ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman mengenai komunikasi mitigasi bencana oleh masyarakat
sekitar Gunung Merapi, upaya dan pola komunikasi yang dilakukan Badan Geologi terkait kepercayaan lokal mas-
yarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan paradigma konstruktivisme
menggunakan teori interaksionisme simbolik dan jenis studi kasus. Masyarakat Desa Umbulharjo Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi D.I. Yogyakarta yang merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar
Gunung Merapi menjadi subjek dari penelitian ini. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam dan
studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sekitar Gunung Merapi memahami inti dari Ko-
munikasi Mitigasi Bencana sebagai sumber pemberian informasi mengenai keadaan Gunung Merapi dan sumber
pemberian informasi mengenai tindakan yang harus dilakukan oleh masyarakat. Peningkatan keikutsertaan mas-
yarakat dan peran Juru Kunci merupakan upaya Badan Geologi dalam melakukan Komunikasi Mitigasi Bencana.
Pola Komunikasi Mitigasi Bencana yang dilakukan Badan Geologi KESDM terkait kepercayaan lokal masyarakat
sekitar Gunung Merapi terdiri dari dua jenis yaitu terstruktur dan melalui media. Dalam rangka meningkatan kapa-
sitas masyarakat dalam menghadapi dan menanggulangi bencana geologi untuk menghindari ketidakselarasan da-
lam penerimaan informasi, Komunikasi Mitigasi Bencana perlu dikaji lebih dalam oleh Badan Geologi KESDM.
Badan Geologi KESDM diharapkan dapat pula meningkatkan frekuensi sosialisasi dan simulasi bencana langsung
pada masyarakat pada level bawah, tidak hanya mengundang perwakilan dari aparat pemerintah saja. Selain itu
Badan Geologi sebaiknya melibatkan Juru Kunci Merapi dengan memberikan pelatihan khusus mengenai isti-
lah-istilah teknis kebencanaan sehingga Juru Kunci bisa menjadi agen sosialisasi bagi masyarakat.
Kata-kata kunci: Komunikasi mitigasi bencana, Badan Geologi, Gunung Merapi, Yogyakarta
ABSTRACT
This research which purposes are to analize how local people around Mount Merapi understand about Com-
munication Of Disaster Mitigation, to study the effort, and to look at the Pattern of Communication On Disaster
Mitigation done by Geological Body in relation to the belief of local people. A method used in this research is
qualitative method with constructivism paradigm, uses theory of symbolic interactionism and case study. The peo-
ple in Umbulharjo Village, Cangkringan District, Sleman Regency, D.I. Yogyakarta Province whish lives around
Mount Merapi is the subject of the research. Research data was collected through depth interview and literature
research. The result of this research shows that the local people at Mount Merapi understand about Communica-
tion Of Disaster Mitigation as information provision concerning Mount Merapi status and what the people have
to do about it. Improve participation of local people and the role of Juru Kunci are the efforts of Geological Body
in Communication Of Disaster Mitigation. Pattern of Communication On Disaster Mitigation done by Geological
Agency in relation to the belief of local people of Mount Merapi is categorized in two communication patterns,
structured and through media. In order to improve the people capability in facing and mitigating geological
disaster and to avoid inconsitency on information being received, Communication Of Disaster Mitigation need
to evaluate by Geological Body of Ministry of Energy and Mineral Resources. It is hoped that Geological Body
Ministry of Energy and Mineral Resources can increase the frequency of information dissemination and disaster
mitigation simulation directly to the people on the lowest level not only by inviting the government representative.
Also Geological Body should try to have Juru Kunci of Merapi involved by giving certain training about disaster
terms so that Juru Kunci can become information agent to the people.
Korespondensi: Titan Roskusumah, M.Si., Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
Jl. Diponegoro No.57 Bandung, Email: titan_ros@yahoo.com
60 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 59-68
nerjemahkan secara tepat gejala yang muncul. ala karena harus menghadapi hal yang berbau
Kaitannya dengan bencana yang akan selalu mistis. Masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta
ada itulah maka mitigasi bencana diperlukan. terkenal dengan Kejawennya. Selain tentunya
Komunikasi merupakan inti keberhasilan Gunung Merapi memiliki keistimewaan ber-
mitigasi bencana, kesiapsiagaan, respon, dan beda dengan gunung api di wilayah lainnya,
pemulihan pasca bencana (Haddow, 2008: Gunung Merapi mempunyai siklus tetap dan
xvii). Kemampuan untuk menyebarkan infor- ritme yang sudah jelas. Gunung Merapi adalah
masi yang akurat kepada masyarakat umum, salah satu gunung api di dunia yang memili-
para pemangku kebijakan dan media mengu- ki tipe letusan khusus yang khas yaitu letusan
rangi risiko, menyelamatkan nyawa dan harta yang didominasi awan panas.
