Anda di halaman 1dari 10

e-ISSN: 2550-0813 | p-ISSN: 2541-657X | Vol 7 No 2 Tahun 2020 Hal.

: 398-407
-

NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial


available online http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/index

wwwww

KAPABILITAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA


BALIKPAPAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN
HUTAN DAN LAHAN 1

Hani Syarifah*, Diane Tanti Poli, Miftah Ali, Hayatul Khairul Rahmat, I Dewa Ketut
Kerta Widana
Program Studi Magister Manajemen Bencana, Fakultas Keamanan Nasional, Universitas
Pertahanan, Indonesia

Abstrak

Bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menjadi bencana regional dan global,
bencana ini hampir terjadi setiap tahunnya di Provinsi Kalimantan Timur, khususnya
Kota Balikpapan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Untuk mengumpulkan data yang konkret, peneliti melaksanakanan teknik pengumpulan
data melalui wawancara dan dokumentasi. Bencana kebakaran hutan dan lahan ini
mengganggu keamanan nasional dan memperlemah sistem pertahanan negara.
Kebakaran hutan dan lahan merupakan ancaman bagi seluruh aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan berdampak negatif pada berbagai aspek
kehidupan, seperti gangguan akses transportasi, ancaman kesehatan, dan terhentinya
kegiatan sosial masyarakat. Penanganan kebakaran hutan dan lahan berfokus pada
penindakan, mengabaikan esensi manajemen bencana bahwa aspek pencegahan atau
prabencana harus jadi prioritas. Kapabilitas pemerintah sangat dituntut dalam hal ini,
kapabilitas merupakan bentuk dari kemampuan yang harus dimiliki oleh pemerintah
dalam menghadapi tantangan dan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kapabilitas BPBD Kota Balikpapan dalam mengendalikan kebakaran hutan dan lahan.
Sejauh mana tantangan dan hambatan memberi pengaruh dalam kapabilitas dari
pemerintah Kota Balikpapan. Peran BPBD Kota Balikpapan akan menjadi tolok ukur
pemahaman yang dimiliki pemerintah daerah dalam pengendalian yang telah
dilaksanakan selama ini sesuai dengan keadaan dan tantangan yang selalu berkembang.

Kata Kunci: Kapabilitas, Kebakaran Hutan dan Lahan, Keamanan Nasional.

*Correspondence Address : syarifahhany@gmail.com


DOI : 10.31604/jips.v7i2.2020.398-407
© 2020 UM-Tapsel Press
398
Hani Syarifa , Diane Tanti Poli, Miftah Ali, Hayatul Khairul Rahmat, I Dewa Ketut Kerta Widana
Kapabilitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Balikpapan Dalam ……………………. .(Hal 398-407)

