Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


DANA BOPTN ITS TAHUN 2016

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KAWASAN MUD


VULCANO KECAMATAN WRINGINANOM, KABUPATEN GRESIK

Tim Pengabdi:
Dr. DwaDesaWarnana, Msi (TeknikGeofisika / FTSP)
Dr. Amien Widodo, MS (TeknikGeofisika / FTSP)
Dr. WidyaUtama, DEA (TeknikGeofisika / FTSP)
Dr. AyiSyaefulBahri, S.Si., MT. (TeknikGeofisika / FTSP)
AnikHilyah, S.Si., MT (TeknikGeofisika / FTSP)
Wien Lestari, ST., MT (TeknikGeofisika / FTSP)
FirmanSyaifuddin, S.Si., MT (TeknikGeofisika / FTSP)
KhrisnaWijaya, ST,MEng (TeknikGeofisika / FTSP)
Juan Pandu GyaNurRohman , S.Si., MT (TeknikGeofisika / FTSP)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2016
i
RINGKASAN

Mud volcano atau gunung lumpur merupakan bentuk struktur geologi yang mana
material lumpur melalui celah sempit yang panjang terdorong ke permukaan. Salah satu
daerah di Jawa Timur yang memiliki kawasan mud volcano adalah Kabupaten Gresik,
tepatnya di Desa Sumberwaru Kecamatan Wringinanom. Fenomena mud volcano di
Sumberwaru disebabkan oleh adanya material plastis di dalam bumi yang keluar akibat
adanya retakan. Retakan ini dapat muncul akibat adanya aktivitas tektonik.Kawasan mud
volcano memiliki potensi yang baik untuk dijadikan laboratorium alam maupun pusat studi
penelitian, namun di samping itu mud volcano dapat menjadi bencana seperti yang terjadi di
Porong, Sidoarjo. Oleh karena itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dapat menerangkan
mengenai apa dan bagaimana mud volcano terjadi serta potensi bahaya dan geowisata dari
mud volcano ini kepada pemerintah dan masyarakat setempat. Kegiatan ini tertuang dalam
pengabdian masyarakat dengan judul Pengembangan Sumber Daya Manusia di Kawasan
Mud Vulcano Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik. Kegiatan ini meliputi
pengumpulan data sekunder, survei lapangan, dan sosialisasimengenai mud volcano itu
sendiri serta potensi baik bahaya maupun potensi geowisata dari kawasan mud volcano. Dari
kegiatan ini diharapkan pemerintah dan masyarakat Gresik dapat memahami tentang
fenomena mud volcano serta mampu bekerja sama untuk mengembangkan potensi geowisata
mud volcano dengan menjadikan Desa Sumberwaru sebagai pusat studi mud volcano di Jawa
Timur, sehingga dapat memberikan tambahan penghasilan daerah, selain itu diharapkan
masyarakat juga mengerti tentang mud volcano serta proses mitigasi yang harus dilakukan
jika sewaktu-waktu kawasan mud volcano ini menimbulkan bencana.