benda dan tentunya kecepatan pemulihan. Da- Popularitas Merapi selain hal-hal tersebut
lam mitigasi bencana gunung meletus, komuni- di atas juga karena lekat dengan unsur-unsur
kasi sama pentingnya dengan hal teknis lainn- mitologinya. Keberadaan Kasultanan Yogya-
ya. Berkomunikasi dengan masyarakat adalah karta dan juru kunci Gunung Merapi dalam hal
tugas penting yang diemban oleh pemerintah. ini Mas Lurah Suraksosihono atau Asih (45)
Peran pemerintah sebagai ujung tombak dan yang merupakan juru kunci Gunung Merapi
pelindung masyarakat sangat diharapkan mam- menggantikan ayahnya almarhum Mas Ngabe-
pu mengayomi masyarakat dalam hal mengh- hi Suraksohargo atau Mbah Maridjan, merupa-
adapi bencana. Perencanaan dan pengelolaan kan kepercayaan lokal yang menjadi daya tar-
arus informasi akan menentukan kredibilitas, ik Gunung Merapi. Tradisi-tradisi Jawa yang
kepercayaan, otoritas dan efektivitas upaya pe- melekat dengan aktivitas Gunung Merapi. Pe-
merintah dalam hal mitigasi bencana gunung nelitian ini membahas bagaimana fenomena ko-
meletus. Para pemimpin diharapkan bisa mem- munikasi mitigasi bencana dengan tidak meng-
beri ketenangan dengan informasi yang akurat abaikan mitos-mitos seputar Gunung Merapi
untuk mengetahui apa yang harus dilakukan bisa membantu penyampaian mengenai anti-
dan masyarakat diyakinkan bahwa pemerintah sipasi meletusnya Gunung Merapi. Penduduk
baik pusat maupun daerah merespon bencana sekitar Gunung Merapi terbiasa dan akrab den-
dengan tepat. gan letusan tapi setiap tahun selalu ada korban
Komunikasi mitigasi bencana merupakan ko- jiwa meski telah diberi peringatan sebelumnya.
munikasi yang dilakukan dalam upaya pence- Seperti kejadian ketika tahun 2010 terjadi le-
gahan terjadinya bencana (Haddow, 2008: xvii). tusan Gunung Merapi, walaupun Pemerintah
Komunikasi kaitannya dengan mitigasi bencana sudah menetapkan radius daerah bahaya (tidak
sangat diperlukan karena adanya kebutuhan un- boleh ada penduduk di radius tersebut) masih
tuk mengurangi ketidakpastian di lingkungan tetap banyak masyarakat yang bertahan sehing-
masyarakat sehingga dapat bertindak secara ga korban pun masih berjatuhan.
efektif. Dalam pencegahan bencana, informasi Tujuan utama dari komunikasi mitigasi ben-
yang akurat dari pemangku kepentingan dalam cana adalah meniadakan terjadinya korban
hal ini pemerintah sangat diperlukan oleh mas- jiwa. Apabila Pemerintah tidak memperhatikan
yarakat maupun lembaga swasta yang memiliki komunikasi mitigasi bencana dan hanya men-
kepedulian besar terhadap peristiwa bencana gurusi masalah teknis kebencanaan, maka di
tersebut. Dalam upaya untuk meminimalisir ter- masa yang akan datang kejadian tahun 2010
jadinya korban jiwa atau kerugian materi. akan kembali terulang. Penelitian ini bermak-
Mengapa peneliti memilih Gunung Mera- sud membantu hal di luar teknis kebencanaan
pi sebagai objek penelitian? Adapun hal yang yang justru sangat vital manfaatnya ketika ter-
menarik perhatian peneliti karena keunikan dari jadinya bencana. Menekan jumlah korban ma-
karakteristik khas masyarakat sekitar Gunung nusia dan harta benda masyarakat yang berada
Merapi yang memegang teguh kepercayaan di kawasan rawan bencana ketika terjadi letusan
lokal, sehingga ketika informasi mengenai ba- merupakan tugas sangat penting dan utama dari
haya gunung meletus disampaikan oleh Badan instansi pemerintah yang menangani bencana.
