SK. Menhut. No. 195/Kpts-II/1996 adalah suatu
keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan hasil hutan yang
menimbulkan kerugian ekonomi dan lingkungannya. Selain disebabkan praktek pembukaan lahan
dengan cara membakar hutan secara terbuka, kebakaran hutan dan lahan juga dapat disebabkan oleh
beberapa factor alam seperti adanya musim kemarau yang menyebabkan tumbuhan mengalami
kekeringan, apabila terjadi gesekan antara rantin atau dahan pohon yang kering secara terus menerus
maka akan menimbulkan adanya kebakaran hutan. Adapun faktor penyebab kebakaran hutan yang
disebabkan oleh manusia adalah sebagai berikut4 :

1) Penggunaan api dalam kegiatan persiapa lahan


2) Pembalakan liar atau illegal logging
3) Kebutuhan akan pakan ternak oleh masyarakat
4) Perambahan hutan
5) Sebab lain

Pada dasarnya praktek pembukaan lahan adalah sah di mata hukum dengan memenuhi
persyaratan dan dengan dikeluarkannya izin pembukaan lahan oleh instansi terkait. Akan tetapi,
praktek pembukaan lahan dengan cara pembakaran hutan secara terbuka yang terjadi di kebanyakan
wilayah khususnya Prov. Kalimantan adalah dilakukan tanpa adanya izin atau merupakan praktek
illegal dan merupakan Tindakan melawan hukum yaitu melanggar Pasal 109 UU No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4
Rasyid. Fahmi, 2014, “Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan”, Edisi 1, No. 4, Hlm. 49,
https://juliwi.com/published/E0104/Paper0104_47-59.pdf
Perlunya dikeluarkan izin adalah bermaksud untuk menyaring pihak swasta atau bahkan
perusahaan negara yang mampu untuk mengelola lingkungan demi menjaga kualitas lingkungan
hidup sebagaimana yang dimaksud dalam UU No. 32 tahun 2009. Dengan kata lain, pada dasarnya
memanfaatkan alam adalah hal yang wajar, tetapi juga menjadi keharusaan untuk kemudian tetap
menjaga kualitas lingkungan yang akan kita manfaatkan. Pemanfaatan alam juga telah ditegaskan
dalam Q.S. Al-Baqarah : 22 yang berarti :

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia
menurunkan air (hujan) dari langit , lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahui.”

Praktek pembukaan lahan dengan cara membakar hutan terbuka secara illegal adalah
Tindakan yang menyalahi kodrat manusia dan alam, oleh karena itu pemahaman terhadap pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan hidup haruslah ditanamkan kepada masyarakat sedini mungkin agar
tidak terjadi praktek serupa di masa yang akan datang. Sebagaimana kata pepatah ‘apa yang kamu
tanam itu yang kamu tuai’ agar kita bangsa Indonesia tidak menyesal di kemudian hari atas adanya
praktek kejahatan lingkungan hari ini yang tidak kita cegah bersama-sama.
BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1. Pengaruh Keanekaragaman Hayati terhadap Kehidupan

Maksud daripada kehidupan dalam konteks lingkungan hidup adalah segala komponen biotik
maupun abiotik yang memiliki peran masing-masing terhadap ekosistem dan lingkungan. Oleh karena
masing-masing komponen tersebut di atas adalah memiliki peran maka menjadi tidak dapat
dipisahkan dari unsur yang membentuk suatu lingkungan hidup. Hal inilah yang menurut saya perlu
untuk dipahami masyarakat bahwasannya tidak ada satupun ciptaan Allah SWT yang tidak memiliki
maksud, untuk kemudian agar masyarakat tidak lagi berbuat seenaknya dengan tidak mengindahkan
perundang-undangan, Al-Qur’an, dan hadist.

Adapun pengaruh keanekaragaman hayati terhadap lingkungan adalah terkait dengan


karakteristiknya, baik karakteristik satwa, tumbuhan, atau bahkan sampai kepada jenis
matapencaharian manusia disekitar wilayah tersebut. Sebagai contoh adalah kawasan Laut Natuna,
Prov. Kepulauan Riau yang memiliki potensi sumber daya alam berupa ikan yang mencapai 1 (satu)
juta ton/tahun berimplikasi pada matapencaharian masyarakat setempat yaitu nelayan. Contoh lainnya
adalah Pulau Jawa yang memiliki banyak gunung api aktif yang dengan proses vulkanismenya
mengakibatkan tanah sebagai unsur abiotik menjadi subur dan dapat dimanfaatkan masyarakat dengan
cara bertani, berkebun, beternak, dan lain sebagainya. Dari sini dapat dilihat bahwa pengaruh
keanekaragaman hayati terhadap lingkungan adalah sangat luas.

Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, telah terjadi
peningkatan yang signifikan terhadap penurunan kawasan hutan di wilayah Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah dengan rata-rata kenaikan jumlah lahan terbakar adalah
puluhan ribu setiap tahun (tahun 2016 sampai tahun 2019). Menurut saya, peningkatan laju penurunan
jumlah kawasan hutan adalah berbanding lurus dengan penurunan kualitas lingkungan hidup dengan
komponen jumlah tumbuhan, satwa, kualitas udara, kualitas air, dan juga kesuburan tanah. Oleh
karena itu, implikasi terhadap lingkungan dari kebakaran hutan yang sedemikian masifnya adalah
besar dan perlu untuk diantisipasi.

Dengan berkurangnya jumlah dan jenis tumbuhan yang hidup maka secara langsung akan
berimplikasi pada jumlah dan jenis satwa di Kalimantan yang kehilangan habitatnya, dengan adanya
penurunan jumlah habitat yang drastic seperti yang telah dipaparkan di atas tentu akan mengganggu
rantai makanan hewan yang pada kasus terparah akan mengakibatkan kepunahan jenis tumbuhan dan
hewan yang terdampak. Tentu hal ini adalah hal yang tidak diinginkan dan perlu untuk dicegah,
karena bagaimanapun juga kita manusia hidup berdampingan dengan alam serta kepunahan satwa
atau tumbuhan endemik juga dapat menghilangkan ciri khas atau identitas satu wilayah atau bahkan
negara Indonesia yang dikenal akan kekayaan biodiversitas baik itu terrestrial maupun bahari.

IV.2. Kejahatan Lingkungan dalam Islam

Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan daripada ekosistem dan lingkungan hidup, hal ini
disebabkan lingkunganlah yang berperan besar terhadap arah kehidupan manusia sebagai salah satu
komponennya. Penyediaan sumber daya alam berupa air untuk kebutuhan rumah tangga manusia,
buah-buahan untuk kebutuhan makanan, kayu dari pohon untuk membangun bangunan, dan lain
sebagainya adalah contoh kecil dari betapa bergantungnya manusia terhadap lingkungan dan alam.
Oleh karena itu, memang sudah menjadi kewajiban bagi manusia apabila mengambil manfaat yang
disediakan oleh lingkungan maka juga harus melestarikan lingkungan pula demi kepentingan generasi
penerus kita di masa yang akan datang.

Akan tetapi, fakta di lapangan adalah banyak yang bertentangan dengan kewajiban di atas.
Dimana banyak terjadi pembakaran hutan terbuka untuk membuka lahan perkebunan, aktivitas
pertambangan di beberapa wilayah yang tidak lagi diurus dengan baik, praktek illegal logging hutan
yang menyebabkan banjir bandang, dan lain sebagainya. Praktek-praktek yang telah disebutkan di
atas adalah beberapa contoh dari tindakan kejahatan terhadap lingkungan.

Indonesia sebagai negara hukum telah menerbitkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dibuat untuk tujuan mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan dalam rangka pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya5.
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, bahwasannya menjaga lingkungan hidup adalah
keharusan, hal ini juga telah dijelaskan dalam Surah Al-A’raf : 56 yang berarti :

“janganlah kamu merusak bumi sesudah Allah memperbaikinya.”

Menurut Pasal (1) UU No. 32 Tahun 2009 pengertian perusakan lingkungan hidup adalah sebagai
berikut :

“Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau
tidak langsung terhadap sfat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui
kriteria baku lingkungan hidup.”

5
Susilawati. Endang Yuliana, 2009, “Kejahatan Lingkungan Hidup (Suatu Kajian Kriminologis
Terhadap Berlakunya UULH), Vol. VIII, Hlm. 33, https://media.neliti.com/media/publications/23530-ID-
kejahatan-lingkungan-hidup-suatu-kajian-kriminologis-terhadap-berlakunya-uu-lh.pdf
Terhadap pasal yang telah dikemukakan di atas, maka pembakaran kawasan hutan di Kalimantan
secara illegal telah memenuhi unsur sebagai berikut :

1) Tindakan : merupakan kegiatan dan/atau aktivitas yang dilakukan oleh subjek hukum baik itu
orang maupun badan hukum, maka dalam kasus ini ‘pembakaran’ merupakan Tindakan
daripada subjek hukum.
2) Orang : merupakan salah satu daripada subjek hukum yang melekat padanya adalah hak dan
kewajiban hukum, maka dalam kasus ini ‘pelaku atau tersangka’ pembakaran hutan
merupakan unsur orang dalam tindak pidana.
3) Perubahan langsung : bahwa dampak dari kebakaran yang terjadi adalah membawa perubahan
dengan waktu yang terhitung singkat apabila diukur dengan waktu pembakaran terjadi.
4) Lingkungan hidup : bahwa kebakaran hutan di Kalimantan telah berimplikasi pada
menurunnya jumlah dan jenis pohon yang berpotensi menimbulkan banjir atau tanah longsor,
satwa kehilangan habitat yang berpotensi mati, dan menurunnya kualitas udara yang
disebabkan asap yang dihasilkan dari pembakaran hutan.