PENDAHULUAN kebakaran terluas terjadi di Balikpapan


Bencana kebakaran hutan dan mencapai 49.266 ha, Kalimantan Tengah
lahan di Indonesia menjadi bencana mencapai 44.769 ha, Kalimantan Barat
regional dan global. Hal ini dikarenakan 25.900 ha, Sumatra Selatan 11.426 ha,
dampak bencana kebakaran hutan dan dan Jambi seluas 11.022 ha. Kerugian
lahan seperti kabut asap dan gas hasil lintas geografis dan lintas negara terjadi
pembakaran yang diemisikan ke terus menerus sejak tahun 1998 dan
atmosfer (seperti CO2) menjalar ke menimbulkan kerugian sosial, ekonomi
negara yang berbatas dengan Indonesia. serta ekologi lingkungan.
Bencana kebakaran hutan dan lahan Efek dari kebakaran hutan dan
hampir terjadi setiap tahunnya lahan berdampak negatif pada berbagai
terkhusus pada musim kemarau. aspek kehidupan, seperti gangguan
Kebakaran hutan dan lahan tahun lalu akses transportasi, ancaman kesehatan,
terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan dan terhentinya kegiatan sosial
Tengah, Kalimantan Selatan, Balikpapan, masyarakat (David, 2014). Selain itu,
Jambi, dan Sumatra Selatan. tudingan dari negara lain terutama
Singapura dan Malaysia yang
menyebutkan Indonesia sebagai
pengekspor asap mengganggu
hubungan bilateral antarnegara
tetangga. Penyebab terjadinya
kebakaran hutan dan lahan berdasarkan
Gambar 1. Peta Kebakaran Hutan laporan Satuan Tugas Kebakaran Hutan
dan Lahan Indonesia dan Lahan 2016 bisa diidentifikasi
Sumber: Syaifuna (2003)
antara lain, Pertama, metode
Presiden Joko Widodo pembukaan lahan pertanian yang masih
mencetuskan status siaga darurat di mengandalkan metode pembakaran.
keenam provinsi tersebut akibat kabut Kedua, penelantaran lahan-lahan
asap yang dihasilkan. BNPB mencatat terkhusus kawasan gambut tidak diolah
area terbakar mencapai 328.724 hektar dan tidak dijaga. Ketiga, tingginya suhu
dengan 2.719 titik panas pada periode akibat kemarau panjang, Keempat,
Januari hingga Agustus 2019. keringnya rawa-rawa, terutama rawa
Berdasarkan data tersebut, dampak gambut, baik akibat tindakan yang

399
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 7 (2) (2020): 398-407

disengaja atau tidak. Kelima, praktek yang fokus pada penindakan,


illegal loging yang masih banyak mengabaikan esensi manajemen
ditemukan. Selain itu, masalah non bencana bahwa aspek pencegahan atau
teknis seperti koordinasi antar instansi pra bencana harus jadi prioritas.
yang tidak maksimal dan sikap mental Kapabilitas pemerintah sangat dituntut
yang tidak berkomitmen pada dalam hal ini. Kapabilitas merupakan
kelestarian lingkungan juga bentuk dari kemampuan yang harus
berpengaruh. Begitu juga soal kebijakan dimiliki oleh pemerintah dalam
yang tidak tegas dan jelas dalam menghadapi tantangan dan masalah
perlindungan kawasan resapan air, (Budiningsih, 2017). Kebakaran terus
termasuk pula upaya penegakan hukum menerus mengindikasikan bahwa
yang kerap kurang berimbang dan pemerintah tidak mampu
kurang konsisten. mengendalikan kebakaran hutan. Hal ini
Bencana kebakaran hutan dan menunjukkan bahwa diperlukan sebuah
lahan ini mengganggu Keamanan kapabilitas yang baik untuk
Nasional dan memperlemah Sistem mengendalikan kebakaran hutan dan
Pertahanan Negara. Kebakaran hutan lahan. Tentu hal ini tidak luput dari
dan lahan merupakan ancaman bagi dukungan para stakeholder serta
seluruh aspek kehidupan masyarakat sendiri. Sejauh ini upaya
bermasyarakat, berbangsa dan yang dilakukan oleh pemerintah,
bernegara. Hal tersebut terlihat dari sebagai bentuk nyata dari kapabilitas
tinjauan konsep Astagatra. Di sisi lain pengendalian kebakaran hutan dan
tekanan dari negara luar juga semakin lahan adalah membentuk posko
kuat, terutama dengan mengangkat isu gabungan. Ketugasannya antara lain
lingkungan hidup dan kabut asap. memfasilitasi semua upaya
Dampak dari hal tersebut menjadikan pengendalian (tim kesehatan, tim
diplomasi Indonesia yang pada akhirnya penegakan hukum, juga pemadaman)
memberikan kontribusi negatif pada yang disinergikan dengan pemerintahan
rendahnya ketahanan nasional. tingkat kabupaten.
Selama ini penanganan yang Berdasarkan latar belakang
dilakukan adalah memperkuat masa masalah yang telah diuraikan, maka
penindakan atau saat kebakaran terjadi. penelitian dengan judul Peningkatan
Penanganan kebakaran hutan dan lahan Kapabilitas BPBD Kota Balikpapan

