Disusun Oleh:
A.15.2
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
2016
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi secara
tiba-tiba dalam tempo relatif singkat dalam hubungan antara manusia dengan
lingkungannya yang terjadi sedemikian rupa, seperti bencana gempa bumi, banjir,
gunung berapi sehingga memerlukan tindakan penanggulangan segera. Perubahan
ekosistem yang terjadi dan merugikan harta benda maupun kehidupan manusia bisa
juga terjadi secara lambat seperti pada bencana kekeringan.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
menyatakan bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
Indonesia merupakan wilayah yang sering dilanda bencana geologis seperti letusan
gunungapi, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah. Gerakan tanah merupakan salah
satu bencana geologis yang sering terjadi di Indonesia dengan jumlah korban jiwa dan
kerugian harta benda yang cukup besar. Hal ini erat kaitannya dengan posisi
Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif di dunia sehingga
memungkinkan terbentuknya morfologi yang curam dengan batuan penyusun yang
berasal dari aktivitas vulkanik. Selain karena letaknya, bencana geologis di
Indonesiajuga dipengaruhi oleh kondisi iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi.
Salah satu kejadian gerakan tanah yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan
yang cukup besar puluhan rumah ambruk dan rusak parah adalah tanah longsor yang
terjadi pada 23 Januari 2014 pukul 07.00 di Perumahan Trangkil Sejahtera, Kelurahan
Sukorejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah.4 Tidak
ada korban jiwa dalam musibah ini, namun dipastikan sekitar 32 rumah warga rusak
parah dan sejumlah tiang listrik miring akibat pergeseran tanah. "Rumah yang rusak
parah di RT 06 sekitar 15 rumah," tutur Ketua RT 06 RW 10 Perumahan Trangkil
Sejahtera, Agus Kushendratno, kepada Tribun Jateng, di lokasi kejadian. Oleh karena
itu,kami memilih lokasi tersebut untuk mengetahui dan mengkaji resiko bencana dan
disaster manajemen plan.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menyusun dan membuat disaster manajemen plan pada daerah Trangkil kelurahan
Sukorejo, kecamatan Gunung Pati.
b. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian resiko bencana di daerah Trangkil
b. Menganalisis resiko bencana di daerah Trangkil
c. Mengetahui skala bencana di daerah Trangkil
d. Menyusun rencana manajemen bencana di daerah Trangkil
BAB II
b.
c.
Gambar 2
Dukuh Trangkil Kelurahan Sukorejo merupakan dukuh dari 12 dukuh
yang ada di Kecamatan Gunungpati yang rawan bencana longsor. Daerah
tersebut mempunyai derajat kerentanan tinggi untuk terjadinya gerakan
tanah akibat curah hujan yang tinggi, saluran pembuangan air yang tidak
baik, dan proses erosi yang kuat.
Daerah tersebut tidak sesuai untuk kawasan pemukiman karena dapat
memacu terjadinya gerakan tanah (longsor). Ulah manusia disinyalir
sebagai faktor utama meningkatnya kerusakan lahan di daerah tersebut.
Banyak warga yang mengincar lahan-lahan kosong di daerah tersebut
untuk pemukiman karena harganya yang murah akibatnya rumah-rumah
yang dibangunakan cepat rusak maupun retak karena pergeseran massa
tanah (longsor). Selain itu didirikan perumahan mewah yang berada
dilereng-lereng, dimana perumahan tersebut berada tepat diatas dukuh
Trangkil yang mana saluran pembuangan air dari perumahan tersebut
diarahkan pada dukuh Trangkil sehingga semakin mengikis lereng tanah
didukuh Trangkil tersebut.
b. Pengkajian Kerentanan
Gambar 3
2) Ekonomi
Masyarakat Desa Trangkil memiliki tingkat ekonomi menengah
ke bawah. Hal ini dikarenakan rata-rata masyarakatnya tidak
mempunyai pekerjaan, secara khusus para laki-lakinya. Laki-laki
di desa Trangkil tidak mempunyai pekerjaan karena pada umunya
mereka malas untuk bekerja. Untuk para perempuan atau ibu,
mereka bekerja pada sebuah usaha rumahan yang dikelola oleh ibu
RT. Namun dikarenakan suatu hal, sekarang para perempuan di
desa Trangkil tidak bekerja lagi. Pada umumnya masyarakat desa
Trangkil sudah menggunakan asuransi. Asuransi yang digunakan
ialah BPJS Kesehatan. Sebagian besar asuransi tersebut didapatkan
karena bantuan dari pemerintah.
3) Sosial
Kondisi sosial masyarakat di dukuh Trangkil tergolong baik.
Dukuh Trangkil ini terletak didaerah kekurahan mudah dijangkau
dari kota. Tingkat pendidikan masyarakatnya rata-rata sampai ke
jenjang Sekolah Menengah Atas. Di dukuh Trangkil tidak ada
orang yang dituakan, mereka lebih patuh dan menghargai ketua RT
setempat.
