BIOLOGI KONSERVASI
“Spesies Invasif Dan Pengaruh Manusia Di Bidang
Sosial Ekonomi”
oleh:
Kelompok 3
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
i
Kata Pengantar
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................... 1
BAB 2. PEMBAHASAN.............................................................................. 4
BAB 3. PENUTUP....................................................................................... 36
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 36
3.2 Saran........................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 37
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
masyarakat secara umum. Seringkali ditemui spesies yang mengancam
biodiversitas tersebut juga dapat mengakibatkan kehancuran bidang industri
yang berbasis sumber daya alam.
Spesies-spesies yang memiliki kemampuan tumbuh dan menyebar secara
cepat serta mengalahkan spesies asli harus dapat dihentikan penyebaraannya
sedini mungkin. Hal yang mungkin selama ini tidak kita sadari adalah bahwa
spesies asing invasif juga berpengaruh terhadap siklus nutrien. Spesies asing
invasif dapat menggeser keberadaan spesies asli sehingga dapat mengubah
komposisi makanan hewan lainnya. Dampak mengerikan dari spesies asing
invasif ini adalah dapat mengancam biodiversitas dan penghidupan
masyarakat.
Selain spesies invasif pengaruh manusia dari segi sosial dan ekonomi juga
merupakan ancaman terhadap biodiversitas. Segala perbuatan manusia dengan
mengeksploitasi suatu spesies dapat mengancam kelangsungan hidup
biodiversitas demi kepentingan manusia itu sendiri. Sungguh disayangkan jika
nantinya terus-menerus melakukan perilaku yang dapat menyebabkan
hilangnya suatu spesies dimuka bumi ini hanya untuk kepentingan manusia
semata. Berdasar latar belakang itulah penulis membuat makalah mengenai
Ancaman Biodiversitas Spesies Invasif Dan Pengaruh Manusia Di Bidang
Sosial Ekonomi.
2
1.2.10 Bagaimana solusi dari pengaruh manusia terhadap ancaman biodiversitas?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi dari spesies eksotik dan invasif.
1.3.2 Mengetahui penyebab spesies eksotik bisa berpindah.
1.3.3 Mengetahui cara introduksi spesies eksotik.
1.3.4 Mengetahui penyebab spesies eksotik bisa invasif.
1.3.5 Mengetahui hubungan awal manusia dengan lingkungan.
1.3.6 Mengetahui perkembangan pertanian awal dunia lama dan perubahan
parca industry
1.3.7 Mengetahui dampak lingkungan dari manusia saat ini
1.3.8 Mengetahui pengaruh manusia dalam faktor sosial
1.3.9 Mengetahui pengaruh manusia dibidang ekonomi terhadap biodiversitas
1.3.10 Mengetahui solusi dari pengaruh manusia terhadap ancaman biodiversitas
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini untuk pembaca bisa mengetahui salah satu
ancaman terhadap biodiversitas disebabkan adanya spesies invasif dan
gangguan oleh manusia dari aspek sosial dan ekonomi.
3
BAB. 2 PEMBAHASAN
4
yang bukan tempat hidup aslinya (Grove dan Burdon 1986; Drake dkk. 1989,
Hedgpeth1993). Kebanyakan spesies diintroduksi melalui cara-cara seperti di
bawah ini:
5
juga memangsa spesies asli sampai punah, atau mereka mengubah habitat tersebut
sehingga organisma asli tidak dapat lagi hidup disana.
6
dengan air. Kulit telur yang pecah dikenal dalam nama daerah setempat sebagai
momosonya dan biasanya menutupi permukaan air danau yang cukup luas (Weber
dan Beaufort 1972 lihat Whitten dkk. 1987). Pada tahun 1976 dan 1983, kedua
spesies ikan tersebut masih dijumpai. Pada tahun 1986, kedua survai nelayan dan
pemeriksaan tangkapan ikan tidak menunjukkan ketegasan mengenai
keberadaannya (Whitten dkk. 1987).
7
spesies-spesies Kepulauan biasanya tidak mempunyai daya tahan alamiah
terhadap penyakit- penyakit daratan induk. Jika spesies eksotik diintroduksikan ke
suatu pulau, mereka biasanya membawa penyebab penyakit atau parasit yang
walaupun kurang berbahaya bagi si pembawa, namun dapat sangat merugikan
populasi bentangan. Spesies hewan kepulauan yang teradaptasi dengan situasi
yang asli. Contoh di bawah ini memperlihatkan efek dari introduksi spesies pada
biota kepulauan.