400
Hani Syarifa , Diane Tanti Poli, Miftah Ali, Hayatul Khairul Rahmat, I Dewa Ketut Kerta Widana
Kapabilitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Balikpapan Dalam ……………………. .(Hal 398-407)

dalam Menanggulangi Kebakaran Lahan Pendekatan kualitatif ini dipilih


dan Hutan di Kota Balikpapan perlu karena sesuai dengan tujuan peneliti, di
dilakukan. Terlebih jika dikaitkan mana penelitian kualitatif digunakan
dengan rencana pemindahan Ibu Kota untuk mendeskripsikan dan
Negara RI ke Kalimantan Timur di menganalisis fenomena, peristiwa,
waktu mendatang. aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
Penelitian ini bertujuan untuk persepsi orang secara individual
menganalisis kapabilitas BPBD maupun kelompok (Cresswell, 1994).
Balikpapan dalam penanggulangan Jenis penelitian ini bersifat deskriptif
kebakaran lahan dan hutan. Sejauh yaitu penelitian yang menggambarkan
mana tantangan dan hambatan memberi data informasi yang berdasarkan
pengaruh dalam kapabilitas dari dengan kenyataan (fakta) yang
pemerintah Kota Balikpapan. Peran diperoleh di lapangan (Bodgan et al,
BPBD akan menjadi tolok ukur 1982). Di dalam penelitian ini metode
pemahaman yang dimiliki pemerintah yang digunakan yaitu wawancara,
daerah dalam pengendalian yang telah pencatatan, dan dokumentasi.
dilaksanakan selama ini, sesuai dengan Teknik pengumpulan data yang
keadaan dan tantangan yang selalu digunakan dalam penelitian ini adalah
berkembang. wawancara dan dokumentasi. Teknik
analisa data yang digunakan dalam
METODE PENELITIAN penelitian adalah reduksi data (memilah
Metode penelitian yang data pokok), display data (penyajian
digunakan dalam penelitian ini adalah data), dan terakhir memverifikasi dan
menggunakan pendekatan kualitatif, menyimpulkan data (Kusnanto, 2008).
pendekatan ini menghasilkan data Pemeriksaan keabsahan data dalam
deskriptif berupa ucapan atau tulisan penelitian ini menggunakan triangulasi,
dan perilaku yang dapat diamati dari artinya peneliti melakukan pemeriksaan
subyek itu sendiri (Sugiyono, 2015). keabsahan data berdasarkan observasi,
Penelitian kualitatif adalah jenis wawancara mendalam dan dokumentasi
penelitian yang temuan-temuannya sehingga mendapatkan data yang valid
tidak diperoleh melalui prosedur dan reliabel.
statistik atau bentuk hitungan lainnya
(Arikunto, 2012).

401
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 7 (2) (2020): 398-407

HASIL DAN PEMBAHASAN lembaga pemerintah di tingkat pusat.


