penyakit ISPA akibat erupsi. Jumlah warga yang dirawat sebanyak 148 orang
sejak terjadinya erupsi hingga 20 September 2013 (Retnaningsih,2013).
Sebagian besar penduduk sekitar Gunung Sinabung bermata pencaharian
sebagai petani. Erupsi Gunung Sinabung sangat berdampak besar pada lahan
pertanian yang biasa digarap oleh masyarakat. Tanaman padi
gogo yang
ditanam petani tertutup oleh debu vulkanik yang menyebabkan daun padi gogo
kekuningan pada ujungnya dan akhirnya mengering. Adapun tanaman
hortikultura yang berada pada radius 5 KM ditemukan mengering dan gagal
panen sehingga harga di pasaran meningkat.
Gambar 2. Tidak ada kerusakan pada tomat yang berbuah, namun bunga rontok
Sumber : BPTP Sumatera Utara
perkebunan. Dari seluas 3.863 Hekta Are tanaman di enam kawasan, seluas
3.589 Hekta Are telah rusak akibat erupsi. Hal ini kemudian berdampak pada
kelangkaan bahan makanan. Pasokan sayur dan buah menurun hingga 40
persen karena banyak petani tak berani memanen, karena takut bahaya erupsi.
Perubahan kondisi masyarakat ke arah yang lebih rendah dari posisi
sebelumnya seharusnya mendapatkan perhatian dari lingkungan sekitar untuk
membantu meningkatkan
Perhatian mengenai pemberian motivasi untuk berada pada posisi normal sangat
dibutuhkan oleh para korban erupsi Gunung Sinabung.
Universitas Pertahanan Indonesia
BAB 2
Pembahasan
cukup
tinggi
dengan
adanya
beberapa
kebijakan
mengenai
2.
3.
4.
5.
berbagai
pihak
yaitu
masyarakat,
pemerintah,
lembaga
swadaya
lokal
dikonsepsikan
untuk
pengembangan
potensi
dan
yang
telah
ada
di
masyarakat
dan
didorong
dengan
Karo
juga
memiliki
prinsip
setiap
perbuatan
akan
10
Kearifan lokal masyarakat Karo juga tercermin dari ornamen yang ada di
rumah tradisional tersebut. Keseluruhan ornamen dibuat atau diletakkan pada
ayo-ayo (bagian depan rumah), dapur-dapur (bagian dapur), dan pada derpih
(bagian dinding), dan pada atap rumah diletakkan dua atau empat kepala kerbau
lengkap dengan tanduknya yang dipercaya sebagai lambang kekuatan. Ornamen
tersebut meliputi:
1. Pengeret-ret ialah bahan dasar ornamen ini adalah tali ijuk yang dipilin dan
diikat ke dinding rumah (derpih) bagian depan yang dimaksudkan sebagai
pengganti paku. Lubang diatur terlebih dahulu sesuai dengan gambar dan
berfungsi untuk memperkuat tiap lembar papan, sehingga dinding menjadi kuat.
Motif ornamen berupa gambar seekor cicak yang diyakini memiliki kekuatan
untuk menolak bala dan ancaman roh jahat yang mengganggu penghuni rumah.
Ornamen ini melambangkan suatu kekuatan, penangkal setan, kewaspadaan,
dan kesatuan keluarga.
Universitas Pertahanan Indonesia
11
Gambar 4. Pengeret-ret
2. Embun Sikawite yaitu ornamen dengan motif alam ini merupakan tiruan dari
rangkaian awan yang beriringan dibuat menyerupai gambar bunga yang menjalar
berbentuk segitiga. Fungsinya sebagai petunjuk hubungan antara kalimbubu
(awan tebal bagian atas) dan anak-beru (bayangan awan di bagian bawah).
Kalimbubu adalah pelindung anak-beru dalam sistem hubungan masyarakat
Karo. Bayangan awan di bawah akan bergerak mengikuti iringan gumpalan awal
tebal di atasnya bila awan di bagian atas bergerak, sesuai dengan fungsi
kalimbubu.
