Anda di halaman 1dari 10

PAPER KEPERAWATAN BENCANA

“PERMASALAHAN DAN KARAKTERISTIK BENCANA


(GUNUNG MELETUS )”

OLEH KELOMPOK: 2
I MADE NILA WARDANA 17.321.2722
KADEK INDAH PRATIWI 17.321.2723
NI KADEK DEWI PERMANA SARI 17.321.2727
NI KOMANG MAEPIANI 17.321.2733
NI LUH CINTYA ANGGRENI 17.321.2736
NI LUH RIA SUGIANTARI 17.321.2743
NI MADE DEVI WAHYUNI 17.321.2747
NI PUTU MITHA DIVA YANTI 17.321.2751
SILMA SAHARA PUTRI 17.321.2762

A11-B
KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
STIKES WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
KASUS
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki gugusan gunung yang
sangat indah. Dibalik keindahan yang dimiliki, terdapat potensi bencana alam
yang luar biasa. Gunung berapi yang dimiliki sejumlah 127 dan 69 diantaranya
memiliki aktivitas yang cukup tinggi. Potensi bahaya yang dihasilkan pun sangat
bervariasi, mulai dari gangguan pernapasan akut, kebakaran hutan, hancurnya
rumah-rumah penduduk akibat lava ataupun debu vulkanik. Kondisi tersebut
sangat mengancam bagi kelangsungan hidup dan penghidupan masyarakat yang
tinggal di sekitar wilayah gunung. Banyaknya gunung berapi yang dimiliki oleh
Indonesia, mereka memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang memiliki
kekuatan abu vulkanik yang sanggup menghancurkan sebuah rumah, ada yang
memiliki partikel debu seperti kristal yang mampu merusak kulit hanyak jika
digosokkan. Kondisi tersebut, mengharuskan kita untuk mempelajari sifat dan
karakteristik gunung pada wilayah yang ada di Indonesia dan belajar untuk bisa
hidup selamat dengan potensi bahaya yang luar biasa. Saat ini, Merapi, sebagai
salah satu gunung yang sangat aktif kembali meningkat statusnya. Jika anda
ditugaskan untuk membantu korban yang terdapat pada kawasan sekitar Merapi,

2
JAWABAN

1. Jelaskan karakteristik dan potensi bahaya


a) Karakteristik gunung berapi dapat dibedakan berdasarkan sumber
erupsi dan bentuk gunung
Berdasarkan sumber erupsi :
 Gunung api bisa mengeluarkanmagma melalui kawah utama atau
disebut erupsi pusat dan terjadi semburan material gunung api
yang sangat besar dan banyak
 Gunung api mengeluarkanmagma melalui retakan atau sesar yang
disebut erupsi celah. Biasanya lahar yang seduah keluar akan
mengalir memanjang ke tempat yang lebih rendah
 Gunung api yang mengeluarkan magma melalui samping kawah
uatama atau disebut erupsi samping

Berdasarkan bentuk gunung

1) Kerucut Berlapis (Strato)


Jenis gunung berapu kerucut adalah jenis gunung yang banyak
terdapat di Indonesia. Jenis gunung berapi ini memiliki jenis
erupsi eksplosif yana artinya ketika meletus akan disertai
dentuman atau suara keras
2) Maar
Jenis Gunung ini terbentuk akibat adanya letusan yang bersifat
sangat besar atau eksplosif dan ciri khas gunung ini adalah
memiliki kawah besar. Bentuk gunung api ini adalah sekali
meletus eksplosif dan langsung menjadi gunung berapi tidak
aktif
3) Perisai
Gunung api jenis ini berbentuk perisai. Letusan gunung api ini
sangat lemah atau efusif yang tidak memiliki dentuman saat
meletus
4) Kaldera