Geologi, memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Penanggulangan bencana Merapi akan berhasil
Komunikasi mitigasi bencana memiliki kend- baik apabila dilakukan secara terpadu dan ter-
62 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 59-68
koordinasi. Tidak hanya dilakukan pemantauan faktor alam yang terjadi di luar jangkauan nalar
Merapi yang menghasilkan data yang akurat dan pengetahuan manusia.
dengan peralatan yang modern tapi juga harus Ketika Badan Geologi melakukan tugasnya
didukung sistem peringatan dini, peralatan ko- menyampaikan informasi mitigasi bencana un-
munikasi yang bagus dan terutama pemahaman tuk mengantisipasi meletusnya Gunung Merapi,
yang benar dan kesadaran yang kuat dari mas- mau tidak mau, suka tidak suka akan dihadap-
yarakat untuk melakukan penyelamatan diri. kan pada kenyataan bahwa masyarakat Jawa
Komunikasi mitigasi bencana diharapkan khususnya masyarakat sekitar Gunung Merapi
bisa menjembatani antara kepentingan pemer- Prov D.I Yogyakarta masih menjunjung tinggi
intah untuk menyadarkan masyarakat dalam adat istiadat mereka. Meskipun terdapat pro dan
menyiapkan diri dan lingkungan apabila siklus kontra mengenai berbagai ritual keselamatan
rutin meletusnya gunung api Merapi terjadi. yang mereka lakukan, namun banyak kalangan
Memberikan solusi kepada kedua belah pihak di Jawa masih menomorsatukan ritual tersebut.
apa yang terbaik yang bisa dilakukan. Gunung Merapi bertalian erat dengan mitolo-
Kepercayaan lokal adalah sistem religi yang gi, kepercayaan dan filosofi masyarakat Jawa
dianut oleh masyarakat setempat dan diamal- terutama masyarakat sekitar Gunung tersebut.
kan dalam kehidupan kesehariannya (Santosa, Hal ini tergambar dengan adanya garis imajin-
2012: 241). Inti dari kepercayaan ini adalah er yang menghubungkan antara Gunung Mera-
mereka percaya akan adanya roh atau jiwa pada pi, dengan Laut Selatan (Samudera Indonesia)
manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda dengan Kota Yogyakarta sebagai titik pusat.
lain di dunia. Semua yang dapat bergerak di- Gunung Merapi diliputi mitos sebagai ker-
anggap hidup dan mempunyai kekuatan gaib ajaan makhluk halus dan masyarakat per-
(roh) yang dapat berbuat baik dan buruk. Di caya bahwa Gunung Merapi dijaga oleh Kiai
samping itu mereka juga percaya akan adanya Sapu jagad yang merupakan patih Kesultan-
roh adikodrati yang paling tinggi (berkuasa) an Mataram Islam pada masa pemerintahan
mengatur kehidupan manusia. Panembahan Senopati yaitu Sultan Mataram
Di dalam sistem kepercayaan lokal, panutan Islam yang pertama.
masyarakat Jawa adalah dukun atau pawang Begitupun dengan keberadaan juru kunci se-
(Santosa, 2012: 242). Menurut mereka, sosok bagai salah satu mitos di lingkungan Gunung
inilah yang dipercaya mampu melakukan ko- Merapi dalam hal ini Mas Lurah Suraksosiho-
munikasi dan interaksi dengan nilai-nilai yang no atau Asih (45) yang merupakan juru kunci
dijunjung tinggi, yaitu roh-roh yang dipercaya Gunung Merapi menggantikan ayahnya almar-
dapat berpengaruh positif atau negatif. Selain hum Mas Ngabehi Suraksohargo atau Mbah
itu dukun juga dipercaya mempunyai kekuatan Maridjan, merupakan kepercayaan lokal yang
batin (supranatural) tinggi sehingga mampu menjadi daya tarik Gunung Merapi.
membantu menangani berbagai masalah indi- Kesultanan di mata masyarakat Yogyakarta
vidual dan sosial di lingkungannya. mempunyai derajat yang sangat tinggi dan di-
Nilai-nilai kepercayaan tersebut tampak ma- anggap sakral dalam tradisi Jawa. Kepercayaan
sih sangat sederhana karena hanya bersumber masyarakat sampai saat ini adalah para raja atau
dari naluri, intuisi, pengetahuan, pengalaman Sultan mendapat wahyu langsung dari Tuhan
hidup, serta interaksinya dengan masyarakat yang diberikan sebelum naik tahta.
