Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

BIOLOGI KONSERVASI
“Spesies Invasif Dan Pengaruh Manusia Di Bidang
Sosial Ekonomi”

ditujukan guna memenuhi tugas mata kuliah biologi konservasi

oleh:

Kelompok 3

Anita Ernawati (170210103047)


Aulia Fitria Damayanti (170210103061)
Endah Purwaning Arie (170210103075)
Nur Indriani Dwi Hanifah (170210103045)
Ulmiyatul Alifiah Zahroh (170210103071)

PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020

i
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah


Subhanahu Wa Ta’ala dan Baginda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pemakalah dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Spesies Invasif dan Pengaruh Manusia di
Bidang Sosial Ekonomi” untuk memenuhi tugas mata kuliah biologi konservasi di
semester enam.

Dalam penyusunan makalah ini, pemakalah mengucapkan terima kasih


kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan, terutama
Bapak Drs. Wachju Subchan, MS.,Ph.D dan Ibu Selvi Ariyunita. S.Si., M.Sc
selaku dosen pengampu mata kuliah biologi konservasi.

Pemakalah menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
dibutuhkan guna perbaikan untuk tugas selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Jember, Maret 2020

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................ ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan...................................................................................................... 3
1.4 Manfaat.................................................................................................... 3

BAB 2. PEMBAHASAN.............................................................................. 4

2.1 Pengertian Eksotik dan Invasif................................................................ 4


2.2 Cara introduksi spesies eksotik................................................................ 7
2.3 Perkembangan Spesies menjadi Invasif. ................................................. 16
2.4 Hubungan awal manusia dengan lingkungan.......................................... 20
2.5 Pertanian awal dunia lama dan perubahan parca industri........................ 21
2.6 Dampak lingkungan dari manusia saat ini............................................... 25
2.7 Pengaruh manusia dalam faktor social.................................................... 29
2.8 Pengaruh manusia dibidang ekonomi terhadap biodiversitas.................. 30
2.9 Solusi dari pengaruh manusia terhadap ancaman biodiversitas.............. 33

BAB 3. PENUTUP....................................................................................... 36

3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 36
3.2 Saran........................................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 37

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jenis makhluk hidup yang beragam baik hewan atau tumbuhan memiliki
fungsi serta peran masing-masing dalam ekosistem. Alam secara alami
membatasi pergerakan makhluk hidup yang beragam tersebut dengan isolasi
sehingga membentuk keragaman yang khas dan unik. Isolasi alam tersebut
berupa lautan, sungai, gurun, dan pegunungan yang menjadi pemisah bagi
penyebaran makhluk hidup kawasan ekosistem.
Biodiversitas (keanekaragaman hayati) yang ditemukan di muka bumi
adalah hasil dari proses evolusi selama miliaran tahun. Keanekaragaman
hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem ekologis.
Wilayah tropis seperti Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
Namun, keanekaragaman yang tinggi tersebut bisa terancam dengan masuknya
spesies asing invasif. Spesies invasif dapat masuk akibat aktivitas manusia
yang menyebabkan suatu makhluk hidup menyebar dengan tidak normal dan
mengancam lingkungan. Spesies invasif yang keluar dari habitat alaminya
serta dapat bertahan hidup dan berkembang biak di habitat baru akan
mengancam keanekaragaman hayati, mengancam ekosistem maupun spesies
tertentu.
Kasus spesies invasif telah menimbulkan permasalahan pelik di Indonesia.
Beberapa spesies asing invasif (invasive alien species) diketahui memiliki
ancaman serius terhadap biodiversitas alami dan memiliki dampak hebat
terhadap beberapa komunitas flora dan fauna. Diketahui invasive alien species
ini seringkali menekan pertumbuhan, menginfeksi, berkompetisi, berhibridasi,
dan memangsa spesies asli (native species).
Bagai memakan buah simalakama spesies asing yang mampu beradaptasi
dengan ekosistem baru memang secara nyata memberikan kontribusi positif
dan keuntungan ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat. Namun, di sisi lain,
invasive alien species yang mampu tumbuh dan menyebar cepat dengan
mengalahkan native species dapat mengubah struktur atau komposisi spesies
dalam ekoasistem alami. Spesies lokal tidak dapat bersaing kemudian
terancam punah, kondisi demikian menjadi ancaman besar bagi penghidupan

1
masyarakat secara umum. Seringkali ditemui spesies yang mengancam
biodiversitas tersebut juga dapat mengakibatkan kehancuran bidang industri
yang berbasis sumber daya alam.
Spesies-spesies yang memiliki kemampuan tumbuh dan menyebar secara
cepat serta mengalahkan spesies asli harus dapat dihentikan penyebaraannya
sedini mungkin. Hal yang mungkin selama ini tidak kita sadari adalah bahwa
spesies asing invasif juga berpengaruh terhadap siklus nutrien. Spesies asing
invasif dapat menggeser keberadaan spesies asli sehingga dapat mengubah
komposisi makanan hewan lainnya. Dampak mengerikan dari spesies asing
invasif ini adalah dapat mengancam biodiversitas dan penghidupan
masyarakat.
Selain spesies invasif pengaruh manusia dari segi sosial dan ekonomi juga
merupakan ancaman terhadap biodiversitas. Segala perbuatan manusia dengan
mengeksploitasi suatu spesies dapat mengancam kelangsungan hidup
biodiversitas demi kepentingan manusia itu sendiri. Sungguh disayangkan jika
nantinya terus-menerus melakukan perilaku yang dapat menyebabkan
hilangnya suatu spesies dimuka bumi ini hanya untuk kepentingan manusia
semata. Berdasar latar belakang itulah penulis membuat makalah mengenai
Ancaman Biodiversitas Spesies Invasif Dan Pengaruh Manusia Di Bidang
Sosial Ekonomi.

1.2 Rimusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dari spesies eksotik dan invasif?
1.2.2 Bagaimana spesies eksotik bisa berpindah?
1.2.3 Bagiamana cara introduksi spesies eksotik?
1.2.4 Mengapa spesies eksotik bisa invasif?
1.2.5 Bagaimanakah hubungan awal manusia dengan lingkungan?
1.2.6 Bagaimanakah perkembangan pertanian awal dunia lama dan perubahan
parca industri?
1.2.7 Bagaimana dampak lingkungan dari manusia saat ini?
1.2.8 Bagaimana pengaruh manusia dalam faktor sosial?
1.2.9 Bagaimana pengaruh manusia dibidang ekonomi terhadap biodiversitas?

2
1.2.10 Bagaimana solusi dari pengaruh manusia terhadap ancaman biodiversitas?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi dari spesies eksotik dan invasif.
1.3.2 Mengetahui penyebab spesies eksotik bisa berpindah.
1.3.3 Mengetahui cara introduksi spesies eksotik.
1.3.4 Mengetahui penyebab spesies eksotik bisa invasif.
1.3.5 Mengetahui hubungan awal manusia dengan lingkungan.
1.3.6 Mengetahui perkembangan pertanian awal dunia lama dan perubahan
parca industry
1.3.7 Mengetahui dampak lingkungan dari manusia saat ini
1.3.8 Mengetahui pengaruh manusia dalam faktor sosial
1.3.9 Mengetahui pengaruh manusia dibidang ekonomi terhadap biodiversitas
1.3.10 Mengetahui solusi dari pengaruh manusia terhadap ancaman biodiversitas
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini untuk pembaca bisa mengetahui salah satu
ancaman terhadap biodiversitas disebabkan adanya spesies invasif dan
gangguan oleh manusia dari aspek sosial dan ekonomi.

