Anda di halaman 1dari 12

Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat

http://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/btj/index
ISSN: 2722-3043 (online) ISSN: 2722-2934 (print)
Vol 3 No 4 2021
Hal 357-368

Sosialisasi Mitigasi Bencana Alam Tanah Longsor melalui Konsep Fisika


Terpadu di Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi

Amiruddin Hatibe*, Muslimin Muslimin, Muhammad Syarif,


dan Haeruddin Haeruddin
Program Studi Pendidikan Fisika, FPMIPA-FKIP, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia
* hatibe_1@yahoo.com

Abstrak: Bencana longsor merupakan salah satu peristiwa alam yang paling umum terjadi
di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan wawasan masyarakat tentang
mitigasi bencana alam melalui kegiatan sosialisasi. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah
untuk menambah wawasan pengetahuan fisika, teknik peringatan dini, dan mengenalkan
faktor-faktor pendorong dan penghambat terjadinya bencana alam pada masyarakat
Kecamatan Palolo. Kegiatan ini diikuti oleh 50 orang. Metode yang digunakan adalah
sosialisasi bencana alam tanah longsor. Hasil pengabdian ini adalah bertambahnya
wawasan pemahaman masyarakat terhadap konsep fisika terpadu terhadap kondisi
topografi Kecamatan Palolo, teknik peringatan dini dalam mitigasi terhadap ancaman
bencana alam tanah longsor, dan menemukan faktor pendorong berupa sifat gotong royong
dalam menangani bencana alam tanah secara tradisional yang sudah tumbuh dalam
masyarakat sebagai suatu kearifan lokal dan menjadi perhatian dalam sosialisasi.
Berdasarkan kegiatan pengabdian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pentingnya konsep fisika yang sederhana pada masyarakat dalam menangani bencana
tanah longsor, diperlukannya peringatan dini yang bersifat mitigasi dari tanda-tanda alam,
dan tetap melestarikan kearifan lokal gotong royong untuk menyelesaikan masalah
masyarakat desa, serta pentingnya perangkat desa memotivasi masyarakat pada setiap kali
kegiatan sosialisasi atau pertemuan desa secara melembaga.

Kata Kunci: Mitigasi Bencana Alam; Tanah Longsor; Sosialisasi

Abstract: Landslides are one of the most common natural events in Indonesia. Therefore it
is necessary to increase public knowledge about natural disaster mitigation through
socialization activity. This community service aimed to broaden the knowledge of physics,
early warning techniques and recognize the driving and inhibiting factors of natural
disasters in the people of Palolo Subdistrict. Fifty people attended this community service.
The method used was the socialization of landslide natural disasters. The results of this
community service were increasing community understanding of integrated physics
concept of the topographic conditions of Palolo District, early warning techniques in
mitigating the threat of landslides, and finding driving factors in the form of cooperation
in dealing with traditional land disasters that have grown in society as local wisdom and
concern in socialization. Based on the community service that has been carried out, it can
be concluded that the importance of simple physics concepts for the community in dealing
with landslide disasters, the need for early warning that is mitigating natural signs, and
still preserving the local wisdom of cooperation which has been in solving problems of the
village community, as well as the importance of village officials motivating the community
at every socialization activity or institutionalized village meeting.

Keywords: Natural Disaster Mitigation; Landslide; Socialization

© 2021 Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat

This is an open access article under the CC–BY-SA license


Hatibe et al/Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3 (4) 2021 357-368

Received : 5 Desember 2020 Accepted : 11 November 2021 Published : 11 November 2021


DOI : https://doi.org/10.20527/btjpm.v3i4.2748

How to cite: Hatibe, A., Muslimin, M., Syarif, M., & Haeruddin, H. (2021). Sosialisasi
Mitigasi Bencana Alam Tanah Longsor melalui Konsep Fisika Terpadu di Kecamatan
Palolo Kabupaten Sigi. Bubungan Tinggi Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(4), 357-368.

