Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN

PROBOLINGGO DALAM MENGHADAPI BENCANA GUNUNGAPI BROMO

Biru Damar Cahyanti


S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
birudamar1999@gmail.com

Dian Ayu Larasati, S.Pd., M.Sc.


Dosen Pembimbing Mahasiswa

Abstrak
Penelitian ini membahas tentang persepsi dan adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam
menghadapi bencana Gunungapi Bromo di Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo. Beberapa desa
di Kecamatan Sukapura merupakan wilayah yang sering mengalami bencana abu vulkanik ketika Gunung
Bromo mengalami peningkatan vulkanisme. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui persepsi serta
strategi yang digunakan masyarakat dalam beradaptasi menghadapi bencana Gunungapi Bromo.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berdasarkan review studi literatur dari jurnal penelitian
terdahulu. Penelitian ini melalui tahapan pencarian data yang bersumber dari penulusuran web
scholar.google.co.id mengambil sebanyak 17 jurnal yang relevan dengan fokus kajian. Data sekunder
tersebut digunakan untuk analisis mengenai persepsi dan strategi adaptasi masyarakat Kecamatan Sukapura
dalam menghadapi bencana Gunungapi Bromo.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat yang mayoritas Suku Tengger masih
menganut kearifan lokal yang berkaitan dengan hubungan spiritual. Pembentukan persepsi masyarakat
terhadap bencana juga tidak terlepas dari tokoh dukun adat yang memiliki peran sentral dalam kehidupan
masyarakat. Masyarakat juga telah memiliki modal secara fisik, sosial, dan ekonomi yang digunakan dalam
beradaptasi untuk melanjutkan penghidupannya. Modal yang telah digunakan masyarakat tersebut dapat
dikategorikan sebagai strategi survival, konsolidasi, dan akumulasi.
Kata Kunci: bencana gunungapi, strategi adaptasi, masyarakat Sukapura

Abstract
This research discusses the perceptions and adaptations made by the community in dealing with
the Bromo Volcano disaster in Sukapura District, Probolinggo Regency. Some villages in Sukapura
Subdistrict are areas that often experience volcanic ash disasters when Mount Bromo experiences an
increase in volcanism. The purpose of this research is to find out perceptions and strategies the community
uses in adapting to the Bromo Volcano Mountain disaster.
This study uses secondary data based on a review of literature studies from previous research
journals. This research goes through the stages of searching data sourced from the scholar.google.co.id
web search as many as 17 journals that are relevant to the focus of the study. The secondary data is used
for analysis of the perceptions and adaptation strategies of the people of Sukapura District in dealing with
the Bromo Volcano disaster.
The results of this study indicate that the perception of the majority of Tengger people still
adheres to local wisdom related to spiritual relations. The formation of community perceptions of disasters
is also inseparable from the traditional shaman figures who have a central role in community life. The
community also has physical, social and economic capital that is used in adapting to continue their
livelihoods. The capital that has been used by the community can be categorized as a survival,
consolidation, and accumulation strateg.
Keywords: volcano disaster, adaptation strategy, Sukapura people.

meletus merupakan bencana alam yang tidak dapat


PENDAHULUAN
dihindari oleh masyarakat yang tinggal di kawasan
Undang-Undang Nomer 24 Tahun 2007 telah terdampak karena berkaitan dengan aktivitas alam yang
dikemukakan bahwa bencana merupakan peristiwa atau kegiatannya tidak dapat dicegah siapapun. Dampak yang
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu ditimbulkan dari bencana ini dapat diminimalisasi dengan
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan berbagai upaya kerjasama antara masyarakat serta
baik faktor alam, non alam, maupun faktor manusia. lembaga institusi untuk mengurangi risiko bencana
Bencana dapat menyebabkan kerugian dari berbagai berupa korban jiwa dan kerugian yang lain.
aspek meliputi korban jiwa, kerugian harta benda,
kerusakan alam, bahkan dampak psikologis. Gunung

1
Kabupaten Probolinggo merupakan daerah yang kondisi tersebut dibandingkan harus mengungsi
berada di kawasan Provinsi Jawa Timur yang daerahnya meninggalkan tempat tinggalnya (Kompas, 2010:1).
dikelilingi dataran yang relatif datar, namun ada sebagian Menurut Data BPBD Provinsi Jawa Timur tahun
wilayahnya yang terletak di lereng Pegunungan Tengger. 2011 (dalam Maulana, 2013:2-3) dampak kerugian yang
Pegunungan Tengger merupakan kompleks pegunungan ditimbulkan saat erupsi Bromo tahun 2010 mencapai Rp
yang tersusun atas gunungapi yang dahulu pernah aktif 154.950.309.000,00. Nilai kerugian terbesar pasca erupsi
mengeluarkan material vulkanik. Gunungapi yang hingga gunungapi Bromo tahun 2010 terdapat pada sektor
kini masih aktif di kawasan Pegunungan Tengger adalah ekonomi khususnya di sektor pertanian karena abu
gunungapi Bromo. Catatan sejarah Belanda Gunungapi vulkanik menutupi sebagian besar areal lahan pertanian
Bromo terpantau aktif mengalami pertama erupsi dimulai dan menyebakan tanaman gagal panen. Tabel jumlah
tahun 1804 hingga letusan yang paling parah terjadi pada dampak kerugian erupsi Bromo di berbagai sektor sebagai
tahun 2010 (Zaennudin, 2011:22). berikut.
Menurut Zaennuddin (2011:21-37) semburan Tabel 1 Data Kerugian Erupsi Gunungapi Bromo Tahun
material vulkanik yang terjadi pada tahun 2010 2010
Sektor Kerusakan Kehilangan Total
merupakan erupsi yang terbesar jika dibandingkan
Sosial
dengan erupsi yang telah tercatat sebelumnya. Jenis Rp 4.473.225.000 Rp 6.475.710.000 Rp 10.948.965.000
Infrastruktur
erupsinya freatomagmatik yang memiliki ciri-ciri Rp 32.025.270.000 Rp 705.916.000 Rp 32.731.186.000