dan alam lingkungan. Formula, pola dan man- Dengan adanya kepercayaan dan pengkul-
ifestasi nilai-nilai religi tersebut dibangun dan tusan tersebut, maka dalam tatanan kerajaan,
dibentuk sendiri berdasarkan kesepakatan mas- siapapun dilarang keras melawan raja. Hal ini
yarakat dan kesesuaiannya dengan lingkungan tentu saja berdampak pada juru kunci Gunung
hidup masing-masing (Santosa, 2012: 242). Merapi. Juru kunci Gunung Merapi merupakan
Kaitannya dengan penelitian ini, menurut ke- abdi dalem Keraton yang dipilih dan merupakan
percayaan Jawa, aktivitas meletusnya Gunung gelar kehormatan, harus menuruti apa perintah
Merapi termasuk gangguan keselamatan hidup dari Kesultanan. Sepeninggal Mbah Maridjan,
yang berasal dari alam semesta dan juga hal setelah 30 tahun menjadi juru kunci Merapi,
gaib. Fenomena gunung meletus merupakan dipilihlah penggantinya dengan melakukan
KOMUNIKASI MITIGASI BENCANA OLEH BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DI
GUNUNG API MERAPI PROV.D.I. YOGYAKARTA
63
serangkaian tes dengan empat kriteria penilaian masyarakat sekitar Gunung Merapi memaknai
yaitu bidang keagamaan, kebudayaan, keker- simbol (symbol) bencana yang ada, diproses da-
atonan, dan kemasyarakatan dilakukan sejak lam pikiran (mind) yang mendorong diri (self)
awal tahun 2010. Mbah Maridjan sendiri mulai untuk melakukan interaksi melalui masyarakat
bertugas menjadi Juru Kunci Merapi menggan- (society). Begitu pula teori interaksi simbolik
tikan Mbah Hargo ayah kandung Mbah Mari- terjadi bisa diketahui dari pemaknaan mas-
djan yang wafat pada tahun 1977. yarakat sekitar Gunung Merapi akan komunika-
Tugas utama juru kunci Gunung Merapi se- si mitigasi bencana yang dilakukan oleh Badan
bagai pemimpin atau pemuka dalam ritual-ritu- Geologi dalam bentuk sosialisasi. Apakah mas-
al seputar Gunung Merapi. Ritual itu ditujukan yarakat memaknai interaksi yang dilakukan
untuk membuat keseimbangan antara kerajaan Badan Geologi itu atau tidak. Interaksi pada ko-
Jawa dan kekuatan besar kerajaan gaib yang munikasi yang dilakukan Badan Geologi pada
dipercaya ada di Gunung Merapi. Ritual yang masyarakat sekitar Gunung Merapi menimbul-
dimaksud adalah upacara selamatan Labuhan kan makna yang ditunjukkan melalui simbol
yang diadakan rutin setiap tahun pada hari ke- dan menghasilkan pemaknaan dari masyarakat
lahiran Sri Sultan Hamengkubuwono X yakni itu sendiri untuk kepentingan mitigasi bencana
pada tanggal 30 Rajab (kalender Jawa) dengan geologi.
memberikan sesajian ke Gunung Merapi se- Intinya teori interaksi simbolik menerangkan
bagai lambang terima kasih dan memohon kes- tentang konsep diri. Bukan terstrukturkan, teta-
elamatan kepada Tuhan bagi warga Yogyakarta. pi begitu cair. Bagaimana kita memandang diri
Upacara dipusatkan di dusun Kinahrejo desa kita berdasarkan interaksi kita dengan orang
Umbulharjo (BBC Indonesia, 2011). Selain itu lain, bisa berubah-ubah, ada konsep diri kita
juru kunci memberi arti yang sangat penting yang relatif permanen, ada yang tidak. Dalam
bagi para pendaki gunung. Juru kunci biasanya kaitannya dengan komunikasi mitigasi ben-
memberikan apa saja pantangan saat menda- cana, bagaimana masyarakat sekitar Lereng
ki, memberitahukan jalur pendakian, dan jalur Merapi melihat diri sendiri dalam konteks ko-
penyelamatan serta memberi informasi kepada munikasi mitigasi bencana. Bagaimana posisi
masyarakat setempat sekiranya ada aktivitas dia sebagaimana simbol-simbol alam yang dia
Gunung Merapi yang membahayakan. lihat. Orang bertindak bukan berdasar stimulus.