ii
SUMMARY
Mud volcanoes are geological structures which form sludge material through a long
narrow slit pushed to the surface. One of the areas in East Java which has a mud volcano area
is Gresik, precisely in the Village District of Wringinanom Sumberwaru. The phenomenon of
the mud volcano in Sumberwaru caused by the plastic material in the earth that came out as a
result of cracks. These cracks can appear as a result of tectonic activity. Mud volcano region
has good potential to be used as a natural laboratory and research center for the study, but in
addition, it can be disastrous mud volcano as happened in Porong, Sidoarjo. Therefore we
need an activity that could shed light on what happened and how the mud volcano and the
potential hazard and Geotourism of this mud volcano to the government and local
communities. This activity is contained in community service with the title "Development of
Human Resources in the Region Mud Volcano Wringinanom Sub district, Gresik". These
activities include the collection of secondary data, field survey, and the socialization of mud
volcano itself as well as good potential hazards and potential Geotourism of mud volcano
area. This activity is expected to governments and communities Gresik can understand more
about the phenomenon of mud volcano and able to work together to develop the potential
Geotourism mud volcano by making village Sumberwaru as a study center mud volcano in
East Java, so it can provide additional income areas, but it is expected the public also
understands about mud volcanoes and mitigation process that must be done at any time if the
area is catastrophic mud volcano.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Mud volcano merupakan bentuk struktur geologi yang mana material lumpur melalui
celah sempit yang panjang terdorong ke permukaan (Dimitrov, 2002). Mud volcano terjadi
adanya tekanan gas yang tinggi dari dalam bumi bercampur dengan lumpur yang berusaha
keluar ke permukaan. Pada prinsipnya, material dari dalam bumi akan keluar ke permukaan
karena di bawah permukaan bumi suhu dan tekanannya besar. Apabila batuan dasarnya
sangat keras, maka material dengan tekanan besar ini seperti tertangkap dan tidak bisa keluar.
Material daridalam bumi ini dapat keluar melalui rekahan, patahan, atau karena adanya
aktivitas eksplorasi (Indriana, dkk., 2007).
Salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki kawasan mud volcano adalah
Kabupaten Gresik, tepatnya di Desa Sumber Waru Kecamatan Wringinanom.Fenomena mud
volcano di Sumber Waru disebabkan oleh adanya material plastis di dalam bumi yang keluar
akibat adanyanya retakan. Retakan ini dapat muncul akibat adanya aktivitas tektonik.
Di satu sisi, kawasan mud volcano yang terdapat di suatu daerah dapat memberikan
ciri khas bagi daerah tersebut. Dimana kawasan tersebut dapat dijadikan laboratorium alam
pusat studi mud volcano bagi mahasiswa terutama mahasiswa bidang kebumian. Namun di
sisi lain, dalam kurun waktu tertentu mud volcano dapat menjadi bencana yang sangat
merugikan bagi masyarakat sekitar. Contoh konkritnya adalah seperti yang terjadi di lokasi
kegiatan PT. Lapindo Brantas, Inc, Porong Sidoarjo. Semburan mud volcano di daerah
tersebut telah menenggelamkan kawasan sekitar 640 hektar di tiga kecamatan yaitu
Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin (suarasurabaya.net).
Sehingga dibutuhkan suatu kegiatan yang dapat mengembangkan potensi masyarakat
dan memberikan sosialisasi terkait mud volcano kepada masyarakat Gresik, terutama yang
berdomisili di Desa Sumber Waru. Kegiatan ini dituangkan dalam suatu bentuk pengabdian
kepada masyarakat. Dari kegiatan ini diharapkan pemerintah dan masyarakat Gresik dapat
bekerja sama mengembangkan potensi mud volcano seperti menjadikan Desa Sumber Waru
sebagai pusat studi mud volcano di Jawa Timur, sehingga dapat memberikan tambahan
penghasilan daerah, selain itu diharapkan masyarakat juga mengerti dan memahami tentang
fenomena mud volcano serta proses mitigasi yang harus dilakukan jika sewaktu-waktu
kawasan mud volcano ini menimbulkan bencana.

1.2.Perumusan Konsep dan Strategi Kegiatan


Konsep dari kegiatan ini adalah bentuk sosialisasi dan pelatihan, dengan target adalah
masyarakat umum, guru-guru SMA, dan siswa SMA. Untuk mendukung terselenggaranya
kegiatan ini dengan baik, maka strategi akan dilakukan diantaranya adalah dengan melakukan
kerja sama dengan pihak pemerintahan Desa Sumber Waru, Dinas Pendidikan Kabupaten
Gresik, serta pihak SMA di Kabupaten Gresik.

1
1.3.Tujuan, Manfaat, dan Dampak Kegiatan yang Diharapkan
Tujuan dari kegiatan ini antara lain:

Memberikanpemahaman dengan cara sosialisasi kepada masyarakat Desa
Sumber Waru dan sekitarnyamengenai potensi baik positif maupun potensi
negatif adanya mud volcano.