3. Bindu Matoguh berupa motif ornamen berupa garis yang menyilang diagonal
dan membentuk persegi, melambangkan keteguhan hati masyarakat Karo untuk
bertindak baik, adil, tidak melanggar norma, dan tidak merugikan orang (encikep
si mehuli). Nilai filosofis encikep si mehuli adalah sebagai penolak bala yang
tidak akan datang melanda bila manusia berbuat baik dan jujur terhadap
siapapun.
12
4. Tupak Salah Silima-lima yaitu motif ornamen berupa garis menyilang yang
membentuk gambar bintang di langit yang menerangi bumi di malam hari.
Melambangkan kesatuan/kekeluargaan merga silima (lima merga) sebagai
sistem sosial masyarakat Karo yang utuh, dihormati, dan disegani. Kesatuan
dimaknai sebagai kekuatan karena kekuatan masyarakat Karo pada hakikatnya
terletak pada kebersamaan yang dibangun. Kelima merga tersebut adalah merga
induk yang diikat oleh struktur sosial dan tak terpisahkan antara satu dengan
yang lainnya. Fungsi ornamen tak lain sebagai penolak niat jahat dari adanya
keinginan yang hendak mengganggu keutuhan merga silima.
5. Tapak Raja Sulaiman adalah ornamen bermotif geometris berupa garis yang
menyimpul dan membentuk jalinan motif bunga dan membentuk segi empat.
Nama ornamen diambil dari nama raja yang dianggap sakti yang ditakuti oleh
makhluk jahat mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar.
Dengan status sebagai raja yang tinggi kedudukannya, Raja Sulaiman
merupakan kekuatan yang dihormati sekaligus ditakuti. Masyarakat Karo percaya
Universitas Pertahanan Indonesia
13
bahwa ornamen Tapak Raja Sulaiman akan menolong mereka agar terhindar
dari ancaman niat jahat, baik yang datang secara nyata maupun tidak nyata.
14
kepala (tudung), dan kain adat bernama Uis Gara yang diselempangkan.
Pakaian pesta hampir sama dengan pakaian sehari-hari. Hanya saja, pakaian
pesta lebih bersih atau baru dan dikenakan dengan baik, sehingga terlihat lebih
sopan, dan pakaian kebesaran terdiri dari pakaian dengan aksesoris-aksesoris
yang lengkap serta digunakan pada saat pesta saja, seperti pesta perkawinan,
memasuki rumah baru, upacara kematian, dan pesta kesenian. Jenis Uis yang
menjadi budaya di Batak Karo antara lain:
1. Uis Arenteneng
Uis Arinteneng terbuat dari kapas atau kembayat yang ditenun. Warnanya
hitam pekat hasil pencelupan yang disebut ipelabuhken. Pakaian ini digunakan
untuk alas pinggan pasu tempat emas kawin dan tempat makanan bagi
pengantin sewaktu acara mukul (acara makan bersama) pada malam hari
setelah selesai pesta adat, uis ini juga digunakan sebagai pembalut tiang pada
peresmian atau acara adat memasuki rumah baru, dan membayar hutang adat
kepada kalimbubu dalam upacara adat kematian.
2. Uis Julu
Bahannya sama dengan bahan Uis Arinteneng. Warnanya hitam dengan
corak garis-garis putih berbentuk liris-liris. Keteng-keteng-nya berwarna merah
dan hitam dan disebut Keteng-ketang Bujur. Ada juga yang disebut ketengketeng sirat denan diberi ragam corak ukiran serta di sisi ujungnnya terdapat
rambut (jumbai). Pakaian ini diguanakan sebagai Gonje (sarung laki-laki),
membayar hutang adat (maneh-maneh), nambari (mengganti) pakaian orang tua
laki-laki, dan digunakan juga sebagai selimut (cabin).
