Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Geografi 16(2) (2019) 105-110

JURNAL GEOGRAFI
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JG

Penilaian Pengurangan Risiko Bencana Erupsi Gunung Merapi Berdasarkan


Aspek Kapasitas Masyarakat di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali
Rahma Hayati*1 Andi Irwan Benardi2, Hemy Bayu Laksono3 dan Ashabul Kahfi4

1,2,3,4
Jurusan Geografi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Article Info Abstrak


Article History Penelitian yang dilaksanakan merupakan jenis penelitian deskriptif. Data yang diambil
Submitted 10 Juni 2019 berupa hasil penelitian yang dilakukan dengan teknik pengumpulan data berupa instru-
Accepted 25 Juli 2019 men dan wawancara yang dilakukan dengan mengambil sampel di Kecamatan Selo,
Publish 31 Juli 2019 data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini diambil dari beberapa dusun pada masing-masing desa yang paling
dekat dengan lereng Gunung Merapi. Penilaian kapasitas masyarakat di ukur berdas-
Keywords:
arkan empat variabel, yaitu: sosial, fisik, ekonomi dan lingkungan, sedangkan variabel
rainfall variability; LISEM; untuk kapasitas pemerintah adalah legislasi, perencanaan, kelembagaan, pendanaan,
watershed; hydrology pengembangan kapasitas dan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Hasil pene-
response; run-off litian menyatakan bahwa, kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi
sebagian besar termasuk dalam kategori rendah. Kapasitas pemerintah dalam upaya
pengurangan risiko bencana juga masih tergolong rendah, sebagian besar indikator ma-
sih dalam tahap perencanaan. Mitigasi struktural dan non struktural bencana erupsi
masih belum tersusun dengan baik. Belum ada upaya nyata secara fisik dalam upaya
pengurangan risiko bencana. Sebagian besar masyarakat juga belum pernah mendapat-
kan sosialisasi tentang kebencanaan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa
tingkat kapasitas masyarakat dan kapasitas pemerintah dalam menghadapi bencana
erupsi termasuk dalam kategori rendah, maka sebaiknya pemerintah setempat dapat
bekerjasama dengan masyarakat untuk dapat meningkatkan kapasitas melalui sosiali-
sasi mitigasi bencana kepada masyarakat secara menyeluruh.

Abstract
Research carried out is a type of descriptive research. Data taken in the form of results of research
conducted by data collection techniques in the form of instruments and interviews conducted by
taking samples in the District of Selo, the data is then analyzed descriptively quantitative. The
sample used in this study was taken from several hamlets in each village closest to the slopes of
Mount Merapi. Community capacity assessment is measured based on four variables, namely:
social, physical, economic and environmental, while the variables for government capacity are
legislation, planning, institutional, funding, capacity building and disaster management. The re-
sults of the study stated that, the capacity of the community in facing eruption disaster was mostly
included in the low category. The capacity of the government in disaster risk reduction efforts is
also still relatively low, most indicators are still in the planning stage. Structural and non-structu-
ral mitigation of eruption disaster is still not well structured. There has not been any real physical
effort in disaster risk reduction efforts. Most of the people have never received any information
about disaster. Based on the results of the study concluded that the level of community capacity
and government capacity in dealing with eruption disasters is included in the low category, then
the local government should be able to work with the community to be able to increase capacity
through disaster socialization dissemination to the community as a whole.

© 2019 The Authors. Published by UNNES. This is an open access


article under the CC BY license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)

* E-mail : rahmahayati72@mail.unnes.ac.id
Address : Sekaran, Gunung Pati, Semarang City, Central Java
50229 Indonesia