semburan abu vulkanik yang terus menerus yang Ekonomi


Rp 5.603.568.000 Rp 106.797.466.000 Rp 110.839.514.000
diselingi suara dentuman dan gemuruh. Erupsi Bromo Lintas
Rp 317.880.000 Rp 112.764.000 Rp 430.644.000
tahun 2010 memberikan dampak terhadap daerah yang
Total Rp 42.419.973.000 Rp 114.091.856.000 Rp 154.950.309.000
berada di kawasan tersebut. Material yang dikeluarkan
Sumber : Data BPBD Jawa Timur 2011 dalan Edwin Maulana 2013
berupa abu, pasir, dan debu vulkanik. Material tersebut
Menurut Suryanti dkk (2010:32) bencana alam
menyebar tertiup angin dan mengguyur di berbagai di suatu wilayah memiliki implikasi langsung pada
daerah sekitarnya. masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Dalam
Sumber berita massa yang mewawancari partisipasi masyarakat untuk mengurangi dan
instansi penanggulangan bencana daerah dimana salah menghindari risiko bencana merupakan sesuatu yang
satu daerah yang terdampak cukup parah berada di penting untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan
Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo (Kompas, serta kapasitas masyarakat. Kapasitas merupakan
2010:1). Dikuatkan juga pada penelitian Abdillah dkk kemampuan yang dimiliki seseorang atau masyarakat
(2019:52-53) bahwa ada beberapa desa yang berada di
untuk melakukan tindakan mengurangi ancaman, dampak
Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo menjadi
ataupun kerugian akibat adanya bencana dengan
daerah yang rawan bencana berupa jatuhan material
memanfaatkan segala sumberdaya yang dimiliki antara
vulkanik karena berada pada Kawasan Rawan Bencana I lain sosial, ekonomi, serta teknologi dan akses informasi
(KRB I). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa desa yang membantu untuk menimalkan resiko bencana.
rawan bencana di Kecamatan Sukapura yang memiliki Bencana alam pastinya akan berdampak pada
tingkat kerawanan paling tinggi terdapat di Desa Jetak kehidupan manusia dan kondisi lingkungan sekitarnya.
lalu disusul Desa Ngadas, Desa Ngadirejo, Desa Respon atau tanggapan merupakan bentuk awal interaksi
Ngadisari, Desa Sapikerep, Desa Sariwani, Desa yang muncul dalam sebuah adaptasi yang dilakukan oleh
Wonokerto, dan Desa Wonotoro.
seseorang atau masyarakat yang diperoleh melalui
Dampak erupsi Gunung Bromo telah persepsi atau pemahaman terhadap bencana alam yang
menimbulkan terganggunya aktivitas kehidupan terjadi di lingkungan tempat tinggalnya yang
masyarakat setempat. Hujan abu vulkanik yang
teraktualisasi melalui sikap dan tindakan. Hasil dari sikap
mengguyur daerah tersebut menyebabkan masyarakat ataupun tindakan masyarakat inilah merupakan strategi
kesulitan mendapatkan air bersih karena persediaan air
yang digunakan untuk beradaptasi menyesuaikan diri
yang dimiliki masyarakat berupa tandon tercemar oleh baik secara bertahan (survival), konsilidasi
abu. Bangunan rumah dan sarana prasarana mengalami (consolidation), dan akumulasi (accumulation) dari
kerusakan akibat tidak bisa menyangga tebalnya abu. ancaman yang ada di lingkungannya
Kondisi aliran listrik terputus, masyarakat mengalami Kondisi masyarakat yang memiliki pengalaman
gangguan pernafasan dan penglihatan, serta akses jalanan saat menghadapi bencana namun tetap memilih bertahan
yang tertutupi abu membuat masyarakat mengalami
hidup di lingkungannya menunjukkan bahwa mereka
kendala terutama mendapatkan bantuan dari pihak instansi sudah memiliki pemahaman untuk menyikapi bencana
terkait. Masyarakat lebih memilih tetap bertahan tinggal di tersebut. Adaptasi dilakukan agar masyarakat dapat
Strategi Adaptasi Masyarakat Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo
Dalam Menghadapi Bencana Gunungapi Bromo

bertahan hidup. Pengalaman inilah yang juga menjadi


pedoman untuk memahami tanda-tanda aktivitas Gunung
Bromo yang dikaitkan pengetahuan masyarakat
berdasarkan kearifan lokal yang dimiliki. Masyarakat
menilai bahwa bencana yang dialami merupakan suatu
berkah dan sekaligus peringatan yang berasal dari Tuhan
Yang Maha Esa untuk selalu bersyukur dan melakukan
kebaikan.
Berdasarkan pengetahuan dan kapasitas adaptasi
yang dimiliki oleh masyarakat maka penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis fokus kajian mengenai
Strategi Adaptasi Masyarakat Kecamatan Sukapura
Kabupaten Probolinggo dalam Menghadapi Bencana
Gunungapi Bromo. Penelitian ini bertujuan untuk Gambar 1 Peta Administrasi Kecamatan Sukapura (Sumber: Data
yang diolah tahun 2020)
mengetahui persepsi dan strategi adaptasi yang dilakukan
masyarakat terhadap bencana Gunungapi Bromo. HASIL DAN PEMBAHASAN.
Persepsi Masyarakat terhadap Bencana Gunungapi
METODE Bromo
Penelitian ini menggunakan review studi Bencana merupakan sebuah peristiwa
literatur pada buku serta jurnal penelitian sejenis yang memberikan kerugian pada kehidupan manusia yang
membahas tentang kajian adaptasi kebencanaan yang mengalami dampak yang ditimbulkan. Kerugian tersebut
telah dilakukan sebelumnya. Tujuannya untuk dapat berupa korban jiwa, kehilangan harta benda, serta
memberikan kemudahan dalam mendukung pengetahuan dampak psikologis. Bencana dapat menjadi suatu
dan informasi penulis dalam memecahkan analisis ancaman bagi kehidupan jika manusia tidak dapat
jawaban terhadap fokus permasalahan yang akan dikaji. mengatasi dampaknya dengan sumber daya yang
Dalam penelitian ini pengumpulan data dimiliki. Ada beberapa pendekatan yang digunakan
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dalam menilai makna dari sebuah kejadian yaitu; bencana
penulusuran web scholar.google.co.id sebanyak 17 jurnal dilihat dari penyebabnya yang muncul dalam kehidupan
yang relevan. Data pendukung tersebut berisi informasi masyarakat, dilihat dari akibat yang ditimbulkan pada
terkait kehidupan masyarakat pasca erupsi Gunung kehidupan, serta respon masyarakat dalam memahami
Bromo. Data sekunder diolah secara rasional serta kejadian suatu bencana (Sabir,2016:308-309).
dianalisis berdasarkan fakta yang didapat dan disusun Sebagian besar masyarakat yang bertempat
secara sistematis berdasarkan kaidah keilmuan. tinggal di kawasan rawan bencana telah memiliki
Data analisis mengenai persepsi masyarakat pengalaman dalam menyikapi ancaman yang dapat
berdasarkan kuisoner terukur dari penelitian Mugeni dan sewaktu-waktu terjadi di lingkungannya. Pengalaman dan
Oktarina (2015:305) terkait dengan pengetahuan pengetahuan yang dimiliki digunakan untuk menghadapi
masyarakat terhadap bencana Gunung Bromo. Hasilnya ancaman lingkungan agar bisa bertahan demi
sebanyak 86% masyarakat Bromo tidak mau mengungsi kelangsungan hidupnya. Pengalaman yang dimiliki
ketika terjadi bencana. Sebanyak 62 % masyarakat seseorang dalam menghadapi bencana memberikan
mengetahui bahwa Gunung Bromo berstatus aktif. Data pengaruh peningkatan terhadap pemahaman persepsi
tersebut dapat dijabarkan mengenai alasan yang yang membentuk sebuah respon dan sikap ataupun
membentuk persepsi masyarakat dalam penilaian tindakan yang diambil ketika bencana itu terjadi
terhadap bencana yang dialaminya. (Purnomo, 2018:2).
Analisis strategi adaptasi masyarakat didasarkan Setiap individu maupun masyarakat memiliki
hasil kuisoner pada penelitian Andriyan (2013:210) yang perbedaan pandangan dalam merespon terjadinya
memperoleh fakta bahwa sebanyak 81% pendapatan bencana. Respon tersebut bergantung pada pemaknaan
masyarakat menurun dan 18% tidak memiliki pendapat yang dimiliki oleh masyarakat berdasarkan dari beberapa
sama sekali saat terjadi erupsi gunung di tahun 2010. aspek yang mendasari individu dalam mengambil sebuah
Analisis dilakukan untuk mengetahui cara masyarakat sikap maupun tindakan. Aspek tersebut meliputi
beradaptasi dalam melanjutkan penghidupannya di pengetahuan, kepercayaan, ekonomi, serta sarana
tengah masa krisis bencana. prasarana yang mendukung dalam pengambilan tindakan
masyarakat saat terjadinya bencana.