3
BAB. 2 PEMBAHASAN

Pengertian Eksotik dan Invasif


Eksotik adalah kata sifat yang paling umum digunakan oleh ahli biologi
konservasi untuk menggambarkan spesies di luar daerah asalnya hidup. Namun,
sering menemukan istilah spesies diperkenalkan, spesies bukan penduduk asli,
dan spesies normatif dan banyak ahli botani merujuk pada alien atau tanaman
adventif. Spesies invasif sangat umum juga; istilah ini biasanya mengacu pada
spesies eksotik yang telah berhasil menginvasi (atau kemungkinan untuk
menyerang) ekosistem, menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan ekologi,
ekonomi, atau manusia. Sebagian besar spesies eksotis tidak benar-benar invasif.
Beberapa orang mendefinisikan “invasif” juga termasuk spesies asli yang
menunjukkan karakteristik ini, tetapi kebanyakan orang membatasi istilah untuk
eksotik (Hunter & Gibbs, 2006: 206).
Introduksi Spesies Eksotik
Sebaran geografis setiap spesies dibatasi oleh penghalang lingkungan dan
iklim. Mamalia di Amerika Utara tidak dapat menyeberangi lautan Pasifik untuk
mencapai Hawaii, ikan diperairan Karibia tidak dapat menyeberangi Amerika
Tengah untuk mencapai lautan Pasifik, dan ikan air tawar di satu danau di Afrika
tidak dapat melewati daratan untuk mencapai danau lais yang terisolasi. Lautan,
gurun, pegunungan, dan sungai-sungai membatasi pergerakan spesies. Isolasi
geografis menyebabkan pola evolusi berjalan ke lain arah di tiap daerah yang
besar di dunia. Misalnya biota di wilayah Aus- tralia-New Guinea berbeda sekali
dengan biota di daerah Asia Tenggara yang letaknya berdekatan. Kepulauan yang
merupakan habitat yang paling terisolasi cenderung untuk memiliki biota endemik
yang unik. Manusia telah mengubah pola penyebaran makhluk hidup dengan
mengangkut spesies- Introduksi Spesies Eksotik spesies keseluruh bagian dunia.
Pada zaman sebelum revolusi industri, manusia membawa tumbuhan budidaya
dan hewan peliharaan dari sas tempat ke tempat lain pada saat mereka membuka
daerah pertanian atan petemakan baru. Hewan-hewan seperti kambing dan babi
dilepaskan di pulau- pulau yang tidak berpenghuni oleh pelaut-pelaut Eropa
sebagai bahan cadangan makanan dalam perjalanan pulang. Di zaman modern ini
banyak spesies yang diintroduksi, baik sengaja maupun tidak, ke daerah-daerah

4
yang bukan tempat hidup aslinya (Grove dan Burdon 1986; Drake dkk. 1989,
Hedgpeth1993). Kebanyakan spesies diintroduksi melalui cara-cara seperti di
bawah ini:

 Kolonisasi Bangsa-bangsa Eropa yang tiba pada daerah koloni baru


melepaskan ratusan spesies burung dan mana Eropa di daerah seperti
Selandia Baru, Australia, dan Afrika Selatan untuk membuat lingkungan
mereka seperti tanah airnya dan menyediakan bahan untuk olahraga
berburu.
 Pertanian dan hortikultura. Sejumlah besar spesies tumbuhan diintro-
duksi dan ditanam di daerah-daerah baru sebagai tanaman hias, tanaman
pangan, atau tanaman makanan bagi ternak. Banyak spesies ini kemudian
menjadi liar pada komunitas lokal.
 Pengangkutan yang tidak disengaja. Banyak spesies yang diangkut olch
manusia dengan tidak sengaja. Contoh umum adalah tanaman pengganggu
yang bijinya terbawa serta olch biji tanaman yang berguna dan disebar di
tempat baru. Atau tikus dan serangga yang terbawa kapal laut atau kapal
udara. Juga penyakit dan organisma parasit yang terbawa oleh inangnya.
Kapal laut seringkali membawa spesies-spesies eksotik pada pemberat-
pemberat kapal tersebut. Tanah pemberat yang dibuang pada pelabuhan
yang disinggahinya membawa biji gulma dan serangga tanah. Air
pemberat mengintroduksi alga, invertebrata dan ikan-ikan kecil. Air
pemberat yang dibuang oleh kapal di pelabuhan Coos, Or- egon ternyata
mengandung 367 spesies organisma lautan yang berasa dari perairan
Jepang (Carlton dan Geller 1993).

Sejumlah besar spesies eksotik tidak dapat bertahan di daerah barunya


karena lingkungan baru tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
Walaupun demikian, beberapa persen spesies dapat bertahan bahkan membentuk
koloni di tempat barunya dan bahkan dapat bertambah besar jumlahnya. Biasanya
ini akan mengalahkan organisme asli daerah tersebut melalui kompetisi untuk
mendapat bahan makanan yang jumlahnya terbatas. Hewan introduksi mungkin

5
juga memangsa spesies asli sampai punah, atau mereka mengubah habitat tersebut
sehingga organisma asli tidak dapat lagi hidup disana.

Banyak daerah di dunia yang sangat dipengaruhi oleh spesies eksotik.


Misalnya, sebanyak kurang lebih 4.600 tanaman eksotik tercatat telah masuk ke
kepulauan Hawaii dan jumlah ini tiga kali dari jumlah tanaman asli (St. John
1973). Kebanyakan daerah tanah basah di Amerika Utara didominasi oleh
tumbuhan tahunan yang eksotik. Lebih dari setengah ikan air tawar Massachusetts
diintroduksi dari tempat lain, dan spesies-spesies eksotik ini merupakan biomasa
yang terbesar (Hartell 1992), serangga yang diintroduksi dengan sengaja, seperti
kebanyakan lebah. Tanpa disengaja, misalnya semut api dan lebah madu dapat
membentuk populasi yang besar. Efek dari spesies serangga eksotik dapat
merugikan yaitu dengan memusnahkan banyak spesies dari suatu daerah (Porter
dan Savignano 1990). Pada beberapa lokasi di Amerika Serikat, keanekaragaman
spesies serangga menurun sampai 40% setelah masuknya spesies semut api
eksotik.

Spesies Eksotik di Kepulauan


Efek spesies eksotik biasanya lebih besar daratan yang telah mengalami
gangguan yang disebabkan oleh manusia. Isolasi habitat kepulauan mendukung
pembentukan satuan yang unik d kepulauan dari pada di daerah ini rupanya
terbawa air pemberat kapal tangker dari Eropa. Dalam waktu dua tahun kerang ini
mencapai kerapatan 700.000 individu setiap meter perseginya bagian danau Erie
dan menyebabkan terdesaknya kerang spesies lokal di dacrah tersebut
(Stolzenburg 1992). Kerang zebra juga dijumpai di Detroit, Cumberland dan
Penyebaran ke daerah selatan ini menimbulkan kerugian ekonomi pada sektor
perikanan, industri listrik tenaga air dan kapal-kapal bermotor serta pada
komunitas alami perairan-perairan tersebut.
Introduksi ikan asing seperti ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) di
Danau Poso dan Lindu mengakibatkan turunnya spesies-spesies ikan endemik
yaitu: ikan Moncong Bebek (Xenopoecilus poptal) di Danau Poso dan X.
sarasinorum di Danau Lindu. X. poptal tidak bertelur seperti ikan-ikan pada
umumnya, tetapi mengeluarkan telur yang menetas pada waktu bersentuhan

6
dengan air. Kulit telur yang pecah dikenal dalam nama daerah setempat sebagai
momosonya dan biasanya menutupi permukaan air danau yang cukup luas (Weber
dan Beaufort 1972 lihat Whitten dkk. 1987). Pada tahun 1976 dan 1983, kedua
spesies ikan tersebut masih dijumpai. Pada tahun 1986, kedua survai nelayan dan
pemeriksaan tangkapan ikan tidak menunjukkan ketegasan mengenai
keberadaannya (Whitten dkk. 1987).

