Anda di halaman 1dari 10

Pengelolaan Risiko Bencana Gunungapi Gamalama

Daerah Kota Ternate Provinsi Maluku Utara


Juan Calfrin Koly1

Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta


1)

Abstrak
Lokasi penelitian secara administratif berlokasi di Kota Ternate, Provinsi Maluku,
dilatarbelakangi oleh Kota Ternate yang berada pada pulau gunungapi Gamalama sehingga
perlu adanya pengelolaan mengenai risiko bencana letusan atau erupsi gunungapi Gamalama
terutama memperhatikan berbagai macam aspek penting, skenario pengelolaan resiko dapat
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat meminimalisir risiko bencana letusan gunungapi,
penelitian dilakukan dengan mengkaji data-data sekunder yang ada kemudian dapat dianalisis
lebih lanjut sehingga memberikan rancangan pengelolaan dalam bentuk skenario
penangulangan risiko bencana gunungapi Gamalama, dengan memperhatikan faktor bahaya,
kerentanan, dan ketahanan, kemudian dapat memperhatikan kawasan rawan bencana,
sehingga dapat merancang jalur evakuasi dan 5 shelter atau titik kumpul pengungsian yaitu
Dufa-Dufa, Ahmad Yani, Bastiong, Jambula, dan Sulamadaha, kemudian dari shelter ini
dapat mempunyai akses yang mudah ke pulau-pulau terdekat dengan rancangan rute
transportasi berupa Ferry, dirancang pula fasilitas penunjang serta sosialisasi masyarakat.
Kata Kunci: Pengelolaan, Risiko Bencana, Ternate, Gunung Gamalama

PENDAHULUAN erupsi gunung api, menurut RBI (2016)


Aktifitas endogenik yang terjadi di bumi Gunungapi adalah lubang kepundan atau
sebagai ekspresi dari dinamisnya proses rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya
geologi yang terus berlangsung hingga cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke
sekarang, Indonesia sebagai Negara yang permukaan bumi. Material yang dierupsikan
berada pada Ring of Fire dunia tentu sangat ke permukaan bumi umumnya membentuk
dipengaruhi oleh aktifitas vulkanisme yang kerucut terpancung.
intens dari busur vulkanik (volcanic arc) yang Indonesia merupakan negara kepulauan
terbentuk, dampak negatif dari proses ini yang mempunyai busur gunungapi terpanjang
adalah Bencana alam berupa letusan di dunia. Indonesia memiliki 127 gunungapi
gunungapi. aktif, atau sekitar 13% gunungapi aktif di
Di Indonesia Jumlah kejadian bencana dunia terletak di Indonesia, sehingga
yang disebabkan oleh faktor geologis tidak menjadikan negara ini sebagai pemilik
terlalu signifikan dibandingkan jumlah gunungapi terbanyak di dunia. Sekitar 60%
kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor dari jumlah tersebut adalah gunungapi yang
hidrometeorologis. Meskipun demikian, memilki potensi bahaya cukup besar bagi
bencana geologis, khususnya gempa bumi, penduduk yang ada di dekatnya, sehingga
letusan gunung api dan tsunami pada demi keselamatan dan kelangsungan hidupnya
kenyataannya banyak menimbulkan dampak masyarakat perlu mewaspadai bahaya ini
yang cukup besar baik dari sisi korban dan (Amri, M, R., dkk. 2016).
kerugian ekonomi (Amri, M, R., dkk. 2016). Menurut Undang-Undang Nomor 24
Bencana yang bisa terjadi kapan saja Tahun 2007, penanggulangan bencana adalah
sehingga penting untuk dilakukannya mitigasi peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
yang berkelanjutan. Salah satu bencana yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
perlu diantisipasi adalah bencana letusan atau penghidupan masyarakat yang disebabkan,