Peneliti akan memberikan batasan pada kaji- Termasuk penggunaan bahasa lokal dan isti-
an yang ingin diteliti, maka berdasarkan fokus lah-istilah khusus mengenai bencana meletus.
penelitian tersebut, pertanyaan penelitian ada- Bagaimana mereka memandang Juru Kunci dan
lah sebagai berikut: (1). Bagaimana pemaha- dikaitkan dengan diri mereka.
man masyarakat sekitar Gunung Merapi Prov. Berkaitan dengan teori interaksi simbolik,
D.I.Yogyakarta dan Badan Geologi KESDM peneliti akan meneliti makna-makna simbolik
mengenai Komunikasi Mitigasi Bencana?; (2). yang muncul dari hasil interaksi Badan Geolo-
Bagaimana upaya Badan Geologi KESDM da- gi dengan masyarakat sekitar Gunung Merapi
lam melakukan Komunikasi Mitigasi Bencana dikaitkan dengan kepercayaan lokal dalam hal
berkaitan dengan kepercayaan lokal masyarakat mitigasi bencana Gunung Merapi. Dengan un-
sekitar Gunung Merapi Prov. D.I.Yogyakarta?; sur kepercayaan yang sangat kuat akan nilai tr-
dan (3). Bagaimana Pola Komunikasi Miti- adisi, maka komunikasi mitigasi bencana yang
gasi Bencana yang dilakukan Badan Geologi akan disampaikan oleh Badan Geologi harus
KESDM berkaitan dengan kepercayaan lo- memakai simbol-simbol yang dimengerti oleh
kal masyarakat sekitar Gunung Merapi Prov masyarakat pedesaan di sekitar Gunung Mer-
D.I.Yogyakarta? api. Bagaimana tindakan masyarakat dianggap
sebagaimana makhluk kreatif, mereka bertin-
METODE PENELITIAN dak terhadap simbol-simbol yang dikemas da-
lam kepercayaan lokal yang mereka anut. Se-
Di dalam penelitian ini, peneliti menggu- hingga pesan akan lebih mudah dipahami dan
nakan teori interaksionisme simbolik untuk me- dilaksanakan seperti yang dikehendaki oleh
lihat bagaimana Badan Geologi KESDM dan pemerintah untuk mewujudkan tujuan dari mit-
64 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 59-68
ingkatan partisipasi masyarakat oleh Badan arah yang dinamis, membuat masyarakat se-
Geologi melalui sosialisasi (penyuluhan) dan bagai individu mampu mengembangkan cara
simulasi bencana (pelatihan); serta (2). Upaya berpikirnya untuk memahami lingkungan dan
peningkatan optimalisasi peran Juru Kunci yai- mengantisipasinya demi keselamatan mereka.
tu dengan cara formal (pembinaan) dan infor- Dalam proses sosialisasi, Badan Geologi
mal (kunjungan). memberikan pengetahuan kepada masyarakat
Dalam sosialisasi terdapat proses komuni- mengenai informasi terkini Merapi, antisipasi
kasi yang nyata. Adanya interaksi antara indi- dan persiapan masyarakat terhadap kemungk-
vidu untuk saling memberikan informasi dari inan ancaman bahaya yang akan terjadi serta
lingkungannya yang bisa memberikan pen- cara-cara penyelamatan diri. Kata kunci dari
getahuan baru dan membentuk konsep diri sosialisasi adalah mengungsi. Lupakan harta
yang baru. Dengan memahami orang lain dan benda, lupakan mitos yang mengatakan bah-
lingkungan lebih baik lagi, maka akan membuat wa Merapi hanya terbangun saja. Segera lari
kita mengerti bagaimana seharusnya berpikir dan selamatkan diri dan keluarga. Informasi
dan bertindak. Sosialisasi mengenai mitigasi inti yang dikemas dalam sosialisasi disesuaikan
bencana mampu menghubungkan dua pihak. dengan kultur masyarakat Lereng Merapi.Apa-
Antara pemerintah yaitu Badan Geologi dengan bila diterapkan pada upaya Badan Geologi
masyarakat sekitar Gunung Api. Adanya proses memberikan informasi mitigasi bencana, dapat
pertukaran informasi, membuat interaksi kedua dijelaskan bahwa sosialisasi yang dilakukan
belah pihak mampu menjadikan keduanya lebih oleh Badan Geologi merupakan pengembangan
baik lagi. kemampuan berpikir masyarakat lereng Mera-
Produk penting dari sosialisasi adalah self/ pi. Dengan adanya proses komunikasi dua arah
diri. Dalam rangka melakukan interaksi dengan yang dinamis, membuat masyarakat sebagai in-
orang lain, maka seseorang akan mengembang- dividu mampu mengembangkan cara berpikirn-
kan keunikan dalam hal perilaku, pemikiran ya untuk memahami lingkungan dan menganti-
dan perasaan yang secara bersama-sama akan sipasinya demi keselamatan mereka.