PENDAHULUAN infrastruktur, atau perumahan tetapi


Berdasarkan kondisi lereng dan dipertahankan sebagai vegetasi
struktur geologi kawasan Kabupaten Sigi permanen (hutan) (Hasegawa,
merupakan salah satu wilayah yang Nonomura, Nakai, & Dahal, 2013; Sassa,
mempunyai sensitivitas tinggi terhadap Fukuoka, Wang, & Wang, 2012;
bencana Keberadaan patahan yang ada Sudradjat, 2012; Sukamto, 1973).
di Kabupaten Sigi yang membentang Kriteria utama untuk menentukan suatu
dari utara hingga selatan menjadi salah kawasan rawan longsor atau tidak adalah
satu faktor pembatas dalam dengan menggunakan kriteria biofisik
pengembangan kawasan budidaya. kawasan (Akhadi, 2009; Kristiono &
Potensi bencana yang terdapat di Suhandi, 2012; Kim & Wolf, 2018).
Kabupaten Sigi antara lain goncangan Dengan kondisi wilayah yang berada
gempa bumi yang disebabkan oleh tepat di garis khatulistiwa, wilayah
aktivitas tektonik. Adapun kawasan Kabupaten Sigi memiliki suhu udara
rawan gempa bumi adalah kawasan yang yang cukup panas. Berdasarkan hasil
pernah atau berpotensi mengalami pencatatan suhu udara pada Stasiun
kerusakan akibat gempa bumi. Dampak Meteorologi Mutiara Palu sepanjang
yang disebabkan oleh gempa bumi Tahun 2019 suhu udara tertinggi terjadi
adalah patahan di permukaan, guncangan di bulan Oktober adalah 28,8oC dan
tanah, pencairan tanah (likuifaksi), terendah pada Bulan Juli dengan suhu
retakan tanah, longsoran, gerakan tanah, 26,4oC. Adapun rata-rata kelembaban
dan amblesan (Hamzah, 2013; Tjasyono, udara pada Tahun 2019 mencapai 76
2004). persen dengan intensitas curah hujan
Banyaknya daerah patahan di beragam setiap bulannya. Curah hujan
Kabupaten Sigi mengakibatkan resiko tertinggi terjadi pada bulan Juli, yaitu
kegempaan menjadi sangat tinggi yaitu 166 mm, sedangkan terendah terjadi di
antara 0,15 – 0,35 g. Keberadaan patahan bulan September sekitar 15 mm.
Palu-Koro yang membentang pada Penyinaran matahari terbesar sekitar 75
bagian tengah semakin memberikan persen terjadi di bulan September.
gambaran yang jelas tentang resiko Sementara itu, arah angin terbanyak
bencana kegempaan. selama tahun 2019, yaitu dari arah barat
Kabupaten Sigi di sisi lain memiliki laut dengan kecepatan rata-rata berkisar
resiko longsor berdasarkan pada jenis 3,83 knots (Amiruddin, 2014).
butiran tanah yang membentuk lapisan Dengan memperhatikan wilayah
tanah. Tiap jenis tanahnya memiliki Kabupaten Sigi, sebagaimana kondisi
tingkat kepekaan terhadap longsor yang lapangan akan diperoleh nilai maksimal
berbeda. Skor dari masing-masing tanah untuk masing-masing kriteria biofisik
dengan jumlah skor 6-10 digolongkan kawasan. Pendekatan tumpang susun
sebagai lahan dengan tingkat kepekaan peta digunakan untuk masing-masing
rendah, jumlah skor 11-15 kepekaan karateristik biofisik kawasan, sehingga
sedang, dan jumlah skor 16-22 kepekaan dapat disimpulkan bahwa Kabupaten
tinggi. Lahan dengan tingkat kepekaan Sigi memiliki resiko kelongsoran tingkat
tinggi tidak direkomendasikan untuk rendah sampai sedang dengan nilai skor
budidaya pertanian, pembangunan

358
Hatibe et al/Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3 (4) 2021 357-368

resiko longsor terendah 7 dan tertinggi METODE


adalah 13. Masyarakat yang menjadi sasaran
Kecamatan yang memiliki resiko kegiatan pengabdian ini adalah
kelongsoran tinggi adalah kecamatan masyarakat Kecamatan Palolo,
Palolo, resiko rendah adalah kecamatan khususnya perangkat pemerintah
Sigi-Biromaru, Dolo, Dolo Selatan, Dolo kecamatan, desa, guru, dan pemuda-
Barat, Marawola, Marawola Barat, pemudi desa sebanyak 50 orang yang
Kinovaro, dan Tanambulava. berlokasi pada wilayah geografis yang
Kecamatan-kecamatan yang memiliki mulai berlereng terjal. Kegiatan
resiko kelongsoran sedang adalah dilaksanakan di aula sekolah, rumah
kecamatan Gumbasa, Palolo sebagian, penduduk, dan di lapangan terdampak.
Adapun kecamatan yang memiliki resiko Adapun yang menjadi narasumber
longsor tinggi adalah Pipikoro, Kulawi, kegiatan ini adalah dosen-dosen Program
Kulawi Selatan, Lindu, Nokilalaki, dan Studi Pendidikan Fisika FKIP
Palolo sebagian (Amiruddin, 2016). Universitas Tadulako sebanyak 4 orang
Berdasarkan data dan fenomena di dan Badan Penanggulangan Bencana
atas, tim pengabdian berkesimpulan Daerah (BPBD). Kegiatan ini
sementara bahwa dampak yang dilaksanakan pada tanggal 20-27 Juli
ditimbulkan akibat bencana longsor ini 2020 dan 7 Agustus 2020.
sangat banyak. Hampir seluruh aspek Metode yang digunakan pada
kehidupan masyarakat terganggu akibat kegiatan pengabdian masyarakat ini
longsor (Amiruddin, 2014; Amiruddin, adalah sebagai berikut:
2016; Hermon, 2015). Namun, perlu 1. Ceramah Bervariasi
disadari bahwa kualitas terganggunya Metode ini dipilih untuk
aspek kehidupan masyarakat ini tidaklah menyampaikan konsep-konsep yang
total. Hal ini sangat tergantung kepada penting agar mudah dimengerti dan
besar kecilnya hazard (ancaman) dipahami oleh peserta sosialisasi.
bencana tersebut. Selain itu, juga Metode ini digunakan dengan
dipengaruhi oleh kapasitas masyarakat mengombinasikannya dengan gambar-
yang ada dan ketidakmampuan gambar dan video karena materi yang
masyarakat. Hal ini sesuai dengan disampaikan relatif banyak sehingga
konsep pengurangan resiko bencana mudah dipahami (Depdiknas, 2007).
bahwa resiko bencana ditentukan oleh 2. Demonstrasi dan Diskusi
tiga konsep, yaitu ancaman (hazard) dan Metode ini dipilih untuk
manfaat (merability), dan menunjukkan suatu proses terjadinya
ketidakmampuan (Richrard, 2014; ancaman dari bencana sebagai suatu
Sartohadi, 2015; Thapa & Tetsuro, 2011; pemahaman mulai dari peringatan dini
Smith, Anderson, & Crozier, 2013). bencana tanah longsor dan tahapan
Berdasarkan kenyataan di atas, tim pengembangan tipe-tipe longsor
dosen Program Studi Pendidikan Fisika berdasarkan tingkat kerentanan.
melakukan pengabdian pada masyarakat Demonstrasi dan diskusi dilakukan oleh
berupa sosialisasi mitigasi bencana alam narasumber di hadapan peserta dengan
tanah longsor melalui konsep fisika mengamati secara langsung tingkat-
terpadu di Kecamatan Palolo Kabupaten tingkat kerentanan lingkungan
Sigi. Tujuan pengabdian ini adalah untuk berdasarkan fenomena-fenomena yang
menambah wawasan pengetahuan terjadi (Frank & Barzilai, 2006).
konsep fisika, teknik peringatan dini, dan 3. Peninjauan Lapangan dan Diskusi
mengenal faktor-faktor pendorong dan Metode ini digunakan untuk
penghambat terjadinya bencana alam pengayaan kepada peserta sosialisasi
pada masyarakat Kecamatan Palolo. untuk menginternalisasi pemahaman