Kemampuan Spesies Eksotik untuk Invasi


Mengapa beberapa spesies eksotik mempunyai kemampuan untuk
menginvasi dan mendominasi habitat baru sekaligus menggantikan kedudukan
spesies lokal? Salah satu penyebabnya adalah ketidakhadiran predator, penyakit
dan parasit alamiah mereka di habitat yang baru tersebut. Kelinci yang
diintroduksi ke Australia, misalnya, dapat menyebar tanpa terkontrol dan
memakan habis tetumbuhan lokal sampai tingkat kepunahan karena
ketidakhadiran pengontrol alamiah. Usaha pengendalian jumlah mereka
difokuskan pada introduksi penyakit kelinci dari daerah lain ke Australia.
Kegiatan manusia dapat menyebabkan timbulnya kondisi lingkungan yang
tidak umum seperti penambahan bahan makanan, meningkatkan insiden
kebakaran dan meningkatkan kadar cahaya matahari yang dapat menyebabkan
spesies-spesies eksotik lebih mudah menyesuaikan diri dari pada spesies lokal.
Konsentrasi terbesar dari spesies eksotik biasanya dijumpai pada habitat yang
telah diubah oleh kegiatan manusia. Di Asia Tenggara, misalnya, perusakan hutan
yang terjadi terus-menerus mengakibatkan hanya sejumlah kecil spesies-spesies
lokal yang hidup di habitat tersisa. Kenaikan spesies-spesies endemik, tetapi
spesies-spesies tersebut menjadi rentan pula terhadap invasi spesies-spesies yang
datang (Gagne 1988; Loope dkk. 1988). Hewan yang diintroduksikan ke
kepulauan biasanya memakan habis hewan endemik dan tumbuhan asli sampai
taraf kepunahan. Spesies tumbuhan introduksi dengan daun yang keras biasanya
mempunyai kemampuan yang lebih untuk tetap hidup bersama hewan eksotik
pemakan tumbuhan dari tumbuhan lokal yang berdaun lunak dan enak untuk
dimakan. Dengan berkurangnya tumbuhan asli, tumbuhan introduksi ini akan
mendominasi mengandung sedikit predator mungkin memiliki sistem
perlindungan diri terhadap predator yang tidak diintroduksi. Tambahan pula,

7
spesies-spesies Kepulauan biasanya tidak mempunyai daya tahan alamiah
terhadap penyakit- penyakit daratan induk. Jika spesies eksotik diintroduksikan ke
suatu pulau, mereka biasanya membawa penyebab penyakit atau parasit yang
walaupun kurang berbahaya bagi si pembawa, namun dapat sangat merugikan
populasi bentangan. Spesies hewan kepulauan yang teradaptasi dengan situasi
yang asli. Contoh di bawah ini memperlihatkan efek dari introduksi spesies pada
biota kepulauan.
Contoh di bawah ini memperlihatkan efek dari introduksi spesies pada biota
kepulauan:
 Tumbuhan di Pulau Santa Catalina. Empat puluh delapan spesies tumbuhan
asli telah musnah dari Pulau Santa Catalina di dekat pantai California.
Tumbuh-tumbuhan tersebut dimakan oleh kambing dan spesies mamalia
lainnya yang diintroduksi ke sana.
 Tumbuhan Acacia mangium yang di introduksi di Indonesia untuk proyek
penghijauan dilahan-lahan kritis, saat ini telah menjalar ke tengah Taman
Nasional Baluran (Jawa Timur) menyebabkan kerusakan tumbuhan lokal
karena sudah begitu banyak dan sangat sukar diberantas. Dalam waktu dekat
tumbuhan eksotik akan mempengaruhi tumbuhan asli di sana.
 Burung di Kepulauan Pasifik. Ular pohon coklat yang berasal dari Sulawesi,
Maluku, dan Timor diintroduksi ke banyak kepulauan di Samudra Pasifik. Ular
tersebut memakan telur, anak burung serta burung dewasa. Di pulau Guam saja
ada 10 spesies endemik yang telah dimusnahkan oleh ular tersebut (Savidge
1987).
Spesies-spesies Eksotik di Habitat Perairan
Spesies eksotik dapat mempunyai efek yang sangat merugikan pada danau,
sungai, dan bahkan seluruh ekosistem lautan (Mills dkk. 1944). Komunitas
perairan tawar secara khusus mirip dengan kepulauan di samudra, yaitu mereka
terisolasi satu sama lain oleh daratan, oleh sebab itu sangat rentan terhadap spesies
eksotik. Hewan-hewan komersil dan yang biasanya digunakan untuk olahraga
memancing seringkali diintroduksi ke lingkungan perairan baru. Lebih dari 120
spesies ikan telah diintroduksi ke perairan laut dan muara serta ke laut-laut di
sebelah dalam daratan. Walaupun beberapa introduksi ini dilakukan dengan

8
sengaja untuk meningkatkan produksi ikan, kebanyakan dari peristiwa introduksi
tersebut terjadi tanpa sengaja pada saat dibangunnya kanal dan transportasi air
pemberat kapal (Baltz 1991). Seringkali spesies-spesies eksotik ini lebih besar dan
lebih agresif dari pada ikan lokal, dan melalui kombinasi antara kompetisi dan
predasi biasanya menyebabkan kepunahan spesies-spesies lokal.
Spesies-spesies eksotik yang agresif di perairan termasuk tumbuhan dan
hewan invertebrata serta ikan. Salah satu invasi yang membahayakan di Amerika
Utara adalah datangnya kerang Zebra (Dreissena polymorpha) di Great Lakes
(AS). Kerang yang bergaris-garis dan berasal dari laut Kaspia besar-besaran dari
spesies eksotik Alliaria officinalis yaitu tumbuhan dua tahunan dari Eropa di
Amerika Serikat, mungkin disebabkan olch kenaikan nitrogen di udara dan
kondisi tanah yang juga telah berubah.
Spesies eksotik dianggap sebagai ancaman serius bagi sistem taman
nasional di Amerika Serikat. Ancaman lain seperti degradasi habitat, fragmentasi,
dan pencemaran dapat diperbaiki dan situasi awal dapat dikembalikan dalam
jangka waktu tertentu karena masih adanya spesics lokal. Akan tetapi, spesies
eksotik yang telah berasimilasi dengan lingkungan lokal akan sangat sukar untuk
dihilangkan dari komunitas (Coblentz 1990). Spesies eksotik dapat membentuk
jumlah yang sangat besar dan tersebar secara luas serta terasimilasi dengan baik
pada komunitas sechingga usaha menghilangkan mereka akan sangat susah dan
mahal.
Satu tambahan kelompok eksotik adalah spesies-spesies jumlahnya
bertambah banyak karena dapat dengan baik beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia (Soule 1990). Di Amerika
Utara, fragmentasi hutan, pengembangan daerah perkotaan dan kemudahan untuk
memperoleh makanan dari buangan sampah telah menyebabkan jumlah dan
daerah sebar dari coyote, serigala merah, dan burung pemakan ikan herring
bertambah jumlahnya. Pertambahan populasi spesies yang agresif ini biasanya
menyebabkan penurunan spesies lokal yang bersifat kurang kompetitif dan tidak
mempunyai kemampuan melawan pemangsaan. Spesies lokal yang berkembang
sehingga jumlahnya sangat besar karena kemampuan adaptasi yang baik terhadap

9
lingkungan yang dibuat oleh manusia merupakan tantangan yang berat bagi usaha
mengelola spesies rentan serta melindungi suatu daerah.
Kelas khusus dari kelompok eksotik adalah spesies-spesies yang
merupakan saudara terdekat dari biota lokal. Jika spesies eksotik bersilang dengan
spesies lokal, genotip unik dari spesies lokal dapat hilang dari populasi dan
batasan taksonomi menjadi tidak jelas. Ikan trout mengalami nasib seperti ini pada
saat dihadapkan pada spesies introduksi. Di daerah Amerika bagian barat daya,
ikan trout Apache (Oncorhynchus apache) telah berkurang daerah penyebarannya
oleh kerusakan habitat dan kompetisi dengan spesies ikan yang telah diintroduksi.
Spesies ini juga telah bersilang banyak dengan ikan trout pelangi (O. mykiss)
yang merupakan ikan introduksi (Dowling dan Childs 1992).