Contoh di bawah ini memperlihatkan efek dari introduksi spesies pada biota
kepulauan:
Tumbuhan di Pulau Santa Catalina. Empat puluh delapan spesies tumbuhan
asli telah musnah dari Pulau Santa Catalina di dekat pantai California.
Tumbuh-tumbuhan tersebut dimakan oleh kambing dan spesies mamalia
lainnya yang diintroduksi ke sana.
Tumbuhan Acacia mangium yang di introduksi di Indonesia untuk proyek
penghijauan dilahan-lahan kritis, saat ini telah menjalar ke tengah Taman
Nasional Baluran (Jawa Timur) menyebabkan kerusakan tumbuhan lokal
karena sudah begitu banyak dan sangat sukar diberantas. Dalam waktu dekat
tumbuhan eksotik akan mempengaruhi tumbuhan asli di sana.
Burung di Kepulauan Pasifik. Ular pohon coklat yang berasal dari Sulawesi,
Maluku, dan Timor diintroduksi ke banyak kepulauan di Samudra Pasifik. Ular
tersebut memakan telur, anak burung serta burung dewasa. Di pulau Guam saja
ada 10 spesies endemik yang telah dimusnahkan oleh ular tersebut (Savidge
1987).
Spesies-spesies Eksotik di Habitat Perairan
Spesies eksotik dapat mempunyai efek yang sangat merugikan pada danau,
sungai, dan bahkan seluruh ekosistem lautan (Mills dkk. 1944). Komunitas
perairan tawar secara khusus mirip dengan kepulauan di samudra, yaitu mereka
terisolasi satu sama lain oleh daratan, oleh sebab itu sangat rentan terhadap spesies
eksotik. Hewan-hewan komersil dan yang biasanya digunakan untuk olahraga
memancing seringkali diintroduksi ke lingkungan perairan baru. Lebih dari 120
spesies ikan telah diintroduksi ke perairan laut dan muara serta ke laut-laut di
sebelah dalam daratan. Walaupun beberapa introduksi ini dilakukan dengan
8
sengaja untuk meningkatkan produksi ikan, kebanyakan dari peristiwa introduksi
tersebut terjadi tanpa sengaja pada saat dibangunnya kanal dan transportasi air
pemberat kapal (Baltz 1991). Seringkali spesies-spesies eksotik ini lebih besar dan
lebih agresif dari pada ikan lokal, dan melalui kombinasi antara kompetisi dan
predasi biasanya menyebabkan kepunahan spesies-spesies lokal.
Spesies-spesies eksotik yang agresif di perairan termasuk tumbuhan dan
hewan invertebrata serta ikan. Salah satu invasi yang membahayakan di Amerika
Utara adalah datangnya kerang Zebra (Dreissena polymorpha) di Great Lakes
(AS). Kerang yang bergaris-garis dan berasal dari laut Kaspia besar-besaran dari
spesies eksotik Alliaria officinalis yaitu tumbuhan dua tahunan dari Eropa di
Amerika Serikat, mungkin disebabkan olch kenaikan nitrogen di udara dan
kondisi tanah yang juga telah berubah.
Spesies eksotik dianggap sebagai ancaman serius bagi sistem taman
nasional di Amerika Serikat. Ancaman lain seperti degradasi habitat, fragmentasi,
dan pencemaran dapat diperbaiki dan situasi awal dapat dikembalikan dalam
jangka waktu tertentu karena masih adanya spesics lokal. Akan tetapi, spesies
eksotik yang telah berasimilasi dengan lingkungan lokal akan sangat sukar untuk
dihilangkan dari komunitas (Coblentz 1990). Spesies eksotik dapat membentuk
jumlah yang sangat besar dan tersebar secara luas serta terasimilasi dengan baik
pada komunitas sechingga usaha menghilangkan mereka akan sangat susah dan
mahal.