1
baik oleh faktor alam dan faktor non-alam sebuah sistem penanggulangan bencana.
maupun faktor manusia sehingga Sistem penanggulangan bencana yang mampu
mengakibatkan timbulnya korban jiwa menangani bencana erupsi gunung api baik
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta berupa zonasi kawasan rawan bencana,
benda, dan dampak psikologis. infrastruktur hingga sosialisasi kepada
Awotona, (1997) dalam Firmansyah, masyarakat yang berada di kawasan rawan
(2013) memberikan batasan antara bahaya bencana. Sehingga meningkatkan pengetahuan
alam dan bencana alam, yaitu: masyarakat dalam kesiap-siagaan dan
a. Bahaya alam adalah bagian dari mengambil tindakan untuk meyelamatkan diri
lingkungan kita dimana dapat terjadi (Pradiptasari, A, G, dkk,. 2014).
kapan aja. Gempa bumi, banjir, Maka dari itu perlu adanya pengelolaan
letusan gunung api dan perubahan mengenai risiko bencana letusan atau erupsi
cuaca yang hebat, sebagaimana gunungapi Gamalama terutama
kejadian-kejadian alam yang hebat memperhatikan berbagai macam aspek
lainnya dapat menimbulkan bencana penting, skenario pengelolaan resiko dapat
alam apabila berinteraksi dengan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
kondisi yang rentan. memberikan informasi yang akurat serta
b. Bencana alam adalah interaksi antara meminimalisir risiko bencana letusan gunung
bahaya alam dan kondisi rentan sosial api, tentunya dengan memberikan sosialisasi
ekonomi, budaya dan politik yang dan arahan yang preventif kepada masyarakat
selalu diakibatkan oleh perbuatan agar dapat mengurangi dampak negatif akibat
manusia. Jadi perbedaan antara bencana letusan gunungapi Gamalama di Kota
bencana alam dan bencana yang Ternate.
dibuat oleh manusia menjadi kabur.
Beberapa akibat yang tragis dari GEOLOGI REGIONAL
bencana alam berasal dari Geologi Regional daerah Pulau Ternate
penyalahgunaan manusia dalam secara umum tidak terlepas dari aktifitas
memanfaatkan sumber-sumber alam vulkanisme yang berlangsung, Ternate
karena tindakan-tindakan yang tidak merupakan pulau vulkanik yang hampir
tepat dan kurang memperhatikan berbentuk lingkarang dengan jarijari 5,8 km
untuk masa depan. tipe strato A dan puncak ketinggian mencapai
Daerah Penelitian secara administratif 1.715 mdpl (Bahrudin, Martono dan Djuhara
berlokasi di Kota Ternate, Provinsi Maluku 1996 dalam Alwi La Masinu., dkk, 2018)
Utara, Kota Ternate merupakan Ibukota Secara geomorfologi daerah Kota
Provinsi Maluku Utara, terletak di kaki Ternate dapat dibagi menjadi beberapa bentuk
gunungapi Gamalama tepatnya di wilayah lahan yang umumnya didominasi oleh bentuk
pesisir pantai Pulau Ternatae yang merupakan asal vulkanik, adapun bentuk lahan yang
pulau gunungapi atau Pulau Vulkanik, dengan berkembang di Pulau Ternate menurut Iqkra,
Kota Ternate yang terdiri 4 Kecamatan pada dkk (2012), sebagai berikut :
Tabel 1. Bentuk Lahan (Iqkra, dkk, 2012)
Pulau ini yaitu Kecamatan Ternate Selatan,
Ternate Tengah, Ternate Utara, dan
Kecamatan Pulau Ternate, Dengan kondisi
daerah yang seperti inilah membuat Kota
Ternate menjadi Kota dengan Risiko atau
kerentanan yang tinggi terhadap bencala erupsi
atau letusan gunung api Gamalama.
Dalam upaya mencegah dan mengurangi
dampak dari bencana yang terjadi, diperlukan

