Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Fisika dan Mitigasi Bencana.

2019

ANALISIS TINGKAT RESIKO ERUPSI GUNUNG MERAPI DAN


INOVASI MITIGASI BENCANA
Angelina Siallagan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

angelinasiallagan@mhs.unimed.ac.id

Leorina Pane
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Leorinapane@gmail.com

Rotua F Silitonga

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

rotuafetriciasilitonga@mhs.unimed.ac.id

ABSTRAK
Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi lingkungan
dan populasi manusia. Salah satu bencana alam yaitu Gunung meletus, Indonesia dikenal
sebagai negara yang mempunyai gunung api aktif yang berfrekuensi meletus terbanyak di dunia,
yaitu lebih dari 30% dari gunung aktif dunia ada di Indonesia, dimana yang paling rawan
adalah Gunung Merapi. Kawasan gunung api umumnya berpenduduk padat, karena kesuburan
dan keindahan panoramanya. Hasil kajian terhadap sebagian dari gunung api aktif tersebut di
atas memperlihatkan perbedaan karakter erupsi yang secara langsung berhubungan dengan
potensi ancaman bahaya letusannya. Tujuan Penelitian ini untuk memperjelas perbedaan
karakteristik gunung api aktif di Indonesia, sehingga dapat dipergunakan untuk mendukung
mitigasi ancaman bencana gunung api, penelitian, dan pengembangan ilmu kegunungapian dan
juga meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap gunung api aktif di Indonesia. Adapun
metode yang digunakan adalah kajian literature dari beberapa referensi.
Kata kunci: Bencana alam, Erupsi, Gunung api aktif, Mitigasi
I. PENDAHULUAN mengalami istirahat selama lebih dari 30
tahun, terutama pada masa awal
Berada dalam cincin api yang masih aktif
keberadaannya sebagai gunung api.
membuat Indonesia menduduki peringkat
Aktivitas letusan gunung Merapi terkini
pertama negara yang berpotensi terkena
pada akhir tahun 2010 tergolong erupsi yang
resiko gunung berapi. Gunung yang terkenal
besar dibandingkan erupsi dalam beberapa
paling aktif adalah gunung Merapi yang
dekade terakhir. Secara umum total volume
2010 lalu pernah memakan korban jiwa
erupsi Merapi berkisar antara 100 sampai
mencapai 275 jiwa. Selain itu, Wilayah
150 km3, dengan tingkat efusi berkisar 105
Indonesia mempunyai jalur gunung api serta
m3 per bulan dalam seratus tahun
rawan erupsi (eruption) di sepanjang ring of
(Berthommier, 1990; Siswowidjoyo et al.,
fire mulai Sumatera – Jawa – Bali – Nusa
1995; Marliyani, 2010), sedangkan volume
Tenggara – Sulawesi – Banda- Maluku-
material piroklastik hasil erupsi tahun 2010
Papua (Bronto et al; 1996).
ditaksir mencapai lebih dari 140 juta m3
Gunung Merapi terletak di perbatasan dua (Tim Badan Litbang Pertanian, 2010).
propinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah,
Bahaya letusan gunung api terdiri dua yakni
bertipe gunungapi strato dengan kubah lava,
bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya
elevasi ± 2.911 m dpl dan mempunyai lebar
Primer adalah bahaya yang langsung
± 30 km (Bemmelen, 1949; Katili dan
menimpa penduduk ketika letusan
Siswowidjojo, 1994).
berlangsung. misalnya, awan panas, udara
Secara umum gunung api meletus dalam panas sebagai akibat samping awan panas,
rentang waktu yang panjang, namun gunung dan lontaran material berukuran blok (bom)
Merapi memiliki frekuensi paling rapat dan hingga kerikil. Sedangkan bahaya sekunder
erupsinya paling aktif di Indonesia bahkan terjadi secara tidak langsung dan umumnya
di dunia sehingga mendapat perhatian berlangsung setelah letusan letusan terjadi,
khusus dari pemerintah maupun masyarakat seperti lahar dingin yang dapat
secara umum. Secara rata-rata gunung menyebabkan kerusakan lahan dan
Merapi meletus dalam siklus pendek yang pemukiman. Lahan di gunung Merapi
terjadi setiap antara 2 - 5 tahun, sedangkan menghadapi bahaya primer maupun
siklus menengah setiap 5 - 7 tahun. Siklus sekunder dari gunung Merapi berupa
terpanjang pernah tercatat setelah rusaknya lahan akibat erupsi dan rusaknya
lahan akibat erosi dan banjir lahar dingin. pada tahun 2010 terhadap kerusakan
Kerusakan juga terjadi pada aktivitas permukiman penduduk.