359
Hatibe et al/Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3 (4) 2021 357-368

mereka secara individu dan bersama latihan, dan diskusi. Pertemuan ketiga
dalam setiap temuan berdasarkan dilaksanakan dengan melakukan
kearifan lokal yang sudah ada secara kunjungan lapangan dan diskusi di
turun-temurun, sehingga mereka dapat lapangan. Metode-metode ini diterapkan
menganalisis hubungan antara fenomena karena efektif dalam penyampaian
lingkungan alam dan mendiskusikan pendidikan mitigasi bencana kepada
alternatif mitigasi bencana alam tanah masyarakat (Meviana, Sari, & Putra,
longsor dengan konsep fisika, kimia dan 2018; Fauzielly, Jurnallah, Jihadi,
biologi secara terpadu (Lee & Erdogan, Aditio, Ramadhan, dan Mufti, 2018).
2007; Setiadi, 2015). Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan
selama tiga hari, yaitu pada hari Rabu,
HASIL DAN PEMBAHASAN Senin, dan Jum’at tanggal 21, 27 Juli dan
Kegiatan pengabdian masyarakat 07 Agustus 2020 dari pukul 09.30-12.00
yang telah dilaksanakan dengan WITA dan 13.30–15.00 WITA. Peserta
sosialisasi dengan metode ceramah kegiatan berjumlah 50 orang yang terdiri
bervariasi, demonstrasi, kunjungan dari guru-guru SD dan SMP, tokoh
lapangan, dan diskusi berjalan dengan masyarakat, ketua-ketua RT, dan kepala
baik dan lancar. Pertemuan tahap desa. Lokasi penyelenggaraan sosialisasi
pertama dilaksanakan melalui metode di Ruang Aula/Kerja Guru SD, Kantor
ceramah bervariasi, dilanjutkan dengan Desa, dan rumah penduduk di
demonstrasi dan pemutaran video. Kecamatan Palolo. Hasil kegiatan
Pertemuan kedua dilaksanakan dengan sosialisasi dapat dilihat pada Tabel 1 dan
menggunakan metode demonstrasi, Tabel 2.
Tabel 1 Hasil Kegiatan Sosialisasi Pengabdian
Kegiatan Sosialisasi
Hasil/Luaran
Indikator Masalah Tujuan Target
Konsep Minimnya Menambah Ada pemahaman (1) Proses tanah longsor
fisika pemahaman wawasan konsep fisika (2) Faktor-faktor yang
terpadu dan konsep masyarakat dan kondisi menyebabkan tanah
kondisi topografi longsor,
topografi (3) Klasifikasi tanah
Teknik Tidak ada Menambah Ada pemahaman longsor,
peringatan sosialisasi wawasan peringatan dini (4) Kerentanan tanah
dini dan terprogram masayarakat dan mitigasi longsor,
mitigasi bencana (5) Mitigasi bencana alam
bencana struktural dan tanah longsor struktural
tanah non struktural dan non-struktural,
longsor (6) Peringatan dini
terhadap bencana alam.
Pendorong Kearifan Menumbuh- Ada kesadaran Sudah ada budaya gotong
lokal kan masyarakat royong sebagai kearifan
kesadaran lokal yang terbangun dalam
masyarakat masyarakat.
Penghambat Minimnya - Meminimalkan Belum ada materi bencana
SDM alam/tanah longsor tertulis
pada lembaga desa, belum
program desa mengenai
sosialisasi, seminar, dan
sejenisnya mengenai
mitigasi bencana alam
tanah longsor.