DOI 10.15294/jg.v16i2.20406 p-ISSN 2549-3078 e-ISSN 2549-3094


106 Rahma Hayati, Penilaian Pengurangan Risiko Bencana Erupsi Gunung Merapi Berdasarkan Aspek Kapasitas Masyarakat...

PENDAHULUAN a. Erupsi Eksplosif, yaitu proses keluarnya mag-


ma, gas atau abu disertai tekanan yang san-
Gunungapi Merapi merupakan gunungapi gat kuat sehingga melontarkan material padat
tipe strato, dengan ketinggian 2980 meter dari per- dan gas yang berasal dari magma maupun tu-
mukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi buh gunung api ke angkasa. Erupsi eksplosif
7o 32.5’ Lintang Selatan dan 110o 26.5’ Bujur Ti- inilah yang terkenal sebagai letusan gunung
mur, secara administratif terletak pada 4 wilayah berapi. Letusan ini terjadi akibat tekanan gas
kabupaten yaitu Kabupaten Sleman di Provinsi DI yang teramat kuat.
Yogyakarta, dan Kabupaten Magelang, Kabupaten
Boyolali, dan Kabupaten Klaten di Provinsi Jawa b. Erupsi Efusif, yaitu peristiwa keluarnya mag-
Tengah. Gunung Merapi terletak di perbatasan dua ma dalam bentuk lelehan lava. Erupsi efusif
provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah, berti- terjadi karena tekanan gas magmatiknya tidak
seberapa kuat, sehingga magma kental dan pi-
pe gunungapi strato dengan kubah lava, elevasi ±
jar dari lubang kepundennya hanya tumpah
2.911 mdpl dan mempunyai lebar ± 30 km (Eko mengalir ke lereng-lereng puncak gunung itu.
Teguh Paripurno, 2008). Erupsinya paling aktif
di Indonesia sehingga mendapat perhatian khu- Pengkajian risiko bencana bencana erupsi di
sus dari pemerintah maupun masyarakat. Sejarah Kecamatan Selo dapat dilakukan dengan analisis
erupsi Gunungapi Merapi dapat diketahui berdas- tingkat kapasitas. Kapasitas merupakan kemampu-
arkan umur batuan yang berasal dari endapan hasil an daerah dan masyarakat untuk melakukan tin-
erupsi, awan panas, dan endapan lahar di bagian dakan pengurangan ancaman dan potensi kerugian
utara, selatan dan barat (Widiyanto dan A. Rah- akibat bencana secara terstruktur, terencana dan
man, 2008 dalam Indirasari, 2012: 2). terpadu.
Bencana (disaster) merupakan fenomena Kapasitas dapat berkaitan dengan sumber-
yang terjadi karena komponen- komponen pemicu daya, keterampilan, pengetahuan, kemampuan or-
(trigger), ancaman (hazard) dan kerentanan (vulne- ganisasi, dan sikap untuk bertindak dan merespon
rability) bekerja bersama secara sistematis, sehing- suatu krisis (Anderson dan Woodrow, 1989 dalam
ga menyebabkan terjadinya risiko (risk) pada ko- Khasyir Muhammad 2016). Adanya ancaman dan
munitas sesuai Undang- Undang Nomor 24 Tahun kerentanan bencana menjadikan kapasitas mutlak
2007 tentang penanggulangan bencana menjelas- untuk dikembangkan. Semakin besar kapasitas dan
kan bahwa bencana adalah sebuah peristiwa atau kemampuan masyarakat dalam mengelola benca-
rangkaian peristiwa yang mengancam, menggang- na maka akan semakin kecil dampak kerugian dan
gu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang korban yang ditimbulkan. Hal seperti inilah yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor dirintis dalam program pengurangan risiko benca-
non alam maupun faktor manusia sehingga men- na.
gakibatkan timbulnya korban jiwa, kerugian harta Berdasarkan Undang-Undang Republik In-
benda, dampak psikologis dan gangguan kesehatan donesia Nomor 24 Tahun 2007 menjelaskan bah-
mental yang lebih kompleks. Salah satu hal yang wa mitigasi merupakan sebuah upaya untuk men-
harus diperhatikan dalam program penanggulan- gurangi risiko bencana melalui pembangunan fisik,
gan bencana adalah kapasitas, baik kapasitas masy- penyadaran dan peningkatan kemampuan masya-
arakat ataupun kapasitas pemerintah setempat da- rakat. Hasil dari upaya mitigasi bencana digunakan
lam program penanggulangan bencana. Kapasitas untuk proses kesiapsiagaan bencana.
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana Gunungapi Merapi merupakan salah satu
merupakan parameter penting untuk menentukan gunungapi yang diindikasikan masih aktif. Masya-
keberhasilan pengurangan risiko bencana. rakat harus mempunyai kemampuan untuk meng-
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hadapi bencana erupsi yang mungkin bisa terjadi
Erupsi di definisikan sebagai letusan gunung berapi kapan saja. Upaya pengurangan risiko bencana
atau semburan sumber minyak dan uap panas dari diwujudkan dalam komitmen nasional mengenai
dalam bumi. Erupsi adalah pelepasan magma, gas, penanggulangan bencana, yaitu dengan diberla-
abu dan material lain ke atmosfer atau permukaan kukannya Undang- Undang Nomor 24 Tahun
bumi oleh aktivitas gunung berapi. Erupsi gunung 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Undang-
berapi terjadi jika ada pergerakan atau aktivitas Undang tersebut dalam pasal 26 menjelaskan bah-
magma dari dalam perut bumi menuju permukaan wa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan,
bumi. pelatihan, penyuluhan, dan keterampilan dalam
Menurut Kementerian ESDM (2008) secara penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik
umum, erupsi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dalam situasi tidak terjadi bencana maupun situasi
: terdapat potensi bencana.
Jurnal Geografi 16(2) (2019) 105-110 107