3
Gunung api jenis ini terbentuk akibat akibat dari hasil letusan
besar atay eksplosif dan bagian badan gunung ambles dan
menghasilkan kawah besar.
b) Potensi bahaya
Bahaya letusan gunung api dibedakan menjadi dua yaitu
 Bahaya utama (Primer)
Bahay utama gunung api adalah bahaya yang langsung terjadi
ketika proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya ini
adalah awan panas, lontaran batu pijar, hujan abu lebat dan lelehan
lava
Bahaya ikutan (Sekunder)
 Bahaya ikutan letusan gunung berapu adalah bahaya yang
langsung terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung
Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan gunung berapi
 Pencemaran pada udara dengan abu gunung berapi yang
mengandung gas seperti Sulfur dioksida, gas hydrogen sulfide,
nitrogen serta beberapa parrtikel lainnya yang dapat meracuni
makhluk hidup sekitarnya terutama pada manusa akan
menyebabkan terjadinya gangguan pada pernapasan seperti ISPA
 Pencemaran sumber air bersih
 Rusaknya infrastruktur dan pemukiman masyarakat sekitar
 Rusaknya lahan pertanian yang dilalui lahar panas dan kebakaran
hutan yang mengakibatkan rusaknya ekosistem
 Tergangguanya kegiatan perekonomian masyarakat sekitar
gunung meletus
2. Sumber daya yang dibutuhkan saat akan melakukan pertolongan
Sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia (SDM),
maupun pendanaan dan sarana-prasarana penting untuk keadaan
darurat,merupakan potensi yang dapat mendukung atau sebaliknya
menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana alam. Karena itu,
mobilisasi sumber daya menjadi faktor yang krusial. Kemampuan
memobilisasi sumber daya tediri dari variabel-variabel sebagaiberikut:

4
a. Pengaturan kelembagaan dan sistim komando
b. Sumber Daya Manusia, termasuk ketersediaan personil dan
relawan, keterampilan dan keahlian
c. Bimbingan teknis dan penyediaan bahan dan materi kesiapsiagaan
bencana alam
d. Mobilisasi dana
e. Koordinasi dan komunikasi antar stakeholdersyang terlibat
dalam kesiapsiagaan bencana
f. Pemantauan dan evaluasi kegiatan kesiapsiagaan bencana
3. Hal yang perlu diketahui sebelum melakukan pertolongan pada
korban / wilayah bencana
1) Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman
untuk mengungsi.
2) Membuat perencanaan penanganan bencana.
3) Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
4) Mempersiapkan kebutuhan dasar
5) Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi
6) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan
daerah aliran lahar.
7) Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas.
Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
8) Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan
panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
9) Jangan memakai lensa kontak.
10) Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
11) Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan
kedua belah tangan.Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi
12) Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
13) Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan.
14) Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab
bisa merusak mesin

5
15) Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam
menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil
pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio
komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi
menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
16) Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika
terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi
laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim
ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
17) Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat
menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan
bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos
penanggulangan bencana.
18) Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika,
dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku,
peta dan dokumen lainya.
19) Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah
serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi.
Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda
dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.

Penolong juga harus mengetahui bahaya dari letusan gunung berapai yang
dapat mengancam dalam melakukan pernolongan. Berikut bahaya yang
mengancam akibat letusan gunung berapi yang wajib diperhatikan tim
penolong.

1) Aliran lava
Lava adalah magma yang meleleh ke permukaan bumi melalui rekahan,
suhunya bisa mencapai lebih dari seribu derajat celsius dan dapat
merusak segala bentuk insfrastruktur di sekitarnya.
2) Awan panas
Awan panas adalah aliran material vulkanik panas yang terdiri atas
batuan berat, ringan (berongga), larva massif dan butiran klastik yang