2
Bentuk lahan kawah mempunyai luasan batuapung dari Gt, Gd dan Gm,
sekitar 1.9 ha dan merupakan kawah terkonsolidasi lemah tak teruraikan.
Gunungapi Gamalama. Menurut Direktorat Struktur sedimen fluvial banyak
Vulkanologi (1979) kawah ini terdiri dari 4 dijumpai.
kawah yang mencerminkan suksesi peristiwa B. Gunungapi Gamalama Muda (Gm)
letusan. Kerucut vulkanik merupakan tubuh Endapan Piroklastika Muda (Gmpm):
Gunungapi Gamalama yang secara umum Endapan jatuhan piroklastika,
berbentuk kerucut, tubuh ini merupakan hasil mengandung blok dan bom andesit
proses deposisi erupsi vulkanik, dan saat serta andesit basal diameter
sekarang memiliki lereng yang bervariasi dari maksimum 6 m, hasil erupsi
agak miring hingga sangat curam. Tubuh September 1980. Endapan Lahar
Gunungapi Gamalama dapat dipilah menjadi Muda (Gmlm): Bongkah andesit dan
lima betuk lahan, yaitu (1) Lereng puncak dasit basal meruncing tanggung
kerucut vulkanik (peak slope volcanic cone); sampai membulat tanggung didalam
(2) Lereng atas kerucut vulkanik (upper slope matrik lanau dan pasir masih lepas.
volcanic cone); (3) Lereng tengah kerucut Termasuk endapan lahar yang terjadi
vulkanik (middle slope volcanic cone); (4) pada 1840, 1897 dan 1970. Endapan
Lereng bawah kerucut vulkanik (lower slope Piroklastika Tua (Gmpt): Endapan
volcanic cone); dan (5) Lereng kaki fluvio- jatuhan piroklastika berupa abu,
vulkanik (fluvio-volcanic foot slope). skoria dan fragmen litik. Sebagian
Aliran lava Gunungapi Gamalama dari besar terjadi pada masa sejarah
citra terlihat dengan pola berkelok yang manusia. Lava 1907 (Gm L8): Lava
mencerminkan suatu aliran. Maar Tolire Besar andesit basal dierupsikan pada
dicirikan dengan bentuk oval dan berada di November 1907. Lava 1737 (Gm
sebelah barat laut Kawah Arafat, sedangkan L6): Lava blok jenis andesit basal
Tolire Kecil berada di sebelah timur laut arah hitam, vesikuler mangandung
pantai dari Tolire Besar. Maar Laguna terletak fenokris plagioklas euhedral sekitar
di sebelah selatan Gunungapi Gamalama. 45%. Erupsi pada maret 1737.
Gisik pantai (beach) membentang Endapan Aliran Piroklastika (Gmpf):
mengelilingi Gunungapi Gamalama yang tersingkap buruk, sebagian terdiri
terbentuk dari pasir halus berwarna hitam (di dari bom kerak roti jenis andesit,
bagian utara) dan dari kerikil (pada bagian vesikuler, kacaan. Lava 2 (Gm L2):
selatan). Selain itu pada wilayah pantai ini Lava blok jenis andesit, abu-abu,
juga terdapat daratan reklamasi yang terbentuk vesikuler dicirikan oleh fenokris
akibat penimbunan material batuan dan tanah plagioklas sangat kecil. Lava 1 (Gm
oleh manusia, bentuk lahan ini sebagian besar L1): Lava blok jenis andesit abu-abu,
berada pada sebelah timur Gunungapi vesikuler dicirikan oleh fenokris
Gamalama dan dikelaskan sebagai dataran plagioklas membulat 40%. Endapan
pantai antropogenik. Lahar Tua (Gmlt): Bongkah andesit
Secara Stratigrafi Gunungapi Gamalama dan andesit basal meruncing tanggul
dihimpun dari Bronto, dkk, (1982) dalam sampai membulat tanggul
Julhija Rasai, (2017) dapat dibagi dari muda ke terkonsolidasi kuat didalam matrik
tua menjadi : pasir dan lanau. Membentuk tebing
A. Endapan Permukaan Aluvium (al): terjal sepanjang lembah yang tertore
Lanau, pasir dan kerikil. Endapan dalam. Lava Tak Teruraikan (Gmlu):
Piroklastika Rombakan (pr): Abu, tuf Lava tua tak teruraikan sebagian
lapilli dan beberapa lapisan lapilli besar andesit abu-abu massif