Satu tambahan kelompok eksotik adalah spesies-spesies jumlahnya
bertambah banyak karena dapat dengan baik beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia (Soule 1990). Di Amerika
Utara, fragmentasi hutan, pengembangan daerah perkotaan dan kemudahan untuk
memperoleh makanan dari buangan sampah telah menyebabkan jumlah dan
daerah sebar dari coyote, serigala merah, dan burung pemakan ikan herring
bertambah jumlahnya. Pertambahan populasi spesies yang agresif ini biasanya
menyebabkan penurunan spesies lokal yang bersifat kurang kompetitif dan tidak
mempunyai kemampuan melawan pemangsaan. Spesies lokal yang berkembang
sehingga jumlahnya sangat besar karena kemampuan adaptasi yang baik terhadap
9
lingkungan yang dibuat oleh manusia merupakan tantangan yang berat bagi usaha
mengelola spesies rentan serta melindungi suatu daerah.
Kelas khusus dari kelompok eksotik adalah spesies-spesies yang
merupakan saudara terdekat dari biota lokal. Jika spesies eksotik bersilang dengan
spesies lokal, genotip unik dari spesies lokal dapat hilang dari populasi dan
batasan taksonomi menjadi tidak jelas. Ikan trout mengalami nasib seperti ini pada
saat dihadapkan pada spesies introduksi. Di daerah Amerika bagian barat daya,
ikan trout Apache (Oncorhynchus apache) telah berkurang daerah penyebarannya
oleh kerusakan habitat dan kompetisi dengan spesies ikan yang telah diintroduksi.
Spesies ini juga telah bersilang banyak dengan ikan trout pelangi (O. mykiss)
yang merupakan ikan introduksi (Dowling dan Childs 1992).
10
ekosistem. Tentunya hal ini tidak dapat dipandang sebelah mata setelah
banyaknya kasus-kasus tentang terancamnya spesies dari kelompok fauna maupun
flora di Indonesia (Hunter and Gibbs, 2007). Pengaruh adanya spesies invasif
akuatik lebih mudah dipahami seperti gambaran ilustrasi berikut ini; eceng
gondok merupakan tumbuhan bukan asli Indonesia yang saat ini sudah menyebar
di Indonesia sebagai habitat barunya, jika keberadaanya di dalam perairan cukup
akan menimbulkan dampak positif bagi ikan-ikan yang hidup di bawahnya karena
dapat dijadikan tempat ikan untuk bernaung. Tetapi, bagaimana jika
keberadaannya di dalam perairan penuh hingga seluruh permukaan air tertutup?
tentunya hal ini bukan menjadi keadaan yang diharapkan karena dapat
mengancam keberadaan ikan dan tumbuhan-tumbuhan air dibawanya. Tumbuhan
air memerlukan cahaya sinar matahari untuk dapat melangsungkan proses
fotosintesis, akan tetapi jika seluruh permukaan air tertutup eceng gondok,
tumbuhan tidak dapat melakukan fotosintesis dan kemungkinan terburuknya akan
mati. Keadaan ini menyebabkan ikan-ikan herbivora terancam karena sumber
makanan mereka semakin terbatas dan selanjutnya menyebabkan kepunahan
spesies asli Indonesia. Ciri-ciri spesies invasi, yaitu: perkembangbiakan dan
pertumbuhan yang cepat, kemampuan persebaran yang tinggi, kemampuan
beradaptasi yang tinggi, tidak memiliki pesaing yang dapat mengendalikan
keberadaannya, dan menempati ekosistem yang rusak (Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, 2015).
11
12
13
14
15
16
Perkembangan Spesies menjadi Invasif
Proses invasi biasanya terjadi secara bertahap dan perlahan sehingga tidak
banyak disadari. Proses invasi spesies diawali oleh kehadirannya di habitat baru,
terjadi pertumbuhan dan adaptasi, terjadi perkembangbiakan hingga dominasi dan
pengambilalihan daerah jelajah (home range), dan berubah menjadi jenis invasif.
Kategori tingkat invasi spesies menurut (Catford, 2009) dalam (Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015) yaitu: 1) transport, 2) introduksi, 3)
kolonisasi, 4) naturalisasi, 5) penyebaran dan 6) dampak. Faktor pendorong besar
kecilnya invasi 1) Propagule (P), yaitu bagian dari tumbuhan seperti tunas atau
anakan yang dapat hidup menjadi tumbuhan baru; 2) faktor Abiotik (A), yaitu
faktor kimia dan fisika dalam lingkungan, seperti cahaya, temperatur, air, gas di
udara/atmosfir dan angin serta tanah, edafik satwa dan fisiografi; 3) faktor Biotik
(B), yaitu hal yang berkaitan dengan, dihasilkan oleh atau disebabkan oleh mahluk
hidup (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).