6
pergerakkannya dipengaruhi oleh gravitasi dan cenderung mengalir
melalui lembah dan sungai
3) Gas beracun
Gas beracun adalah gas vulkanik yang dapat mematikan seketika apabila
terhirup dalam tubuh. Gas beracun ini adalah karbon dioksida (CO2),
sulfur dioksida (SO2), asam hidroklorida (HCL), asam flourida (HF) dan
asam sulfat (H2SO4).
4) Abu vulkanik
Abu vulkanik sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik
adalah bahan material vulkanik yang disemburkan ke udara saat terjadi
letusan gunung api, terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran
halus.Biasanya, abu vulkanik menjadi persoalan serius jika terjadi
letusan gunung api karena dampaknya sangat luas. Abu vulkanik dapat
membahayakan dunia penerbangan dan bagi lingkungan, abu vulkanik
bisa menurunkan kualitas air dan jangka pendek merusak tanaman,
hingga berpotensi menyebabkan berbagai jenis penyakit bagi makhluk
hidup termasuk manusia
4. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam melakukan pertolongan pada
korban/ wilayah terdampak bencana
a. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian
harta benda dan berubahnya tata kehidupanmasyarakat. Kegiatan yang
dilaksanakan antara lain:
1) Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur
pendukungnya
2) Penyiapan dukungan dan sumber daya pendukung kedaruratan
3) Penyiapan system informasi dan komunikasi ynag cepat
danterpadu guna mendukung tugas kebencanaan
4) Mobilisasi sumber daya (personil dan sarana/ sarana peralatan)
5) Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)

7
b. Sumber Daya Manusia
Pada saat bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan yang
tergabung dalam suatu tim penanggulangan kritis meliputi :
1) Tim Reaksi Cepat
Tim yang diharapkan dapat bergerak dalam waktu 0- 24jam. terdiri
dari Dokter, Perawat, Surveilan epidemiolog/ Sanitarian, petugas
komunikasi
2) Tim Penilaian Cepat (Tim RHA)
Tim ysng bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim reaksi cepat
atau menyusul > 24jam seperti Dokter umum, epidemiolog dan
sanitarian
3) Tim Bantuan Kesehatan
Tim ini terdiri dari Dokter, apoteker, Bidan, ahli gizi, Surveilan dan
tim kesehatan yang lain. Kebutuhan bantuan tenaga kesehatan
disesuaikan dengan jenis bencana
c. Persediaan obat dan perbekalan kesehatan
Prinsip dasar pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan pada situasi
bencana adalah harus cepat, tepat dan sesuai kebutuhan
d. Persediaan peralatan medis bencana
5. Pendidikan kesehatan yang diperlukan untuk warga selama gunung
merapi masih aktif
1) Penggunaan Masker
Menurut kementrian kesehatan RI Warga yang terdampak letusan
gunung merapi maupun warga yang tinggal disekitaran gunung merapi
dihimbau untuk selalu menggunaan masker. Tujuan dari penggunaan
masker adalah untuk mencegah masuknya abu vulkanik ke saluran
pernafasan yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Warga
juga disarankan untuk tidak terlalu sering berpergian keluar rumah
agar tidar terlalu sering terpapar abu vulkanik
2) Promosi kesehatan yang dapat di berikan pada warga yang yang
terdampak letusan gunung berapi adalah PHBS, bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat baik yang berada di

8
pengungsial maupun di rumah dengan radius dekat gunung berapi.
Adapun komponen – komponen dalam PHBS di pengungsian yaitu :
a. Asi harus terus diberikan pada bayi
b. Biasakan mencucitangan dengan sabun
c. Menggunakan air bersih
d. Membuang sampah pada tempatnya
e. Makan makanan bergizi
f. Tidak merokok
g. Selalu memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat
h. Buang air besar dan kecil di jamban
i. Melindungi anak
j. Mengelola stress
3) Penyuluhan mengenai penyakit yang sering muncul saat di pengusian
a. Penyuluhan mengenai penyakit diare
Diare merupakan penyakit yang sering muncul pada saat di
penggungsian terutama pada anak- anak karena kurangnya
pemahaman PHBS maka dari itu penyuluhan mengenai hal ini
sangat penting bagi masyarak

9
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. 2008. Peraturan Kepela Badan Nasional Penanggulangan Bencana


Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana. Jakarta: BNPB

BNPB. 2010. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana


Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan
dan Evakuasi. Jakarta: BNPB

BNPB. 2011. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana


Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Pedoman Relawan Penanggulangan
Bencana. Jakarta: BNPB

Depkes RI. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat


Bencana. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

10

Anda mungkin juga menyukai