360
Hatibe et al/Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3 (4) 2021 357-368

Tabel 2 Hubungan antara Materi Fisika, Kebencanaan Alam, SETS, dan Kearifan Lokal
dalam Sosialisasi
Materi Kebencanaan
SETS Kearifan Lokal
Fisika Alam
Getaran Gempa Science: Getaran Membuat bangunan
Environment: Mengantisipasi dengan menggunakan
kerusakan lingkungan pasak (bukan paku)
Technology: pembuatan rumah untuk menyambung
tahan gempa. antar bagian.
Society: Tanggap terhadap bencana
Gerak Tanah Longsor Science: Mengantisipasi kerusakan ▪ Mewajibkan
lingkungan kelahiran bayi ikut
Environment: mengantisipasi dengan penanaman
kerusakan lingkungan, penanaman pohon oleh
hutan kembali orangtuanya.
Technology: pembuatan terasering ▪ Tidak
atau sengkedan di lereng gunung mengeksploitasi
Society: Tanggap terhadap bencana, hutan.
peduli terhadap lingkungan

Pada hari pertama kegiatan merupakan bentuk mitigasi non


pengabdian masyarakat diberikan struktural yang menekankan pada
penjelasan umum mengenai terjadinya peningkatan kapasitas masyarakat, yakni
ancaman bencana alam tanah longsor, melalui penyebaran informasi dan
hari kedua memberi pemahaman sosialisasi (Basri & Nuraini, 2019).
masyarakat mengenai pengolahan dan Gambar 1 menunjukkan kegiatan yang
pemanfaatan lahan berdasarkan kondisi dilakukan.
topografi, dan pada hari ketiga
dilaksanakan peninjauan lapangan
sekaligus penjelasan. Kegiatan-kegiatan
ini penting dilakukan untuk mengurangi
kerugian yang akan ditimbulkan akibat
bencana. Kerugian tersebut dapat berupa
kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, dan dampak psikologis serta
kerusakan fasilitas publik (Arman, Sari,
& Imani, 2021)
Kegiatan pengabdian masyarakat Gambar 1 Ceramah Bervariasi di Depan
yang dilakukan selama tiga hari ini Kepala Desa, RW/RT, Guru,
sejalan dengan Supriyono, Guntar, Tokoh Masyarakat, dan
Edwar, Zairin, & Sugandi (2018) dan Pemuda-Pemudi Desa
Pahleviannur (2019) yang menyatakan Berdasarkan sosialisasi yang
bahwa sosialiasi mitigasi bencana yang dilaksanakan diperoleh data sebagai
mengedukasi merupakan upaya berikut:
peningkatan pengetahuan masyarakat 1. Sosialisasi pertama dilaksanakan di
untuk sadar terhadap kesiapsiagaan Sekolah Mengengah Pertama yang
bencana. Suwaryo & Yuwono (2017) dihadiri oleh Kepala Desa, RT/RW,
juga menegaskan bahwa mitigasi dan tokoh-tokoh masyarakat.
merupakan langkah penting yang bisa Berdasarkan sosialisasi ini diketahui
dilakukan untuk mencegah dan bahwa: (a) pengetahuan fisika mereka
mengurangi jumlah korban saat bencana yang terpadu dengan biologi, kimia,
terjadi. Selain itu, kegiatan ini dan topografi bentuk lahan masih

361
Hatibe et al/Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3 (4) 2021 357-368

rendah, (b) kurang mengetahui fungsi menunjukkan fenomena-fenomena


pengelolaan seperti terasering serta alam bencana alam tanah longsor di
merasa tidak terjadi sesuatu lapangan. Berdasarkan sosialisasi ini
berdasarkan fenomena-fenomena diketahui bahwa: (a) kelihatan
topografi di lahan mereka masing- pemahaman fisikanya masih
masing, (c) masih rendahnya terkendala akan tetapi fakta lapangan
pemahaman mereka mengenai dari fenomena-fenomena yang terjadi
keterkaitan kondisi topografi dapat diungkapkan akibatnya
hubungannya faktor-faktor yang kemudian karena berdasarkan pada
menyebabkan tanah longsor, (d) keberulangan fenomena yang terjadi,
belum rutin dilakukan pertemuan (b) penyampaian kepada keluarga
dengan pengelola lahan yang mereka ketika muncul fenomena
membicarakan klasifikasi tanah terjadi, misal curah hujan untuk lama
longsor yang sering terjadi di (2 jam) berturut-turut hanya
Kecamatan Palolo, dan (e) tidak disampaikan akibatnya secara verbal
adanya pengumuman permanen saja.
mengenai kerentanan tanah longsor Kegiatan berikutnya adalah
terhadap kelangsungan hidup penjelasan mengenai ancaman longsor
masyarakat. Sosialisasi kedua dilihat dari waktu terjadinya, secara
dihadiri oleh masyarakat pengolah tiba-tiba, tidak terduga, ancaman
lahan dan pemuda-pemudi desa. berangsur, dan ancaman terduga secara
Pemuda-pemudi desa juga menjadi periodik waktunya. Hal ini penting
sasaran pengabdian ini karena dilakukan agar masyarakat dapat
merupakan individu yang akan lebih meminimalisir dampak buruk yang
berperan aktif dalam masyarakat dan terjadi akibat bencana tanah longsor
kehidupan sosial sehingga berperan tersebut dan mampu menerapkan
penting dalam mitigasi bencana mitigasi bencana (Sari, Hermawan,
(Suwaryo & Yuwono, 2017). Suseno, & Nugroho, 2020). Berikut
Berdasarkan sosialisasi ini diketahui penjelasan yang diberikan kepada
bahwa: (a) masih rendah pemahaman masyarakat mengenai hal tersebut:
masyarakat terhadap pengelolaan dan 1. Ancaman tanah longsor yang muncul
pemanfaatan lahan berdasarkan secara tiba-tiba (misal: tumpahan air
kondisi topografi, (b) masyarakat bah, hanyutnya kayu-kayu yang
pengelola lahan masih merasa berukuran besar di sungai), dimulai
garapannya tidak memiliki resiko dan dari mencermati setiap bagian
satu-satunya sumber pengalaman dan kegiatan yang berpotensi menjadi
(b) sikap yang disampaikan pengelola ancaman terhadap keberadaan asset
lahan kepada keluarganya masih dan jiwa manusia. Ancaman tersebut
secara verbal, tetapi tidak melalui berangsur-angsur akan berpotensi
konsep fisika secara tepadu dan menjadi sebuah bencana sehingga
keteladanan. dapat menyebabkan hilangnya jiwa
2. Selanjutnya, dilakukan tinjauan manusia, harta benda, dan rusaknya
lapangan dan diskusi terhadap lingkungan serta terjadinya secara
ancaman secara konkrit yang sering priodik berdasarkan musim.
dihadapi oleh masyarakat khususnya Sementara, resiko biasanya dihitung
pengelola lahan di Kecamatan Palolo secara matematis dengan asumsi
melalui sosialisasi ketiga. Sosialisasi probabilitas dari dampak suatu
ketiga berlangsung di lapangan ancaman. Jika potensi risiko pada
dengan memberi penjelasan kepada pelaksanaan kegiatan jauh lebih besar
semua peserta sosialisasi kedua dan dari manfaatnya, maka kehati-hatian