Kategori Spesies Berdasarkan Asalnya


Spesies-spesies di dalam habitat dapat dikategorikan menjadi empat jenis
berdasarkan asalnya yaitu spesies asli, spesies asing, spesies invasi, dan spesies
asing invasi. Spesies asli merupakan spesies yang menghuni habitat secara alami
tanpa campur tangan (intervensi) manusia. Spesies asing merupakan spesies yang
sengaja atau tidak sengaja di introduksi keluar dari habitat aslinya pada masa dulu
maupun saat ini, meliputi setiap bagian, biji-bijian, telur atau propagules dari
spesies terkait. Spesies invasi merupakan spesies yang asli ataupun bukan dan
mengkolonisasi habitat dengan sangat luas. Spesies asing invasi merupakan
spesies yang sengaja atau tidak sengaja di introduksi di luar habitat aslinya dan
mampu mengkolonisasi di habitat barunya secara luas serta berkemampuan untuk
menyerang dan berkompetisi dengan spesies asli (Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, 2015).
Spesies-Spesies Invasif di Indonesia

Spesies invasif merupakan ancaman yang nampak namun tidak dihiraukan


keberadaannya. Wujudnya yang menyerupai spesies asli seperti sama-sama
tumbuhan atau hewan sering kali dianggap sama peranannya, padahal pada
kenyataannya ancaman adanya spesies eksotis cukup berbahaya jika sudah
menyebar luas hingga menjadi invasif. Keberadaannya yang mendominasi secara
tidak langsung akan menggeser menghilangkan peran spesies asli di dalam

10
ekosistem. Tentunya hal ini tidak dapat dipandang sebelah mata setelah
banyaknya kasus-kasus tentang terancamnya spesies dari kelompok fauna maupun
flora di Indonesia (Hunter and Gibbs, 2007). Pengaruh adanya spesies invasif
akuatik lebih mudah dipahami seperti gambaran ilustrasi berikut ini; eceng
gondok merupakan tumbuhan bukan asli Indonesia yang saat ini sudah menyebar
di Indonesia sebagai habitat barunya, jika keberadaanya di dalam perairan cukup
akan menimbulkan dampak positif bagi ikan-ikan yang hidup di bawahnya karena
dapat dijadikan tempat ikan untuk bernaung. Tetapi, bagaimana jika
keberadaannya di dalam perairan penuh hingga seluruh permukaan air tertutup?
tentunya hal ini bukan menjadi keadaan yang diharapkan karena dapat
mengancam keberadaan ikan dan tumbuhan-tumbuhan air dibawanya. Tumbuhan
air memerlukan cahaya sinar matahari untuk dapat melangsungkan proses
fotosintesis, akan tetapi jika seluruh permukaan air tertutup eceng gondok,
tumbuhan tidak dapat melakukan fotosintesis dan kemungkinan terburuknya akan
mati. Keadaan ini menyebabkan ikan-ikan herbivora terancam karena sumber
makanan mereka semakin terbatas dan selanjutnya menyebabkan kepunahan
spesies asli Indonesia. Ciri-ciri spesies invasi, yaitu: perkembangbiakan dan
pertumbuhan yang cepat, kemampuan persebaran yang tinggi, kemampuan
beradaptasi yang tinggi, tidak memiliki pesaing yang dapat mengendalikan
keberadaannya, dan menempati ekosistem yang rusak (Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, 2015).

11
12
13
14
15
16
Perkembangan Spesies menjadi Invasif

Proses invasi biasanya terjadi secara bertahap dan perlahan sehingga tidak
banyak disadari. Proses invasi spesies diawali oleh kehadirannya di habitat baru,
terjadi pertumbuhan dan adaptasi, terjadi perkembangbiakan hingga dominasi dan
pengambilalihan daerah jelajah (home range), dan berubah menjadi jenis invasif.
Kategori tingkat invasi spesies menurut (Catford, 2009) dalam (Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015) yaitu: 1) transport, 2) introduksi, 3)
kolonisasi, 4) naturalisasi, 5) penyebaran dan 6) dampak. Faktor pendorong besar
kecilnya invasi 1) Propagule (P), yaitu bagian dari tumbuhan seperti tunas atau
anakan yang dapat hidup menjadi tumbuhan baru; 2) faktor Abiotik (A), yaitu
faktor kimia dan fisika dalam lingkungan, seperti cahaya, temperatur, air, gas di
udara/atmosfir dan angin serta tanah, edafik satwa dan fisiografi; 3) faktor Biotik
(B), yaitu hal yang berkaitan dengan, dihasilkan oleh atau disebabkan oleh mahluk
hidup (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).

Selain tumbuhan tidak asli Indonesia spesies asli juga bisa berubah
menjadi invasif, jika menyebar dengan cepat ke habitat yang sebelumnya tidak
dihuni. Contoh di Amerika Utara tumbuh alang-alang biasa (Phragmites
australis), yang ada setidaknya ribuan tahun dan mungkin asli, tetapi yang
tersebar luas, menjadi jauh lebih umum, dan mulai menempati lebih banyak
habitat sejak pertengahan abad ke-19. Adanya genotip rekombinan hasil dari

17
pengenalan gentotip baru dengan genotip asli dapat pula berubah menjadi invasif
karena memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi di berbagai habitat. Contohnya
Populasi Anole coklat di Florida yang semakin besar diabad-20 karena kedatangan
individu baru dari berbagai penjuru, sehingga populasi di Florida sekarang
memiliki keragaman genetik yang jauh lebih banyak daripada yang ditemukan
pada populasi asli. Perubahan dalam lingkungan secara fisik atau biotik dapat
menjadikan faktor penyebab ledakan spesies yang tiba-tiba. Contohnya
penyebaran lada Brasil di Florida setelah satu abad keberadaannya tidak
berbahaya, setelah adanya perubahan hidrologi seperti pengeringan lahan
pertanian dan berbagai proyek pengendalian banjir kini lada Brasil keberadaannya
tersebar di mana-mana bahkan dapat mengancam spesies lain (Navjot and Paul,
2010).

Persebaran Spesies Invasif

Perubahan zaman yang semakin modern dan besarnya populasi penduduk


menjadikan aktivitas-aktivitas manusia seperti perjalanan, perdagangan dan
pariwisata semakin meningkat. Hal ini secara tidak langsung membuka peluang
yang sangat besar bagi pergerakan jenis tumbuhan, hewan dan ikan melewati
batas bio-geografi alaminya (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
2015). Kehadiran spesies baru bisa dilakukan secara tidak sengaja seperti sebagai
penumpang gelap di kapal dan sebagai parasit atau patogen pada organisme lain
yang sengaja dipindahkan oleh manusia. Adapun bila disengaja biasanya
dikarenakan perdagangan, subsisten, rekreasi, dan ilmu pengetahuan.
Perdagangan spesies antar negara bisanya termotivasi oleh pemenuhan bahan
baku industri atau pemuasan kebutuhan pribadi karena spesies impor lebih unik
dan bernilai jual yang tinggi. Subsisten sebagai usaha untuk pemenuhan
kebutuhan pangan penduduk yang tidak dijadikan sebagai kegiatan ekonomi
untuk mencari keuntungan semata. Rekreasi sebagai hiburan, kesenangan semata,
atau pemenuhan hobi seperti mengoleksi. Ilmu pengetahuan, mendatangkan
spesies baru dari luar sebagai sarana belajar untuk meneliti dan mengidentifikasi
(Navjot and Paul, 2010).

Kerentanan Habitat Terhadap Invasi

18
Menurut teori island biogeography, kekayaan jenis terpelihara karena adanya
keseimbangan (equilibrium) antara laju kolonisasi (pengelompokan) dan spesiasi
(pengelompokan jenis menjadi anak jenis baru) yang berlawanan dengan laju
kepunahan. Kondisi ini menjadikan pulau-pulau besar memiliki banyak jenis
spesies dengan laju kepunahan rendah sedangkan pulau kecil sebaliknya karena
areal yang dapat dijangkau sempit. Ekosistem yang memiliki kepekaan terhadap
invasi umumnya biasanya berubahan. Perubahan tersebut disebabkan oleh dua hal,
yaitu: perubahan secara alami oleh gejala alam, seperti hujan dan angin puting
beliung, longsor, kebakaran dan banjir serta perubahan akibat kegiatan manusia,
seperti perubahan sistem pemanfaatan penggunaan lahan, kebakaran yang
disengaja dan kegiatan fisik yang berupa pembukaan lahan untuk berbagai
kepentingan, antara lain pembangunan jalan, jembatan, bendungan, dan sejenisnya
(Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).