membentuk self. Menurut tradisi Interaksion- Proses sosialisasi dalam menyampaikan
isme Simbolik Rizer dan Goodman (2003) yang pesan dan simbol akan menimbulkan berb-
dikutip oleh Bajari, pembentukan makna pada agai pendapat dan makna dalam masyarakat.
individu tidak terlepas dari aspek-aspek yaitu: Menurut teori Social Expectation Theory yang
(1) kemampuan manusia dalam berpikir; (2) dikemukakan oleh Cooley, manusia tidak seka-
kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi dar sebagai individu tetapi merupakan individu
sosial; (3) manusia mempelajari arti dan sim- dalam konteks sosial, dalam jaringan sosial, da-
bol dalam interaksi sosial, yang memungkink- lam masyarakat yang kompleks sehingga dia se-
an mereka menggunakan kemampuan berpikir lalu merespons setiap stimulus dari luar, berarti
mereka yang khusus; (4) makna dan simbol pengaruh faktor sosial dan kultural sangat be-
memungkinkan manusia melanjutkan tindakan sar terhadap perilaku individu (Liliweri, 2011:
khusus dan berinteraksi; (5) manusia mampu 175). Masyarakat lereng Merapi sebagaimana
mengubah arti dan simbol yang mereka gu- individu lainnya secara psikologis memproses
nakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan tindakan yang akan dilakukan di dalam dirin-
penafsiran mereka terhadap situasi; (6) manu- ya terlebih dahulu, dia akan memilih tindakan
sia mampu membuat kebijakan modifikasi dan apa yang diambil ketika terjadi peningkatan
perubahan; dan (7) pola tindakan dan interaksi aktivitas Gunung Merapi. Kemudian dia akan
yang saling berkaitan akan membentuk kelom- mempertimbangkan apa yang orang lain harap-
pok dan masyarakat. (Bajari, 2011: 88). kan untuk dia lakukan. Apakah sama-sama me-
Apabila diterapkan pada upaya Badan Geolo- ngungsi atau hanya berdiam diri dan menunggu
gi memberikan informasi mitigasi bencana, instruksi dari Juru Kunci sebagaimana biasanya.
dapat dijelaskan bahwa sosialisasi yang dilaku- Badan Geologi bisa melakukan Komunika-
kan oleh Badan Geologi merupakan pengem- si Mitigasi Bencana tanpa terbentur oleh tra-
bangan kemampuan berpikir masyarakat lereng disi, bisa seiring sejalan dan saling menguat-
Merapi. Dengan adanya proses komunikasi dua kan. Peningkatan partisipasi masyarakat dan
66 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 59-68
optimalisasi peran Juru Kunci menjadi upaya 2010: 19). Meski pola komunikasi terstruktur
Badan Geologi dalam mengembangkan Komu- cenderung dilakukan dari atas ke bawah (top
nikasi Mitigasi Bencana. Upaya Badan Geolo- down) namun sebetulnya melalui sarana sim-
gi dalam komunikasi mitigasi bencana selain bolik, pemerintah dan rakyat mengembangkan
peningkatan partisipasi masyarakat juga opti- secara bersama-sama.
malisasi peran Juru Kunci. Meski Juru Kunci Pola komunikasi yang kedua yaitu pola ko-
sekarang lebih modern dari segi pendidikan dan munikasi melalui media mengenai adanya ke-
cara berpikir, tapi tidak dapat dipungkiri akan setaraan antara Badan Geologi, Pemda, LSM
kuatnya tradisi jawa. BPPTKG Badan Geolo- dan masyarakat dalam alur pemberian dan
gi yang dilibatkan dalam pemilihan Juru Kun- penerimaan informasi. Media berfungsi sebagai
ci seharusnya tidak cukup berhenti sampai di perantara informasi yang dipercaya oleh mas-
situ. Juru Kunci bisa diajak sebagai rekan kerja yarakat. Media yang berperan bermacam-ma-
Badan Geologi. Keberadaannya bisa dimanfaat- cam. Seperti media cetak, media elektronik,
kan sebagai agen sosialisasi yang bertugas un- media sosial, telepon, sms, dan terakhir Handy
tuk menyampaikan informasi ilmiah dari Badan Talkie. Handy Talkie adalah alat komunikasi
Geologi. Optimalisasi Juru Kunci ini bisa da- dua arah yang menggunakan frekuensi VHF
lam bentuk pembinaan khusus yaitu pelatihan (Very High Frekuensi) dan UHF (Ultra High
mengenai proses terjadinya erupsi, pengenalan Frekuensi) bersifat portable dan bisa dibawa ke
istilah-istilah teknis kebencanaan dan informa- mana saja. Handy Talkie sangat berperan besar
si lainnya yang berkaitan. Pembinaan juga bisa ketika di lapangan dalam kondisi suasana mulai
berupa kunjungan informal baik dari petugas genting.