kehidupan soial ekonomi masyarakat di Munculnya pengangkatan topik ini didasari oleh
catatan sejarah yang menjadikan Indonesia
daerah bencana. Pada dasarnya Gunung
menempati posisi pertama bahaya gunung
meletus merupakan salah satu bencana yang
meletus dan munculnya permasalahan-
mengakibatkan konsekuensi yang kompleks.
permasalahan terkait semakin banyaknya
Permukaan tanah pada lahan area erupsi
permukiman penduduk yang berada di daerah
volkanik pada umumnya tertutupi oleh lava, rawan bencana di daerah lereng gunung Merapi.
aliran piroklastik dan juga tepra (debu Namun sebelum itu terlebih dahulu membuat
volkanik) dan lahar. Deposit lahar biasanya daftar atau pertanyaan untuk kemudian mencari
sangat beragam ketebalan tutupannya jawaban hipotesisnya dari beberapa sumber
terhadap permukaan tanah, bahan sering referensi dan mengumpulkan serta mengolah
terdapat spot-spot yang tidak tertutupi lahar data dan menyusun secara berurut dalam hasil

sehingga menyisakan vegetasi insitu. Iklim dan pembahasan.


Adapun daftar hipotesis dan pertanyaan yang
yang lebih hangat dan sebaran hujan yang
disusun adalah :
lebih teratur akan membantu proses
1.) Klasifi kasi gunung api aktif Indonesia,
pembentukan tanah dari material erupsi dan
studi kasus dari beberapa letusan
dan membantu recovery lahan yang terkena
gunung api dalam sejarah.
dampak erupsi. Dalam kondisi ideal tepra 2.) Letak Gunung Merapi sebagai gunung
dapat ter-recovery dengan cepat, yakni api aktif paling rawan di Indonesia.
ketersediaan lengas pada material lahar 3.) Pola permasalahan erupsi gunung
dingin akan membantu terbentuknya tanah merapi.
dari bahan erupsi.(1) 4.) Dampak erupsi gunung merapi bagi
lingkungan dan makhluk hidup.
II. METODOLOGI 5.) Dampak erupsi gunung merapi bagi
Metode yang digunakan dalam penelitian dan kesahatan mental atau PTSD warga
pembuatan jurnal ini adalah kajian literature sekitar dan dukungan social yang
atau mengambil refereni dari beberapa jurnal diberikan.
dengan topic yang sama atau system 6.) Perubahan Komunikasi masyarakat
pengumpulan data dari beberapa referensi dan sekitar sebelum dan sesudah erupsi.
yang menjadi objek penelitian adalah daerah 7.) Survei lapangan menggunakan citra
yang menjadi dampak erupsi gunung merapi landsat penginderaan jauh kawasan
sekitar gunung merapi yang mengalami gunung api aktif di Indonesia, sehingga
kerusakan tingkat ringan hingga tingkat dapat dipergunakan untuk mendukung
berat. mitigasi ancaman bencana gunung api,
8.) Mengidentifikasi Jalur Evakuasi penelitian, dan pengembangan ilmu
Yang Aman Bagi Penduduk Yang kegunungapian dan juga meningkatkan
Tinggal Di Daerah Rawan Bencana pemahaman masyarakat terhadap gunung
Merapi. api aktif di Indonesia.(1)
9.) Mitigasi dan Penanggulangan
terhadap bahaya erupsi gunung
merapi.
10.) Penggunaan Artificial Neuro Fuzzy
Inference Sistem (ANFIS) dalam
penentuan status aktivitas gunung
merapi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Gunung Merapi terletak di Jawa Tengah