Selain tumbuhan tidak asli Indonesia spesies asli juga bisa berubah
menjadi invasif, jika menyebar dengan cepat ke habitat yang sebelumnya tidak
dihuni. Contoh di Amerika Utara tumbuh alang-alang biasa (Phragmites
australis), yang ada setidaknya ribuan tahun dan mungkin asli, tetapi yang
tersebar luas, menjadi jauh lebih umum, dan mulai menempati lebih banyak
habitat sejak pertengahan abad ke-19. Adanya genotip rekombinan hasil dari
17
pengenalan gentotip baru dengan genotip asli dapat pula berubah menjadi invasif
karena memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi di berbagai habitat. Contohnya
Populasi Anole coklat di Florida yang semakin besar diabad-20 karena kedatangan
individu baru dari berbagai penjuru, sehingga populasi di Florida sekarang
memiliki keragaman genetik yang jauh lebih banyak daripada yang ditemukan
pada populasi asli. Perubahan dalam lingkungan secara fisik atau biotik dapat
menjadikan faktor penyebab ledakan spesies yang tiba-tiba. Contohnya
penyebaran lada Brasil di Florida setelah satu abad keberadaannya tidak
berbahaya, setelah adanya perubahan hidrologi seperti pengeringan lahan
pertanian dan berbagai proyek pengendalian banjir kini lada Brasil keberadaannya
tersebar di mana-mana bahkan dapat mengancam spesies lain (Navjot and Paul,
2010).
18
Menurut teori island biogeography, kekayaan jenis terpelihara karena adanya
keseimbangan (equilibrium) antara laju kolonisasi (pengelompokan) dan spesiasi
(pengelompokan jenis menjadi anak jenis baru) yang berlawanan dengan laju
kepunahan. Kondisi ini menjadikan pulau-pulau besar memiliki banyak jenis
spesies dengan laju kepunahan rendah sedangkan pulau kecil sebaliknya karena
areal yang dapat dijangkau sempit. Ekosistem yang memiliki kepekaan terhadap
invasi umumnya biasanya berubahan. Perubahan tersebut disebabkan oleh dua hal,
yaitu: perubahan secara alami oleh gejala alam, seperti hujan dan angin puting
beliung, longsor, kebakaran dan banjir serta perubahan akibat kegiatan manusia,
seperti perubahan sistem pemanfaatan penggunaan lahan, kebakaran yang
disengaja dan kegiatan fisik yang berupa pembukaan lahan untuk berbagai
kepentingan, antara lain pembangunan jalan, jembatan, bendungan, dan sejenisnya
(Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).
Undang-undang no. 5 tahun 1990 tentang Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya. Jenis tumbuhan dan satwa asing, diatur dalam Pasal 33 ayat
(1) dan (2), yang berbunyi: “Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional, meliputi
19
mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta
menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.” Selain itu, dalam Pasal
23 ayat (1) disebutkan bahwa: “Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemasukan
tumbuhan dan satwa liar dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia” (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).
20
kemungkinan tinggi untuk menjadi rentan menyebabkan kerusakan setelah
diperkenalkan dan menimbulkan persentase menjadi negatif atau palsu. Tindakan
secara fisik, kimia, dan biologi sebagai cara yang umum dilakukan untuk
membatasi keberadaan spesies invasi. Seperti di Afrika Selatan yang biasa
memotong dan mencabut akar pohon Acacia cyclop sebagai bentuk tindakan
secara fisik, pemberian racun, herbisida dan pestisida sebagai bentuk tindakan
secara kimia, dan penggunaan spesies-spesies musuh untuk memerangi spesies
baru sebagai bentuk tindakan secara biologis. Tindakan yang dapat dilakukan di
dalam pendidikan dan penelitian adalah memasukkan pengetahuan-pengetahuan
tentang bahaya spesies-spesies invasif terhadap keseimbangan habitat di dalam
dan mengembangkan penelitian-penelitian tentang resistensi spesies invasi.