Kapabilitas BPBD Kota Balikpapan Sementara itu, vocal point
dalam Penanggulangan Kebakaran penanggulangan bencana di tingkat
Lahan dan Hutan provinsi dan kabupaten/kota adalah
Menurut Kusumasari (2014), Badan Penanggulangan Bencana Daerah
sumber daya dan faktor penting yang (BPBD). BPBD Kota Balikpapan dalam
harus dilihat dalam menilai atau menjalankan tugas ketika terjadi
mengukur kapabilitas organisasi bencana diatur sesuai dengan tugas
pemerintahan di cakupan daerah dalam pokok dan fungsi kita sebagai
penanggulangan bencana yang harus koordinator dalam wewenang hal
dimiliki adalah kelembagaan, sumber penanggulangan bencana, termasuk
daya manusia, keuangan, dan sumber kabut asap. Selain itu BPBD
daya teknis. Berikut adalah penjelasan mengkoordinir semua SKPD yang
mengenai kapabilitas BPBD Kota terlibat di penanggulangan kabut asap
Balikpapan dalam penanggulangan dan karhutla ini.
bencana kebakaran lahan dan hutan. Saat terjadi bencana BPBD akan
Pertama, kelembagaan. membentuk satgas (satuan tugas)
Pengaturan kelembagaan yang efektif berdasarkan surat keputusan dari
haruslah memiliki struktur organisasi, gubernur dalam melaksanakan tugas.
peran, tugas, tanggung jawab yang jelas BPBD sebagai sebuah SKPD yang berada
serta mampu menjalin networking dibawah naungan dari satuan kerja di
dengan semua level pemerintah. Adapun komisi E, adapun bentuk kerjasama
yang menjadi kelembagaan BPBD Kota antara BPBD dengan komisi E adalah
Balikpapan terdiri dari kepala dukungan secara politis dan dukungan
pelaksana, sekretariat, bidang penganggaran. Selain itu salah satu
pencegahan dan kesiapsiagaan, bidang fungsi BPBD adalah melakukan fungsi
kedaruratan dan logistik, bidang koordinasi. Dimana dalam penanganan
rehabilitasi dan rekonstruksi, unit bencana karhutla ini diperlukan
pelaksana teknis dan kelompok jabatan koordinasi dengan berbagai pihak.
fungsional. Kelembagaan dapat ditinjau Kedua, sumber daya manusia.
dari sisi formal dan non formal. Secara Dalam tugas penanggulangan bencana
formal, Badan Nasional Penanggulangan memerlukan kerja sama sumber daya
Bencana (BNPB) merupakan vocal point manusia yang didasarkan pada masalah

402
Hani Syarifa , Diane Tanti Poli, Miftah Ali, Hayatul Khairul Rahmat, I Dewa Ketut Kerta Widana
Kapabilitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Balikpapan Dalam ……………………. .(Hal 398-407)

dan upaya teknis terkait program Ketiga, keuangan. Dana


masing-masing unit kerja. Dalam rangka penanggulangan bencana menjadi
meningkatkan efisiensi dan efektivitas tanggung jawab bersama antara
upaya pemulihan akibat bencana pemerintah dan pemerintah daerah
diperlukan keterpaduan beberapa yang mana pemerintah dan pemerintah
program dan sektor terkait yang dapat daerah juga mendorong partisipasi
dicapai melalui pertemuan berkala masyarakat di dalamnya sebagaimana
secara intensif. disebut dalam Pasal 60 angka (1) dan
BPBD Kota Balikpapan (2) Undang-Undang Republik Indonesia
mempunyai 310 orang pegawai di Nomor 24 Tahun 2007 tentang
lembaga pemerintahannya. Tentu tidak Penanggulangan Bencana. Selain itu,
semuanya yang turun ke lapangan, BPBD sendiri juga punya tugas pokok
karena sebagiannya mempunyai tugas di dalam penganggaran untuk dana untuk
bagian kantor ataupun sekretariat. penanggulangan bencana ini, khususnya
Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam penelitian ini tentang kabut asap
pemerintahan dalam bidang dan kebakakaran hutan dan lahan.
penanggulangan bencana merupakan Tanggap darurat merupakan
komponen yang sangat penting dalam serangkaian kegiatan yang dilakukan
hal ini. Sumber daya Manusia yang dengan segera pada saat kejadian
dibutuhkan dalam penaggulangan bencana untuk mengurangi dampak
bencana kabut asap adalah orang-orang buruk yang ditimbulkan (Meiwanda,
yang terampil dalam memadamkan titik 2016; Rahmat & Alawiyah, 2020).
api dan kebakaran hutan dan lahan. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan
Jumlah sumber daya manusia BPBD penyelamatan dan evakuasi korban,
Kota Balikpapan tergolong masih cukup harta benda, pemenuhan kebutuhan
akan tetapi jika dibandingkan dengan dasar, pelindungan, pengurusan
luas daerah Kota Balikpapan dengan pengungsi, penyelamatan, serta
luas 503,3 km2 tergolong kurang. Oleh pemulihan sarana dan prasarana
karena itu diperlukan koordinasi berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-
dengan beberapa instansi terkait seperti Undang Republik Indonesia Nomor 24
Manggala Agni, TNI, Dinas Kehutanan, tahun 2007. Dana siap pakai
Dinas Kesehatan, dan lain sebagainya. berdasarkan penjelasan Pasal 6 huruf f
Undang-Undang Republik Indonesia