3
Tingkat pengetahuan dapat memberikan arahan kerugian akibat tidak ada pemasukan pendapatan akibat
pada seseorang dalam menyikapi sebuah bencana. kerusakan lahan pertanian.
Pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman ketika Pembentukan persepsi masyarakat sekitar
menghadapi bencana ataupun dari pembelajaran yang Gunungapi Bromo ditemukan dua pandangan yang saling
didapat pada lembaga formal maupun nonformal. kontradiksi (Purnomo,2018:5). Kontradiksi disini
Kepercayaan juga menjadi salah satu aspek yang memiliki makna adanya pertentangan dalam dua konsep
memberikan bentuk respon masyarakat dalam mengambil yang berlawanan. Dua pernyataan yang tidak sama-sama
sebuah keputusan saat mengalami masa krisis bencana. benar pada waktu yang sama. Pandangan masyarakat di
Kepercayaan ini bersumber dari agama maupun kearifan sisi pertama menganggap bahwa saat Gunungapi Bromo
lokal yang berkembang di dalam masyarakat yang meletus memberikan ancaman bahaya bagi penghidupan.
memaknai bencana sebagai ujian agar dapat bersyukur Di sisi kedua, meletusnya gunung memberikan dampak
atas nikmat Tuhan Yang Maha Esa. Aspek ekonomi pada kesuburan tanah yang menjadi sumber mata
kaitannya dengan usaha seseorang dalam pencaharian masyarakat. Persepsi seperti ini timbul
mempertahankan kelangsungan hidupnya ketika masa berkaitan dengan keyakinan masyarakat yang
krisis yang menggantungkan sumber daya yang dimiliki menganggap bahwa kerugian maupun keutungan berasal
untuk bisa mencukupi kebutuhan. Sarana prasarana yang dari karunia Tuhan. Kerugian yang dialami masyarakat
menjadi alat bantu masyarakat dalam menghadapi lereng Bromo dari adanya bencana erupsi dinilai sebagai
bencana untuk membantu memulihkan penghidupannya bentuk karma buruk dan peringatan Tuhan atas perilaku
dengan bantuan lembaga maupun instansi terkait. maupun tindakan manusia yang merusak alam ataupun
Masyarakat di kawasan rawan bencana melakukan dosa. Bencana ini ada sebagai pengingat
Gunungapi Bromo khususnya yang berada di Kecamatan manusia harus selalu bersyukur dan berbuat baik agar
Sukapura Probolinggo telah membentuk persepsi dalam dapat menghapus segala dosa yang telah diperbuat.
menyikapi sebuah bencana yang ada di daerah tempat Pembentukan persepsi masyarakat dalam
tinggalnya. Persepsi tersebut didasarkan pada menilai sebuah bencana juga tidak terlepas dari adanya
kepercayaan masyarakat yang mayoritas menganut Hindu peran dukun desa (Nurcahyono, 2018:7). Dukun desa
Tengger yang memiliki hubungan yang sangat erat memiliki peran sentral dalam kehidupan masyarakat
dengan keberadaan Gunung Bromo. Mitos dan legenda terkait aspek sosial dan kepercayaan. Dikatakan pada
yang berkembang masih mewarnai aspek kehidupan pendapat Colleman dalam Nurcahyono (2018:7)
masyarakat Suku Tengger. Mitologi yang didasarkan bahwasanya secara rasional setiap individu akan
pada konsep Anteng Seger yang menjadi asal mula Suku memberikan rasa kepercayaan dalam dirinya jika sesuatu
Tengger berasal dari seorang tokoh yang bernama Roro tersebut dapat menjaga kepercayaan yang diberikan
Anteng dan Joko Seger. Dua tokoh tersebut dipercaya karena dapat memberikan keuntungan . Masyarakat
telah memberikan konsep kehidupan berlandasakan mempercayakan dukun sebagai tokoh yang dihormati
kedamaian dan kemakmuran kepada masyarakat Suku dalam pemegang pengetahuan spiritual serta sebagai
Tengger yang menjadi penduduk asli lereng Gunung penengah dalam keputusan maupun tindakan yang
Bromo (Nurcahyono,2018:5). diambil oleh masyarakat. Setiap keputusan yang berasal
Konsep tersebut juga turut andil membentuk dari pemerintah desa setempat juga harus berdasarkan
pemikiran dan persepsi masyarakat dalam menilai pada persetujuan dukun (Purnomo,2018:5). Kepercayaan
kehidupan yang mereka alami merupakan hal yang harus masyarakat terhadap dukun merupakan sebuah cara
disyukuri. Ancaman lingkungan berupa potensi terkena dalam mengatasi risiko ataupun ancaman yang akan
erupsi gunungapi Bromo bukan lagi hal yang menakutkan masyarakat hadapi di kemudian hari. Masyarakat
bagi masyarakat. Pengalaman yang masyarakat miliki meyakini bahwa mereka telah melakukan tindakan yang
bertahun-tahun tinggal serta adanya tradisi lisan yang tepat terutama untuk menghindari hal-hal yang tidak
diwariskan nenek moyang bahwa keyakinan Gunung diinginkan dengan mengikuti arahan dari dukun.
Bromo tidak akan pernah menyakiti kehidupan Salah satu bentuk kepercayaan masyarakat
masyarakat Tengger. Setiap Gunung Bromo mengalami terhadap keputusan dukun dapat terlihat dari sikap yang
erupsi hingga yang terbesar terjadi pada tahun 2010 diambil masyarakat saat erupsi yang terjadi pada tahun
dampak yang ditimbulkan tidaklah sampai merenggut 2010. Situasi masa krisis bencana yang melanda saat itu
korban jiwa. Dampak yang selalu dirasakan oleh memberikan dampak luar biasa kepada masyarakat
masyarakat adalah ancaman kerusakan lingkungan yang berupa kerugian material dan psikologis. Kehidupan
menyebabkan hasil bumi masyarakat mengalami gagal masyarakat yang terpuruk akibat hujan abu vulkanik terus
panen. Penghidupan masyarakat yang bermata mengguyur selama berbulan-bulan hingga menutupi
pencaharian sebagai mayoritas petani mengalami jalanan, bangunan tempat tinggal, dan sarana prasarana
Strategi Adaptasi Masyarakat Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo
Dalam Menghadapi Bencana Gunungapi Bromo