Meningkatkan kepasitas masyarakat terutama guru-guru SMA dan siswa-siswi
SMA di Kabupaten Gresik dalam memahami fenomena geologi atau
kebumian yang terjadi disekitar kita.

Mensosialisasikan keberadaan Jurusan Teknik Geofisika ITS sebagai salah
yang mengkaji fenomena kebumian khususnya di wilayah Jawa
satu jurusan
Timur.

Manfaat dari kegiatan ini antara lain:



Masyarakat dapat mengetahui potensi dan bahaya mud volcano.


Pemerintah dapat membuat kebijakan yang tepat terkait kawasan mud volcano,
seperti menjadikannya sebagai laboratorium alam atau objek geowisata.

Kesadaran masyarakat khususnya
siswa dan siswi SMA tentang pentingnya
mempelajari fenomena kebumian.

Dampak dari kegiatan ini antara lain:



Kawasan Sumber Waru dapat dijadikan sebagia rujukan Geowisata oleh
Pemerintah setempat.

Masyarakat dapat mengembangkan potensi mud volcano sebagai sumber mata
pencaharian dengan menjadikan daerah sekitar sebagai objek geowisata.

Meningkatnya jumlah peminat bidang keilmuan kebumian khususnya Jurusan
Teknik Geofisika ITS.

Terjalinnya kerjasama antara Jurusan Teknik Geofisika ITS dengan stake

holder pendidikan khususnya guru-guru SMA dan siswa-siswi SMA sehingga
dikemudian hari dapat dilakukan kerjasama lainnya.
1.4.Target Luaran
Target luaran dari kegiatan ini antara lain:

Laporan kegiatan sosialisasi potensi dan bahaya kawaan mud volcano
Desa Sumber Waru, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik,
Propinsi Jawa Timur.

Jurnal nasional potensi dan bahaya kawasan mud volcano.

Terbentuknya kelompok masyarakat peduli mud volcano.

Pendampingan pengembangan kawasan geowisata mud volcano.

Pendampingan guru-guru SMA dalam penulisan publikasi ilmiah khususnya
terkait dengan fenomena kebumian.

Pendampingan siswa-siswi SMA yang berminat dalam bidang kebumian
dalam kegiatan olimpiade kebumian.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mud Volcano


Mud volcano didifinisikan sebagai endapan lumpur yang mempunyai densitas lebih
ringan dari batuan sekitarnya, mobilitas tinggi, naik kepermukaan melalui bidang lemah
sebagai konduit baik berupa sesar atau rekahan-rekahan, dan membentuk kerucut seperti
gunung api dengan ketinggian berkisar dari 17-30 meter. Komposisi mud volcano terdiri dari
semua material yang dikeluarkan dari perut bumi baik berupa massa padat, plastis, cair, dan
gas. Massa padat berupa bebatuan, garam sedangkan massa plastis berupa bubur lempung.
Sebaliknya massa cair dapat berupa air (air tanah, air magmatic atau vulkanik, dan air laut)
sedangkan massa gas berupa gas metan, hidrat dan gas belerang.

Gambar 2.1 Mud volcano di Glenbair, California

Munculnya mud volcano ini dipicu oleh adanya bubur lumpur yang bercampur
dengan kantong kantong gas (metan) yang mengalami kelebihan tekanan di bawah
permukaan dan berusaha keluar ke permukaan bumi. Konduit untuk keluarnya lumpur
tersebut berupa bukaan atau rekahan yang terbentuk akibat proses tektonik atau pembentukan
patahan atau struktur antiklin. Ada pula yang menyebutkan bahwa pemicu keluarnya mud
volcano adalah akibat adanya gaya dari dalam perut bumi (endogen). Selain itu, ada juga
yang menyebutkan bahwa mud volcano muncul pada perpotongan dua trend besar. Mud
volcano sebenarnya identik dengan mud/salt diapir. Mud volcano merupakan intrusi massa
yang relatif mobil terhadap strata di sekitarnya akibat adanya daya apung (buoyancy) dan
perbedaan tekanan yang berlebihan (oversaturated) dan ketika massa yang mengintrusi tiba di
permukaan, maka mereka dikenal dengan sebutan mud volcano. Sebaliknya, diapir
merupakan bentuk intrusif (material shale) berskala lebih besar dibandingkan dengan mud
volcano dan bergerak secara perlahan muncul kepermukaan (contoh diapirism di selatan
Sesar Geser Sorong, Papua) (Awang, 2001).