Menurut The Millennium Ecosystem Assessment (WRI, 2005) dalam


(Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015) ekosistem yang terinvasi
dikategorikan ke dalam: hutan (forest), terdiri dari boreal, temperate, dan
tropical; dataran tanah kering (dry land), terdiri dari temperate grassland,
mediterranean, tropical grassland dan savanna, dan desert; perairan di
daratan/tawar (inland water), pantai (coastal), perairan laut (marine), pulau
(island), gunung (mountain), dan kutub (polar). Untuk wilayah Indonesia, sesuai
dengan kondisi biogeografi-nya, ekosistem yang umumnya rentan terhadap invasi
jenis asing dikelompokan ke dalam: 1. Daerah pantai (coastal) dan perairan laut
dangkal (marine); 2. Perairan air tawar (inland water), terutama waduk, danau dan
sungai; 3. Hutan; 4. Savanna dan padang rumput; 5. Gunung; 6. Areal pertanian
dan perkebunan; 7. Pulau-pulau yang secara geografis terpencil (Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).

Peraturan Terhadap Spesies Asing

Undang-undang no. 5 tahun 1990 tentang Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya. Jenis tumbuhan dan satwa asing, diatur dalam Pasal 33 ayat
(1) dan (2), yang berbunyi: “Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional, meliputi

19
mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta
menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.” Selain itu, dalam Pasal
23 ayat (1) disebutkan bahwa: “Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemasukan
tumbuhan dan satwa liar dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia” (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).

Undang-undang no. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. “semua


organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan ke
matian tumbuhan” (butir 8) yang dalam kerangka perlindungan tanaman dapat
dilakukan eradikasinya, yaitu “tindakan pemusnahan terhadap tanaman,
organisme pengganggu tumbuhan, dan benda lain yang menyebabkan tersebarnya
organisme pengganggu tumbuhan di lokasi tertentu” (butir 9) (Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).

Tindakan-Tindakan untuk Mencegah Adanya Spesies Invasif

Adanya spesies invasif memberikan efek yang mengancam pada spesies-


spesies asli hingga menyebabkan kepunahan karena pemangsaan, persaingan,
penyakit, parasitisme, dan hibridisasi yang tidak terkendali. Global Invasive
Species Database (GISD) mengelompokkan manajemen spesies invasif sebagai
berikut: preventif, fisik, kimia, biologi, pendidikan, hukum, penelitian dan
Integrated Pest Management (IPM). Tindakan preventif merupakan pencegahan
dapat dilakukan dengan menseleksi spesies-spesies yang akan masuk ke suatu
negara. Tindakan ini bisa dilakukan dengan membuat “daftar putih” atau
kelompok yang diizinkan masuk, “daftar hitam” atau kelompok spesies yang
tidak diizinkan masuk. Pertimbangan yang dapat dilakukan untuk
mengelompokkan ke dalam daftar putih atau daftar hitam adalah dengan cara
menganalisis fitur-fitur spesies. Analisis risiko yang paling banyak digunakan
adalah versi Australian Weed Risk Assessment, yang terdiri dari serangkaian
pertanyaan tentang spesies yang diajukan untuk pengenalan. Skor dari analisis
tersebut didapatkan dengan menggabungkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut, dan terdapat ambang batas di mana spesies diterima atau tidak dapat
diterima. Supaya daftar tersebut efektif diperlukan analisis risiko yang tinggi
sehingga menghasilkan data yang akurat karena ada spesies yang memiliki

20
kemungkinan tinggi untuk menjadi rentan menyebabkan kerusakan setelah
diperkenalkan dan menimbulkan persentase menjadi negatif atau palsu. Tindakan
secara fisik, kimia, dan biologi sebagai cara yang umum dilakukan untuk
membatasi keberadaan spesies invasi. Seperti di Afrika Selatan yang biasa
memotong dan mencabut akar pohon Acacia cyclop sebagai bentuk tindakan
secara fisik, pemberian racun, herbisida dan pestisida sebagai bentuk tindakan
secara kimia, dan penggunaan spesies-spesies musuh untuk memerangi spesies
baru sebagai bentuk tindakan secara biologis. Tindakan yang dapat dilakukan di
dalam pendidikan dan penelitian adalah memasukkan pengetahuan-pengetahuan
tentang bahaya spesies-spesies invasif terhadap keseimbangan habitat di dalam
dan mengembangkan penelitian-penelitian tentang resistensi spesies invasi.
Adanya kontrol hukum di berbagai tingkatan juga sangat penting untuk
mencegah dan mengendalikan spesies invasif dan mengurangi dampaknya.
Integrated Pest Management (IPM) atau Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
dengan cara melibatkan kombinasi berbagai strategi manajemen (Navjot S. S and
Paul R. E, 2010).

Pemantauan intensif merupakan kunci untuk mengatasi masalah


persebaran spesies yang tidak diinginkan. Pemantauan secara berkelanjutan dapat
dilakukan dengan meminta penduduk untuk mencari tanaman atau hewan yang
tidak biasa dan untuk mengetahui agen apa yang harus dihubungi jika mereka
melihat sesuatu.

Hubungan Awal Manusia dengan Lingkungan


Manusia pada hakikatnya adalah seorang pemburu-pengumpul. Manusia
dahulu menggunakan alat primitif untuk berburu dan menggali sayuran akar, yang
keduanya dapat ditemukan hidup liar di lingkungan terdekat mereka. Akibat
aktivitas mereka dampaknya terhadap lingkungan akan sedikit berbeda karena
aktivitasnya. Populasi manusia akan memilikinya berfluktuasi dalam menanggapi
ketersediaan makanan dan timbulnya penyakit dalam lingkungan lokal mereka.
Dampak besar yang terjadi karena ulah manusia manusia terhadap lingkungan
mungkin melalui penggunaan api. Kebakaran alami disebabkan oleh sambaran
petir akan terjadi terus menerus di tempat yang lebih kering daerah, tetapi manusia

21
akan meningkatkan frekuensi kebakaran. Kebakaran yang terjadi menciptakan
habitat cocok untuk beberapa spesies, tetapi terdapat beberapa karakteristik dari
banyak variatas yang punah (Pullin, 2002).
Ada juga perdebatan yang sedang berlangsung tentang penyebaran
aktivitas manusia atau perubahan iklim yang berhubungan zaman es menyebabkan
kepunahan banyak mamalia besar. Model kepunahan berbasis iklim, yang
mengutip bukti kepunahan itu tidak mengikuti pola gelombang ini secara
kronologis, tetapi mengikuti kemunduran di iklim. Beberapa pendapat lain
menghubungkan hal tersebut adalah kebetulan dari perubahan iklim dan
kolonisasi manusia. Kepunahan mamalia besar di Eropa yang dijajah jauh lebih
awal tidak sinkron dengan beberapa mamalia diketahui telah punah, tetapi tidak
semua pada saat yang sama mendukung model kebetulan (Pullin, 2002).

Pertanian Awal Dunia Lama


Permulaan pertanian sulit untuk ditentukan, karena kurangnya definisi
yang jelas tentang apa yang merupakan sistem pertanian. Beberapa jenis
pengelolaan ternak atau budidaya tanaman diperlukan, tetapi perkembangannya
sebelum dianggap pertanian belum pasti. Pengaruh revolusi pertanian awal
memiliki pengaruh besar sehingga menyebar dengan cepat di sekitar pantai
Mediterania Afrika Utara dan Eropa. Perkembangan teknologi di bidang
pertanian, seperti penggunaan bajak dan roda menyebar dengan cepat melalui
Dunia Lama semakin meningkatkan area yang pertanian. Kepadatan populasi
manusia mungkin meningkat dengan cepat di daerah di mana pertanian
berkembang. Penggunaan lahan yang intensif telah memainkan peran dalam
perubahan iklim yang luas dan penggurunan dari wilayah Afrika Utara dan
Mediterania melalui deforestasi dan erosi tanah(Pullin, 2002).
Penggembalaan intensif dari hewan ternak seperti kambing dan
meningkatnya penggunaan api dapat mencegah regenerasi hutan dan
menyebabkan kebakaran pengembangan flora yang didominasi oleh tanaman
merumput dan tahan api sehingga mengurangi nilainya sebagai tanah padang
rumput. Tanah yang tersedia akan cepat habis; beberapa daerah akan dibiarkan
tidak digunakan dan tidak ada daerah yang tidak terpengaruh, setidaknya secara