4) Mental
Masyarakat dukuh Trangkil pada umumnya memiliki sifat
pemalas, untuk suatu hal awalnya mereka menggebu-gebu namun
pada akhirnya tidak bersemangat.
c. Pengkajian Kapasitas
1) Fisik
Kapasitas fisik dari lingkungan, Desa Trangkil ini terdapat
beberapa pepohonan yang tertanam di area bencana sehingga secara
tidak langsung dapat membantu dalam meminimalisir terjadinya
bencana. Sedangkan kapasitas fisik masyarakatnya, Desa Trangkil
didominasi oleh orang dewasa yang belum terlalu tua dimana secara
fisik masih mampu menangani bencana yang terjadi.
2) Manusia
Dari segi sumber daya manusia, penduduk desa Trangkil ini
didominasi banyak penduduk yang sudah dewasa dan mampu secara
fisik dalam kesiapannya menghadapi bencana. Dari segi keterampilan
masyarakat Desa Trangkil ini memiliki potensi dalam melaksanakan
suatu kegiatan seperti kegiatan yang dikembangkan oleh ketua RT
walaupun masih perlu ada pemicu untuk dapat bergerak, namun hal
tersebut sudah menunjukkan bahwa secara tidak langsung sebenarnya
masyarakat memiliki semangat untuk bergerak secara produktif
sesudah mengalami bencana.
3) Ekonomi
Perekonomian masyarakat Desa Trangkil berada dalam
kategori menengah ke bawah. Hal tersebut dikarenakan banyak
penduduk laki-lakinya yang belum memiliki pekerjaan. Dalam
kaitannya dengan tanggap terhadap bencana yang terjadi kapasitas
perekonomian masyarakat Desa Trangkil ini hanya perlu pembinaan
agar masyarakatnya memiliki kesadaran dan kesiapan secara ekonomi
untuk menyediakan sumber daya dalam menangani bencana yang
dialami. Hal tersebut perlu dilakukan karena pada aspek kerentanan
secara mental penduduknya cenderung malas untuk bergerak. Dengan
begitulah mayarakat memiliki sumber daya yang menjadi kapasitas
mereka dalam menangani bencana.
4) Kebijakan
Kebijakan yang ada pada Desa Trangkil ini sudah baik dimana
saat terjadi bencana setiap bantuan yang diterima diatur dan
didistribusi dengan baik oleh pihak RT.
5) Rencana dan Kesiapan
Dari aspek kesiapan masyarakat Desa Trangkil sudah memiliki
bekal yang baik misalnya yaitu menghindari pembangunan rumah di
area yang berpotensi longsor.
B. Skala Risiko Bencana
Frekuensi/ Rasiona
No Bahaya Kerentanan Kapasitas Tingkat keparahan
Kemungkinan l
1. Tanah - kondisi tanah yang - kesadaran Beresiko setiap Pernah terjadi Kerenta
Longsor labil masyarakat yang tahun terjadi, bencana longsor di nan
- hujan dengan masih kurang karena saat musim salah satu desa yang tinggi
intensitas tinggi faktor kemiskinan hujan mengakibatkan maka
- lereng yang terjal sehingga lahan yang warga mengungsi resiko
- adanya beban berbahaya dan termasuk bahaya
tambahan digunakan untuk bencana nasional tinggi
mendirikan rumah
- adanya program dari
kelurahan tentang
KSB (Kelompok
Siaga Bencana)
- diadakannya
sosialisasi, serta
pelatihan tanggap
darurat tentang
informasi, evakuasi
dan sudah dilakukan
simulasinya
1. Tanah Longsor 4 2
2. Wabah Penyakit 1 1
1 2 3 4 5
P
5
r
o
b Tanah
a 4
Longsor
b
i
l 3
i
t
a 2
s
Wabah
1
Penyakit
Dampak
BAB III
a. Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di
suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah
kabupaten/kota danprovinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan
wilayah agar terhindar daribencana.
b. Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat
digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana
pengembangan wilayah.
c. Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
d. Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara
ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
e. Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau
Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang
ditimbulkannya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain,
mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung
kepada masyarakat dan aparat pemerintah.
2. Kesiapsiagaan
Di kelurahan Sukorejo terdapat KSB (Kelurahan Siaga Bencana) yaitu sebuah
organisasi yang sampai sekarang beranggotakan 10 orang. KSB sendiri berfokus
untuk pelatihan dalam kesiapsiagaan dalam menanggulangi bencana. KBS
berkoordinasi dengan kecamatan dan BPBD. Kelurahan Sukorejo dipilih sebagai
tempat atau kelurahan yang sering dilakukan pelatihan kesiapsiagaan bencana,
karena kelurahan Sukorejo berpotensi sering terjadi bencana. Sampai saat ini,
sudah 2 kali dilakukan pelatihan penanggulangan oleh BPBD. KSB bersama
BPBD melakukan simulasi dan sosialisasi sampai ke RT dan RW dalam hal
rencana penanggulangan bencana, diantaranya mengenai sistem informasi,
tanggap darurat, dan evaluasi jika terjadi bencana.
Sindo.Com
TribunNews.Com