Dengan melihat bahwa pembakaran hutan di Kalimantan yang telah memenuhi unsur di atas dan
telah melampaui kriteria baku lingkungan hidup maka dapat dikatakan perbuatan tersebut adalah
melawan hukum dan memiliki kemungkinan tidak memiliki izin kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009. Apabila melihat ketentuan Pasal 109 UU No. 32
Tahun 2009 maka praktek pembakaran illegal terhadap hutan Kalimantan adalah merupakan bentuk
tindak pidana dan dapat dijatuhi hukuman bagi pelanggarnya.

Dengan berdasar pada firman Allah SWT yang tertuang dalam Q.S. Al-A’raf : 56 serta melihat
ketentuan Pasal 1 angka 16, Pasal 36 ayat (1), dan Pasal 109 UU No. 32 Tahun 2009 maka dapat
disimpulkan bahwa praktek pembakaran hutan secara illegal atau tidak memiliki izin adalah tindakan
melawan hukum serta tidak memenuhi perintah Allah SWT yaitu manusia sebagai khalifah di muka
bumi.
BAB V

PENUTUP

Lingkungan hidup adalah factor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan pada
dasarnya manusialah yang sebenarnya lebih membutuhkan alam atau lingkungan demi kelangsungan
hidup. Segala tumbuh-tumbuhan telah menyediakan sumber makanan yang baik, berbagai macam
jenis pohon yang tumbuh di hutan menyediakan bahan baku dalam pembuatan bangunan, tumbuhan
yang telah berperan penting dalam menjaga kualitas udara dan air kita, berbagai jenis hewan yang
dapat kita konsumsi bahkan beberapa hewan endemic telah menjadi ikon daripada suatu wilayah, dan
lain sebagainya.

Akan tetapi, semua manfaat yang dapat kita ambil dari alam tersebut tidak akan maksimal apabila
terdapat kerusakan dalam lingkungan itu sendiri, yaitu kerusaka yang ditimbulkan oleh manusia yang
memanfaatkan secara berlebihan dan enggan untuk melestarikan kembali apa yang telah diambilnya
dari alam. Perbuatan tersebut adalah dilarang untuk dilakukan sebagaimana yang telah terlukis di
dalam perundang-undangan dan juga telah di atur oleh Tuhan, dengan tujuan yang tidak lain adalah
menjaga keberlangsungan kehidupan.

Oleh karena itu, kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup
adalah penting karena tidak mungkin apabila hanya mengandalkan pemerintah saja. Kedepannya
diharapkan bahwa masyarakat tidak hanya mengetahui bagaimana cara memanfaatkan alam tetapi
juga mengetahui bagaimana cara untuk melestarikannya demi kepentingan generasi penerus bangsa
agar mereka juga merasakan betapa kayanya Indonesia sebagai sebuah bangsa yang di dalamnya
terdapat berbagai macam biodiversitas.
Daftar Pustaka

Sumber Buku :

Ali. Mohammad Daud, 1998, Hukum Islam, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada

Sumber Perundang-Undangan :

Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Surat Keputusan Menteri Kehutanan, No. 195/Kpts-II/1996

Sumber Al-Qur’an dan Hadist :

Q.S. Al-A’raf : 56

Q.S. Al-Baqarah : 22

Q.S. An-Nahl : 66 dan 80

Q.S. Al-Mu’minun : 19

Q.S. Al-Qashash : 77

Sumber Lainnya :

“Potensi Keanekaragaman Hayati Indonesia untuk Bioprospeksi dan Bioekonomi”, 2020,


http://lipi.go.id/berita/potensi-keanekaragaman-hayati-indonesia-untuk-bioprospeksi-dan-
bioekonomi-/22154 (diakses pada tanggal 7 April 2021).

“Keanekaragaman Hayati dalam Pandangan Islam”, 2020,


http://agro.unida.gontor.ac.id/perlindungan-keanekaragaman-hayati-dalam-pandangan-islam/
(diakses pada tanggal 7 April 2021).

“Definisi Lingkungan Hidup Indonesia”, 2017, https://dprkplh.tanahlautkab.go.id/?q=article/definisi-


lingkungan-hidup-indonesia (diakses pada tanggal 8 April 2021).

“Sejarah, Ruang Lingkup Ekologi, dan Ekosistem”, http://repository.ut.ac.id/4151/1/MMPI5101-


M1.pdf (diakses pada tanggal 8 April 2021).

Susilawati. Endang Yuliana, 2009, “Kejahatan Lingkungan Hidup (Suatu Kajian Kriminologis
Terhadap Berlakunya UULH), Vol. VIII, https://media.neliti.com/media/publications/23530-
ID-kejahatan-lingkungan-hidup-suatu-kajian-kriminologis-terhadap-berlakunya-uu-lh.pdf
(diakses pada tanggal 12 April 2021).
Qomarullah. Muhammad, 2014, “Lingkungan dalam Kajian Al-Qur’an : Krisis Lingkungan dan
Penanggulangannya Perspektif Al-Qur’an”, Vol. 5, No. 1,
https://core.ac.uk/download/pdf/233637547.pdf (diakses pada tanggal 12 April 2021)

http://sipongi.menlhk.go.id/hotspot/luas_kebakaran (diakses pada tanggal 12 April 2021).

Anda mungkin juga menyukai