362
Hatibe et al/Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3 (4) 2021 357-368

perlu dilipatgandakan.
2. Bencana alam tanah longsor atau
gerakan tanah seringkali dianggap
sebagai sesuatu yang harus terjadi.
Sampai sekarang, manusia belum
mampu secara tuntas menghentikan
munculnya ancaman tanah longsor.
Bukan saja kekuatannya yang luar
biasa, namun juga bertindak sebagai
alat transportasi material secara tiba-
tiba dan waktu terjadinya sulit
ditentukan secara tepat. Gambar 3 Sebagian Badan Jalan dan
Pada peninjauan lapangan ditemukan Kebun Masyarakat
sejumlah pengendara sepeda motor Mengalami Longsor Akibat
melintas di jalan yang sebagian ruasnya dari Hujan Lebat
longsor di Desa Kamarora, Sigi,
Sulawesi Tengah, Kamis (27/7/2020). Operator alat berat membuat tanggul
Dua desa yakni Desa Kamarora A penahan arus air sungai di dekat
seperti Gambar 2 dan Desa Kamarora B pemukiman warga di Desa Kamarora,
pada Gambar 3 di Kabupaten Sigi Palolo, Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis
diterjang banjir dan longsor akibat (22/7/2020) diterjang banjir dan longsor
intensitas hujan yang tinggi pada Kamis akibat intensitas hujan yang tinggi pada
(18/6/2020) dini hari yang merusak Kamis (20/7/2020) dini hari yang
pemukiman warga termasuk fasilitas merusak pemukiman warga termasuk
sekolah dan rumah ibadah. Hal ini fasilitas sekolah dan rumah ibadah,
sesuai dengan hasil penelitian Kasih, Gambar 4 menunjukkan normalisasi
Tinungki, & Sirajang (2021) yang sungai oleh operator alat berat.
menyatakan bahwa Kabupaten Sigi
merupakan daerah rawan benca banjir
dan longsor. Kejadian ini juga sejalan
dengan pernyataan Jayadi, Mukaddas, &
Meidji (2020) bahwa bencana tanah
longsor sering terjadi pada musim hujan
yang mana longsor sering terjadi di
daerah yang berdekatan dengan jalan
dan pemukiman.

Gambar 4 Operator Alat Berat Sedang


Melakukan Normalisasi
Sungai di Dekat Pemukiman
Desa

Adapun Gambar 5 menunjukkan akibat


yang terjadi saat hujan lebat melanda.

Gambar 2 Sebagian Badan Jalan


Mengalami Longsor di
Desa Kamarora

363
Hatibe et al/Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3 (4) 2021 357-368

yang membawa pasir bercampur lumpur


menghanyutkan rumah mereka. Di desa
Kamarora dan di Kecamatan Palolo, 20
• keluarga sudah mulai diungsikan sejak
Rabu (11/12) ke bagian timur desa
• tersebut. Hal itu mengantisipasi potensi
longsoran material pasir dan batu dari
• lereng gunung.
Menurut BPBD Kabupaten Sigi,
• banjir dan longsor yang kerap melanda
Kabupaten Sigi itu adalah akibat gempa
Gambar 5 Akibat Hujan Lebat Terjadi
bumi pada 2018. Gempa kuat itu
Pendangkalan Sungai dan
menyebabkan bentang alam di 15 desa
Terlihat Rumah Ibadah
di wilayah itu berubah hingga rawan
Hanyut
banjir dan longsor. “Kenapa terjadi
Gempa bumi yang mengguncang pada membawa pasir kalau sudah hujan
2018 mengubah bentang alam karena gunung-gunung yang berada di
Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. sebelah barat ini banyak yang sudah
Akibatnya wilayah itu rawan bencana terbelah-belah. Ada yang longsor akibat
banjir bandang dan rentan longsor gempa, ada yang terbelah,” kata Asrul
seperti Gambar 6. Ancaman juga datang Repadjori. Asrul juga mengatakan
dari tumpukan pasir, kerikil serta bahwa pihaknya sudah mengimbau agar
bebatuan dari rekahan gunung yang masyarakat yang bermukim dekat aliran
terbelah karena longsor saat gempa sungai rawan banjir dan longsor untuk
bumi. mengungsi ke tempat yang aman seperti
Gambar 7.