Adanya kontrol hukum di berbagai tingkatan juga sangat penting untuk
mencegah dan mengendalikan spesies invasif dan mengurangi dampaknya.
Integrated Pest Management (IPM) atau Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
dengan cara melibatkan kombinasi berbagai strategi manajemen (Navjot S. S and
Paul R. E, 2010).
21
akan meningkatkan frekuensi kebakaran. Kebakaran yang terjadi menciptakan
habitat cocok untuk beberapa spesies, tetapi terdapat beberapa karakteristik dari
banyak variatas yang punah (Pullin, 2002).
Ada juga perdebatan yang sedang berlangsung tentang penyebaran
aktivitas manusia atau perubahan iklim yang berhubungan zaman es menyebabkan
kepunahan banyak mamalia besar. Model kepunahan berbasis iklim, yang
mengutip bukti kepunahan itu tidak mengikuti pola gelombang ini secara
kronologis, tetapi mengikuti kemunduran di iklim. Beberapa pendapat lain
menghubungkan hal tersebut adalah kebetulan dari perubahan iklim dan
kolonisasi manusia. Kepunahan mamalia besar di Eropa yang dijajah jauh lebih
awal tidak sinkron dengan beberapa mamalia diketahui telah punah, tetapi tidak
semua pada saat yang sama mendukung model kebetulan (Pullin, 2002).
22
tidak langsung. Eksploitasi tanah dalam skala besar di wilayah Mediterania erat
dengan naik turunnya peradaban, seperti Mesir, Yunani, dan Romawi.
Pertanian menyebar ke utara di Eropa dan disertai dengan skala besar
pembukaan hutan, pertama dengan batu dan kemudian, dengan kapak logam.
Ketika teknik dan keterampilan pertanian meningkat, masing-masing bidang tanah
digunakan secara lebih berkelanjutan dan penggunaan lahan mulai terbentuk.
Pertanian masyarakat berbasis pasar yang dikembangkan untuk dijual dan
pertukaran hasil. Iklim dan dampak manusia terhadap bentang alam Inggris.
Sebagai akibat dari pemanasan iklim, spesies dengan cepat menghidupkan
kembali daerah yang sebelumnya tertutup es. Selain itu ekosistem seperti tundra
itu hadir di selatan es mengalami penyesuaian dan bergerak ke utara sebagai iklim
menghangat. Ketika es surut maka tanah kosong daerah yang lebih basah, vegetasi
tundra, didominasi oleh lumut. Musim dingin masih mencegah invasi pohon skala
besar, tetapi musim panasnya hangat dan Inggris selatan ada banyak padang
rumput. Invasi kemudian spesies pohon ke dalam apa yang pada dasarnya adalah
padang rumput terbuka. struktur tanah memungkinkan invasi pertama oleh birch,
(Betula pubescens dan B. pendula) dan Scots pine (Pinus sylvestris) sekitar 11000
BP (Pullin, 2002).
Pada waktu terhangat dalam sejarah sekitar 5000 tahun yang lalu,
bentang alam dari Inggris didominasi oleh hutan beriklim sejuk. Inggris dataran
rendah didominasi oleh hutan gugur dengan pohon ek, kapur dan bidang maple
(Acer campestris), spesies tumbuhan bawah seperti hazel, yew dan holly. Pada
tanah berkapur yang dominan pohon adalah abu (Fraxinus excelsior) dan beech
(Fagus sylvatica) sementara di lebih banyak tergenang air tanah masam di dataran
tinggi Inggris utara, Wales dan Skotlandia, sessile oak (Quercus petraea) birch dan
pinus dominan. Awal dari periode Atlantik mungkin telah menyebabkan
kepunahan salah satunya adalah ek,Elm, jeruk nipis, Birch, Pinus.
23
Setelah Perang Dunia Kedua, revolusi pertanian modern didorong oleh
kemajuan teknologi memungkinkan penggunaan semakin canggih mesin bersama
dengan pupuk kimia dan pestisida. Kebijakan pemerintah mendorong petani untuk
mengintensifkan penggunaan lahan mereka, meningkatkan luas tanaman yang
subur dan meningkatkan produktivitas. Hal tersebut menyebabkan skala besar
drainase lahan untuk menghasilkannya dan penghancuran pagar tanaman dalam
skala besar.Sehingga menambah ukuran bidang. Akibatnya banyak daerah dataran
rendah Inggris telah digambarkan sebagai gurun pertanian dengan
keanekaragaman rendah, didominasi oleh monokultur yang ditanam produksi
pangan skala industri(Pullin, 2002).