yang ada. Kondisi erupsi 2010 tersebut merupakan walaupun begitu masyarakat tetap mempertahankan
pengalaman terparah yang dialami masyarakat selama kearifan lokal yang dimiliki. Masyarakat telah melakukan
masyarakat tinggal di sana. Masyarakat tetap bertahan perpaduan antara pengetahuan mitigasi bencana dengan
tinggal dan tidak berkeinginan untuk segera mengungsi berbasis pengetahuan lokal yang melibatkan masyarakat
ke tempat yang lebih aman. Didasari atas kepercayaan serta tokoh-tokoh adat yang berpengaruh.
lokal yang mengangap bahwa ketika abu vulkanik datang Pemerintah serta instansi terkait menyadari
merupakan pertanda bahwa nenek moyang masyarakat bahwa tidak mudah untuk memberikan pengarahan
sedang mengunjungi keturunananya dan pantang untuk secara saintifik kepada masyarakat yang masih memiliki
meninggalkan rumah. Kepercayaan terhadap hujan abu kepercayaan kuat terutama dalam hal yang berkaitan
vulkanik yang tidak boleh dibersihkan hingga erupsi dengan bencana. Pendapat Setiawan (2016:1) disebutkan
selesai juga masih dipercaya oleh penduduk karena jika peristiwa erupsi Bromo yang terjadi telah dianggap bagi
tidak dipatuhi maka hujan abu akan terus mengguyur dan masyarakat sebagai pertanda bahwa leluhur masyarakat
bertambah banyak. Namun, kepercayaan tersebut saat sedang “duwe gawe”. Masyarakat menganggap bahwa
erupsi tahun 2010 tidak dilakukan oleh masyarakat ketika Gunung Bromo meletus berarti leluhur mereka
karena melihat kondisi yang tidak memungkinkan untuk sedang melakukan hajatan atau sedang bekerja
membiarkan abu vulkanik terus menutupi bangunan. membangun sebuah istana yang diyakini oleh masyarakat
Masyarakat tidak menerapkan kepercayaan tersebut Tengger. Istilah tersebut memberikan pengetahuan
karena dikhawatirkan abu yang tidak segera dibersihkan masyarakat untuk menilai positif dan tidak khawatir
dapat lebih merusak bangunan dan prasarana yang ada. ketika Bromo melakukan erupsi. Masyarakat beserta
Melalui izin dan persetujuan dukun, masyarakat dukun adat akan berbondong-bondong berdoa dan
melakukan ritual doa untuk memohon keselamatan saat melakukan ritual sebagai penolak bala memohon
membersihkan abu (Dessy, 2018:106). Peran dukun keselamatan pada leluhur yang dianggap sedang bekerja.
dianggap sebagai penyampai informasi pengetahuan dan Pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat
diyakini juga sebagai mediator antara kekuatan Gunung ketika gunung erupsi juga terlihat pada keyakinan yang
Bromo dengan kehidupan masyarakat. menggangap Gunung Bromo sebagai pelindung
Keterkaitan keberadaan Gunung Bromo dengan penghidupan masyarakat. Saat erupsi Bromo, masyarakat
keberlangsungan hidup memberikan hubungan bahwa masih melakukan kegiatan upacara dan memberikan
kehidupan masyarakat tidak akan terlepas dari alam. persembahan kepada Gunung Bromo yang menjadi pusat
Masyarakat harus selalu menjaga hubungan baik terhadap bersemayamnya para leluhur. Dengan keyakinan jika
alam yang memberikan penghidupan kepada mereka. upacara sakral masih tetap dilakukan maka semuanya
Makna erupsi gunung bagi masyarakat merupakan dianggap masih aman. Keyakinan tersebut memang tidak
sebuah cara Tuhan mengingatkan manusia agar sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah.
menginstropeksi diri dan mengubah sikap hidup yang Keyakinan diperoleh dari kekuatan batin yang tidak bisa
kurang baik menjadi lebih baik. Konsep hubungan yang diukur dengan alat apapun. Hasil penelitian ini sejalan
dimiliki oleh masyarakat Suku Tengger yang mengatur dengan pendapat Setiawan (2016:1) bahwa keyakinan
kehidupan dalam berhubungan dengan Tuhan, manusia, yang didasarkan pengetahuan lokal sebaiknya tidak perlu
dan lingkungan alam. Salah satu konsep yang dikenal selalu dicari kebenaran berdasarkan metode ilmiah
yaitu Konsep Tri Sandya (Sukari dalam karena masyarakat juga telah memiliki pandangan sendiri
Nurcahyono,2018:8). Pendapat Sukari mengatakan yang telah terbentuk sekian lama. Keyakinan yang
bahwa konsep Tri Sandya mengatur tentang karma pahala dimiliki masyarakat juga tidak terlepas dari komitmennya
berkaitan dengan nasib hidup manusia yang bergantung dalam mematuhi keputusan dukun. Saat erupsi tiba,
pada hasil pahala yang terdapat dari amal perbuatan. dukun memiliki peran sebagai perantara menyampaikan
Konsep hubungan antar manusia juga tercermin dalam pesan leluhur kepada masyarakat. Perencanaan
sikap gotong royong serta saling tolong-menolong. kesiapsiagaan bencana dikaitkan dengan peran dukun
Hubungan dengan lingkungan terwujud pada keyakinan desa dapat menjadi kunci dari pelaksanaan keberhasilan
alam yang memberikan penghidupan maka dari itu upaya mitigasi bencana. Pemerintah dan instansi dapat
masyarakat harus menjaga lingkungan secara arif dan bekerja sama dengan para tokoh dukun desa maka dapat
bijaksana. memudahkan penyampaian informasi serta evakuasi pada
Seiring dengan pengalaman serta kemajuan masyarakat.
zaman, tidak dipungkiri pengetahuan masyarakat lereng Upaya dalam membentuk komunikasi ataupun
Gunung Bromo kaitannya dalam kesiapsiagaan bencana dialog pada tokoh sentral serta dukun adat juga sangat
akan terus berkembang. Masyarakat Tengger relatif penting dilakukan oleh pemerintah dan instansi terkait
memiliki sifat terbuka terhadap perubahan yang terjadi, bencana seperti PVMBG dan BPBD. Komunikasi