pada posisi 7o 32,5’ LS dan 110o 26,5‘ BT.
Berikut hasil kajian dari beberapa
Kegiatan gunung api ini terekam dengan
literature :
baik sejak tahun 1768, atau lebih awal lagi
Berdasarkan sejarah letusannya,
adalah sejak tahun 1006, dikaitkan dengan
dikombinasikan dengan karakter fisik,
sejarah Candi Borobudur. Kegiatan erupsi
bentang alam puncak, struktur gunung api,
Gunung Merapi purba, menyisakan bentuk
dan tipe letusannya, gunung aktif di
bentang alam tapal kuda, yang meliputi
Indonesia dapat dibedakan menjadi delapan
puncak-puncak Selokopo, Batulawang,
tipe, yaitu tipe Tambora 1815 (letusan
Pusung London, Kendit, dan Plawangan.
kaldera), Merapi (kubah lava), Agung
Kegiatan resen Gunung Merapi terpusat
(kawah terbuka), Papandayan (runtuhan
pada kubah Gunung Anyar, yang terletak di
dinding kawah), Batur (pascakaldera),
dataran kawah Pasarbubar (+ 2500 m).
Sangeangapi (aliran lava), dan Anak
Sedikitnya enam erupsi besar pernah terjadi
Krakatau (gunung api bawah laut). Klasifi
dalam sejarah Gunung Merapi, di antaranya
kasi gunung api ini diharapkan akan dapat
pada tahun 1587, 1672, 1768, 1822, 1849,
lebih memperjelas perbedaan karakteristik
dan 1872. Letusan gunung api ini tahun
1822 menghasilkan endapan jatuhan yang disertai letusan eksplosif, membentuk
piroklastika yang cukup tebal di bagian barat aliran awan panas hingga mencapai 13,5 km
laut dan timur laut gunung, dan endapan dari pusat erupsi. Awan panas ini melanda
aliran piroklastika (awan panas letusan) kawasan berpenghuni dan menimbulkan
mengalir ke lembah-lembah Sungai Apu, korban jiwa 1369 orang meninggal
Lamat, Blongkeng Batang, Gendol, dan (Kemmerling, 1931; Escher 1933; van
Woro (Berthomier, 1990). Secara umum Padang, 1951; Abdurachman drr., 2000).
erupsi gunung api ini lebih bersifat eksplosif Pada umumnya kegiatan Gunung Merapi
dan merusak pada abad VII hingga abad sangat khas, yaitu guguran kubah lava
XIX,. Setelah itu erupsi Gunung Merapi disertai atau tanpa erupsi eksplosif
cenderung menjadi efusif (kecuali erupsi membentuk aliran awan panas hingga 8 km
1930) ditandai oleh pertumbuhan kubah lava dari pusat erupsi. Erupsi yang relative besar
pada puncak gunung api ini (Gunung umumnya terjadi sekali dalam seratus tahun
Anyar), yang disertai guguran kubah lava (Newhall drr., 2000).(2)
yang tersebar ke arah lereng barat, barat
daya, selatan, dan tenggara. Gunung Merapi
dikenal sebagai gunung api teraktif di dunia.
Karakteristik erupsinya bersifat aktif
permanen, yaitu guguran kubah lava atau
lava pijar, membentuk aliran piroklastika
(awan panas) atau ‘nuee ardentes’ yang
Munculnya permasalahan pada kawasan
dalam bahasa setempat dikenal dengan
permukiman di daerah rawan bencana
sebutan “wedhus gembel”. Kejadian ini
tersebut tidak lepas dari kondisi lahan di
dapat terjadi setiap saat, baik yang dipicu
daerah tersebut yang subur sehingga
oleh tekanan dari dalam pipa kepundannya
menarik penduduk untuk mengolah lahan
ataupun akibat gaya gravitasi yang bekerja
tersebut menjadi lahan pertanian. Semakin
pada kubah lava yang berada dalam posisi
banyaknya permukiman warga yang muncu
tidak stabil (pada dasar kawah lama yang
di daerah rawan bencan tersebut menambah
miring). Erupsi Gunung Merapi yang terjadi
resiko terkena dampak dari gunung Merapi
pada 1930 tercatat sebagai letusan yang luar
yang aktif dan tidak di ketahui kapan akan
biasa, ditandai oleh guguran kubah lava
mengalami erupsi. Penelitian yang
dilakukan ini ditekankan pada seberapa luas daerah tersebut yang tempat tinggal, sarana
jangkauan erupsi Gunung Merapi yang dan prasarana, fasilitas dan lahannya yang
mengenai permukiman penduduk. Seperti rusak. Abu vulkanik juga dapat
yang telah diketahui, akibat erupsi Gunung mengakibatkan terkontaminasinya air bersih,
Merapi pada tahun 2010 yang lalu banyak tersumbatnya saluran air, serta rusaknya
rumah warga yang mengalami kerusakan fasilitas air bersih. Abu vulkanik yang
sehingga banyak warga yang kehilangan membentuk awan panas, baik karena
tempat tinggalnya. Oleh karena itu temperaturnya maupun kandungannya, dapat
penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya berefek mematikan dan bersifat toksik, baik
pada dampak erupsi Gunung merapi yang bagi manusia, tumbuhan, dan hewan. (4)
mengenai pemukiman penduduk. Sedangkan
lokasi penelitian dimana pada tempat yang
terkena dampak langsung erupsi gunung
Merapi karena tepat berada di lereng gunung
merapi tersebut.(3)