22
tidak langsung. Eksploitasi tanah dalam skala besar di wilayah Mediterania erat
dengan naik turunnya peradaban, seperti Mesir, Yunani, dan Romawi.
Pertanian menyebar ke utara di Eropa dan disertai dengan skala besar
pembukaan hutan, pertama dengan batu dan kemudian, dengan kapak logam.
Ketika teknik dan keterampilan pertanian meningkat, masing-masing bidang tanah
digunakan secara lebih berkelanjutan dan penggunaan lahan mulai terbentuk.
Pertanian masyarakat berbasis pasar yang dikembangkan untuk dijual dan
pertukaran hasil. Iklim dan dampak manusia terhadap bentang alam Inggris.
Sebagai akibat dari pemanasan iklim, spesies dengan cepat menghidupkan
kembali daerah yang sebelumnya tertutup es. Selain itu ekosistem seperti tundra
itu hadir di selatan es mengalami penyesuaian dan bergerak ke utara sebagai iklim
menghangat. Ketika es surut maka tanah kosong daerah yang lebih basah, vegetasi
tundra, didominasi oleh lumut. Musim dingin masih mencegah invasi pohon skala
besar, tetapi musim panasnya hangat dan Inggris selatan ada banyak padang
rumput. Invasi kemudian spesies pohon ke dalam apa yang pada dasarnya adalah
padang rumput terbuka. struktur tanah memungkinkan invasi pertama oleh birch,
(Betula pubescens dan B. pendula) dan Scots pine (Pinus sylvestris) sekitar 11000
BP (Pullin, 2002).
Pada waktu terhangat dalam sejarah sekitar 5000 tahun yang lalu,
bentang alam dari Inggris didominasi oleh hutan beriklim sejuk. Inggris dataran
rendah didominasi oleh hutan gugur dengan pohon ek, kapur dan bidang maple
(Acer campestris), spesies tumbuhan bawah seperti hazel, yew dan holly. Pada
tanah berkapur yang dominan pohon adalah abu (Fraxinus excelsior) dan beech
(Fagus sylvatica) sementara di lebih banyak tergenang air tanah masam di dataran
tinggi Inggris utara, Wales dan Skotlandia, sessile oak (Quercus petraea) birch dan
pinus dominan. Awal dari periode Atlantik mungkin telah menyebabkan
kepunahan salah satunya adalah ek,Elm, jeruk nipis, Birch, Pinus.

23
Setelah Perang Dunia Kedua, revolusi pertanian modern didorong oleh
kemajuan teknologi memungkinkan penggunaan semakin canggih mesin bersama
dengan pupuk kimia dan pestisida. Kebijakan pemerintah mendorong petani untuk
mengintensifkan penggunaan lahan mereka, meningkatkan luas tanaman yang
subur dan meningkatkan produktivitas. Hal tersebut menyebabkan skala besar
drainase lahan untuk menghasilkannya dan penghancuran pagar tanaman dalam
skala besar.Sehingga menambah ukuran bidang. Akibatnya banyak daerah dataran
rendah Inggris telah digambarkan sebagai gurun pertanian dengan
keanekaragaman rendah, didominasi oleh monokultur yang ditanam produksi
pangan skala industri(Pullin, 2002).

Perubahan Pasca-industri
Dimulainya revolusi industri di Eropa Barat membawa serangkaian
dampak dan skala baru aktivitas manusia. Manusia sejak saat itu akan memiliki

24
dampak global daripada lokal lingkungan. Chiras (1994) menyatakan mind set ini
sebagai 'etika perbatasan'yang memiliki tiga prinsip:
1. Selalu ada lebih banyak dan semuanya untuk kita.
Di mana bumi dipandang sebagai pemasok sumber daya tak terbatas untuk
penggunaan manusia.
2. Manusia terpisah dari alam dan kebal terhadap hukum alam.
Berasal dari filosofi berbasis agama di mana manusia memandang diri
mereka begitu istimewa sehingga mereka entah bagaimana tidak
berhubungan ke seluruh dunia yang hidup.
3. Keberhasilan manusia berasal dari kontrol alam.
Karena manusia selain dari alam mereka bersaing dengan itu dan harus
mendominasi dan mengendalikannya untuk menjadi sukses.
Pada kenyataannya strategi ekonomi dunia dan ukuran keberhasilannya
masih merangkul etika ini. Hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi industri yang
cepat dan peningkatan cepat dalam standar hidup orang-orang di negara maju.
Karena itu, standar hidup di banyak kurang negara berkembang yang kompetitif
telah menurun dan integritas ekosistem bumi telah ditantang secara serius (Pullin,
2002).

25
Dampak dari Manusia Saat Ini

Tingkat kerusakan habitat terbesar di Eropa, dimana kepadatan populasi


ini merupakan salah satu penyebab yang paling tinggi dan aktivitas industri yang
luas. Selain itu, disebagian besar negara-negara Eropa juga banyak habitat semi-
alami yang telah dikelola untuk kelanjutan jangka panjang mereka sebagai nilai
keanekaragaman hayati yang tinggi. Salah satu contohnya banyak praktik-praktik
pertanian tradisional yang dikembangkan pada Abad Pertengahan seperti kegiatan
memotong tanaman dipadang rumput yang digunakan untuk membuat jerami.
Tetapi hal ini sekarang juga berada dibawah ancaman, karena metode
industrialisasi pertanian dan perubahan ekonomi yang telah mengakibatkan
praktik-praktik tradisional menjadi tidak ekonomis. Perubahan sejak tahun 1950,
mekanisme praktik pertanian dan peningkatan produktivitas tanaman melalui
penggunaan pupuk anorganik.

Penggunaan Kebakaran untuk Pembukaan Hutan

Pohon-pohon yang telah ditebang dan sampah-sampah yang ada ditanah


memungkinkan lebih tahan terhadap kebakaran, sampah tanah yang memiliki
kelembapan tinggi tidak akan menyebar luas. Namun, ketika kekeringan parah
terjadi kanopi pohon akan berkurang dan memungkinkan daerah tersebut menjadi
kering sehingga rentan terhadap kebakaran. Hal ini yang menyebabkan
kehancuran yang disengaja dan tidak disengaja dari wilayah hutan tropis dalam
beberapa waktu tahun terakhir. Sejak tahun 1997, serangkaian bencana kebakaran
melanda hutan di Indonesia. Setelah kekeringan berkepanjangan diduga
disebabkan oleh peristiwa El Nino periodic (perubahan pasifik sistem samudra).
Sehingga daerah kurang lebih 5 million hektar juga dipengaruhi oleh kebakaran.
Asap yang dihasilkan tersebar di Asia Tenggara yang mempengaruhi kesehatan 70
juta orang dan biaya sekitar US $ 4,4 miliar.

Gangguan Habitat

 Polusi

26
Polutan yang dipancarkan pada awal proses industri awal yang
terukur sebagai deposito diseluruh dunia dan meningkatkan simultan
dalam industrialisasi. Karena sebagian besar kegiatan industri berdasarkan
pembakaran bahan bakar fosil, kenaikan aktivitas dapat diukur dengan
peningkatan dalam suasana produk utama dari pembakaran, karbon
dioksida.

27
Industrialisasi pertanian dibelakang kemungkinan mudah ketersediaan pupuk
kimia sintetis dan pestisida, yang keduanya telah menyebabkan pencemaran
ekosistem alam melalui eutrofikasi dan toksisitas terhadap organisme non-target
masing-masing.

 Perubahan Iklim

Yang utama adalah efek dari beberapa polutan atmosfer pada iklim.
Beberapa bahan kimia hadir di blok atmosfer reflektif panas inframerah dari
permukaan bumi, oleh karena itu bertindak seperti selimut atau rumah kaca,
menjaga kita hangat. Proses ini telah vital bagi perkembangan kehidupan di bumi,
namun produksi kelebihan konsentrasi gas rumah kaca alami (terutama karbon
dioksida dan metana) dan produksi yang baru. Bumi dimasa lal lebih hangat
daripada sekarang. Proyeksi skenario pemanasan global rata-rata 1-4 ° C yang
lebih 50 tahun ke depan mungkin tidak tampak sangat dramatis, tapi mereka
mewakili perubahan yang lebih cepat dalam iklim global dari yang pernah terjadi
sebelumnya.