Perubahan Pasca-industri
Dimulainya revolusi industri di Eropa Barat membawa serangkaian
dampak dan skala baru aktivitas manusia. Manusia sejak saat itu akan memiliki
24
dampak global daripada lokal lingkungan. Chiras (1994) menyatakan mind set ini
sebagai 'etika perbatasan'yang memiliki tiga prinsip:
1. Selalu ada lebih banyak dan semuanya untuk kita.
Di mana bumi dipandang sebagai pemasok sumber daya tak terbatas untuk
penggunaan manusia.
2. Manusia terpisah dari alam dan kebal terhadap hukum alam.
Berasal dari filosofi berbasis agama di mana manusia memandang diri
mereka begitu istimewa sehingga mereka entah bagaimana tidak
berhubungan ke seluruh dunia yang hidup.
3. Keberhasilan manusia berasal dari kontrol alam.
Karena manusia selain dari alam mereka bersaing dengan itu dan harus
mendominasi dan mengendalikannya untuk menjadi sukses.
Pada kenyataannya strategi ekonomi dunia dan ukuran keberhasilannya
masih merangkul etika ini. Hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi industri yang
cepat dan peningkatan cepat dalam standar hidup orang-orang di negara maju.
Karena itu, standar hidup di banyak kurang negara berkembang yang kompetitif
telah menurun dan integritas ekosistem bumi telah ditantang secara serius (Pullin,
2002).
25
Dampak dari Manusia Saat Ini
Gangguan Habitat
Polusi
26
Polutan yang dipancarkan pada awal proses industri awal yang
terukur sebagai deposito diseluruh dunia dan meningkatkan simultan
dalam industrialisasi. Karena sebagian besar kegiatan industri berdasarkan
pembakaran bahan bakar fosil, kenaikan aktivitas dapat diukur dengan
peningkatan dalam suasana produk utama dari pembakaran, karbon
dioksida.
27
Industrialisasi pertanian dibelakang kemungkinan mudah ketersediaan pupuk
kimia sintetis dan pestisida, yang keduanya telah menyebabkan pencemaran
ekosistem alam melalui eutrofikasi dan toksisitas terhadap organisme non-target
masing-masing.
Perubahan Iklim
Yang utama adalah efek dari beberapa polutan atmosfer pada iklim.
Beberapa bahan kimia hadir di blok atmosfer reflektif panas inframerah dari
permukaan bumi, oleh karena itu bertindak seperti selimut atau rumah kaca,
menjaga kita hangat. Proses ini telah vital bagi perkembangan kehidupan di bumi,
namun produksi kelebihan konsentrasi gas rumah kaca alami (terutama karbon
dioksida dan metana) dan produksi yang baru. Bumi dimasa lal lebih hangat
daripada sekarang. Proyeksi skenario pemanasan global rata-rata 1-4 ° C yang
lebih 50 tahun ke depan mungkin tidak tampak sangat dramatis, tapi mereka
mewakili perubahan yang lebih cepat dalam iklim global dari yang pernah terjadi
sebelumnya.
28
Sebagian besar spesies beradaptasi dengan perubahan kondisi dari masa lalu ke
masa sekarang. Tapi kondisi dimasa depan bias berubah lebih cepat daripada
sebelumnya dan banyak spesies yang tidak dapat bertahan, tetapi hal ini dapat
diatasi dengan cara menghangatkan iklim spesies.
29
Jika dilihat, kepunahan burung yang seperti pada peta itu dengan jelas
bahwa burung tersebut tidak merata dan tersebar diseluruh dunia. Selain itu,
burung tersebut tidak terkonsentrasi dinegara-negara yang paling padat
penduduknya atau mereka memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Dan
burung-burung tersebut malah terkonsentrasi pada pulau-pulau yang kecil.
Meninjau pola kepunahan burung ditengah Pasifik yang menyimpulkan bahwa
kolonisasi pertama dari Melanesia dan Mikronesa dari Asia Tenggara terjadi 4000
tahun yang lalu dan diikuti oleh Fiji dan Samoa dengan pulau-pulau kecil
terpencil Hawaii, Pulau Paskah dan Selandia Baru yang menjadi pulau-pulau
pertama dijajajh beberapa 1500 tahun yang lalu.