3
2.2 Pengembangan Masyarakat
Secara umum pengembangan masyarakat (community development) adalah kegiatan
pengembangan masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan diarahkan untuk
memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi, dan kualaitas
kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya
(Arif dan Bambang, 2008).Memberdayakan individu dan kelompok yang melalui pengutan
kapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan) yang diperlukan
untuk mengubah kualitas kehidupan komunitas mereka. Kapasitas tersebut berkaitan dengan
pengutan aspek ekonomi dan politik melalui pembentukan kelompok sosial besar
berdasarkan agenda bersama (Edi Suharto, 2010). Tujuan dalam pengembangan masyarakat
terbagi atas aspek tujuan antara yaitu membangkitkan partispasi penuh warga masyarakat dan
tujuan akhir yaitu perwujudan kemampuan dan integrasi masyarakat untuk membangun diri
mereka sendiri (Budi, dkk, 2010).
Aspek terpenting dari proses pengembangan masyarakat yaitu bahwa proses harus
melibatkan masyrakat itu sendiri. Keterlibatan ini tak akan tercapai tanpa partisipasi penuh.
Proses pengembangan masyarakat tidak dapat dipaksakan dari luar, dan tidak dapat
ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan local, atau departemen pemerintah. Proses
pengembangan masyarakat harus menjadi proses masyarakat yang dimiliki, dikuasai dan
dilangsungkan oleh mereka sendiri. Hal ini tidak selalu mudah dicapai, karena orang-orang
terbiasa dibebankan, dan menyesuaikan dengan pedoman dasar. Namun tidak mungkin ada
pengembangan masyarakat dengan memberikan pembebanan. Setiap masyarakat memilik
karakter yang berbeda-beda dilihat dari sisi sosial, ekonomi, politik dan budaya. Segala
sesuatu yang berjalan dalam satu masyarakat, tidak akan mungkin bisa sama dengan
masyarakat lainnya karena perbedaan karakteristik tersebut atau melakukan penerapan
kegiatan dan cara intervensi yang sama. Proses dalam pengembangan masyarakat membuat
frustasi partisipannya (Jim, 2006).

4
BAB III
STRATEGI DANPERENCANAAN KEGIATAN

3.1 Strategi
Strategi kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah melakukan survey awal geologi di
daerah mud volcano Desa Sumber Waru. Survey ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
geologi, potensi serta bahaya yang ditimbulkan dengan adanya mud volcano. Hasil dari
survey tersebut, akan dijadikan sebagai sosialisasi kepada masyarakat.

3.2 Pelaksanaan Kegiatan


Adapun rencana kegiatan pengabdian ini adalah

3.2.1.Pengumpulan data sekunder


Tahap ini merupakan pegumpulan informasi awal terkait mud volcano. Informasi ini
berupa potensi dan bahaya dari mud volcano di daerah lain.

Gambar 3.1. Peta Geologi daerah pengabdian.