5
tersebut dapat mengarahkan pada keyakinan tentang bertahan tinggal menandakan bahwa masyarakat telah
istilah “duwe gawe” dikaitkan dengan aktivitas memiliki kemampuan beradaptasi yang baik. Kapasitas
vulkanisme yang terekam dalam alat oleh PVMBG serta adaptasi masyarakat diperoleh dari pengetahuan dan
juga memberikan arahan pada tokoh adat untuk pengalaman yang ada selama masyarakat tinggal di
menyampaikan level istilah “duwe gawe” kepada lingkungannya.
masyarakat agar dapat memutuskan apakah berbahaya Kehidupan masyarakat Kecamatan Sukapura
atau tidak (Setiawan,2016:1). Pengetahuan lokal dan yang berada di kawasan lereng Gunung Bromo memiliki
modern seperti itu dapat memberikan sistem peringatan karakteristik mata pencaharian mayoritas sebagai petani.
kepada masyarakat agar tetap waspada dalam kondisi Lingkungan alam yang subur dan terletak di dataran
lingkungan yang berpotensi terhadap bencana. tinggi menjadi tempat yang sesuai untuk pengelolaan
Bentuk keterbukaan masyarakat terhadap pertanian dan perkebunan. Di lain sisi dengan terbukanya
pengetahuan modern mengenai bencana juga sudah wilayah Gunung Bromo sebagai kawasan wisata tidak
terlihat dari keikutsertaan serta partisipasi dalam memungkiri masyarakat juga memiliki pekerjaan di
mengikuti kegiatan penyuluhan bencana. Penyuluhan sektor jasa seperti pemandu wisata, penyewaan
tersebut dilakukan oleh instansi terkait untuk transportasi serta penginapan. Potensi sumber daya yang
memberikan pendidikan pada masyarakat mengenai tersedia tersebut dapat dikelola oleh masyarakat dalam
mitigasi bencana. Topik penyuluhan yang diberikan memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi demikian tidak
meliputi pengetahuan tanda-tanda erupsi gunung, upaya menutup kemungkinan daerah ini yang terletak di
penyelamatan diri, dan kesehatan (Sugiharto,2015:304). kawasan jalur pegunungan aktif dapat menyimpan
Setelah erupsi tahun 2010 masyarakat mendukung berbagai ancaman yang tidak dapat dihindari. Aktivitas
gerakan pemerintah untuk melibatkan masyarakat desa bencana alam merupakan kegiatan yang terkadang dapat
dalam upaya mitigasi bencana yang tersalur dalam dikenali dengan tanda-tanda namun ada juga yang terjadi
komunitas di bawah naungan organisasi TAGANA begitu saja tanpa bisa diprediksi. Sebagai masyarakat
(Taruna Siaga Bencana) yakni Kampung Siaga Bencana yang tinggal di lingkungan rawan bencana tersebut sudah
(KSB) yang telah didirikan di berbagai titik desa salah seharusnya memiliki kesiapan ataupun strategi untuk bisa
satunya yang berada di Kecamatan Sukapura Probolinggo menghadapi kemungkinan agar tetap melanjutkan
seperti Desa Ngadirejo, Desa Ngadisari, dan Desa kehidupannya.
Sukapura. Komunitas ini menjadi wadah masyarakat Potensi bencana yang selalu mengancam
untuk belajar menambah pengetahuan terkait informasi kehidupan masyarakat lereng gunungapi memberikan
kegiatan mitigasi bencana. pengaruh terhadap tindakan masyarakat untuk bisa
Masyarakat sudah mulai bisa memetakan jalur melakukan antisipasi meminimalkan kerugian yang akan
evakuasi yang nantinya berfungsi dalam pengiriman masyarakat hadapi saat terjadi bencana yang datang
batuan logistik maupun pendirian pengungsian jika sewaktu-waktu. Pada erupsi Gunung Bromo sebelum
terjadi bencana kembali. Komunitas yang ada sangat tahun 2010 dampak yang dirasakan masyarakat tidaklah
membantu masyarakat dalam berkordinasi antara instansi begitu sulit dan parah. Masyarakat masih belum
BPBD dan Dinas Sosial setempat agar permasalahan sepenuhnya memahami pengetahuan tentang mitigasi
bencana dapat segera tertangani secara cepat dan bencana. Masyarakat masih mengandalkan pengetahuan
tanggap. Diharapkan dengan adanya keterbukaan lokal yang didapat dari orang-orang terdahulunya. Pasca
masyarakat seperti itu dapat mentrasformasikan erupsi tahun 2010 yang memberikan dampak sangat
keyakinan serta pengetahuan lokalnya agar berjalan parah terhadap kehidupan maka masyarakat mulai
selaras dengan pengetahuan saintifik dan mitigasi memahami pentingnya pengetahuan modern dalam
bencana sesuai prosedur yang tepat. penanganan bencana yang tepat. Pengetahuan yang
Strategi Adaptasi Masyarakat terhadap Bencana dimiliki itulah yang mendasari masyarakat dalam
Gunungapi Bromo melakukan adaptasi untuk bertahan menyesuaikan
Adaptasi merupakan sebuah cara yang dilakukan kelangsungan hidupnya dari risiko ancaman yang dapat
oleh seseorang ataupun kelompok masyarakat dalam menimpanya di kemudian hari.
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Adaptasi Erupsi Gunung Bromo tahun 2010 yang
merupakan hasil dari sikap maupun tindakan yang melanda hingga sembilan bulan lamanya telah
dihasilkan dari pengetahuan masyarakat dalam memberikan pengalaman yang sulit di benak masyarakat.
menangulangi resiko bencana yang ada di lingkungannya. Aktivitas yang semestinya dapat berjalan bahkan
Kondisi masyarakat di kawasan lereng Gunung Bromo mengalami kesulitan dalam pemulihannya. Tebalnya abu
khususnya Kecamatan Sukapura yang sewaktu-waktu vulkanik yang menutupi bangunan hingga memutus
mengalami bencana erupsi namun memilih untuk tetap aksesbilitas jalan desa menyulitkan bantuan logistik
Strategi Adaptasi Masyarakat Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo
Dalam Menghadapi Bencana Gunungapi Bromo