3. Uis Teba
Hampir sama dengan Uis Julu. Perbedaannya ialah garis-garis Uis Teba
lebih jarang sedangkan Uis Julu lebih rapat. Warnanya hitam, di sisi ujungnya
juga memiliki rambut (jumbai). Sama seperti uis Julu ,Uis ini juga digunakan
untuk maneh-maneh atau membayar hutang adat bagi perempuan yang
meninggal, tudung bagi perempuan, mengganti pakaian orang tua (bagi ibu), dan
alas pinggan pasu, tempat emas kawin sewaktu melaksanakan pembayaran
kepada pihak mempelai perempuan dalam upacara adat Perkawinan.
15
4. Uis Gatip
Uis Gatip ini berwarna hitam dan berbintik-bintik putih di tengah, tepian kain
warnanya hitam pekat dan ujungnya terjalin dan berumbai. Jenis kainnya lebih
tebal sehingga sering disebut dengan Uis kapal (kain tebal). Uis ini dipakai
sebagai ose (pakaian) laki-laki pada upacara-upacara adat perkawinan,
memasuki rumah baru, guro-guro aron (pesta muda-mudi).
5. Uis Jongkit
Warna dan bahan Uis ini sama dengan Uis Gatip, hanya saja Uis Jongkit
memakai benang emas dengan motif melintang pada bagian tengah kain
tersebut, hingga warna dan bentuknya lebih cerah. Penggunaan Uis ini juga
sama seperti Uis Gatip, tapi kain ini sekarang lebih disenangi dan banyak dipakai
pada upacara-upacara adat.
7. Uis Kelam-kelam
Warnanya hitam pekat, bahan kainnya lebih tipis dari Uis yang lain dan polos
tanpa motif, sepintas seperti kain hitam biasa, hanya saja kain ini lebih keras
dibanding Uis yang lain. Uis ini biasa dipakai oleh wanita sebagai tudung pada
upacara-upacara adat, tudung yang bahannya dari uis kelam-kelam ini disebut
Tudung Teger Limpek dengan bentuknya yang khas dan unik. Memang proses
pembuatan tudung ini sangat sulit dan unik, hingga saat ini tidak semua orang
dapat membuat tudung ini.
8. Uis Jujung-jujungen
Warnanya merah bersulamkan emas dan kedua ujungnya juga berumbai benang
emas, kain ini tidak selebar kain yang lainnya, bentuknya hampir sama dengan
selendang. Uis ini biasanya dipakai oleh wanita dan biasanya letaknya diatas
Universitas Pertahanan Indonesia
16
tudung dengan rumbainya terletak disebelah depan. Pada saat sekarang uis ini
jarang digunakan, dan kebanyakan telah digantikan dengan uis Beka buluh.
17
BAB 3
Kesimpulan
Erupsi Gunung Sinabung yang kembali muncul pada tahun 2010 telah
membawa nama
Internasional. Gunung Sinabung yang terakhir kali tercatat erupsi pada tahun
1600 kembali erupsi pada tahun 2010 dan tidak kunjung selesai hingga saat ini.
Erupsi yang terus berkelanjutan menjadikan hal ini sebagai ajang pelatihan
ketangguhan bagi masyarakat sekitar wilayah Gunung Sinabung sehingga dapat
mengatasi bencana erupsi yang dapat tiba kapan saja.
Kerugian akibat erupsi Gunung Sinabung selama kurang lebih 3 tahun telah
banyak berdampak di berbagai sektor. Kerugian ini bukan hanya kerugian fisik,
infrastruktur serta lingkungan melainkan juga kerugian dari perubahan kondisi
mental yang cukup drastis. Kehilangan akan sumber mata pencaharian
dan
untuk
menarik
perhatian
dunia
internasional.
Melalui
18
DAFTAR PUSTAKA
Hartini. 2013.
Park
diakses
dari
http://www.koran-
Lokal
Masyarakat
Karo.
2010.
http://mountsinabung.blogspot.com/2010/12/kearifan-lokal-masyarakatkaro.html