Dampak erupsi gunung merapi terhadap


lingkungan dan makhluk hidup adalah Abu
vulkanik yang baru keluar dari gunung
berapi berdampak negatif bagi lingkungan.
Komposisi kimia dari abu vulkanik yang
bersifat asam dapat mencemari air tanah dan
apabila bersenyawa dengan air hujan dapat
menyebabkan hujan asam yang bersifat
korosif. Sifat korosif inilah yang
menyebabkan rusaknya berbagai jenis
infrastruktur dan utilitas, tidak hanya yan
mengandung logam, seperti jembatan,
perumahan dan permukiman, tetapi juga
berbagai bangunan peninggalan sejarah
seperti candi-candi yang banyak tersebar di
wilayah Jateng-Jatim. Banyak pula warga di
kuat dan suportif, semakin luas dan
mendalam jaringan sosial maka
kemungkinan untuk mengembangkan
gangguan stres pasca trauma akan jauh lebih
kecil (Caroll dkk dalam Durand & Barlow,
2006). (5)

Dampak dari erupsi yang merugikan Erupsi Gunung Merapai pada tahun 2010

tersebut tentu membuat beberapa warga juga berdampak terhadap cara komunikasi

setempat mengalami PTSD. Gangguan stres masyarakat sekitar kawasan gung merapi.

pasca trauma (PTSD) diungkap Dimana terjadi perbedaan mencolok

menggunakan SkalaGangguan Stres Pasca sebelum dan setelah terjadi erupsi pada

Trauma yang disusun berdasarkan aspek- tahun 2010. Telah terjadi berbagai

aspek menurut DSM-IV(1994) dan Sidran perubahan pada komunikasi masyarakat

Traumatic Stress Foundation (2003), yaitu diwilayah rawan bencana sejak erupsi

intrusive re-experiencing, avoidance,dan Merapi tahun 2010 dibandingkan

arousal.Beberapa contoh itemnyaadalah: sebelumnya. Inovasi dalam komunikasi

“Saya mengalami mimpi buruk tentang untuk mitigasi bencana membawa

letusan Gunung Merapi”; “Sayasekarang perubahan antara lain pada bentuk

lebih suka menyendiri pasca letusan komunikasi kelompok, alat komunikasi yang

Gunung Merapi”; “Sayamudah digunakan, sikap masyarakat terhadap

terkejut”.Dari hasil analisis uji coba informasi yang disampaikan oleh

terhadap 42 aitem SkalaGangguan Stres pemerintah atau instansi resmi, hingga

Pasca Trauma diperoleh 15 aitem valid komunikasi yang menentukan pengambilan

dengan koefisien reliabilitas (α) sebesar keputusan individu dalam proses evakuasi.