403
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 7 (2) (2020): 398-407

Nomor 24 tahun 2007 yaitu dana yang haruslah memadai. BPBD Kota
dicadangkan oleh pemerintah untuk Balikapapan memiliki 16 unit mobil
dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu pemadam kebakaran, 9 unit mobil
apabila terjadi bencana. Tanggungjawab operasional, 8 unit mobil tangki supply
pemerintah dalam penyelenggaraan dan 7 unit sepeda motor trail.
dana anggaran diatur dalam pasal 6
Undang-Undang Republik Indonesia Kendala atau Hambatan yang
Nomor 24 tahun 2007 yaitu Dihadapi Pemerintah Daerah dalam
pengalokasian untuk anggaran Penanggulangan Bencana
penanggulangan bencana dalam Adapun beberapa kendala atau
anggaran pendapatandan belanja negara hambatan yang dihadapi pemerintah
yang memadai, pengalokasian untuk daerah dalam peanggulangan bencana
anggaran penanggulangan bencana menurut Kusumasari (2014) dibagi
dalam bentuk dana siap pakai. menjadi empat tahap: mitigasi,
Keuangan di BPBD terbagi kesiapsiagaan, respon dan pemulihan.
menjadi tiga bagian yaitu untuk Berikut adalah penjelasan yang di atas:
pencegahan, penanggulangan, dan Pertama, mitigasi bencana adalah
evakuasi. Dana yang diberikan kepada serangkaian upaya untuk mengurangi
BPBD Balikpapan lebih difokuskan pada risiko bencana, baik melalui
saat tanggap darurat, serta kurang pembangunan fisik bangunan maupun
memfokuskan pada tindak pencegahan, penyadaran dan juga peningkatan
maka dari itu pencegahan kebakaran sebuah kemampuan menghadapi
hutan tidak berlangsung dengan baik. ancaman bencana (Meiwanda, 2016).
Bahkan juga anggaran. Mitigasi adalah serangkaian upaya
Keempat, sumber daya teknis. untuk mengurangi risiko bencana, baik
Memiliki sistem logistik manajemen dan, melalui pembangunan fisik maupun
informasi yang efektif kepada seluruh penyadaran dan peningkatan
masyarakat memang yang dibutuhkan kemampuan menghadapi ancaman
oleh sebuah lembaga yang bergerak di bencana. Rasyid, 2014). Mitigasi
bidang penaggulangan bencana. Selain sebagaimana kita tahu yang dimaksud
itu, sistem informasi teknologi dan dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk
jaringan komunikasi antara organisasi, mengurangi risiko bencana bagi
masyarakat dan perwakilan media

404
Hani Syarifa , Diane Tanti Poli, Miftah Ali, Hayatul Khairul Rahmat, I Dewa Ketut Kerta Widana
Kapabilitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Balikpapan Dalam ……………………. .(Hal 398-407)