3
disisipkan oleh sedikit endapan lahar peta, maupun penelitian terdahulu, juga dari
pada tempat yang lebih rendah. beberapa instansi terkait.
C. Gunungapi Gamalama Dewasa (Gd)
Endapan Jatuhan Piroklastika (Gdp): HASIL DAN PEMBAHASAN
Skoria merah berselang-seling Pengelolaan risiko bencana erupsi atau
dengan tuf kuning-coklat. Lava Tak letusan gunungapi penting untuk dilakukan,
Teruraikan (Gdlu): Lava tua tak Pulau Ternate yang merupakan pulau vulkanis
teruraikan, sebagian besar lava dengan Kota Ternate yang berdiri di kaki
andesit, abu-abu massif dengan gunung Gamalama, memerlukan strategi
sisipan sedikit endapan lahar pada pengelolaan risiko yang tentunya akan sedikit
tempat yang lebih rendah. berbeda dikarenakan kondisi dan karakteristik
D. Gunungapi Gamalama Tua (Gt) pulau gunungapi yang notabene merupakan
Endapan Piroklastika (Gtp): Skoria pulau berpenghuni dengan aktifitas dan
berselang-seling dengan abu kegiatan masyarakat yang intens, tersebar dan
gunungapi, terkonsolidasi kuat, sudah berkembang di kaki gunungapi Gamalama
lapuk lanjut. Endapan Lahar (Gtla): tepatnya di pesisir pulau, maka perlu
Endapan lahar terkonsolidasi kuat diperhatikan segala aspek yang menyangkut
berseling lava andesit dan abu Risiko Bencana (Bahaya, Kerentanan, dan
gunungapi. Lava Tak Teruraikan Ketahanan), dan Rancangan pengelolaan
(Gtlu): Lava takteruraikan, sebagian Kawasan Rawan Bencana Gunungapi
besar berupa lava andesit, abu-abu, Gamalama
massif, disisipi oleh sedikit endapan
lahar pada tempat yang lebih rendah. A. Risiko Bencana Gunungapi Gamalama
Secara tektonik daerah Pulau Ternate Terdapat beberapa faktor yang perlu
berada pada zona pertemuan 4 lempeng dipahami mengenai resiko bencana gunungapi
tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng gamalama yaitu menurut Firmansyah,(2011)
Filipina, Lempeng Indo-Australia dan lempeng antara lain:
Pasifik, serta terdapat mikrokontinen atau a. Faktor Bahaya (Hazard), merupakan faktor
lempeng-lempeng kecil lainnuya, zona ini yang mencakup bahaya utama yang berasal
dikenal dengan zona subduksi (Subduction dari aktifitas letusan gunungapi sehingga dapat
zone) yang miring kea rah timur dengan sudut dibuat zonasi kawasan rawan bencana
kecil, morfologi gamalama ditandai dengan gunungapi, kemudian juga bahaya ikutan yang
puncak yang agak curam di arah puncak dapat berupa gempa vulkanik dan longsoran
(kawah), dan umumnya landau di arah pantai. vulkanik
b. Kerentanan (Vulnerability), mencakup
METODE PENELITIAN beberapa hal yang berhubungan dengan Fisik
Lokasi Penelitian guna lahan, berkaitan dengan distribusi
Penelitian yang dilakukan mengambil penggunaan lahan, sosial kependudukan yang
lokasi mencakup seluruh bagian di Pulau berhubungan dengan demografi persebaran
Ternate, tepatnya di Kota ternate, Provinsi dinamika penduduk, kemudian kerentanan
Maluku Utara mencakup 4 Kecamatan yaitu terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
Kecamatan Ternate Utara, Kecamatan Ternate terdampak.
Tengah, Kecamatan Ternate Selatan, dan c. Ketahanan (Capacity), faktor ini mencakup
Kecamatan Pulau Ternate. Sumber daya yaitu dapat berupa rasio jumlah
Jenis dan Sumber Data sarana-prasarana, fasilitas untuk masyarakat,
Data yang diperoleh merupakan data juga tenaga kesehatan dan sebagainya,
sekunder yang didapatkan melalui studi kemudian mobiliitas berkaitan dengan akses
pustaka mecakup buku, textbook, internet, dan transportasi.