0,892 dan rentang indeks daya beda aitem Namun demikian masih banyak komunikasi

(rit)antara 0,379 sampai 0,751. Dukungan yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan terai

sosial berhubungan dengan sejauhmana dengan mitigasi bencana. Pada komunikasi

individu melakukan interaksi atau transaksi kelompok, masyarakat mengalami

interpersonal dalam lingkungannya, semakin perubahan yang semula sangat tergantung

individu memiliki sekelompok orang yang dengan informasi dari kelompok disekitar
tempat tinggalnya, kini masyarakat aktif
mencari informasi sendiri. Jika sebelum dari kepala dusun. Selain itu masyarakat
erupsi tahun 2010 masyarakat kurang mengetahui juga pihak mana saja yang harus
mempercayai informasi dari luar seperti dihubungi untuk memperoleh bantuan. Dari
lembaga pemerintah atau relawan, setelah segi inovasi dalam saluran informasi
erupsi tahun 2010 masyarakat lebih terbuka mengenai bencana, masyarakat dan kepala
terhadap informasi dari luar. Kegiatan dusun setempat telah menyusun panduan
kelompok masyarakat juga diperkuat dengan tertulis berisi data demografi penduduk yang
adanya kegiatan penyusunan data penduduk terkait mitigasi bencana misalnya status tiap
terkait mitigasi bencana. Kelompok aktivitas warga dari segi usia, kondisi fisik, alat
masyarakat yang ada mulai terbuka terhadap transportasi yang dimiliki tiap keluarga,
berbagai informasi dari pemerintah sebagai jumlah dan jenis ternak, alur pengungsian
informasi resmi dan ditindaklajuti dengan ternak, serta standart operasional evakuasi.
aktivitas mengungsi atas inisiatif sendiri. Alat komunikasi yang digunakan sebelum
Perubahan komunikasi juga memberikan erupsi 2010 hanya mengandalkan informasi
dampak terhadap perubahan sikap dan dari mulut kemulut dan menggunakan alat
perilaku masyarakat dalam mewaspadai tradisional kentongan serta sirine, setelah
bencana. Masyarakat setelah erupsi tahun erupsi tahun 2010 masyarakat
2010 lebih memiliki kesiapan untuk mengandalkan alat komunikasi tambahan
mengambil keputusan mengungsi seperti seperti HT (handy talkie) yang lebih banyak
mempersiapkan alat transportasi pribadi dan dimiliki disetiap RT serta senantiasa
mempersiapkan dokumen-dokumen yang mengamati informasi dari menara pengawas
perlu dibawa saat mengungsi. Dalam hal gunung.(6)
informasi mengenai situasi siaga masyarakat
Berikut hasil klasifikasi kelas kerusakan
kini lebih memiliki inisiatif dalam mencari
kawasan dari citra LANDSAT dan survey
informasi dan memiliki sikap lebih siaga
lapangan menunjukkan bahwa kawasan
seperti misalnya dapat menentukan kapan
TNGM mengalami 3 kelas tingkat
saatnya mengungsi tanpa harus
kerusakan. Kerusakan berat terjadi pada
diperintahkan berulangkali oleh kepala
kawasan seluas ± 1.242 Ha (19,37%),
dusun. Masyarakat juga mengetahui
kerusakan sedang seluas ±1.208 Ha
prioritas siapa saja anggota keluarga yang
(18,84%), kerusakan ringan seluas 2.544 ha
harus diungsikan tanpa menunggu komando
(39,68%) dan sisa kawasan adalah medan
lava dan lahar seluas 1.416 Ha (22,11%) Hasil dari Rapid Damage Assessment
yang sudah ada sejak sebelum erupsi 2010 (RDA) dengan menggunakan citra
(Gambar 2). Tidak dijumpai kelas tidak penginderaan jauh dan survei lapangan
terdampak erupsi karena seluruh kawasan menunjukkan bahwa 38,21% kawasan
TNGM menunjukkan adanya jejak abu TNGM mengalami kerusakan tingkat sedang
vulkanik sehingga kelas terdampak paling hingga berat. Kawasan yang mengalami
rendah adalah kerusakan ringan. Persentase kerusakan tersebut sebagian besar berada di
tingkat kerusakan di tiap wilayah kelola sisi selatan, sisi barat dan sisi utara Gunung
TNGM tersaji pada Gambar 3. Merapi. Pada sisi selatan, kerusakan terjadi
di blok-blok hutan yang berada di sekitar
Kali Woro (Kec. Kemalang, Klaten), Kali
Gendol dan Kali Kuning (Kec. Cangkringan,
Sleman). Pada sisi barat, kerusakan terjadi di
blok-blok hutan yang berada di sekitar hulu
Kali Putih (perbatasan Kec. Dukun dan Kec.
Srumbung, Magelang), hulu Kali Senowo,
hulu Kali Lamat dan hulu Kali Blongkeng
(Kec. Dukun, Magelang). Pada sisi utara,
kerusakan terjadi di blok-blok hutan di
sekitar Kali Jengglung, hulu Kali Apu (Kec.
Selo, Boyolali). Kerusakan blok-blok hutan
tingkat sedang dan berat yang berada di
sekitar lereng selatan, barat, dan utara
Gunung Merapi ini sesuai dengan
pergerakan awan panas erupsi Gunung
Merapi tahun 2010 yang cenderung kearah
tersebut.(7)