Gambar 6 Penampakan Rekahan


Gunung Akibat Gempa
Bumi sehingga Gambar 7 Sosialisasi yang Dilakukan
Topografi di Desa oleh Tim Badan
Kamarora Rentan Penanggulangan Bencana
terhadap Tanah Longsor Daerah kepada Masyarakat

Kepala Badan Penanggulangan Menurut Asdat, S.Hi Kepala Desa


Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kamarora yang ditemui tim pengabdian
Sigim Asrul Repadjori, Senin (27/7), mengatakan gempa bumi membuat
mengatakan banjir bandang selama gunung di desa itu seakan terbelah
tahun 2020 mengakibatkan 71 keluarga karena longsor. Akibatnya, kini terdapat
di desa Kamarora dan sekitarnya tumpukan material batu bercampur pasir
terpaksa mengungsi. Mereka kehilangan dan kerikil seluas 62 hektare di lereng
tempat tinggal karena banjir dan longsor Gunung Kamarora Kabupaten Sigi,

364
Hatibe et al/Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3 (4) 2021 357-368

Sulawesi Tengah. Sejak itu, ratusan surat-surat berharga, pakaian maupun


keluarga di Desa Kamarora merasa tidak perabotan rumah tangganya. “Pukul
aman. Mereka khawatir bila terjadi enam, sudah banyak itu lumpur dengan
hujan deras dalam waktu yang lama, air itu kemari, kayu, dan batu. Langsung
material pasir, kerikil, dan batu di lereng lari semua kita orang,” ujar Melfin.
gunung tersebut akan terbawa arus turun Rekahan di gunung Tinombala yang
menuju pemukiman tempat tinggal terbelah akibat longsor diguncang
mereka yang hanya berjarak sekitar satu gempa bumi pada 2018, berada tidak
setengah kilometer dari kaki gunung. jauh dari areal pemukiman masyarakat
Gambar 8 menunjukkan sosialisasi dan desa Kamarora, Kecamatan Palolo,
diskusi di rumah penduduk saat hujan Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, 7
lebat di lapangan. Agustus 2020.
Sutikno (2009) menyatakan teknik
peringatan dini dalam memitigasi tanah
longsor dapat disesuaikan dengan jenis
potensi tanah longsor yang ada, yaitu
sebagai berikut:
a. Adanya retakan-retakan tanah pada
lahan (pertanian, hutan, kebun,
pemukiman) dan atau jalan yang
cenderung semakin besar dengan
mudah bisa dilihat secara visual.
b. Adanya penggelembungan/amblesan
pada jalan aspal terlihat secara visual.
c. Pemasangan penakar hujan di sekitar
Gambar 8 Sosialisasi dan Diskusi yang
daerah rawan tanah longsor. Apabila
Dilakukan di Rumah curah hujan kumulatif secara
Penduduk saat Hujan Lebat berurutan selama 2 hari melebihi 200
di Lapangan mm sedangkan hari ke-3 masih
nampak terlihat akan terjadi hujan,
Kata Asdat, longsor pada Minggu
maka masyarakat harus waspada.
(7/8/2020) pagi pekan tersebut, dipicu
oleh hujan deras selama dua jam yang d. Adanya rembesan air pada kaki
mengakibatkan material di lereng lereng, tebing jalan, dan tebing
gunung hanyut. Empat rumah rusak halaman rumah (sebelumnya tidak
berat dan tidak bisa ditempati lagi pernah terjadi rembesan) atau aliran
karena tertimbun material pasir rembesannya (debit) lebih besar dari
bercampur lumpur setinggi satu meter. sebelumnya.
Sementara batu-batu besar memenuhi e. Adanya pohon yang posisinya
aliran sungai mati di desa tersebut. condong ke arah bawah bukit.
“Kalau sudah hujan, sudah lari kita f. Adanya perubahan muka air sumur
orang. Sedangkan rumah cuma kecil (pada musim kemarau air sumur
mau ditempati. Kalau hujan begini, mau kering, pada musim penghujan air
lari dimana kita, mau berkumpul sumur penuh).
dimana?” ujar perempuan berusia 37 g. Adanya perubahan penutupan lahan
tahun itu dengan nada khawatir. (dari hutan ke non-hutan) pada lahan
Melisa Yolanda Hosan, ibu berusia berlereng curam dan kedalaman
40 tahun, yang ditemui di lokasi di desa lapisan tanah sedang.
Kamarora mengatakan ia mengungsi h. Adanya pemotongan tebing untuk
bersama orang tua dan dua anaknya. Ia jalan atau perumahan pada lahan
bersyukur masih sempat menyelamatkan

