Anda di halaman 1dari 3

NURDILA SARI

1930701065

CI – KEBIDANAN

TUGAS RESUME MK KEGAWATDARURATAN DAERAH PESISIR

“Analisis Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Ponorogo”

 Pendahuluan
Bencana alam suatu fenomena yang bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.
Indonesia sendiri adalah negara kepulauan yang berada di wilayah khatulistiwa antara
Benua Asia dan Benua Australia, di antara Samudera Pasifik serta Hindia dan merupakan
negara pertemuan antara ketiga lempeng utama di dunia yaitu lempeng Eurasia, Pasifik,
dan Australia yang menyebabkan terjadinya tumbukan. Akibatnya, terbentuklah jalur
gunung api di beberapa wilayah yang ada di Indonesia. Kondisi ini yang menjadikan
Indonesia memiliki potensi bencana tanah longsor yang dapat menimbulkan kerusakan,
korban jiwa, dan kerusakan lingkungan.
Tanah longsor merupakan bencana alam yang apabila terjadi bisa menimbulkan
korban dan kerugian material yang banyak, seperti pendangkalan, timbulnya kerusakan
pada lahan pertanian, dan sebagainya. Bencana ini disebabkan oleh faktor pengontrol
(berpengaruh pada kondisi material seperti kemiringan lereng, sesar, dan kekar pada
susunan bebatuan), sedangkan pada faktor pemicu ( penyebab bergeraknya material
longsor seperti curah hujan,erosi,gempa bumi dan aktivitas manusia).
BNPB menyatakan bahwa Kabupaten Ponorogo salah satu kabupaten yang
berpotensi terjadinya tanah longsor. Hal ini berdasarkan pada bentuk toporafi, lokasi dan
data curah hujan. Ada 5 daerah yang rentan terjadi tanah longsor yaitu Kecamatan
Ngrayun, Slahung, Pudhak, Pulung dan Ngebel. Dari tahun 2012-2018 telah terjadi
bencana tanah longsor sebanyak 59 kali di Kabupaten Ponorogo, salah satu daerah yang
paling banyak memakan korban yaitu Kecamatan Pulung tepatnya di Desa Banaran.

 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif, guna


memudahkan dalam mengambil data (data lebih factual dan tingkat realibilitas lebih
tinggi). Penelitian dilaksanakan di Desa Banaran, Kecamatan Pulung Kabupaten
Ponorogo, Jawa Timur (dalam waktu 4 bulan).
 Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer (pengambilan data dengan menggunakan
kuisioner serta wawancara mendalam) dan data sekunder (melalui analisis jurnal relevan
serta melalui web resmi pemerintah). Lalu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan
mitigasi bencana dibagi pada 23 warga secara acak. Selain itu, wawancara dilakukan
secara mendalam pada pejabat desa serta ketua KSB dan Destana Desa Banaran guna
memperkuat data kuisioner yang didapatkan.

 Analisis Data
Nilai indeks kesiapsiagaan

 Hasil dan Pembahasan


1) Karakteristik responden
Menunjukkan tingkat kerentanan masyarakat terhadap bencana tanah longsor.
Berdasarkan data keseluruhan, presentasi responden pada usia rentan sebanyak
60,87% (perempuan) dan 13,04% untuk masyarakat lansia.selain itu, dalam aspek
pekerjaan petani menjadi presentasi tertinggi sebanyak 34,78% karena petani
merupakan salah satu pekerjaan yang menggantungkan diri terhadap alam dan
apabila terjadi bencana alam, profesi ini mendapat banyak kerugian besar. oleh
karena itu, jenis kelamin dan usia masyarakat berpengaruh terhadap kemampuan
mereka dalam upaya penyelamatan diri saat terjadi bencana.
2) Indeks kesiapsiagaan bencana tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo
 Sikap dan Pengetahuan
Berdasarkan parameter kuisioner, pengetahuan dan sikap dasar masyarakat
terkait dengan tanah longsor (sangat tinggi) dimana indeks pengetahuan
masyarakat mencapai 90,06% sehingga termasuk dalam kategori siap.
Namun dilihat dari grafik, kelompok lansia usia 50 keatas (kelompok
rentan terhadap bencana tanah longsor. Hal tersebut dikarenakan kondisi
fisik mereka yang tidak stabil serta pengetahuan yang rendah.
 Perencanaan Kedaruratan (emergenci planning)
Perencanaan kedaruratan di Desa Banaran sangat baik. Dibuktikan dengan
adanya 2 lembagakebencanaan (Desa tangguh Bencana dan Kampung
Siaga Bencana) serta tingginya presentasi (96,19%) yang didapatkan dari
analisis kuisioner.
 Mobilitas Sumberdaya (Resource Mobilitation Capacity)
Mobilitas sumberdaya di Desa Banaran sudah sangat baik, walau
presentasi mobilitas lebih rendah (tetapi masih dalam kategori sangat siap,
88,40%) dibandingkan indeks kesiapsiagaan lainnya. hal tersebut terjadi
karena banyaknya sosialisasi oleh pihak Desatana dan KSB.
 Indeks Mitigasi Bencana Tanah Longsor
Sedangkan indeks mitigasi sudah cukup baik (67,09%) sehingga masuk
dalam kategori siap. Mitigasi structural lebih rendah dibandingkan
mitigasi non struktual, karena kawasan ini berada pada kemiringan tinggi
secara lokasi dan mereka menetap pada kawasan yang rawan bencana.
Mitigasi struktual (upaya untuk mengurangikerentanan terhahadap
bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana) sedangkan
mitigasi non struktual (bentuk mitigasi berupa peraturan oleh pemerintah).

 Kesimpulan
Jadi, kesiapsiagan dan mitigasi bencana pada masyarakat di Desa Banaran, Kecamatan
Pulung Kabupaten Ponorogo, sudah baik dan berada pada kategori sangat siap. Hal
tersebut dapat dilihat dari tingginya indeks presentasi yang didapatkan pada peneletian
yang dilakukan pada masing-masing aspek kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Ada 4
aspek, yang terdiri dari pengetahuan dan sikap (90,06%), perencanaan tanggap darurat
(96,19%), system peringatan (93,91%), dan mobilitas sumberdaya (88,40%) dalam 4
aspek tersebut semuanya sudah termasuk dalam kategori sangat siap.

Anda mungkin juga menyukai