Identifikasi Jalur Evakuasi Yang Aman Bagi


Penduduk Yang Tinggal Di Daerah Rawan
Bencana Merapi.
> 25 km dari puncak Merapi maka
titik evakuasi tersebut sangat aman
dari jangkauan erupsi.(8)

Dalam tahap mitigation BPBD


melakukan upaya pengurangan
resiko dan dampak dari erupsi
Merapi dengan melakukan
pembuatan talud banjir, pembuatan
Berikut ini keterangan dari tabel di atas :
 Jika radius erupsi Merapi < 5 km kantong lahar atau dam, pemasangan

maka titik-titik evakuasi yang aman Early Warning System (EWS) atau

yang dapat digunakan yaitu dikenal dengan sistem peringatan

dibedakan menjadi 4 kategori, jika dini dan pemasangan rambu-rambu

titik evakuasi berada 5-10 km dari jalur evakuasi. Melaksanakan tahap

puncak Merapi maka kondisi Preparedness yaitu dengan

tersebut masih kurang aman, jika melakukan pemantauan Gunung

berada 10-15 km dari puncak Merapi Merapi, pembentukan Desa Tangguh

maka cukup aman, jika berada pada Bencana, Sekolah Siaga Bencana

jarak 15-20 km maka aman dan jika dan Sister School. Melaksanakan

> 20 km dari puncak Merapi maka tahap Response yaitu penyelamatan

titik evakuasi tersebut sangat aman dan pertolongan. Membuat

dari jangkauan erupsi. perencanaan evakuasi dalam


dokumen Skenario Rencana
 Jika radius erupsi Merapi antara >10
Penanggulangan Bencana Erupsi
km maka titik-titik evakuasi yang
Gunung Api Merapi, pembuatan
aman yang dapat digunakan yaitu
SOP barak dan logistik, dan
dibedakan menjadi 4 kategori, jika
melaksanakan pelatihan dapur
titik evakuasi berada 10-15 km dari
umum dan pengelolaan barak dalam
puncak Merapi maka kondisi
rangka melatih warga saat terjadi
tersebut masih kurang aman, jika
keadaan darurat erupsi.
berada 15-20 km dari puncak Merapi
Melaksanakan tahap Recovery yang
maka cukup aman, jika berada pada
pemulihan meliputi pembangunan
jarak 20-25 km maka aman dan jika
huntap, pemulihan infrastruktur, dilanjutkan ke tahap selanjutnya,
penggantian ternak dan bantuan sapi yaitu penarikan kesimpulan.
perah dengan pengawasan dari Pada tahap pembuatan program akan
BPBD.(9) dilakukan pelatihan program dengan
ANFIS untuk mencari parameter-
parameter pada bagian IF yaitu
parameter a dan parameter c
(premise parameters), dan
parameter-parameter pada bagian
THEN (consequent parameters).
Setelah parameter-parameter
tersebut diketahui dengan error yang
kecil maka parameter-parameter
tersebut digunakan pada tahap
selanjutnya.
Pada tahap ini kita akan
menggunakan FCM untuk
melakukan clustering untuk
menentukan suatu data masuk ke
suatu cluster. Selanjutnya mencari
nilai mean dan deviasi standar pada
setiap cluster, nilai mean, dan
deviasi standar ini selanjutnya akan
menjadi nilai parameter a dan
Pembuatan program neuro-fuzzy
parameter c (premise parameters)
dengan metode Adaptive Neuro-
awal. Selanjutnya output pada
Fuzzy Inference Sistem (ANFIS).
lapisan pertama berupa derajat
Setelah progam selesai kemudian