sampai ke masyarakat. Pemerintah dan instansi terkait abu vulkanik yang mencemari. Masyarakat juga
berusaha maksimal dalam pengupayaan bantuan agar beradaptasi terhadap lingkungan yang memiliki
tetap tersalurkan secara tepat. Mayoritas masyarakat lebih kemiringan lereng dengan cara mengolah tanah
memilih untuk tetap bertahan dengan alasan keyakinan menggunakan alat tradisonal cangkul. Masyarakat merasa
lokal dan kondisi yang tidak memiliki apa-apalagi selain hanya dengan cangkul tanah yang ada lebih cocok
hanya menunggu bantuan datang (Dessy,2018:142). dibandingkan menggunakan alat yang lain. Kondisi tanah
Kerugian terbesar yang dirasakan masyarakat yang sangat miring membuat sistem teasiring ternyata
berada pada sektor pertanian. Masyarakat yang mayoritas tidak dapat menjadi alternatif dalam mengolah tanah di
menjadi petani telah menghabiskan modalnya untuk sana. Meminalisasi longsoran yang terjadi pada tanah
mengelola lahan pertanian yang dimiliki. Abu dari erupsi yang miring masyarakat berusaha untuk menanaminya
gunung telah merusak tanaman petani yang seharusnya dengan pohon cemara yang memiliki akar kuat menahan
bisa dipanen untuk memperoleh pendapatan bagi tanah (Dessy,2018:156).
kehidupannya. Petani merugi dan menghadapi masa Modal sosial yang dilakukan masyarakat dalam
krisis bencana dengan kondisi seadanya. Masyarakat beradaptasi menghadapi bencana juga terlihat dari sistem
yang bekerja di sektor jasa juga mengalami penurunan sosial yang dibangun dalam kehidupan sehari-hari berupa
pendapatan akibat penutupan wisata Gunung Bromo. sikap tenggang rasa, gotong royong, saling menghormati
Jumlah kunjungan wisatawan menurun drastis dan lainnya. Sistem sosial inilah yang dimiliki
memberikan dampak bagi pemasukan dana yang masyarakat berdasarkan sistem kekerabatan yang telah
digunakan untuk bertahan hidup di masa bencana. terbentuk dan disampaikan secara turun temurun dari
Kondisi demikian membuat masyarakat generasi ke generasi. Hubungan masyarakat sangatlah
berusaha melakukan strategi adaptasi untuk bisa erat dan harmonis, dengan sama-sama memiliki rasa
bertahan. Adaptasi tersebut merupakan cara yang penting senasib dan sepenanggungan masyarakat desa bahkan
dilakukan agar masyarakat dapat melewati masa bencana antar desa saling memberikan bantuan berupa pasokan
dan memulihkan kembali kondisi kehidupannya seperti bahan makanan ataupun logistik kepada desa-desa sekitar
semula. Adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat yang membutuhkan bantuan. Sistem jaringan sosial juga
tersebut dapat dilihat dari aset yang dimiliki meliputi terbentuk dengan baik. Jaringan sosial itu dapat dilihat
modal fisik, sosial, dan ekonomi. Modal fisik adalah dari adanya lembaga-lembaga desa yang terbentuk di
sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung masyarakat dalam upaya membagi tugas sosial serta
penghidupan masyarakat di masa bencana. Modal sosial bekordinasi dengan lembaga pemerintah terkait
merupakan sumber daya sosial yang bermanfaat yang kesiapsiagaan bencana (Usman, 2020:68).
digunakan masyarakat untuk mencapai kehidupan Modal ekonomi yang dimiliki dapat terlihat dari
masyarakat yang terdiri dari unsur kekerabatan, gotong tindakan masyarakat yang memilih untuk bertahan
royong, jaringan sosial, dan lainnya. Sedangkan modal tinggal di rumah masing-masing untuk membersihkan
ekonomi merupakan sumber daya yang dapat abu vulkanik serta menunggu masa tanam kembali.
memberikan masyarakat untuk memulihkan ekonominya Sebagian masyarakat Kecamatan Sukapura bekerja di
saat masa krisis bencana (Wijayanti, 2016:141-145). bidang sektor pertanian. Maka ketika erupsi tahun 2010
Modal fisik dapat terlihat dari upaya masyarakat terjadi masyarakat kehilangan modal dan tidak ada
yang menyelamatkan bangunan rumahnya dengan pemasukan sama sekali akibat mengalami gagal panen
membersihkan abu vulkanik. Alasan masyarakat memilih yang besar. Masyarakat berusaha untuk melakukan
segera melakukan pembersihan abu karena semakin lama apasaja asalkan mendapat uang seperti menjadi
jika dibiarkan konstruksi bangunan akan rusak akibat pengumpul sayuran di luar desa untuk dijual, menjual
tidak dapat menahan beban abu yang terus menumpuk. barang-barang yang dimiliki seperti ternak maupun
Masyarakat juga mengganti atap bangunan menggunakan perabotan rumah tangga untuk menyambung hidup.
bahan konstruksi yang lebih aman jika erupsi abu Sambil menunggu masa tanam tiba, ada juga masyarakat
vulkanik mengguyur kembali. Penggunaan konstruksi yang memilih untuk menyewa tanah dan bekerja di luar
atap tegak segitiga juga dapat melindungi ketika terjadi daerah yang relatif lebih aman dari bencana abu vulkanik
badai angin yang sering melanda daerah desa-desa di untuk mendapatkan penghasilan agar dapat memenuhi
lereng Bromo. kebutuhan (Andriyan,2013:212-213).
Masyarakat juga membangun tempat Kondisi perekonomian masyarakat yang
penampungan tahanan air sebagai pasokan cadangan air mengalami kerugian di sektor pertanian saat itu telah
bersih untuk kebutuhan masyarakat desa. Adaptasi menarik perhatian pemerintah dan lembaga instansi untuk
tersebut dilakukan karena saat terjadi bencana turut membantu memulihkan kehidupan masyarakat.
masyarakat akan mengalami kesulitan air bersih akibat Kegiatan yang dilakukan yaitu memberdayakan