Gambar 3.2.Gunung lumpur Desa Sumber Waru Kecamatan Wringin Anom,


KabupatenGresik

5
Gambar 3.3.Bentang alam Desa Sumber Waru Kecamatan Wringin Anom, KabupatenGresik

Gambar 3.4.Penampakan aliran lumpur Desa Sumber Waru Kecamatan Wringin


Anom,Kabupaten Gresik

6
Gambar 3.5.Pengukuran lokasi Desa Sumber Waru Kecamatan Wringin Anom,
KabupatenGresik

3.2.2. Survey
Selain data sekunder perlu dilakukan survey secara langsung di lapangan yang
bertujuan untuk mengetahui secara langsung kondisi geologi mud volcano di Desa Sumber
Waru. Tahap ini akan melibatkan beberapa mahasiswa Teknik Geofisika ITS. Berdasarkan
hasil pengumpulan data sekunder dimana data yang ada terlalu minim maka pada pengabdian
kepada masyarakat ini dilakukan pengambilan data bawah permukaan untuk memperjelas
fenomena gunung lumpur yang terjadi di lokasi pengabdian.

Sebelum dilakukan pengambilan data, dilakukan komunikasi terkait perizinan dengan


pemerintah desa setempat yang diwakili oleh Kepala Desa Sumber Waru, Kecamatan
Wringin Anom, Kabupaten Gresik. Dari informasi yang disampaikan Kepala Desa Sumber
Waru lokasi gunung lumpur tersebut belum pernah secara khusus dipelajari oleh instatnsi
atau lembaga pendidikan terkait. Selain itu dari pihak desa juga telah ada rencana untuk
mengembangkan lokasi gunung lumpur menjadi lokasi geowisata lumpur.

7
Gambar 3.6. Balai Desa Sumber Waru Kecamatan Wringin Anom, Kabupaten Gresik

Gambar 3.7.Komunikasi dengan Kepala Desa Sumber Waru Kecamatan Wringin


Anom,Kabupaten Gresik.

8
Gambar 3.8.Foto bersama dengan Kepala Desa Sumber Waru Kecamatan Wringin
Anom,Kabupaten Gresik

Gambar 3.9.Diskusi dengan Kepala Desa Sumber Waru Kecamatan Wringin


Anom,Kabupaten Gresik

9
Gambar 3.10.Persiapan survey metoda geofisika di lokasi Balai Desa Sumber
WaruKecamatan Wringin Anom, Kabupaten Gresik

Gambar 3.11. Persiapan dan pengarahan sebelum dilakukan pengambilan data

10
Gambar 3.12. Pembuatan tenda perlindungan saat pengambilan data.

Gambar 3.13.Pengambilan data metoda Geolistrik di lokasi gunung lumpur

11
Gambar 3.14. Pengambilan data metoda mikrotremor di lokasi gunung lumpur

Gambar 3.15. Pengambilan data metoda VLF-EM di lokasi gunung lumpur

12
Gambar 3.16. Pengambilan data metoda Seismik di lokasi gunung lumpur

3.2.2. Sosialisasi
Proses sosialisasi secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sosialisasi proses
pengambilan data, dan yang kedua sosialisasi hasil Pengukuran dan interpretasi. Pada proses
sosialisasi pengambilan data dilakukan di Balai Desa Sumber Waru dengan dihadiri Kepala
Desa dan perangkat desa yang lain.

Rencananya hasil dari pengumpulan data sekunder dan survey lapangan akan
dijadikan bahan sosialisasi kepada masyarakat dengan sasaran utama adalah masyarakat di
Desa Sumber Waru dan guru-guru SMA serta siswa-siswi SMA yang diharapkan mampu
memahami fenomena mud volcano memiliki minat untuk mengembangkan potensi geowisata
kawasan mud volcano. Bentuk kegiatan sosialisasi berupa penyuluhan tentang fenomena
geologi mud vulcano serta potensi dan bahaya mud volcano kepada masyarakat
khususnyasiswa maupun guru-guru SMA di daerah setempat.

13
Gambar 3.17.Sosialisasi pengambilan data dilakukan di Balai Desa Sumber Waru
dengandihadiri Kepala Desa dan perangkat desa yang lain.

Gambar 3.18.Kepala Desa Sumber Waru Kecamatan Wringin Anom, Kabupaten


Gresikmemberikan pengarahan setelah dilakukan pengambilan data.

