Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

\\

Disusun oleh :

ROHMI PUJI ASTUTI

MATPEL : BUDAYA MELAYU RIAU (BMR)


KELAS : X AKOMODASI PERHOTELAN

SMK NEGERI KESEHATAN DAN PARIWISATA BANGKINANG


KAB.KAMPAR PROV.RIAU
TP. 2019/2020

Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau


Kebakaran hutan dan lahan di Riau masih terus terjadi. Sejumlah hal menjadi penyebab. Lantas
bagaimana cara menghentikannya?

Image title Oleh Tim Publikasi Katadata 28 Januari 2020, 15:04 Kabut Asap ANTARA
FOTO/Rony Muharrman

Lahan perkebunan warga di sekitar pintu air Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak, Riau,
tampak abu-abu kehitaman bekas terbakar. Lokasi yang berdekatan dengan konsesi PT Teguh
Karsa Wana Lestari tersebut merupakan salah satu titik kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Saat Katadata mendatangi lokasi tersebut pada 30 Agustus 2019, mayoritas tanaman hangus
terbakar. Hanya tersisa sedikit pohon yang masih berdiri, itupun sudah tidak utuh dan hijau lagi.

Wilayah lahan kebun yang terbakar itu mencapai dua hektare, namun cepat dipadamkan oleh
warga sehingga tidak meluas. Masyarakat sekitar tidak mengetahui sebab-musabab kebakaran
terjadi. Berbagai spekulasi bermunculan, mulai dari kemungkinan adanya oknum yang sengaja
menyulut api atau akibat kemarau berkepanjangan.

Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Kabupaten Palalawan, juga tak lepas dari kebakaran
lahan dan hutan. Sampai Oktober 2019, lebih dari 200 hektare lahan terbakar. Koordinator
Jikalahari Made Ali menyatakan sejumlah orang kerap kali merambah hutan di taman nasional
tersebut. “Mereka membuka lahan dengan cara paling mudah dan murah, yakni dengan
membakar,” kata Made.

Perambahan Tesso Nilo sudah dimulai sejak 1997. Saat itu, harga sawit yang melambung
membuat warga berbondong-bondong membuka lahan untuk perkebunan. Hingga September
2019, sebanyak 83 ribu hektare lahan telah beralih fungsi menjadi perkebunan sawit di sekitar
taman nasional itu.
Pasca karhutla 2015, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjadikan
Tesso Nilo sebagai kawasan Revitalisasi Ekosistem Tesso Nilo (RETN). Meski demikian, tim
RETN masih menemukan ratusan cukong menguasai lahan tanpa izin untuk perkebunan sawit di
lahan bekas milik perusahaan di sekitar TNTN.

Maraknya cukong salah satunya disebabkan kemudahan menyalurkan tandan buah segar (TBS)
ke pabrik kelapa sawit (PKS). Di sekitar Tesso Nilo saja, setidaknya ada sembilan PKS tanpa
kebun yang menampung TBS dari para cukong. Dalam pantauan Eyes on The Forest pada 2017,
PKS tersebut memasok crude palm oil (CPO) ke perusahaan-perusahaan besar.

“Ada lingkaran setan di sini. Warga atau cukong itu berani merambah lahan dan menanam sawit
di sana, karena ada PKS yang menampung TBS mereka. Dan realitanya, ada perusahaan besar
yang mengambil CPO dari sana,” tutur Made.

Gubernur Riau, Syamsuar, tidak menampik adanya kemungkinan warga yang dibayar cukong
atau oknum perusahaan perkebunan sawit untuk melakukan pembakaran lahan. “Siapa mereka
masih dalam penyelidikan,” ucap Syamsuar.

Selain perambahan, sebab lain terjadinya karhutla adalah alih fungsi gambut menjadi
perkebunan. Aktivitas ini mengakibatkan gambut menjadi kering dan saat musim kemarau
mudah terbakar. Padahal, jika lahan gambut sudah terbakar, sangat sulit dipadamkan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau mengeluarkan peta bahaya kekeringan.
Peta ini menunjukkan hampir semua daerah Riau memiliki kerentanan kekeringan yang cukup
tinggi.

Lebih dari 30 persen wilayah yang dipetakan BPBD berada di kabupaten yang mayoritas
berlahan gambut. Berdasarkan data Walhi Riau pada 2018, lebih dari 1,5 juta hektare lahan
gambut di Riau sudah beralih fungsi menjadi HGU dan HTI. Khusus HGU di atas lahan gambut,
seluas 164.287 hektare dikuasai oleh 50 perusahaan.
Untuk mencegah terjadinya karhutla, Gubernur Riau, Syamsuar, membuat komitmen Riau Hijau
saat awal kepemimpinannya pada tahun 2019. Komitmen tersebut mencakup penyegelan dan
pembekuan izin lingkungan terhadap korporasi yang didapati terjadi kebakaran di wilayahnya.