Dari Jordan oleh Guy Mountforth mengatakan dua hal paling penting
tentang nilai-nilai yang dipegang oleh individu dan masyarakat. Perbedaan nilai
antara orang-orang lapar dan orang-orang yang cukup dalam kebutuhan makan.
Perbedaan nilai juga berasal dari keragaman budaya dan agama yang menjadi
salah satu aset terbesar. Salah satu contohnya yaitu banyak orang menemukan
serangga yang umumnya menjijikan, tetapi diperkirakan 2000 spesies serangga
berfungsi sebagai makanan bagi seluruh orang diseluruh dunia (Ramos Elorduy,
1997). Di Amerika Utara dan Eropa anjing ini sebagai hewan tercinta, sedangkan
di negara Asia Timur anjing digunakan sebagai makanan. Hal ini sebagai
pernyataan sedehana yang sering dijelaskan bahwa “ini budaya mereka”. Sebagai
contoh lagi yaitu orang yang beragama Hindu menganggap bahwa sapi menjadi
suci dan tidak dimakan, hal ini juga merupakan kebudayaan umat Hindu.
Penggambaran Nilai
30
1996). Metode dasar tersebut untuk membaca pernyataan kepada orang-orang dan
meminta mereka untuk sangat setuju, setuju, sedikit setuju, sedikit tidak setuju,
tidak setuju, atau sangat tidak setuju. Data survei tersebut akan keluar banyak dari
generalisasi yang dibuat diatas tentang bagaimana nilai-nilai yang berbeda antar
budaya, antara masyarakat pedesaan dan perkotaan, dan antara perempuan dan
laki-laki.
31
Beberapa hal yang mendorong manusia manusia melakukan tindakan yang
mengancam biodiversitas.
1. Kemiskinan
Di negara berkembang yang secara ekonomi lemah, pertumbuhan
penduduk yang cepat menyebabkan masalah ekonomi dan politik yang
membutuhkan sumber daya. Ini disediakan dengan mengorbankan
lingkungan, melalui pembukaan hutan atau ekstraksi mineral, karena tidak
ada sumber pendapatan alternatif, dan masalah konservasi muncul.
Pembebasan ekonomi di negara-negara maju telah memungkinkan
kebebasan memilih yang lebih besar dan pertumbuhan populasi melambat
dan masalah yang sama tidak muncul. Ehrlich (1995) mengembangkan
argumen bahwa perusakan habitat terkait dengan usaha manusia
(aktivitas), yang pada gilirannya berkorelasi langsung dengan penggunaan
energi. Oleh karena itu, jika perusakan habitat merupakan penyebab utama
kepunahan spesies, keduanya akan meningkat seiring pertambahan
populasi manusia, karena semakin banyak dari kita semakin banyak energi
yang kita gunakan. Namun, penggunaan energi tidak hanya terkait dengan
pertumbuhan populasi, tetapi juga tergantung pada penggunaan sumber
daya per kapita. Sayangnya ini membuat situasinya lebih buruk karena
pada saat yang sama dengan populasi yang tumbuh secara eksponensial,
kita masing-masing juga menggunakan lebih banyak energi. Ehrlich
menggunakan tautan ini untuk menunjukkan bahwa tingkat kepunahan
spesies di masa depan dapat diprediksi oleh perkiraan konsumsi energi di
masa depan.
Hal yang dilakukan guna memenuhi kekurangannya dalam bidang ekonomi yaitu :
1. Penghancuran Habitat
32
alami yang tersisa dan karenanya perusakan dapat dianggap lengkap.
Namun, banyak habitat semi-alami yang telah dikelola untuk kelestarian
jangka panjangnya memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi.
Misalnya, banyak praktik pertanian tradisional yang dikembangkan pada
Abad Pertengahan, seperti memotong rumput tahunan untuk jerami,
memangkas kayu untuk bahan konstruksi dan memotong buluh basah
untuk jerami, telah menghasilkan habitat satwa liar bernilai tinggi. Ini
sekarang berada di bawah ancaman dan bebrapa telah menghilang dengan
cepat, karena industrialisasi metode pertanian dan perubahan ekonomi
yang telah mengakibatkan praktik tradisional menjadi tidak ekonomis.
