Amin Nurohmah
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Korespondensi penulis: amin.nurrohmah8@gmail.com
Abstrak
Kerentanan Kapasitas/Kemampuan
Bahaya/ Masyarakat
Ancaman menghadapi Longsorlahan
Longsorlahan
Upaya Mitigasi Longsorlahan Kebijakan Penataan Ruang dan Pemanfaatan Lahan Pada
Di Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunungkidul Daerah Rawan Bencana Longsorlahan Kecamatan Nglipar,
Kabupaten Gunungkidul
Gambar 1. Kerangka alir teori penelitian kajian risiko dan mitigasi bencana
longsorlahan di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta
80
Jumlah Responden (Rumah Tangga)
70
60
50
40
30
20
10
0
Jumlah Jumlah jumlah Jumlah Pendidik Pendapat Status Jenis Beban Bantuan Status
Anggota Anak lansia wanita an an Pekerjaa Pekerjaa Hutang dari perkawin
Keluarga Dalam dalam dalam n n pihak an
Keluarga keluarga keluarga lain
Nilai 2 0 11 29 11 76 0 13 0 0 0
50
Jumlah Responden
40
(Rumah Tangga)
30
20
10
0
Kepemilik Umur Bahan Bahan Bahan Waktu
an bangunan dinding lantai atap domisili
bangunan rumah rumah rumah
tempat
tinggal
Nilai 0 41 18 26 0 3
Gambar 5 Variabel yang berkontribusi terhadap kerentanan fisik
Sumber: Analisis Data Primer, 2014
c. Kerentanan Lingkungan air, udara) serta kerusakan lingkungan
Kerentanan lingkungan dapat yang terjadi. Dalam penelitian ini,
diartikan sebagai tingkat ketersediaan kerentanan lingkungan dipengaruhi oleh
atau kelangkaan sumber daya (lahan,
150
100
50
0
Kondisi blok Lokasi rumah dari
permukiman sumber bahaya
Nilai 118 82
80
70
60
50
Tangga)
40
30
20
10
0
Pengetahu persepsi Respon Informasi Kesiapsia Keanggot Pelatihan
na gaan aan
Nilai 11 7 66 46 21 26 75
Tabel 6 Tabulasi interval kelas dan tingkat risiko pada daerah bahaya
longsorlahan kategori tinggi
46
E. Kesipulan dan Saran Desa Natah. Hasil analisis korelasi
1. Kesimpulan antara variabel kerentanan dengan
Berdasarkan data penelitian variabel kapasitas memperlihatkan
lapangan, terutama data primer (hasil bahwa variabel yang berpengaruh
survei lapangan) dan hasil analisa data, positif (+) terhadap kerentanan sosial
maka dapat disimpulkan sebagai berikut ekonomi penduduk adalah jumlah
: anggota keluarga, dan persen anak
a. Tingkat bahaya longsorlahan di dalam keluarga, sedangkan yang
Kecamatan Nglipar bervariasi yang berpengaruh negatif (-) adalah persen
terbagi menjadi tiga tingkat zona lansia dalam keluarga, tingkat
bahaya yaitu rendah, sedang, dan pendidikan, pendapatan, beban
tinggi. Zona tingkat bahaya tinggi hutang, dan status perkawinan.
meliputi wilayah seluas 1.757,13 ha Variabel yang berpengaruh negatif (-
tersebar di sebagian Desa Pengkol, ) terhadap kerentanan fisik adalah
Desa Kedungpoh, Desa Pilangrejo, umur bangunan, dan pengaruh positif
zona tingkat bahaya sedang seluas (+) ditunjukan oleh variabel bahan
3.540,09 ha meliputi sebagian Desa dinding, dan bahan lantai bangunan.
Pengkol, Desa Kedungpoh, Desa Kerentanan lingkungan paling
Pilangrejo, Desa Natah, Desa banyak dipengaruhi secara positif (+)
Kedungkeris, Desa Nglipar, dan oleh variabel lokasi rumah dari
Desa Katongan. Zona bahaya rendah sumber bahaya.
memiliki luas 2.008,5 ha, tersebar di c. Tingkat kapasitas penduduk pada
sebagian Desa Kedungkeris, Desa zona bahaya longsorlahan kategori
Nglipar, dan Desa Katongan. tinggi di Kecamatan Nglipar
b. Tingkat kerentanan penduduk pada berdasarkan hasil analisis
zona bahaya longsorlahan kategori mempunyai tingkat kapasitas
tinggi di Kecamatan Nglipar beragam yaitu kapasitas rendah
berdasarkan hasil analisis (30,51%) di Desa Pengkol, kapasitas
mempunyai tingkat kerentanan sedang tersebar di Desa Natah
sedang (88,14%) yang tersebar di (38,14%), dan kapasitas tinggi
Desa Pengkol, Desa Pilangrejo, dan (31,56%) di Desa Pilangrejo.
47
Analisis korelasi antara total variabel sebagian penduduk Desa Pengkol
kerentanan dengan variabel kapasitas dan Natah. Perbedaan tingkat risiko
menunjukan bahwa kerentanan sosial yang ditanggung penduduk
ekonomi berhubungan negatif (-) dipengaruhi oleh tingkat kapasitas
dengan pengetahuan, respon, penduduk dalam menghadapi
informasi, kesiapsiagaan, bencana. Daerah yang mempunyai
keanggotaan, dan pelatihan tingkat risiko rendah telah
menghadapi ancaman longsorlahan. mengembangkan kelompok-
Kerentanan fisik berkorelasi negatif kelompok penanggulangan bencana
(-) dengan keaktifan penduduk dalam yang didasarkan dari pengalaman
kegiatan masyarakat, serta pelatihan bencana longsorlahan maupun
mitigasi bencana. Kerentanan berdasarkan kearifan lokal yang
lingkungan berpengaruh positif (+) dimiliki masyarakat.
terhadap tingkat persepsi, dan respon e. Proses mitigasi longsorlahan yang
penduduk menghadapi ancaman dilakukan penduduk pada zona
bencana longsorlahan. bahaya longsorlahan kategori tinggi
d. Risiko bencana longsorlahan yang di Kecamatan Nglipar cukup
ditanggung penduduk pada zona beragam disetiap daerah. Beberapa
bahaya longsorlahan kategori tinggi hal yang sangat berpengaruh
di Kecamatan Nglipar sesuai hasil terhadap keberhasilan kegiatan
analisa faktor bahaya, faktor mitigasi bencana di Kecamatan
kerentanan, dan faktor kapasitas Nglipar adalah pola komunikasi yang
menghasilkan tingkat risiko diterapkan antara pemimpin lokal
mayoritas adalah rendah. Tingkat dengan masyarakat di daerah rawan
risiko rendah (67,80%) berada di bencana longsorlahan, keberadaan
Desa Pilangrejo dan sebagian lembaga swadaya masyarakat yang
penduduk Desa Natah sedangkan memberikan pendidikan mitigasi
tingkat risiko sedang (26,27%) bencana, beroperasinya kegiatan
berada di sebagian penduduk Desa masyarakat yang terkait dengan
Pengkol dan Natah, dan tingkat pelestarian hutan dan lingkungan
risiko tinggi (5,93%) merupakan seperti kelompok tani, kelompok