Lahan yang terbakar akan ditelusuri kepemilikannya. “Siapapun yang membakar, termasuk
oknum perusahaan, mereka harus bertanggung jawab,” kata Syamsuar. Upaya penegakan hukum
oknum pembuat karhutla tersebut melibatkan kepolisian daerah.

Hingga 15 Agustus, menurut Made, KLHK telah menyegel lahan perkebunan yang terbakar
milik empat perusahaan, yakni PT RAPP, PT AA, PT GSM, dan PT SRL. Polda Riau juga telah
menetapkan PT SSS di Pelalawan sebagai tersangka karena lahannya seluas 150 hektare
terbakar.

Selain milik korporasi, lahan perkebunan sawit milik petani juga perlu diperhatikan. Sebagian
petani membakar lahan untuk menanam sawit baru atau replanting. Made menyebutkan perlu
adanya sosialisasi tentang land clearing dengan cara yang lebih aman.

Di level kabupaten, Pemerintah Kabupaten Siak bekerja sama dengan berbagai LSM lingkungan
yang tergabung dalam Sedago Siak mengedukasi petani rakyat untuk membuka dan
membersihkan lahan tanpa membakar. Salah satunya dengan meracun pohon yang sudah tidak
produktif. Dalam jangka satu-dua minggu, pohon yang diracun akan luruh ke tanah dan siap
dibersihkan.

Pemerintah Kabupaten Siak juga tengah mengkaji upaya pencegahan karhutla. Bupati Siak
Alfredi menuturkan, Pemkab Siak menyediakan alat pemadam portabel untuk desa yang rawan
kebakaran. Alat tersebut dibagikan kepada 67 desa yang sebagian besar daerahnya merupakan
lahan gambut.

Pemerintah Siak juga membentuk Masyarakat Peduli Api (MPI) yang terdiri atas perwakilan
warga dari setiap desa. Para anggota MPI kemudian dilatih menggunakan alat pemadam portabel
sebagai upaya pertama penanganan kebakaran.

Cara ini menurut Alfredi dinilai efektif. Selama dua tahun berturut-turut pada 2017 dan 2018,
Siak mendapat Piala Adipura sebagai kota yang dinilai berhasil dalam kebersihan dan
pengelolaan lingkungan. Salah satunya dalam penanganan karhutla.
Pemerintah juga menggandeng perusahaan perkebunan untuk melakukan pencegahan karhutla.
Golden Agri-Resources Ltd misalnya, selain mencegah kebakaran di perkebunan mereka, juga
memberikan insentif kepada desa di sekitar perkebunan yang bisa mencegah kebakaran.

Managing Director Sustainability dan Strategis Stakeholders Engagement Golden Agri-


Resources Ltd, Agus Purnomo saat diwawancarai Katadata melalui telepon pada 19 September
2019 menyebutkan perusahaannya berkomitmen untuk mencegah terjadinya karhutla. “Apabila
selama setahun desa tersebut bisa menjaga lahannya tidak terbakar, perusahaan akan
memberikan insentif sebesar Rp 100 juta per hektare,” katanya.

Upaya Pelestarian Hutan, BBKSDA Riau Garap "Eco


Tourism" Di Kampar
Rabu, 1 Maret 2017 23:00 WIB

Pekanbaru (Antarariau.com) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi
Riau menggarap wisata berbasis lingkungan atau "Eco Tourism" di kawasan konservasi Buluh
Cina Kabupaten Kampar.

"Ini merupakan upaya kita mendorong peningkatan ekonomi masyarakat setempat serta
melestarikan kawasan hutan," kata Humas BBKSDA Riau Dian Indriani di Pekanbaru, Rabu.

Buluh Cina merupakan salah satu dari 16 kawasan konservasi yang ada di Provinsi Riau.

Buluh Cina yang berlokasi di Kecamatan Siak Hulu memiliki luas 963,3 hektare dan ditetapkan
sebagai kawasan konservasi pada 2014.

Buluh Cina memiliki ekosistem hutan dataran rendah dan mayoritas mempunyai topografi data
dengan kemiringan maksimal 25 persen.

Terdapat sejumlah tanaman hutan yang menurut Dian menarik untuk dikunjungi wisatawan, di
antaranya Mempening (Quercus lucida), Balanti (Croton tiglium Linn.), Bongkal (Nauclea
Spec.), Kandis (Garcinia parvifolia Miq.).

Selain itu juga terdapat beragam satwa liar seperti Elang Kijang (Muntiacus sp), Enggang
(Buceros sp) dan Rusa (Cervus sp).
"Selain potensi flora dan fauna, di sana juga terdapat tujuh danau dan sungai yang masih sangat
alami," tuturnya.

Dian menambahkan BBKSDA Riau memastikan jenis satwa akan bertambah dengan dilepasnya
170 ekor kura-kura ambon dan burung elang hasil sitaan beberapa waktu lalu.

Pelepasan itu turut dihadiri oleh Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman di mana Dian
mengatakan pemerintah Provinsi Riau sangat mendukung upaya BBKSDA Riau untuk
mengembangkan kawasan wisata Buluh Cina.

Anda mungkin juga menyukai