7
masyarakat dalam pertanian budidaya jamur. Tujuan dari yang banyak meliputi lahan dan aset produktif sehingga
kegiatan tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat mampu memupuk modal untuk kehidupannya.
untuk menumbuhkan semangat kemandirian agar tetap Modal yang telah digunakan masyarakat dalam
bangkit dari kesulitan ekonomi akibat bencana erupsi beradaptasi dapat dimasukkan dalam kategori :
gunung. Pemberdayaan budidaya jamur kancing ini 1. Strategi Bertahan (survival) meliputi masyarakat
didukung oleh berbagai lembaga sukarelawan serta yang memilih bertahan tinggal untuk membersihkan
dibantu permodalan dari Bank UMKM Jawa Timur, abu vulkanik pada bangunan rumah serta
Bank Indonesia Malang serta PT. Surya Jaya Abadi. memperbaiki kerusakan, membuat saluran cadangan
Bentuk modal yang diberikan kepada masyarakat dapat air bersih, dan membersihkan lahan pertanian
digunakan untuk membuat gudang tempat budidaya, sembari menunggu masa tanam.
bahan baku, serta kompos (Herawati,2014:9-11). 2. Strategi Konsolidasi (consolidation) meliputi
Budidaya jamur dirasa sangat tepat dilakukan masyarakat yang diberdayakan dalam kegiatan
masyarakat agar tidak menggantungkan lahan pertanian budidaya jamur, memanfaatkan transportasi yang
yang saat itu masih tidak bisa digunakan. Penyuluhan dimiliki sebagai sarana jasa transportasi di bidang
pemberdayaan jamur kancing pada masyarakat dilakukan pariwisata, dan masyarakat yang memilih untuk
di desa-desa yang berada pada lokasi yang mengalami bekerja di luar daerah yang relatif aman.
dampak terparah khususnya di Kecamatan Sukapura yang 3. Strategi Akumulasi (accumulation) meliputi
meliputi Desa Ngadas, Desa, Jetak, Desa Wonokerto, masyarakat yang memilih untuk mengumpulkan
Desa Ngadirejo, dan Desa Ngadisari. Budidaya jamur sayuran agar mendapatkan cepat penghasilan, dan
dipilih menjadi alternatif karena cara budidayanya yang menyewa tanah di luar desa yang relatif aman untuk
relatif lebih mudah serta tidak membutuhkan banyak ditanami komoditas pertanian, serta masyarakat
lahan karena sistem pertaniannya dapat dilakukan di yang memiliki stay home (penginapan) ataupun jeep
rumah masing-masing. Kondisi temperatur lingkungan untuk disewakan kepada para pengunjung wisata
pegunungan yang dingin juga menunjang jamur kancing (Andriyan,2013:214)
dapat berkembang baik.
Pemberdayaan yang telah dilakukan oleh PENUTUP
lembaga masyarakat memang bisa menjadi alternatif Kesimpulan
pilihan dalam memulihkan perekonomian masyarakat. Di 1. Pada erupsi tahun 2010 Kecamatan Sukapura
lain sisi, budidaya jamur juga membutuhkan waktu yang menjadi salah satu wilayah yang mengalami
tidak sebentar sebelum masa dipanen. Hal tersebut dampak terparah dari adanya bencana hujan abu
menjadikan sebagian dari masyarakat lebih memilih vulkanik. Dampak yang ditimbulkan memberikan
melakukan aktivitas lain yang memberikan penghasilan kerugian pada masyarakat yang tinggal di wilayah
dengan cepat. Kegiatan lain yang dilakukan masyarakat tersebut.
saat masa krisis bencana yaitu dengan memanfaatkan 2. Kecamatan Sukapura yang mayoritas
kendaraan motor atau mobil jeep yang dimiliki sebagai penduduknya menganut kepercayaan Hindu
sarana ojek transportasi dan penyewaan penginapan Tengger memberikan pengaruh terhadap persepsi
untuk bidang pariwisata saat objek wisata mulai dibuka yang dimiliki dalam menilai sebuah bencana.
kembali. Masyarakat memiliki persepsi yang mengkaitkan
Modal yang dimiliki untuk beradaptasi hubungan kepercayaan dan kearifan lokal dalam
menghadapi bencana erupsi tersebut maka menandakan menghadapi ancaman bencana gunungapi. Bukti
masyarakat telah memiliki strategi dalam melanjutkan bahwa faktor kepercayaan sangat berpengaruh
penghidupannya. Dikutip dari pendapat White (1991) dapat terlihat dari tindakan masyarakat dalam
dalam Baiquni dalam Pitoyo dan Alfana (2015:59) bahwa melakukan ritual sakral yang dipimpin dukun desa
strategi penghidupan yang dilakukan oleh masyarakat saat Gunung Bromo menunjukkan aktivitas
rumah tangga dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Strategi peningkatan vulkanismenya. Masyarakat juga mau
bertahan (survival strategy) yang kegiatannya hanya terbuka dan mengikuti himbauan instansi terkait
sekedar menyambung hidup tanpa mampu menabung seperti BPBD dan PVMBG yang didukung atas
bagi pengembangan modal. Strategi konsolidasi persetujuan dukun desa saat terjadi peringatan
(consolidation strategy) yaitu strategi yang dilakukan bencana.
masyarakat untuk menghasilkan pendapatan dari 3. Masyarakat Kecamatan Sukapura juga telah
pengolahan sumber daya dan meningkatkan produksi. memiliki kapasitas adaptasi dengan modal fisik,
Strategi akumulasi (accumulation strategy) yaitu strategi sosial, dan ekonomi. Modal ini digunakan untuk
yang dilakukan masyarakat yang memiliki sumber daya beradaptasi dalam melanjutkan strategi
Strategi Adaptasi Masyarakat Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo
Dalam Menghadapi Bencana Gunungapi Bromo