pengamat Gunung Merapi maupun dari pejabat Di Desa Umbulharjo khususnya, perangkat
BPPTKG yang terkait. ini cukup popular digunakan. Keunggulan dari
Kepercayaan lokal masyarakat sekitar pemakaian Handy Talkie adalah hanya mem-
Gunung Merapi dalam hal ini kepercayaan mer- butuhkan arus listrik dan bisa berhubungan
eka akan tradisi dengan memegang teguh segala langsung dengan pemakai Handy Talkie lain
ritual tradisional seharusnya tidak menjadi ha- pada frekuensi yang sama, tidak perlu memba-
langan bagi Badan Geologi dalam melakukan yar biaya/tarif seperti pada telepon genggam.
upaya Komunikasi Mitigasi Bencana. Apabila Mengingat pada kejadian bencana di manapun
diaplikasikan dalam komunikasi mitigasi ben- termasuk bencana erupsi Merapi, beberapa
cana sesuai hasil penelitian tergambar adanya penyedia jasa layanan telekomunikasi (telepon)
dua jenis pola komunikasi. Pola komunikasi tidak bisa aktif. Listrik PLN pastilah akan mati
berstruktur yaitu pemberian informasi menge- sehingga menyulitkan untuk mendapatkan in-
nai mitigasi bencana secara terstruktur dari atas formasi terkini. Dalam keadaan genting seperti
ke bawah. Badan Geologi sebagai pemberi re- itulah, Handy Talkie yang mampu menyebarkan
komendasi keadaan Gunung Merapi yang men- informasi penting dari dan kepada masyarakat.
yampaikan kepada Pemda setempat dalam hal Kelebihannya bisa didengar oleh siapapun yang
ini para Bupati. Selanjutnya oleh Bupati infor- Handy Talkienya memiliki frekuensi sama. Se-
masi tersebut disampaikan kepada para Kepala hingga biasanya anggota Lembaga Swadaya
Desa. Kepala Desa melakukan koordinasi den- Masyarakat apapun akan mengambil keutamaan
gan para Kepala Dukuh sebagai ujung tombak Handy Talkie untuk mengurangi resiko dari
pemerintah.Kemudian disebarluaskan melalui bencana erupsi. Dengan disampaikannya infor-
pengumuman di mesjid oleh Ketua RW ataupun masi melalui Handy Talkie maka masyarakat
Ketua RT dan juga langsung mendatangi loka- akan cepat mengambil tindakan pencegahan
si warga untuk memberitahukan kondisi terkini yang diperlukan.
Gunung Merapi. Pola komunikasi mitigasi bencana, baik yang
Pola komunikasi terstruktur dalam peneli- terstruktur maupun yang melalui media akan
tian ini berdasarkan pada kebutuhan tindakan menghasilkan komunikasi yang efektif apabi-
spesifik yang harus dilakukan. Struktur di sini la semua pihak terkait mau bekerja sama. Dan
merupakan konstruksi unik yang mungkin tidak harus diakui, keberadaan Juru Kunci sebagai
akan berlangsung tanpa adanya interaksi. (Pace, kepercayaan lokal masyarakat Jawa khususn-
KOMUNIKASI MITIGASI BENCANA OLEH BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DI
GUNUNG API MERAPI PROV.D.I. YOGYAKARTA
67
ya Yogyakarta tidak bisa diabaikan begitu saja. pi yaitu yang berdomisili di Desa Umbulharjo
Adanya realitas yang tidak nampak dalam ke- Kecamatan Cangkringan Prov. D.I. Yogyakarta
hidupan kita bahkan sudah menjadi kajian aka- memahami istilah Komunikasi Mitigasi Ben-
demik. Menurut Prof. Engkus Kuswarno dalam cana sebagai pemberian informasi mengenai
tulisannya “Komunikologi Hado” dalam buku kondisi Gunung Merapi dan pemberian infor-
Komunikasi Kontekstual (Bajari, 2011: 8), masi mengenai tindakan yang harus dilaku-
adanya salah satu cabang filosofi yaitu metaf- kan oleh masyarakat. Peneliti menemukan
isika yang bertujuan untuk memahami hakikat hal menarik yaitu media yang dipercaya oleh
suatu realitas, baik yang tampak maupun yang masyarakat bermacam-macam. Mulai dari te-