4
Gambar 1. Peta Administrasi Kota Ternate

a. Faktor Bahaya (Hazard),

Gambar 2. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Gamalama


Sumber: LAPAN, 2014

5
Gambar 3. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Gamalama
Sumber: PVMBG, 2014
Faktor bahaya menyangkut hal yang guguran batu (pijar), aliran lava dan lahar.
berhubungan dengan Kawasan bencana Berdasarkan jenis bahayanya dibedakan dalan
berdasarkan peta dibagi dalam tiga tingkatan dua bagian yaitu Pertama, Kawasan rawan
(Baharudin, 1996 dalam PVMBG, 2014), bencana terhadap aliran awanpanas, lava,
yaitu: guguran batu (pijar), dan lava. Kawasan ini
Kawasan Rawan Bencana I Kawasan ini meliputi seluruh bagian puncak dan diperluas
terletak sepanjang atau dekat lembah sungai ke arah lereng bagian utara dan selatan,
dan dibagian hilir sungai yang berhulu di terutama bagian punggungan. Kawasan ini
puncak dan berpotensi terlanda lahar serta diperlihatkan dalam peta berupa daerah
tidak tertutup kemungkinan dapat terlanda berwarna merah muda. Kedua, Kawasan rawan
aliran awanpanas atau aliran lava. Berdasarkan bencana terhadap bahan lontaran atau jatuhan
jenis potensinya kawasan ini dibagi dua, yaitu: batu (pijar), hujan abu lebat. Kawasan ini
Pertama, Kawasan yang rawan terhadap lahar, meliputi bagian puncak hingga lereng bagian
perluasan awan panas serta aliran lava. tengah dengan radius 2,5 km berpusat di
Terutama yang terletak di sepanjang atau dekat Kawah Utama (pusat letusan). Kawasan ini
lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang diperlihatkan pada peta dalam bentuk
berhulu di puncak. Kawasan ini diperlihatkan lingkaran putus-putus diarsir berwarna merah.
dalam peta berupa daerah berwarna kuning. Kawasan Rawan Bencana III Kawasan ini
Kedua, Kawasan rawan bencana terhadap terletak paling dekat dengan pusat letusan
hujan abu, tanpa memperhatikan arah angin (Kawah Utama) dan paling sering terlanda
dan kemungkinan terlanda lontaran batu pijar awanpanas, lontaran atau guguran batu (pijar)
dengan radius 3,5 km dengan titik pusat di dan aliran lava. Karena sangat tinggi resiko
Kawah Utama (pusat letusan). Daerah ini bahayanya, maka kawasan ini tidak
diperlihatkan pada peta dalam bentuk diperkenankan untuk tempat hunian. Kawasan
lingkaran putus-putus diarsir berwarna kuning. ini diperlihatkan pada peta berupa daerah
Kawasan Rawan Bencana II Kawasan ini berwarna merah tua dan lingkaran bergaris
berpotensi terlanda awanpanas, lontaran atau putus diarsir berwarna merah.