Alih-alih dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi justru lebih
disebabkan oleh kemiskinan dan sehingga memiliki tanah di antara
populasi manusia setempat. Sehingga melakukan pembabatan hutan tropis
untuk pertanian.
33
Meningkatnya populasi dan permintaan energi per kapita telah
mengakibatkan banyak sumber daya alam kita dieksploitasi secara
langsung. Sumber daya tak terbarukan, seperti bahan bakar fosil,
digunakan dengan laju yang akan membuat banyak dari mereka kehabisan
tenaga pada akhir abad ini. Sumber daya terbarukan seperti air dan
populasi liar seperti stok ikan dan spesies kayu tidak dikelola secara
berkelanjutan dan banyak pasokan yang terancam habis (lihat Bab 6 untuk
contoh). Cod Laut Utara (Gadus morhua) yang menjadi favorit di toko-
toko ikan dan keripik Inggris, baru-baru ini digolongkan sebagai terancam
punah oleh World Wide Fund for Nature. Dalam banyak kasus eksploitasi
berlebihan dapat dihindari, memungkinkan regenerasi alami dan
menyediakan makanan, air, dan bahan-bahan lama di masa depan.
Tidak ada cara yang jelas untuk menentukan dampak total yang
dibuat manusia terhadap keanekaragaman hayati; Namun, jelas bahwa
banyak tindakan oleh manusia menyebabkan penurunan keanekaragaman
hayati. Untuk menentukan dampak total yang dibuat manusia pada
lingkungan tertentu, area lahan produktif dan air yang dibutuhkan untuk
menghasilkan barang yang dikonsumsi dan kebutuhan untuk
memperhitungkan limbah yang dihasilkan oleh manusia semua harus
diperhitungkan sesuai dengan praktik manajemen dan produksi yang
digunakan selama waktu itu (Wackernagel et al., 2002).
Dikeluarkannya UU konservasi:
34
2. Mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam
keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di
dalam atau di luar Indonesia.
2. Tidak kalah penting terletak pada baris terdepan dalam perlindungan dan
keamanan sumber daya hayati, yaitu karantina.
35
merupakan ujung tombak bagi pencegahan masuknya spesies asing invasif yang
dapat menyebabkan ke rugian secara ekonomi dan ekologis.
36
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Eksotik adalah kata sifat yang paling umum digunakan oleh ahli biologi
konservasi untuk menggambarkan spesies di luar daerah asalnya hidup. Sebagian
besar spesies eksotis tidak benar-benar invasif. Beberapa orang mendefinisikan
“invasif” juga termasuk spesies asli yang menunjukkan karakteristik ini, tetapi
kebanyakan orang membatasi istilah untuk eksotik. Proses invasi biasanya terjadi
secara bertahap dan perlahan sehingga tidak banyak disadari. Proses invasi spesies
diawali oleh kehadirannya di habitat baru, terjadi pertumbuhan dan adaptasi,
terjadi perkembangbiakan hingga dominasi dan pengambilalihan daerah jelajah
(home range), dan berubah menjadi jenis invasif. Adanya spesies invasif
memberikan efek yang mengancam pada spesies-spesies asli hingga menyebabkan
kepunahan karena pemangsaan, persaingan, penyakit, parasitisme, dan hibridisasi
yang tidak terkendali. Pemantauan intensif merupakan kunci untuk mengatasi
masalah persebaran spesies yang tidak diinginkan. Pemantauan secara
berkelanjutan dapat dilakukan dengan meminta penduduk untuk mencari tanaman
atau hewan yang tidak biasa dan untuk mengetahui agen apa yang harus
dihubungi jika mereka melihat sesuatu.
3.2 Saran
Sebaiknya manusia menaati salah satu Undang-Undang yang berisi
tentang solusi terhadap ancaman biodiversitas yaitu berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 21 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Navjot S. S and Paul R. E. 2010. Conservation Biology for All. New York: Oxford
University Press Inc.
https://www.goshen.edu/bio/Biol410/bsspapers05/Trishahostette.htm
http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/ias/ias_dtl/83
https://www.youtube.com/watch?v=Pa3tJsIqDYM
38