tidak tampak (visible or invisible). Metafisika knologi komunikasi seperti telepon genggam,
komunikasi apabila dikaitkan dengan filosof- Handy Talkie, kemudian media yang bersumber
inya, adanya upaya memahami komunikasi dari simbol alam yaitu suara gemuruh, bina-
melampaui batas antar manusia. Hubungan tang berlarian dan media lainnya seperti komu-
manusia dengan alam, komunikasi yang terjadi nikasi antar pribadi yaitu dari mulut ke mulut
tidak hanya pada kehidupan manusia saja (hu- (word of mouth); (2). Upaya yang dilakukan
man communication), tetapi juga pada segala oleh Badan Geologi dalam melakukan Komu-
macam kebendaan di muka bumi ini. Termasuk nikasi Mitigasi Bencana terhadap masyarakat
komunikasi dengan Sang Pencipta bahkan den- sekitar Gunung Merapi harus memperhatikan
gan dunia gaib atau mistis. unsur kepercayaan lokal yang masih erat dia-
Selaras dengan yang dikatakan oleh Kepala nut masyarakat.Upaya tersebut terbagi ke da-
Desa Umbulharjo, bahwa untuk menjadi Juru lam dua kategori yaitu adanya upaya peningka-
Kunci itu tidak mudah, adanya lakon-lakon tan partisipasi masyarakat oleh Badan Geologi
yang tidak setiap orang mampu melakukannya. dalam hal ini sosialisasi dan simulasi bencana
Istilah yang dia sebut sebagai komunikasi med- atau pelatihan. Upaya lainnya yaitu peningka-
itasi. Ketika dialog yang dilakukan oleh seo- tan optimalisasi peran Juru Kunci yaitu secara
rang Juru Kunci kepada Merapi atau penunggu formal (pembinaan) dan informal (kunjungan);
Merapi atau kepada Tuhan YME, saat itulah dan (3). Pola Komunikasi Mitigasi Bencana
komunikasi berperan melampaui ambang batas yang dilakukan Badan Geologi KESDM terkait
pikiran manusia. Badan Geologi sebagai instan- dengan kepercayaan lokal masyarakat sekitar
si teknis yang mengurusi Merapi tidak boleh Gunung Merapi dapat dikategorikan dalam dua
tutup mata dengan fenomena ini, bahkan seha- jenis pola komunikasi yaitu pola komunikasi
rusnya bisa mengambil sisi baik. Adanya dunia terstruktur dan pola komunikasi melalui radio
metafisis bisa disandingkan dengan keilmuan, komunikasibergerak (Handy Talkie). Adanya
selaras bersama-sama tanpa saling meniadakan kesadaran dari kedua belah pihak baik Badan
satu sama lain. Geologi maupun masyarakat sekitar Gunung
Memahami metafisis akan membuat manusia Merapi untuk terus bersama-sama memperba-
kembali untuk berpikir mengenai moral. Adan- harui informasi mengenai aktivitas Merapi. In-
ya pendekatan yang berbeda dalam mitigasi formasi terkini yang melalui proses teknologi
bencana bagi masyarakat yang unsur mistisnya lmu kebumian tidak hanya mengandalkan ge-
masih sangat kuat. Pendekatan keagamaan akan jala alam saja dan kepercayaan lokal dalam hal
lebih tepat dalam menyampaikan informasi mit- ini wangsit atau mimpi dari Merapi. Adanya
igasi bencana. Terkait dengan pertanyaan pene- proses komunikasi dua arah saling timbal balik
litian nomor 2 mengenai upaya Badan Geologi, baik pada pola komunikasi terstruktur maupun
pola komunikasi yang dilakukan hendaknya pola komunikasi melalui media radio komuni-
menggandeng unsur kepercayaan lokal. kasibergerak (Handy Talkie).
Sedangkan saran yang perlu diperhatikan
SIMPULAN baik oleh Badan Geologi maupun oleh pihak
terkait yaitu: (1) Badan Geologi KESDM per-
Berdasarkan paparan yang telah disajikan, lu mengkaji lebih dalam mengenai Komuni-
maka dapat ditarik beberapa simpulan, sebagai kasi Mitigasi Bencana. Komunikasi Mitigasi
berikut: (1). Masyarakat sekitar Gunung Mera- Bencana diperlukan dalam rangka peningka-
68 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 59-68