6
Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Kota Ternate
b. Faktor Kerentanan (Vulnerability)
Dalam Firmansyah, (2011) Penggunaan
lahan di Kota Ternate berdasarkan RDTR Kota
Ternate Tahun 2007 sebagian besar merupakan
kebun campuran, perkebunan, dan hutan yaitu
sekitar 93,5% dari luas wilayah Kota Ternate.
Kecamatan Pulau Ternate memiliki lahan
terbangun yang terbanyak. Meskipun demikian
kawasan terbangun yang terpadat adalah di
Kecamatan Ternate Utara yang mencakup area
Bandar Udara Internasional Sultan Babullah,
Ternate Tengah dan Ternate Selatan.
Terdapat 4 kecamatan besar pada Pulau
Ternate yaitu Kecamatan Ternate utara, Gambar 5. Peta Kependudukan Kota Ternate
Ternate Tengah, Ternate selatan, dan Pulau Sumber: Sitti Febriyani Syiko, dkk (2012)
Ternate, Berdasarkan data Demografi c. Faktor Ketahanan (Capacity)
(Kependudukan). Berdasarkan Firmansyah, Menurut Sitti Febriyani Syiko, dkk
(2011) Pada dasarnya distribusi dan kepadatan (2012) variabel dalam perencanaan rute
penduduk di Kota Ternate dipengaruhi oleh evakuasi darat di Gunungapi Gamalama, dapat
sistem pelayanan dan penyediaan sarana dan mempertimbangkan jaringan jalan, lebar jalan,
prasarana penunjang, serta kemudahan keberadaan sungai, serta peta rawan bencana
aksesibilitas terhadap wilayah sekitarnya, erupsi gunung berapi. Identifikasi sistem
sehingga distribusi penduduk lebih transportasi yang digunakan berdasarkan
terkonsentrasi di Kecamatan Ternate Selatan. pengamatan lapangan, sehingga dapat
Tabel 2. Kependudukan (Sitti Febriyani Syiko., ditentukan jalan yang digunakan untuk
dkk, 2012) evakuasi, dan cukup luas untuk menampung
para pengungsi.
Peta transportasi sistem jaringan serta
pelabuhan yang digunakan sebagai tempat
berlindung evakuasi dan kawasan perumahan

7
di Pulau Ternate terkait dengan rute evakuasi kapan saja. Berikut merupakan shelter-shelter
(Gambar 6 & Gambar 7), tentunya harus yang dirancang sebagai pos (titik kumpul)
didukung dengan sistem perencanaan evakuasi darat menurut Sitti Febriyani Syiko
transportasi yang efektif dengan dkk, (2012) :
memperhatikan tempat evakuasi dan sarana-
prasarana atau fasilitas penunjang, juga
tenaga-tenega seperti dokter, perawat, tenaga
keamanan, dan masyarakat yang harus
diberdayakan agar memiliki kemampuan
dalam penanggulanagan bencana.

Gambar 8. Peta Rute Evakuasi


Shelter Dufa-Dufa Kota Ternate
Sumber: Sitti Febriyani Syiko dkk, (2012)

Gambar 6. Peta Sistem transportasi Kota Ternate


Sumber: Sitti Febriyani Syiko dkk, (2012)

Gambar 9. Peta Rute Evakuasi


Shelter Dufa-Dufa Kota Ternate
Sumber: Sitti Febriyani Syiko dkk, (2012)

Gambar 7. Peta wilayah rawan bencana dan


perumahan Kota Ternate
Sumber: Sitti Febriyani Syiko, dkk (2012)

B. Rancangan Pengelolaan Risiko Bencana


Gunungapi Gamalama
Skenario Pengelolaan risiko bencana
erupsi gunungapi Gamalama dapat dirancang
sesuai dengan faktor-faktor risiko bencana
diatas, sehingga pengelolaan risiko bencana
semakin terarah dan dapat meminimalisir Gambar 8. Peta Rute Evakuasi
Shelter Bastiong Kota Ternate
dampak negatif yang terjadi akibat bencana
Sumber: Sitti Febriyani Syiko dkk, (2012)
letusan atau erupsi gunungapi yang bisa terjadi