365
Hatibe et al/Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3 (4) 2021 357-368

berlereng curam dan lapisan tanah berpartisipasi dalam mengurangi


dalam. dampak dari tanah longsor.
Selama kegiatan sosialisasi mitigasi c. Dukungan Kepala Kecamatan
bencana alam tanah longsor yang Palolo dan Kepala Desa yang
terpadu dengan konsep fisika secara menyambut baik pelaksanaan
terpadu ditemukan beberapa hal-hal kegiatan sosialisasi dalam membantu
yang menjadi faktor pendukung dalam tim pengabdian mengorganisasikan
kearifan lokal masyarakat. Begitu pula waktu dan tempat pelaksanaan
dengan faktor penghambat, yaitu kegiatan.
sebagai berikut: d. Ketersediaan dana pendukung dari
fakultas guna penyelenggaraan
Faktor Pendukung kegiatan pengabdian pada
Sosialisasi ini merupakan suatu masyarakat ini.
kegiatan yang bersifat intervensi karena
berdasarkan informasi dan observasi di Faktor Penghambat
lapangan. Selanjutnya, pada kegiatan Selama kegiatan ini ditemui
tridharma perguruan tinggi terdapat penghambat dalam kegiatan, yaitu:
program pengabdian kepada masyarakat a. Masyarakat peserta sosialisasi
serta tersedianya dana yang sifatnya masih banyak yang belum
motivasi kepada tenaga akademik FKIP- memahami dengan benar konsep
Universitas Tadulako untuk fisika secara terpadu yang memadai
mengembangkan potensi hasil-hasil tentang fenomena peringatan dini
penelitian. Terdapatnya dukungan dari bencana alam secara umum dan
pihak kampus Universitas Tadulako mitigasi struktural dan mitigasi non-
Palu dan dari Kecamatan Palolo, yaitu: struktural.
a. Tersedia tenaga ahli yang memadai b. Keterbatasan waktu untuk
dalam memberikan pemahaman dan pelaksanaan latihan selama
proses longsor lahan serta pentingnya sosialisasi sehingga beberapa materi
arti mitigasi bencana alam dalam tidak dapat disampaikan secara
sosialisasi nanti melalui konsep fisika detail. Akibatnya, terjadi kurang
secara terpadu dari pihak Program singkron antara bahasa konsep
Studi Pendidikan Fisika FKIP- pemateri dengan pemahaman
UNTAD. masyarakat. Jadi, terasa penting
b. Antusiasme dari pihak pemerintah peninjauan lapangan yang disertai
mulai dari Ketua RT, Ketua RW, dan penjelasan.
Kepala Desa/Kelurahan karena
ternyata masih banyak perangkat SIMPULAN
pemerintah dan masyarakat yang Berdasarkan hasil dan pembahasan
belum memahami akibat dan dapat disimpulkan bahwa selama
ancaman yang ditimbulkan. kegiatan sosialisasi masyarakat di
Antusiasme ini menjadikan mereka Kecamatan Palolo wawasan pemahaman
termotivasi untuk mengikuti konsep fisika terpadu terhadap kondisi
sosialiasi mitigasi bencana sehingga geografi masyarakat bertambah,
pengetahuan dan pemahamannya pemahaman mereka terhadap mitigasi
terkait bencana tanah longsor terhadap ancaman bencana alam tanah
termasuk prosedur mitigasi bencana longsor, dan hasil analisis
bertambah (Muhlisah, Arpin, & mengungkapkan bahwa masyarakat
Mukarramah, 2021). Dengan telah memiliki kearifan lokal yang kuat
demikian, mereka diharapkan dapat terhadap gotong royong dalam
menghadapi bencana alam tanah

366
Hatibe et al/Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3 (4) 2021 357-368

longsor. Ini menjadi faktor pendorong Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk


selama kegiatan sosialisasi. Sementara Masyarakat, 7(1), 11–13.
itu, faktor penghambat selama Frank, M., & Barzilai, A. (2006).
sosialisasi adalah kurangnya interaksi Project-based technology:
yang diduga disebabkan oleh kurangnya instructional strategy for developing
kegiatan pertemuan/sosialisasi dan technological literacy. Journal of
sejenisnya secara rutin. Technology Education, 18(1), 39–53.
Hamzah, S. (2013). Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA lingkungan. Bandung: PT. Refika
Akhadi, M. (2009). Ekologi energi Aditama.
mengenal dampak lingkungan dalam Hasegawa, S., Nonomura, A., Nakai, S.,
pemanfaatan sumber-sumber energi. & Dahal, R. K. (2013). Drainage
Yogyakarta: Graha Ilmu. density as rainfall induced landslides
Amiruddin, A. (2014). Pengaruh susceptibility in small catchment
penggunaan lahan terhadap erosi area. International Journal of
hasil sedimen di Daerah Aliran Lanslide and Environment, 1(1), 27–
Sungai (DAS) Wuno Provinsi 28.
Sulawesi Tengah. Palu. Hermon, D. (2015). Geografi bencana
Amiruddin, A. (2016). Distribusi erosi alam. Jakarta: PT Raja Grafindo
permukaan dan deposisi pada Persada.
berbagai tipe penggunaan lahan di Jayadi, H., Mukaddas, A., & Meidji, I.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bunga U. (2020). Investigasi bidang gelincir
Provinsi Sulawesi Tengah. Kota pada daerah rawan longsor di ruas
Palu. jalan Tawaeli-Toboli menggunakan
Arman, U. D., Sari, A., & Imani, R. metode geolistrik tahanan jenis.
(2021). Sosialisasi pengetahuan Jurnal Fisika Unand (JFU), 9(3),
mitigasi bencana dan rekomendasi 381–387.
bangunan perlindungan evakuasi di Kasih, I. C., Tinungki, G. M., &
Kelurahan Pasie Nan Tigo. Jurnal Sirajang, N. (2021). Penggunaan
Abdimas ADPI Sains Dan Teknologi, analisis korespondensi sederhana
2(2), 64–72. dalam pemetaan wilayah potensi
Basri, T. H., & Nuraini, N. (2019). bencana di Provinsi Sulawesi
Sosialisasi mitigasi bencana bagi Tengah. Estimasi, 2(1), 1–10.
masyarakat pesisir di Kuala Leuge https://doi.org/10.20956/ejsa.v2i1.10
Kabupaten Aceh Timur. Global 234
Science Society: Jurnal Ilmiah Kim, M., & Wolf, M. R. (2018).
Pengabdian Kepada Masyarakat, Rethinking the etics of scientific
1(1), 79–84. knowledge: A case study of teaching
Depdiknas. (2007). Model kurikulum the environment in science
pendidikan yang menerapkan visi classroom. Educ. Research Institute,
SETS (science, environment, 9(4), 516–528.
technologi, and society). Jakarta: Kristiono, K., & Suhandi, A. (2012).
Pusat Kurikulum Balitbang Pengembangan model praktikum
Depdiknas. berbasis fenomena alam untuk
Fauzielly, L., Jurnallah, L., Jihadi, L. H., meningkatkan pemahaman konsep
Aditio, M., Ramadhan, T. H., & dan keterampilan sains mahasiswa
Mufti, I. J. (2018). Sosialisasi calon guru dalam perkuliahan Fisika
mitigasi bencana longsor di daerah Dasar. Jurnal Pendidikan MIPA,
Hambalang, Kecamatan Citereup, 13(1), 42–52.
Kabupaten Bogor. Dharmakarya: Lee, M. K., & Erdogan, I. (2007). The