28
Sebagian besar spesies beradaptasi dengan perubahan kondisi dari masa lalu ke
masa sekarang. Tapi kondisi dimasa depan bias berubah lebih cepat daripada
sebelumnya dan banyak spesies yang tidak dapat bertahan, tetapi hal ini dapat
diatasi dengan cara menghangatkan iklim spesies.

 Eksploitasi Sumber Daya yang Berlebihan

Meningkatnya populasi dan permintaan per kapita untuk energi yang


telah mengakibatkan banyak sumber daya alam kita langsung dieksploitasi secara
berlebihan. Sumber daya terbarukan seperti air dan populasi liar seperti jenis kayu
yang tidak dikelola secara lestari dan banyak persediaan akan terancam habis.
Dalam banyak kasus eksploitasi berlebihan dapat dihindari, sehingga regenerasi
alami dan menyediakan makanan, air dan bahan jangka panjang ke masa depan.

 Pola Kepunahan Spesies

29
Jika dilihat, kepunahan burung yang seperti pada peta itu dengan jelas
bahwa burung tersebut tidak merata dan tersebar diseluruh dunia. Selain itu,
burung tersebut tidak terkonsentrasi dinegara-negara yang paling padat
penduduknya atau mereka memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Dan
burung-burung tersebut malah terkonsentrasi pada pulau-pulau yang kecil.
Meninjau pola kepunahan burung ditengah Pasifik yang menyimpulkan bahwa
kolonisasi pertama dari Melanesia dan Mikronesa dari Asia Tenggara terjadi 4000
tahun yang lalu dan diikuti oleh Fiji dan Samoa dengan pulau-pulau kecil
terpencil Hawaii, Pulau Paskah dan Selandia Baru yang menjadi pulau-pulau
pertama dijajajh beberapa 1500 tahun yang lalu.

Pengaruh Manusia dalam Faktor Sosial

Dari Jordan oleh Guy Mountforth mengatakan dua hal paling penting
tentang nilai-nilai yang dipegang oleh individu dan masyarakat. Perbedaan nilai
antara orang-orang lapar dan orang-orang yang cukup dalam kebutuhan makan.
Perbedaan nilai juga berasal dari keragaman budaya dan agama yang menjadi
salah satu aset terbesar. Salah satu contohnya yaitu banyak orang menemukan
serangga yang umumnya menjijikan, tetapi diperkirakan 2000 spesies serangga
berfungsi sebagai makanan bagi seluruh orang diseluruh dunia (Ramos Elorduy,
1997). Di Amerika Utara dan Eropa anjing ini sebagai hewan tercinta, sedangkan
di negara Asia Timur anjing digunakan sebagai makanan. Hal ini sebagai
pernyataan sedehana yang sering dijelaskan bahwa “ini budaya mereka”. Sebagai
contoh lagi yaitu orang yang beragama Hindu menganggap bahwa sapi menjadi
suci dan tidak dimakan, hal ini juga merupakan kebudayaan umat Hindu.

Penggambaran Nilai

Stephen Kellert, seorang sosiolog yang bekerja pada isu-isu konservasi


telah menghabiskan bertahun-tahun mengembangkan teknik yang sistematis untuk
menggambarkan bagaimana orang merasa tentang hewan terutama liar, dan
kemudian menggunakan mereka untuk lebih memahami bagaimana nilai-nilai
yang berbeda antara orang-orang dari berbagai usia, pendidikan, pekerjaan,
budaya, ras, gender, wilayah dan sebagainya (Kellert dan Berry 1981; Kellert

30
1996). Metode dasar tersebut untuk membaca pernyataan kepada orang-orang dan
meminta mereka untuk sangat setuju, setuju, sedikit setuju, sedikit tidak setuju,
tidak setuju, atau sangat tidak setuju. Data survei tersebut akan keluar banyak dari
generalisasi yang dibuat diatas tentang bagaimana nilai-nilai yang berbeda antar
budaya, antara masyarakat pedesaan dan perkotaan, dan antara perempuan dan
laki-laki.

Pengaruh Manusia dalam Bidang Ekonomi

Ancaman terhadap biodiversitas juga disebabkan oleh nilai ekonomi yang


terkandung pada masing masing makhluk hidup. Ketika ekonomi manusia
mengalami pertumbuhan dan dalam menyesuaikan jumlah materi dan energi yang
semakin meningkat, hal ini akan menurunkan atau menghilangkan ekosistem
sehingga berdampak dengan bodiversitas. Bentuk ancaman yang didasari atas
nilai ekonomi dari suatu organime yaitu salah satunya berasal dari manfaat yang
terkadung sehingga dilakukan pengelolaan penggunaan biosfer oleh manusia
sehingga untuk menghasilkan manfaat berkelanjutan terbesar bagi generasi
sekarang sambil mempertahankan potensinya untuk memenuhi kebutuhan untuk
masa mendatang.

Mengukur nilai-nilai manfaat dari beberapa sumber daya alam, baik


terbarukan maupun tidak dapat terbaharukan. Seringkali menghitung nilai-nilai
sumber daya alam terbarukan lebih sulit daripada menghitung nilai-nilai sumber
daya tidak terbarukan. Masing masing sumber daya memiliki manfaat, dua jenis
manfaat yang kurang konkret yang menjadi perdebatan: nilai potensial dan nilai
keberadaan padas suatu organisme. Pada spesies liar difokuskan untuk dilindungi,
tetapi tetap tidak akan mengabaikan spesies domestik sepenuhnya. Spesies
domestik mungkin merupakan komponen kecil keanekaragaman hayati, beberapa
ratus spesies di antara jutaan, tetapi mereka adalah bagian penting dari
keseluruhan ekonomi untuk manusia. Sebagian besar masyarakat berpandangan
bahwa alam untuk dikendalikan manusia dan sumber daya ada untuk
dieksploitasi. Hal ini didasari atas berbagai macam manfaat yang terdapat hampir
semua spesies baik liar maupun domestic.

31
Beberapa hal yang mendorong manusia manusia melakukan tindakan yang
mengancam biodiversitas.

1. Kemiskinan
Di negara berkembang yang secara ekonomi lemah, pertumbuhan
penduduk yang cepat menyebabkan masalah ekonomi dan politik yang
membutuhkan sumber daya. Ini disediakan dengan mengorbankan
lingkungan, melalui pembukaan hutan atau ekstraksi mineral, karena tidak
ada sumber pendapatan alternatif, dan masalah konservasi muncul.
Pembebasan ekonomi di negara-negara maju telah memungkinkan
kebebasan memilih yang lebih besar dan pertumbuhan populasi melambat
dan masalah yang sama tidak muncul. Ehrlich (1995) mengembangkan
argumen bahwa perusakan habitat terkait dengan usaha manusia
(aktivitas), yang pada gilirannya berkorelasi langsung dengan penggunaan
energi. Oleh karena itu, jika perusakan habitat merupakan penyebab utama
kepunahan spesies, keduanya akan meningkat seiring pertambahan
populasi manusia, karena semakin banyak dari kita semakin banyak energi
yang kita gunakan. Namun, penggunaan energi tidak hanya terkait dengan
pertumbuhan populasi, tetapi juga tergantung pada penggunaan sumber
daya per kapita. Sayangnya ini membuat situasinya lebih buruk karena
pada saat yang sama dengan populasi yang tumbuh secara eksponensial,
kita masing-masing juga menggunakan lebih banyak energi. Ehrlich
menggunakan tautan ini untuk menunjukkan bahwa tingkat kepunahan
spesies di masa depan dapat diprediksi oleh perkiraan konsumsi energi di
masa depan.