14
Gambar 3.19. Diskusi dengan Kepala Desa Sumber Waru tentang recana kelanjutan
kegiatanpengabdian kepada masyarakat

Gambar 3.20.Penyerahan plakat sebagai ucapan terima kasih kepada Kepala Desa
SumberWaru Kecamatan Wringin Anom, Kabupaten Gresik

15
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI DAN KEBERLANJUTANNYA

4.1. Hasil Pengambilan Data Bawah Permukaan


Dikarenakan minimnya data sekunder sebagai bahan atau dasar kegiatan pengabdian
kepada masyarakat mengakibatkan pada kegiatan pengabdian kali ini lebih banyak dilakukan
pengumpulan data dilapangan dengan cara Pengukuran metoda-metoda geofisika dan
pengamatan geologi permukaan untuk mengetahui kondisi geologi fenomena gunung lumpur
yang terjadi di lokasi pengabdian yaitu Desa Sumber Waru, kecamatan Wringin Anom,
Kabupaten Gresik.
Dari beberapa hasil pengolahan data dan interpretasi data Pengukuran geofisika
terlihat jelas model bawah permukaan di kawasan gunung lumpur Desa Sumber Waru. Pada
gambar 4.1 model resistivitas hasil Pengukuran metoda Geolistrik ditunjukan
adanyaanomaly resistivitas rendah yang mengindikasikan keberadaan dapur lumpur dibawah
permukaan.

Gambar 4.1.Model resistivitas hasil Pengukuran metoda Geolistrik di kawasan


gununglumpur Desa Sumber Waru.

Munculnya lumpur kepermukaan berdasarkan data seismik yang ada dikarenakan


adanya struktur geologi berupa patahan turun yang menjadi jalur migrasi lumpur dari dalam
bumi menuju permukaan. Model penampang bawah permukaan dapat dilihat pada
gambar4.2 dibawah.
Selain pada penampang seismik, model bawah permukaan gunung lumpur juga dapat
dilihat pada model resistivitas dari hasil Pengukuran metoda VLF-EM seperti ditunjukan
pada gambar 4.3 dibawah. Adanya anomaly resistivitas rendah mengindikasikan sebaran
atau pelamparan material lumpur dibawah permukaan.

16
Gambar 4.2. Model penampang seismik kawasan gunung lumpur

Gambar 4.3. Model penampang resistivitas metoda VLF-EM kawasan gunung lumpur

4.2. Kendala yang dihadapi dan solusi terkait keberlanjutan kegiatan


Minimnya informasi geologi tentang fenomena mud volcano yang ada secara spesifik
pada daerah ini mengakibatkan kesulitan dalam penyusunan bahan sosialisasi dan
penyusunan rencana selanjutnya sehingga untuk masalah tersebut dilakukan pengukuran atau
pengambilan data primer untuk mengetahui kondisi bawah permukaan daerah pengabdian
sebagai bahan sosialisasi.
Terkait rencana pengembangan sumberdaya manusia dilokasi studi pada saat laporan
ini dibuat belum terlaksana dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya sehingga masih
menjadi tugas tim pengabdi untuk melanjutkan kegiatan pengabdian ini di rencana kegiatan
pengabdian kepada masyarakat berikutnya.