8
Shelter Bastiong dengan kepadatan penduduk
pada kawasan ini yang juga tinggi
memungkinkan titik kumpul terkonsentrasi
pada area pelabuhan Bastiong, kawasan ini
dikategorikan dalam kawasan rawan bencana 1
dan 2. Kemudian untuk Kecamatan Pulau
Ternate dengan jumlah penduduk yang sedikit
sehingga rute evakuasi dapat diarahkan
menuju Shelter Sulamadaha dan Shelter
Jambula.
Untuk evakuasi yang melalui jalur laut
Gambar 10. Peta Rute Evakuasi ke-6
dapat dikonsentrasikan pada pelabuhan-
Shelter di Kota Ternate
Sumber: Sitti Febriyani Syiko dkk, (2012) pelabuhan yang sekaligus merupakan Shelter
yaitu menurut Sitti Febriyani Syiko dkk,
Pulau Ternate sebagai Pulau Gunungapi (2012) Dufa-Dufa menuju Jailolo (Pulau
dengan kondisi Kota Ternate yang berada Halmahera), Ahmad Yani menuju Sidangoli
dekat pesisir pantai, dimana shelter atau tepat (Pulau Halmahera), Bastiong menuju Rum
evakuasi (pengungsian) di darat dirancang (Pulau Tidore), Jambula menuju Rum (Pulau
berada dekat pantai sehingga memungkinkan Tidore), dan Sulamadaha menuju Togolobe
maka rute evakuasi harus dilakukan melalui (Pulau Hiri).
laut. Tabel 3. Rancangan Evakuasi Jalur Laut
Penempatan titik kumpul di pelabuhan (Modifikasi dari Sitti Febriyani Syiko dkk, 2012)
agar memudahkan dalam akses ke pulau-pulau Shelter Popula Ferry Waktu 1 Waktu
si (unit) kali trip
lain disekitar misalnya pulau Halmahera dan,
Sulamad- 10,254 5 30 menit 6 Fery 1
Tidore, pos atau Shelter tersebut menurut Sitti aha Trip
Febriyani Syiko dkk, (2012) dibagi menjadi Bastiong 72,021 36 20 menit 3 Fery
Shelter Dufa-Dufa di Kecamatan Ternate 11 kali
Utara, Shelter Ahmad Yani di Kecamatan trip
Ternate Tengah, Shelter Bastiong di Ahmad 64,663 32 60 menit 3 Ferry
Kecamatan Ternate Selatan, dan Shelter Yani 9 kali
trip, 3
Jambula dan Shelter Sulamadaha di
ferry 11
Kecamatan Pulau Ternate. trip
Pada Shelter di Pelabuhan Dufa-Dufa Jambula 14,629 7 20 menit 4 Ferry
mencakup selanjutnya dapat dilakukan akses 1 trip, 2
menuju tempat yang lebih aman, dimana ferry 3
kawasan Kecamatan Ternate Utara dapat trip
mencakup Kawasan Rawan 1, 2 dan 3 dengan Dufa- 37,396 18 60 menit 5 fery 5
persebaran penduduk yang cukup tinggi, pada Dufa trip, 1
ferry 7
kawasan ini juga terdapat Bandar udara Sultan trip
Babullah yang berada pada kawasan rawan
bencana 1. Shelter yang berlokasi di Jumlah populasi, waktu perjalanan serta
Pelabuhan Ahmad Yani umumnya harus prioritas evakuasi dapat dianalisis lebih lanjut
menampung pengungsi yang besar, shelter ini dengan frekuensi perjalanan yang
berada pada pelabuhan pusat kota Ternate, mempertimbangkan aspek-aspek seperti
Kecamatan Ternate Tengah dengan tingkat kapasitas kapal (2000 penumpang per Ferry)
kepadatan penduduk yang besar masuk pada dan jumlah Feri beroperasi dalam satu hari di
kawasan rawan bencana 1. Sedangkan pada laut Maluku. Pemerintah lokal harus