Hal yang dilakukan guna memenuhi kekurangannya dalam bidang ekonomi yaitu :

1. Penghancuran Habitat

Sehingga manusia melakukan tindakan penghancuran habitat,


tingkat perusakan habitat mungkin yang terbesar terjadi di Eropa, di mana
kepadatan populasi manusia yang tertinggi dan aktivitas industry juga
tersebar luas. Di sebagian besar negara-negara Eropa, tidak ada habitat

32
alami yang tersisa dan karenanya perusakan dapat dianggap lengkap.
Namun, banyak habitat semi-alami yang telah dikelola untuk kelestarian
jangka panjangnya memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi.
Misalnya, banyak praktik pertanian tradisional yang dikembangkan pada
Abad Pertengahan, seperti memotong rumput tahunan untuk jerami,
memangkas kayu untuk bahan konstruksi dan memotong buluh basah
untuk jerami, telah menghasilkan habitat satwa liar bernilai tinggi. Ini
sekarang berada di bawah ancaman dan bebrapa telah menghilang dengan
cepat, karena industrialisasi metode pertanian dan perubahan ekonomi
yang telah mengakibatkan praktik tradisional menjadi tidak ekonomis.
Alih-alih dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi justru lebih
disebabkan oleh kemiskinan dan sehingga memiliki tanah di antara
populasi manusia setempat. Sehingga melakukan pembabatan hutan tropis
untuk pertanian.

Seiring dengan meningkatnya populasi, hutan telah menghilang


dan kesuburan tanah telah menurun dengan cepat. Populasi telah memaksa
untuk pindah lebih jauh ke dalam hutan primer, sampai di banyak daerah
dan tidak ada yang tersisa. Kerusakan dapat sama-sama mengakibatkan
negara-negara berkembang menjadi sangat berhutang dan dipaksa untuk
menjual aset alam mereka, khususnya kayu hutan tropis. Perusahaan-
perusahaan pembalakan dari negara-negara maju yang kaya telah mampu
berbuat banyak karena mereka senang mengeksploitasi hutan tropis karena
sangat membutuhkan uang di negara-negara berkembang. Tingkat
penebangan telah dibatasi di beberapa daerah hanya karena tidak dapat
diaksesnya hutan. Pembangunan jalan untuk menghilangkan kayu telah
mengakibatkan imigrasi petani petani ke daerah tersebut dan akibatnya
kerusakan hutan lebih lanjut. Contoh beberapa Negara sudah mengalami
penurunan dalam hal lahan, Brasil saat ini kehilangan 2554000 hektar
hutan setiap tahun, setara dengan 0,5% dari luas hutannya. 12.20000
hektar hutan alam Kosta Rika saat ini berkurang 41.000 hektar (3%) per
tahun.
2. Eksploitasi sumber daya yang berlebihan

33
Meningkatnya populasi dan permintaan energi per kapita telah
mengakibatkan banyak sumber daya alam kita dieksploitasi secara
langsung. Sumber daya tak terbarukan, seperti bahan bakar fosil,
digunakan dengan laju yang akan membuat banyak dari mereka kehabisan
tenaga pada akhir abad ini. Sumber daya terbarukan seperti air dan
populasi liar seperti stok ikan dan spesies kayu tidak dikelola secara
berkelanjutan dan banyak pasokan yang terancam habis (lihat Bab 6 untuk
contoh). Cod Laut Utara (Gadus morhua) yang menjadi favorit di toko-
toko ikan dan keripik Inggris, baru-baru ini digolongkan sebagai terancam
punah oleh World Wide Fund for Nature. Dalam banyak kasus eksploitasi
berlebihan dapat dihindari, memungkinkan regenerasi alami dan
menyediakan makanan, air, dan bahan-bahan lama di masa depan.
Tidak ada cara yang jelas untuk menentukan dampak total yang
dibuat manusia terhadap keanekaragaman hayati; Namun, jelas bahwa
banyak tindakan oleh manusia menyebabkan penurunan keanekaragaman
hayati. Untuk menentukan dampak total yang dibuat manusia pada
lingkungan tertentu, area lahan produktif dan air yang dibutuhkan untuk
menghasilkan barang yang dikonsumsi dan kebutuhan untuk
memperhitungkan limbah yang dihasilkan oleh manusia semua harus
diperhitungkan sesuai dengan praktik manajemen dan produksi yang
digunakan selama waktu itu (Wackernagel et al., 2002).

Solusi dari pengaruh manusia terhadap ancaman biodiversitas

Dikeluarkannya UU konservasi:

Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 21 tentang


Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang berbunyi:

 (Ayat 1) setiap orang dilarang untuk:

1. Mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara,


mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-
bagiannya dalam keadaan hidup atau mati;

34
2. Mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam
keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di
dalam atau di luar Indonesia.

 (Ayat 2) setiap orang dilarang untuk:

1. Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan,memiliki, memelihara,


mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan
hidup;

2. Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan


satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;

3. Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke


tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

4. Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-


bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari
bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di
Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

5. Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau


memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi.

 Cara untuk menyikapi meningkatnya volume ekspor dan impor:

1. Pemerintah perlu prinsip kehati-hatian dengan mene rapkan perangkat


peraturan secara ketat.

2. Tidak kalah penting terletak pada baris terdepan dalam perlindungan dan
keamanan sumber daya hayati, yaitu karantina. 

Belajar dari Amerika yang menerapkan Bioterorism Act karena menganggap


bahwa penyebaran biota asing invasif merupakan isu nasional yang meng ancam
tidak hanya ekologi dan ekonomi, namun juga keamanan negara tersebut. Sistem
keamanan dan seleksi di pusat karantina perlu diperkuat. Pusat karantina

35
merupakan ujung tombak bagi pencegahan masuknya spesies asing invasif yang
dapat menyebabkan ke rugian secara ekonomi dan ekologis. 

36
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Eksotik adalah kata sifat yang paling umum digunakan oleh ahli biologi
konservasi untuk menggambarkan spesies di luar daerah asalnya hidup. Sebagian
besar spesies eksotis tidak benar-benar invasif. Beberapa orang mendefinisikan
“invasif” juga termasuk spesies asli yang menunjukkan karakteristik ini, tetapi
kebanyakan orang membatasi istilah untuk eksotik. Proses invasi biasanya terjadi
secara bertahap dan perlahan sehingga tidak banyak disadari. Proses invasi spesies
diawali oleh kehadirannya di habitat baru, terjadi pertumbuhan dan adaptasi,
terjadi perkembangbiakan hingga dominasi dan pengambilalihan daerah jelajah
(home range), dan berubah menjadi jenis invasif. Adanya spesies invasif
memberikan efek yang mengancam pada spesies-spesies asli hingga menyebabkan
kepunahan karena pemangsaan, persaingan, penyakit, parasitisme, dan hibridisasi
yang tidak terkendali. Pemantauan intensif merupakan kunci untuk mengatasi
masalah persebaran spesies yang tidak diinginkan. Pemantauan secara
berkelanjutan dapat dilakukan dengan meminta penduduk untuk mencari tanaman
atau hewan yang tidak biasa dan untuk mengetahui agen apa yang harus
dihubungi jika mereka melihat sesuatu.

3.2 Saran
Sebaiknya manusia menaati salah satu Undang-Undang yang berisi
tentang solusi terhadap ancaman biodiversitas yaitu berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 21 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

37
DAFTAR PUSTAKA

Hunter, M.L and Gibbs J.P. 2007. Fundamentals of Conservation Biology.


Australia: Blackwell Publishing.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2015. Strategi Nasional dan


Rencana Arahan Aksi Pengelolaan Jenis Asing Invasi Di Indonesia.
Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan
Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Republik Indonesia.

Kementrian Pertanian. 2017. Deskripsi dan Visualisasi Jenis Asing Invasif/Invasif


Alien Species (IAS). Jakarta: Bidang Keamanan Hayati Nabati Pusat
Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Badan Karantina
Pertanian.

Navjot S. S and Paul R. E. 2010. Conservation Biology for All. New York: Oxford
University Press Inc.

Pullin, Andrew S.2002. Conservation Biology. New York : Cambridge University


Press

https://www.goshen.edu/bio/Biol410/bsspapers05/Trishahostette.htm

http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/ias/ias_dtl/83

https://www.youtube.com/watch?v=Pa3tJsIqDYM

38

Anda mungkin juga menyukai