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan
1. Dari hasil survey awal, penulusuran data sekunder dan komunikasi dengan
masyarakat sekitar lokasi disimpulkan bahwa kawasan mud volcano Desa Sumber
Waru, Kecamatan Wringin Anom, Kabupaten Gresik masih minim penelitian yang
dilakukan di daerah ini terkait fenomena gunung lumpur. Hal ini mengakibatkan
masih rendahnya pemahaman masyarakat sekitar tentang fenomena gunung lumpur.
2. Sudah adanya wacana pengembangan lokasi gunung lumpur sebagai kawasan
geowisata gunung lumpur dari pihak Kepala Desa Sumber Waru untuk memanfaatkan
lahan pemerintah yang selama ini tidak termanfaatkan.
3. Perlunya pendampingan dalam proses pengembangan kawasan geowisata gunung
lumpur Wringin Anom.
4. Secara geologi berdasarkan data yang dikumpulkan yang telah diamati, batuan yang
mendominasi pada daerah ini adalah batu pasir. Hal ini sesuai dengan informasi yang
didapatkan dari peta geologi lembar Surabaya - Sapulu yang menyebutkan bahwa
formasi batuan daerah Wringinanom merupakan formasi Lidah dengan ciri batuan
penyusun berupa batu lempung biru yang miskin fosil dengan lensa tipis batu
lempung pasiran, selain itu batu pasir pada daerah wringinanom berasal dari formasi
pucangan dengan bagian bawah batu pasir tufan berlapis baik, bersisipan konglomerat
dan batu lempung serta kaya fosil moluska dan plankton. Untuk bagian atas dari
formasi ini adalah batupasir tufan berlapis baik yang umumnya berstruktur simpang
siur.

5.2. Saran
Terkait rencana pengembangan sumberdaya manusia dan pengembangan kawasan
geowisata mud volcano dilokasi pengabdian perlu dilakukan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat lanjutan untuk mencapai tujuan kegiatan ini.

18
BAB VI
RENCANA SELANJUTNYA

Sebagai hasil akhir kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di Desa
Sumber Waru, Kecamatan Wringin Anom, Kabupaten Gresik akan dilakukan pemaparan
hasil pengukuran lapangan metoda geofisika. Direncanakan kegiatan pemaparan ini akan
dihadiri masyarakat sekitar dan guru-guru SMA serta siswa-siswi SMA yang diharapkan
mampu memahami fenomena mud volcanodan memiliki minat untuk mengembangkan
potensi geowisata kawasan mud volcano.
Sebagai langkah awal pengembangan kawasan geowisata mud volcano Wringin
Anom, akan dilakukan pemasangan papan informasi yang berisi tentang fenomena gunung
lumpur yang terjadi di daerah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA
Budimanta, Arif dan Bambang Rudito. 2008. Metode dan Teknik Pengelolaan
CommunityDevelopment, cet. Ke II (Jakarta: CSD, 2008).

Dimitrov, L.I., 2002, Mud volcanoes: the most important pathway for degassing
deeplyburied sediments. Earth Science Reviews 59 (14), 4976.

Ife, Jim. 2006. Community Development. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Indriana, R.D., Nurwidyanto, I.M., & Haryono, K.W. 2007. Interpretasi Bawah
PermukaanDengan Metode Self Potential Daerah Bledug Kuwu Kradenan Grobogan.
BerkalaFisika. 10(3): 155 - 167.

Satyana, A.H., 2001, Identifying New Petroleum System of the Salawati Basin, West Papua
:Exploration Opportunities in Mature Basin, Proceedings Lomba Karya
TulisPertamina EP II, Jakarta.
Suharto, Edi. 2010. CSR & COMDEV. Bandung: Alfabeta.

Taufik, Fathurrohman. 2013. Data dan Fakta Tragedi Lumpur Lapindo di Sidoarjo.
http://suarasurabaya.net/. Diakses pada 21 Maret 2016.

Wibhawa, Budi, Santoso Tri Raharjo, dan Meilany Budiarti. 2010. Dasar-Dasar
PekerjaSosial. Bandung: Widya Padjadjaran.