masyarakat yang berada pada kawasan Kemampuan ini dapat kita bangun
rawan bencana (Rasyid, 2014). dengan perencanaan, pelatihan, dan
Kebakaran hutan pada tahun latihan. Untuk kesiapsiagaan itu
2019 di Balikpapan dan beberapa diibaratkan seperti hujan. Misalnya
daerah di Kalimantan membawa seperti akan ada angin dan petir itu
dampak yang sangat besar. Seharusnya sudah diprediksi akan turun hujan,
masyarakat di edukasi agar tidak begitulah gambaran dari sebuah
membakar hutan, namun di sosialisasi kesiapsiaagaan. Kesiapsiagaan dari
kepada masyarakat untuktidak BPBD sendiri harus menyiapkan dan
membakar hutan inilah peran BPBD memeriksa semua peralatan yang
yang masih kurang. Selain itu, peran dibutuhkan. Namun kendalanya di
BPBD dalam hal mitigasi masih minim, kesiapsiagaan ini peralatan untuk
seperti pemakaian alat masker kepada pemadaman api kita yang kita masih
masyarakat khususnya anak-anak yang kurang. Kurangnya pelatihan dan
melakukan kegiatan diluar rumah. Kita sosialisasi dari BPBD Kota Balikpapan
lihat saja, seharusnyakan ada masker kepada masyarakat membuat tingkat
jenis tertentu yang cocok dipakai, kesiapsiagaan masyarakat berada di
namun kenyataannya banyak taraf rendah.
masyarakat yang memakai masker Ketiga, respon atau daya tanggap.
dengan standar keamanan kesehatan Penting bagi setiap organisasi atau
yang minim. lembaga kemanuasian untuk
Kedua, kesiapsiagaan diartikan mempertahankan ataupun bahkan
sebagai merencanakan tindakan untuk meningkatkan kapabilitas mereka dalam
merespons jika terjadi bencana. merespon pada saat bencana atau masa
Kesiapsiagaan juga dapat kita darurat bencana secara efektif dan tepat
didefinisikan sebagai suatu kedaan siap waktu (Suhendang, 2013; Priambodo et
siaga dalam menghadapi krisis, bencana al. 2020). Biasanya, sesaat setelah
atau keadaan darurat lainnya (Rahmat terjadinya bencana (untuk bencana yang
et al., 2018; Rahmat et al., 2020). Dalam terjadinya secara mendadak) atau
aspek khusus dalam penyelenggaraan sesaat sebelum terjadinya bencana
sebuah manajemen bencana itu sendiri, (untuk bencana yang diprediksi akan
kemampuan kesiapsiagaan yang kuat segera terjadi), organisasi atau lembaga
merupakan permasalahan awal. kemanusiaan tersebut akan megirimkan

405
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 7 (2) (2020): 398-407

tim penilai ke lokasi atau titik bencana, berbagai stakeholder dalam upaya
dan sangat penting untuk melibatkan pemulihan pasca bencana. Seperti dalam
petugas logistik di dalam tim penilai pembangunan infrastruktur BPBD Kota
agar dapat memahami bagaimana Balikpapan bekerjasama dengan
layanan logistik akan diberikan atau Kementrian Pekerjaan Umum dan Dinas
dipakai. BPBD Kota Balikpapan telah Perhubungan dan lembaga lainnya.
mempunyai Unit Logistik. Secara
keseluruhan tujuan dari penilaian SIMPULAN
logistik adalah untuk memastikan Dari uraian di atas, didapatkan
bahwa pengaturan yang tepat dan kesimpulan yaitu secara keseluruhan
memadai dibuat untuk merespon secara kapabilitas BPBD Kota Balikapapan
tepat waktu, efektif dan sesuai dengan dapat dikatakan tergolong baik. Hal ini
kebutuhan masyarakat yang terkena terbukti dari telah adanya pembagian
dampak. Respons atau daya tanggap tugas dan tanggung jawab dalam rangka
BPBD Kota Balikpapan sudah cukup penanggulangan bencana Karhutla.
baik dalam hal ini. Itu terlihat seperti Namun, jumlah personil ahli, sarana dan
adanya kegiatan water boombing dan prasarana masih kurang memadai
teknologi modifikasi cuaca yang jumlahnya. Kendala yang dihadapi oleh
dikerahkan BPBD Kota Balikpapan BPBD Kota Balikpapan yang paling
dengan bantuan beberapa instansi menonjol adalah adanya ego sektoral
pemerintahan yang dimaksudkan dari berbagai pihak yang membuat
supaya luas kebakaran hutan dan lahan koordinasi menjadi terhambat. Selain
semakin sedikit dan meminimalisir itu, terdapat beberapa saran yang dapat
kabut asap. di berikan oleh peneliti yaitu
Keempat, pemulihan setelah peningkatan koordinasi dengan
bencana adalah saat ketika negara, stakeholder-stakeholder terkait,
masyarakat, keluarga, dan individu penyediaan peralatan yang menunjang,
memperbaiki atau merekonstruksi perbaikan akses jalan, dan mengurangi
kembali apa yang telah hilang akibat ego sektoral.
bencana dan mengurangi risiko bencana
yang serupa di masa depan (Syaifuna,
2003). Dalam hal ini, BPBD Kota
Balikpapan bekerjasama dengan