keanggotaan setiap data, pada
dilakukan pengujian, jika sudah
lapisan kedua perkalian derajat
didapatkan hasil yang baik (error
keanggotaan, pada lapisan ketiga
dan epoch sudah optimal) maka akan
dilakukan normalisasi, pada lapisan
keempat mencari nilai consequent Data yang digunakan pada proses
parameters, pada lapisan kelima pelatihan adalah data erupsi tahun
merupakan penjumlahan dari lapisan 1995-2008 sebanyak 346 pasangan
keempat. data, kemudian parameter akhir
LSE rekursif digunakan untuk jaringan digunakan pada proses
memperbaiki nilai consequent pengujian dengan data erupsi tahun
parameters sampai didapatkan nilai 2010 sebanyak 49 pasangan data.
error yang kecil pada langkah maju, Proses pengujian dilakukan untuk
sedangkan pada langkah mundur mengetahui seberapa besar laju
kita menggunakan propagasi error pembelajaran yang akan digunakan
untuk memperbaiki nilai premise oleh model.(10)
parameter, selanjutnya menghitung
VI. KESIMPULAN
error keluaran dari jaringan.
 Erupsi gunung Merapi
Proses penentuan status aktivitas
memiliki bahaya primer dan
Gunung Merapi mempertimbangkan
sekunder dan dapat merusak
data-data input yang sudah diperoleh
lahan. Secara umum
sebelumnya. Data yang digunakan
kerusakan lahan akibat erupsi
pada proses pelatihan adalah data
adalah hilangnya beberapa
erupsi tahun 1995-2008 sebanyak
atau banyak plasma nutfah
346 pasangan data, kemudian
dan berubahnya biodiversitas
parameter akhir jaringan digunakan
tumbuhan, hilangnya daerah
pada proses pengujian dengan data
tangkapan air, rusaknya
erupsi tahun 2010 sebanyak 49
hutan, dan bahkan
pasangan data.
tertutupnya sumber air, serta
Proses pengujian dilakukan untuk
hilangnya saluran-saluran air.
mengetahui seberapa besar laju
Terkuburnya tanah dan
pembelajaran yang akan digunakan
terhambatnya pembentukan
oleh model. Proses penentuan status
tanah akibat erupsi yang
aktivitas Gunung Merapi
berulang-ulang pada gunung
mempertimbangkan data-data input
Merapi, hilangnya jalan-jalan
yang sudah diperoleh sebelumnya.
akses ke lahan pertanian dan Gunung Merapi pun akan
hilangnya batas-batas meningkat.
kepemilihan lahan oleh  Menambah intensitas
erupsi dan lahar dingin. pelatihan kebencanaan agar
 Pendekatan secara sistematis ilmu yang didapat oleh
(klasifi kasi) berdasarkan masyarakat tidak mudah
karakteristik fisik gunung api hilang dan terus diasah.
(bangun tubuh, bentuk
kawah, morfologi puncak)
dan mekanisme letusannya V. DAFTAR PUSTAKA
dapat dipergunakan untuk
Fatkhurozzi Bagus, dkk. (2012).
memasyarakatkan
Penggunaan Artificial Neuro
pengetahuan kegunungapian
Fuzzy Inference Sistem (ANFIS)
secara praktis, dalam rangka
dalam Penentuan Status
menunjang penerapan
Aktivitas Gunung Merapi. Jurnal
Manajemen Risiko Bencana
EECCIS. Vol. (2) No. 2.
Letusan Gunung Api.
Universitas Widya Gama :
 Dari hasil studi untuk jalur Malang. (10)
evakuasi penduduk, harus
merencanakan penyediaan Marhaento H, dkk. (2015).