9
mempersiapkan 30 Ferry untuk transportasi menuju Rum (Pulau Tidore), Jambula menuju
evakuasi dimana maksimal terdapat 6 Ferry Rum (Pulau Tidore), dan Sulamadaha menuju
untuk tiap pelabuhan (Sitti Febriyani Syiko Togolobe (Pulau Hiri). Kemudian dapat
dkk, (2012). dilakukan pembangunan fasilitas berupa
infrastruktur baik berupa barak pengungsian,
sirine, tanggul, dan tenaga ahli, serta
sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Amri, M, R., dkk. 2016. Risiko Bencana
Indonesia (RBI). Jakarta: BNPB.
Bronto, R.D. Hadisantoso, dan J.P. Lockwood,
1982, Peta Geologi Gunungapi
Gamalama, Ternate, Maluku Utara.
Direktorat Vulkanologi.
Firmansyah. 2011. Identifikasi tingkat risiko
Gambar 11. Peta Rute Evakuasi Laut bencana letusan Gunung Api
Sumber: Sitti Febriyani Syiko dkk, (2012) Gamalama di Kota Ternate. Bandung:
Selain skenario dan arahan jalur Universitas Pasundan
evakuasi, Menurut Undang-undang Nomor 24 Iqkra, dkk. 2012. Studi Geomorfologi Pulau
Tahun 2007 dalam Firmansyah, 2011 tentang Ternate Dan Penilaian Bahaya
penanggulangan bencana, untuk mengurangi Longsor. Bogor: IPB
risiko bencana bagi masyarakat yang berada La Masinu, A. 2018. Fenomena Gunungapi
pada kawasan rawan dilakukanlah Gamalama Terhadap Dampak Aliran
pembangunan infrastruktur baik berupa barak Lahar. Ternate: STKIP Kie Raha.
pengungsian, sirine, tanggul, dan sebagainya. Pradiptasari, A, G., dkk. 2012. Sistem
Penanggulangan Bencana Gunung
KESIMPULAN Api Gamalama Di Permukiman
Pulau Ternate yang merupakan pulau Kampung Tubo Kota Ternate.
vulkanis dengan Kota Ternate yang berdiri di Manado: Unsrat
kaki gunung Gamalama dengan empat Rasai, J., dkk. 2017. Debit Air Limpasan
Kecamatan yaitu Kecamatan Ternate Utara, Sebagai Risiko Bencana Perubahan
Kecamatan Ternate tengah, Kecamatan Luas Sungai Tugurara Di Kota
Ternate Utara diperlukan penanganan pada Ternate, Provinsi Maluku Utara.
dengan zonasi rawan bencana dan rancangan Bandung: Unpad
pengelolaan risiko bencana. R. Baharudin, A. Martono, A. Djuhara, 1996,
Difokuskan pada penentuan rute Peta Kawasan Rawan Bencana
evakuasi dan shelter atau titik kumpul Gunungapi Gamalama, Ternate,
pengungsian yaitu terbagi menjadi Shelter Maluku, Direktorat Vulkanologi
Dufa-Dufa di Kecamatan Ternate Utara, Syiko, S, F., dkk. 2012. Evacuation route
Shelter Ahmad Yani di Kecamatan Ternate planning in Mount Gamalama,
Tengah, Shelter Bastiong di Kecamatan Ternate Island – Indonesia. Malang:
Ternate Selatan, dan Shelter Jambula dan Elsevier- Procedia Environmental
Shelter Sulamadaha di Kecamatan Pulau Sciences
Ternate, kemudian dapat dirancang jalur Tim Penyusun. 2014. Peta Citra Satelit
evakuasi laut yaitu Dufa-Dufa menuju Jailolo Gunungapi Gamalama. Jakarta:
(Pulau Halmahera), Ahmad Yani menuju Deputi Bidang Penginderaan Jauh
Sidangoli (Pulau Halmahera), Bastiong LAPAN

10

Anda mungkin juga menyukai