406
Hani Syarifa , Diane Tanti Poli, Miftah Ali, Hayatul Khairul Rahmat, I Dewa Ketut Kerta Widana
Kapabilitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Balikpapan Dalam ……………………. .(Hal 398-407)

DAFTAR PUSTAKA Rahmat, H. K., Kasmi, & Kurniadi, A. (2020).


Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian Integrasi dan Interkoneksi Pendidikan
Suatu Pendekatan dan Praktik. Kebencanaan dan Nilai-Nilai Qur’ani
Jakarta: Graha Pustaka. dalam Upaya Pengurangan Risiko
Bencana di Sekolah Menengah
Bodgan, R. C. & Biklen, S. K. (1982). Pertama. Prosiding Konferensi
Qualitative Research for Education, Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains,
An Introduction to Theory And 2, 455-461.
Methods. Bacan: Allyn and Bucon
Inc. Rahmat, H. K., Nurmalasari, E., & Basri, A. S.
H. (2018). Implementasi Konseling
Budiningsih, K. 2017. Implementasi Krisis Terintegrasi Sufi Healing Untuk
Kebijakan Pengendalian Kebakaran Menangani Trauma Anak Usia Dini
Hutan dan Lahan di Provinsi pada Situasi Krisis Pasca Bencana.
Sumatera Selatan. Jurnal Analisis Prosiding Seminar Nasional PIT ke- 5
Kebijakan Kehutanan, 14(1), 165- Riset Kebencanaan IABI 2018, 671-
186. 678.

Rasyid, F. (2014). Permasalahan dan


Cresswell, J. (1994). Research Design:
Dampak Kebakaran Hutan. Jurnal
Qualitative and Quantitative
Lingkar Widyaiswara, 1(4), p. 47-59.
Approaches. London: SAGE
Publications. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
David, G. (2014). Indonesia’s Fire and Haze. Bandung: Alfabeta.
Jakarta: Ombak Press.
Suhendang, E. (2013). Pengantar Ilmu
Kusnanto. (2008). Metode Kualitatif. Ciri-ciri Kehutanan. Bogor: IPB Press.
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Syaifuna, L. (2003). Kebakaran Hutan dan
Lahan di Indonesia. Bandung:
Kusumasari, B. (2014). Manajemen Bencana Akademika Pressindo.
dan Kapabilitas Pemerintah Lokal.
Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Meiwanda, G. (2016). Kapabilitas


Pemerintah Daerah Provinsi Riau:
Hambatan dan Tantangan
Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, 19(3), 251-263.

Priambodo, A., Widyaningrum, N., &


Rahmat, H. K. (2020). Strategi
Komando Resor Militer 043/ Garuda
Hitam dalam Penanggulangan
Bencana Alam di Provinsi Lampung.
PERSPEKTIF, 9(2), 307-313.

Rahmat, H. K., & Alawiyah, D. (2020).


Konseling Traumatik: Sebuah Strategi
Guna Mereduksi Dampak Psikologis
Korban Bencana Alam. Jurnal Mimbar:
Media Intelektual Muslim dan
Bimbingan Rohani, 6(1), 34-44.

407

Anda mungkin juga menyukai