shelter evakuasi bagi Refleksi 5 tahun paska erupsi

penduduk yang mengungsi gunung merapi 2010: menaksir

dari erupsi Merapi. kerugian ekologis di kawasan


taman nasional gunung merapi.

 Penambahan kegiatan Jurnal Geomatics and Planning.

mitigasi dan kesiapsiagaan Vol. (2) No. 2. Universitas Gajah

sehingga wawasan Mada : Yogyakarta. (7)

masyarakat tentang erupsi Muktaf, Zein Mufarrih. (2017).


semakin bertambah, dengan Refleksi 5 tahun paska erupsi
begitu kapasitas masyarakat gunung merapi 2010: menaksir
dalam menghadapi erupsi kerugian ekologis di kawasan
taman nasional gunung merapi. Universitas Ahmad Dahlan :
Jurnal Geomatics and Planning. Yogyakarta. (4)
Vol. (4) No. 2. Universitas
Tentama Fatwa. (2014).
Muhammadiyah Yogyakarta :
Dukungan social dan post
Yogyakarta. (2)
traumatic stress disorder pada
Nugroho Ariyadi, dkk. (2014). penyintas gunung merapi. Jurnal
Analisis tingkat resiko erupsi Psikologi. Vol. (13) No. 2.
gunung merapi terhadap Universitas Ahmad Dahlan :
permukiman. Jurnal Teknik. Vol. Yogyakarta. (5)
(3) No. 12014. Universitas
Trirahayu, Tiyas. (2017).
Diponegoro : Semarang. (3)
Manajemen Bencana Erupsi
Pratomo Indyo. (2006). Klasifi Gunung Merapi oleh Badan
kasi gunung api aktif Indonesia, Penanggulangan Bencana
studi kasus dari beberapa Daerah (BPBD).(8)
letusan gunung api dalam
Wardyaningrum, Damayanti.
sejarah. Jurnal Geologi
(2014). Perubahan komunikasi
Indonesia. Vol. (1) No. 4. Pusat
masyarakat dalam inovasi
Survey Geologi : Bandung. (1)
mitigasi bencana di Wilayah
Rahayu, dkk. (2014). Dampak rawan bencana gunung merapi.
erupsi merapi terhadap lahan Jurnal APISKOM. Vol. (2) No.
dan upaya-upaya pemulihannya. 3. Universitas Al-Azhar : Jakarta.
(6)
Jurnal Teknik. Vol. (29) No. 1.
Universitas Sebelas Maret : Jawa
Tengah. (9)

Suryani, Anih Sri. (2014).


Dampak negatif abu vulkanik
terhadap lingkungan dan
kesehatan. Kajian singkat info
kesejahteraan. Vol. (6) No. 4.

Anda mungkin juga menyukai