367
Hatibe et al/Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3 (4) 2021 357-368

effect of science-technology-society Setiadi, D. (2015). Pengantar ilmu


on students’ attitudes toward science lingkungan. Bogor: PT Penerbit IPB
and certain aspects of creativity. Press.
International Journal of Science Smith, G., Anderson, A., & Crozier, C.
Education, 29(11), 1316–1323. (2013). Landslide hazrard and risk.
Meviana, I., Sari, U. A., & Putra, M. O. England: John Wiley & Sons Ltd.
F. (2018). Sosialisasi mitigasi Sudradjat, A. (2012). Forecating and
bencana longsor lahan pada siswa SD mitigation of geologic hazard in
di Kecamatan Dau, Kabupaten Indonesia, Prepared for WHO. In
Malang. Dedication : Jurnal Indonesia Inter Regional Workshop
Pengabdian Masyarakat, 2(2), 16– on Disaster Praparedness and
22. Health Management (p. 21). Jakarta.
Muhlisah, N., Arpin, R. M., & Sukamto, R. (1973). Peta Geologi
Mukarramah, S. M. (2021). Tinjau Lembar Palu, Sulawesi.
Sosialisasi mitigasi bencana alam. Bandung: Pusat Penelitian dan
Abdimas Toddopuli: Jurnal Pengembangan Geologi.
Pengabdian Pada Masyarakat, 2(2), Supriyono, S., Guntar, D., Edwar, E.,
107–111. Zairin, Z., & Sugandi, W. (2018).
Pahleviannur, M. R. (2019). Edukasi Sosialisasi potensi bencana dan
sadar bencana melalui sosialisasi sistem informasi geografi (SIG).
kebencanaan sebagai upaya Jurnal Bagimu Negeri, 2(1), 59–68.
peningkatan pengetahuan siswa Sutikno, S. (2009). Dampak bencana
terhadap mitigasi bencana. Jurnal alam terhadap lingkungan fisik.
Pendidikan Ilmu Sosial, 29(1), 49– Yogyakarta: Lembaga Penelitian
55. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
Richrard, J. H. (2014). Fundamentals of UGM Yogyakarta dan Kantor
geomorphology. London: Routledge Menteri Negara KLH.
Taylor & Francis Group. Suwaryo, P. A. W., & Yuwono, P.
Sari, V. P., Hermawan, A., Suseno, S. (2017). Faktor-faktor yang
H., & Nugroho, D. A. (2020). Peran mempengaruhi tingkat pengetahuan
pendampingan sosialisasi sistem masyarakat dalam mitigasi bencana
tanggap darurat bencana sebagai alam tanah longsor. In The 6th
upaya mitigasi tanah longsor di RW University Research Colloquium
06 Kelurahan Cimahpar. Jurnal 2017 Universitas Muhammadiyah
Pusat Inovasi Masyarakat, 2(1), Magelang (pp. 305–314).
104–107. Thapa, P. B., & Tetsuro, E. (2011). GIS-
Sartohadi, J. (2015). The landslide based quantitative landslide hazard
distribution in loano sub-district, prediction modelling in natural
Purworejo District Central Java hillslope, Agra Khola Watershed,
Province, Indonesia. Forum Central Nepal. Bulletin of the
Geografi, 22(2), 129–144. Department of Geology, 10(1), 63 –
Sassa, K., Fukuoka, H., Wang, F., & 70.
Wang, G. (2012). Progress in Tjasyono, B. (2004). Klimatologi.
Landslide Science. New York: Bandung: ITB.
Springer.

368

Anda mungkin juga menyukai