20
LAMPIRAN I BIODATA TIM PENGABDI
1. Ketua Tim Pengabdian:

a. Nama : Dr. Dwa Desa Warnana, S.Si, M.Si


b. NIP : 19760123 200003 1001
c. Jabatan. Pangkat : Asisten Ahli / III/C Penata
d. Email : dwa_desa@yahoo.co.uk

2. Anggota Tim Pengabdian :


I. a. Nama : Dr. Widya Utama, DEA
b. NIP : 19611024 198803 1001
c. Jabatan. Pangkat : Lektor / III/D
d. Email : widya@physics.its.ac.id
II. a. Nama : Dr. Ir. Amien Widodo, MS
b. NIP : 19591010 198803 1002
c. Jabatan. Pangkat : Lektor Kepala/ IV/A Pembina
d. Email : amienwidodo@yahoo.com
III. a. Nama : Dr.Ayi Syaeful Bahri, S.Si, MT
b. NIP : 19690906 199702 1001
c. Jabatan. Pangkat : Lektor / III/D Penata Tk I
d. Email : syaeful_b@physics.its.ac.id
IV. a. Nama : Wien Lestari, ST, MT
b. NIP : 19811002 201212 2003
c. Jabatan/ Pangkat : III/B Penata Muda TK I
d. Email : wienlestari02@gmail.com
V. a. Nama : Anik Hilyah, S.Si, MT
b. NIP : 19790813 200812 2002
c. Jabatan. Pangkat : III/B Penata Muda Tk I
d. Email : anik.hilyah@gmail.com
VI. a. Nama : Firman Syaifuddin, ST, MT
b. NIP : 19840911 201404 1001
c. Jabatan. Pangkat : III/B Penata Muda Tk I
d. Email : firmansyaifuddinakbar@gmail.com
LAMPIRAN II DAFTAR LUARAN
Luaran yang dihasilkan dari pengabdian ini adalah berupa :
Jenis
N Keterangan
Luara
o
n
1 Hasil 1 PengamatanGeologi
Pengukuran o Konglomeratsebagaipenandabatasantaraformasipucangandanformasik
abuh.
o Daerah penelitianterletakpadaformasipucangan.
o Fosilmollusca
(GastropodadanPalecypoda)berasosiasidenganformasipucangandanfor
masikabuh.
o Daerah penelitiantermasukpadazonakendengdanzonadepresi yang
banyakmenghasilkan mud volcano padazonaini.

2 MetodeMikrotremor
o Daerah pengukurandidominasiolehfrekuensiberkisar 0,5 - 9,2 Hz
o Daerah penelitianmemilikipersebarannilaiamplifikasi yang
berkisarantara 1,54 4,47.
o Daerah penelitianmemilikiketebalan 9,29 m sampaidengan 171 m

3 Metode Very Low Frequency


o Metode VLF
efektifuntukdigunakanpemetaanstukturbawahpermukaanberdasarkan
sifatkonduktivitas material.
o Beberapateknikpengolahan data daninterpretasimetode VLF, seperti
filter NA-MEMD, filter freaser, filter KH-Jeltdaninversimemilikikorelasi
yang baik.
o Hasil filter dari program
KHFfiltdigunakanuntukmenentukanletakanomalibawahpermukaanseca
rakualitatif
o Hasilinversidari program INV2DVLF
digunakanuntukmenentukanletakanomalibawahpermukaansecarakua
ntitatif
o Padalintasan 3 iterasimaksimaladalah 16 dengan error= 1.074613.
Sedangkanpadalintasan 4 iterasimaksimaladalah 94, dengan error=
0.8080770.
o Padalintasan 3 dan 4 nilairesistivitastinggidiasumsikan clay.
o Padalintasan 3 dan 4 nilairesistivitasrendahdiasumsikansebagai air
asin(garam). Dengankorelasi data geologi regional setempat.

4 MetodeSeismik
o Hasilpengolahan data seismic
refleksikurangmemperlihatkanstrukturbawahpermukaan, karena
picking velocity dan NMO kurangakurat
o Velocity yang
terekamkurangtinggikarenapadadaerahpengukuranbanyakretakan
o Hasilpengolahankurangakurat, karenatidaksemua data
tidakdapatdiolahpada ZONDST2D yang masih demo
dankurangtepatpada proses picking
o Beberapa data terdapat noise yang besarsehinggamengganggu proses
pengolahan data

Anda mungkin juga menyukai