penghidupannya saat melewati masa krisis Setiawan, Ikwan. 2016 “leluhur lagi duwe gawe”:
bencana. Pengetahuan Tengger Tentang Gunung Bromo dalam
Saran Diskusi Membangun Budaya Hidup Harmonis
Bersama Gunungapi. www.matatimoer.or.id diakses
1. Bagi masyarakat agar dapat menambah informasi
20 April 2020.
dan pengetahuan dalam menghadapi sebuah
ancaman bencana yang ada di lingkunganya Sugihato, Mugeni dan Oktarina. 2015. Evaluasi
khususnya bencana abu vulkanik Gunungapi Pelaksanaan Pendidikan Kesiapsiagaan Pada
Masyarakat Rawan Bencana Gunung Bromo dan
Bromo.
Gunung Merapi Tahun 2012 dalam Jurnal Pusat
2. Bagi Instansi terkait seperti BPBD Kabupaten Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Probolinggo dan PVMBG dapat meningkatkan Masyarakat Kemenkes RI.
sosialisasi serta mengajak masyarakat untuk saling
Sukari. 2004. Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat
berkordinasi agar dapat melakukan kegiatan Tengger Pasuruan Jawa Timur. Yogyakarta:
penanggulangan bencana secara cepat dan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
tanggap.
Suryanti, E.D., Rahayu, L., dan Retnowati, A. 2010.
3. Bagi Pemerintah agar dapat meningkatkan
“Motivasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Upaya
pelayanan terutama membekali ilmu dalam Pengurangan Multirisiko Bencana di Kawasan
pemberdayaan kesejahteraan ekonomi sosial Kepesisiran Parangtritis” dalam Penaksiran
masyarakat yang berada di wilayah kawasan Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran
rawan bencana Gunungapi Bromo. Parangtritis. Yogyakarta: PSBA UGM.
Undang-Undang Nomer 24 Tahun 2007 Tentang
DAFTAR PUSTAKA Penanggulangan Bencana.
Abdillah, M Ihsan., Dian dan Yudhi. 2019. Kajian Zona Usman, Fadly. 2020. Kearifan Lokal Dalam Proses
Rawan Bencana Abu Vulkanik Gunung Bromo Jawa Evakuasi Akibat Dampak Erupsi Gunung Bromo.
Timur. Bandung : Institut Teknologi Nasional. Pasuruan: Qiara Media.
Andriyan, Marshal. 2013. Strategi Penghidupan Ekonomi Pitoyo, Agus Joko dan Alfana. 2015. Strategi Rumah
Rumahtangga Pada Sektor Pertanian Pascaerupsi Tangga Miskin Perdesaan Keluar Dari Kemiskinan
(Studi Kasus Erupsi Gunungapi Bromo Tahun 2010). (Kasus Tiga Desa Di Kulon Progo Yogyakarta).
Yogyakarta: Thesis Magister Bencana UGM dalam Yogyakarta: Jurnal Kependudukan Dan Kebijakan
Prosiding Seminar Internasional Informasi Geospasial UGM.
Bencana Alam.
Purnomo, Agus. 2018. “Pembangunan Pengetahuan
Dessy, Kurnia Arisandi. 2018. Relisiensi Masyarakat Masyarakat Di Sekitar Gunungapi Tentang Resiko
Desa Ngadirejo Dalam Menghadapi Dampak Erupsi Bencana Erupsi” dalam MKG Vol. 19. No 1 . Bali:
Gunung Bromo. Jember: Skripsi Universitas Jember. Media Komunikasi Geografi Undiksa.
Herawati, Heni. 2014. Upaya Pemulihan Ekonomi Wijayanti, Ratna, Baiquni dan Rika. 2016. Strategi
Masyarakat Adat Tengger Pasca Erupsi Gunung Penghidupan Berkelanjutan Masyarakat Berbasis
Bromo Melalui Budidaya Jamur Kancing Oleh Bromo Aset di Sub DAS pusur, DAS Bengawan Solo. Dalam
Champ Community (BCC). Malang: Skripsi Sarjana Jurnal Wilayah dan Lingkungan Vol 4 No 2.
Sosiologi Universitas Brawijaya.
Zaennudin, Akhmad. 2011. “Perbandingan antara erupsi
Kompas, 2010. Hujan Abu Makin Pekat Di Probolinggo. Gunung Bromo Tahun 2010 – 2011 dan erupsi
www.kompas.com diakses 2 April 2020. Kompleks Gunung Tengger” dalam Jurnal
Lingkungan dan Bencana Geologi , Vol 2 No 1.
Maulana, Edwin. 2013. Strategi Pengelolaan Lahan
Pertanian Untuk Mengurangi Dampak Abu Vulkanik
Gunungapi Bromo Jawa Timur. Yogyakarta : Thesis
Magister Bencana UGM.
Nurcahyono, Okta Hadi dan Astutik. 2018. Harmonisasi
Masyarakat Adat Suku Tengger dalam Dialektika
Masyarakat Jurnal Sosiologi Universitas Sebelas
Maret.
Sabir, Ahmad dan Phil. 2016. Gambaran Umum Persepsi
Masyarakat Terhadap Bencana di Indonesia dalam
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial Universitas
Mercubuana.

Anda mungkin juga menyukai