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Mitigasi bencana dilakukan melalui pemban- dari desa tersebut dipilih dusun-dusun yang paling
gunan fisik atau aturan serta melakukan upaya pe- dekat dengan lereng Gunungapi Merapi yaitu ada
nyadaran atau pendidikan. Berdasarkan Peraturan tujuh desa yaitu Tlogolele, Kalakah, Jrakah, Len-
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana coh, Samiran, Suroteleng, dan Selo, dengan jum-
(BNPB) No 4 Tahun 2008 telah membagi mitigasi lah keseluruhan sampel sebanyak 138 responden.
bencana terdiri atas mitigasi struktural serta miti- Adapun penilaian kapasitas masyarakat di
gasi nonstruktural. Mitigasi struktural dilakukan ukur berdasarkan empat variabel, yaitu : sosial,
melalui upaya pembangunan fisik maupun sebuah fisik, ekonomi dan lingkungan, sedangkan variabel
pembangunan prasarana masyarakat dalam hal untuk kapasitas pemerintah adalah legislasi, peren-
pengurangan risiko bencana. Mitigasi non-struktu- canaan, kelembagaan, pendanaan, pengembangan
ral dilakukan melalui upaya penyadaran maupun kapasitas dan penyelenggaraan penanggulangan
pendidikan dalam mengurangi risiko bencana. Tu- bencana. Teknik pengumpulan data dalam peneli-
juan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagai- tian ini menggunakan kuesioner, wawancara, ob-
mana tingkat kapasitas masyarakat, tingkat kapasi- servasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
tas pemerintah dan bentuk mitigasi bencana erupsi digunakan berupa deskriptif kualitatif.
yang ada di Kecamatan Selo.
PEMBAHASAN DAN HASIL
METODE
Kapasitas Masyarakat dalam Upaya Penguran-
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecama- gan Resiko Bencana Erupsi Gunung Berapi di
tan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Ten- Kecamatan Selo
gah Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari
35 Kabupaten / Kota di Propinsi Jawa Tengah, ter- Kapasitas adalah kemampuan daerah dan
letak antara 110° 22’ - 110° 50’ Bujur Timur dan masyarakat untsanamuk melakukan tindakan pen-
7° 7’ - 7° 36’ Lintang Selatan, dengan ketinggian gurangan ancaman dan potensi kerugian akibat
antara 75 - 1500 meter di atas permukaan laut. bencana secara terstruktur, terencana dan terpadu.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskrip- Kapasitas masyarakat di Kecamatan Selo didasar-
tif kualitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah kan pada empat bidang utama yaitu: sosial, fisik,
warga desa di Kecamatan Selo, yang kemudian ekonomi dan lingkungan. Dapat dilihat pada tabel
108 Rahma Hayati, Penilaian Pengurangan Risiko Bencana Erupsi Gunung Merapi Berdasarkan Aspek Kapasitas Masyarakat...

Tabel 1. Hasil Perhitungan Tingkat Kapasitas Masyarakat


dalam Upaya Pengurangan Resiko Bencana Erupsi di Kecamatan Selo
Sosial Fisik Ekonomi Lingkungan
Interval Persen Kriteria
F % F % F % F %
66,68% - 100% Tinggi 0 0% 0 0% 13 9% 5 4%
33,34% -66,67% Sedang 13 9% 4 3% 30 22% 73 53%
0% - 33,33% Rendah 125 91% 134 97% 95 69% 60 43%
Jumlah 138 100% 138 100% 138 100% 138 100%
Sumber : Hasil Analisis Data, 2019

1 merupakan hasil perhitungan kapasitas masyara- Organisasi pemerintah lokal di daerah pene-
kat di Kecamatan Selo dalam upaya pengurangan litian yang khusus dibentuk dengan tujuan penan-
resiko bencana pada tiap-tiap bidang. ganan bencana alam juga belum ada, hal ini terjadi
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 1 karena baik masyarakat dan pemerintah belum me-
dapat dilihat bahwa kapasitas masyarakat berdas- rasa penting akan hal tersebut. Apabila ada sosi-
arkan bidang sosial jika terjadi bencana erupsi di alisasi biasanya terintegrasi dalam kegiatan PKK
Kecamatan Selo sebanyak 91% didominasi oleh desa atau kegiatan sejenisnya. Sosialisasi yang se-
kategori rendah. Sebagian besar masyarakat masih ring diadakan juga biasanya bukan mengenai ma-
menganggap bahwa daerah yang mereka huni se- salah bencana, namun lebih sering mengenai hal
karang bukanlah daerah yang rawan terhadap ben- kesehatan dan ekonomi.
cana erupsi gunungapi. Mereka menganggap bah- Kapasitas masyarakat berdasarkan bidang fi-
wa Gunung Merapi bukanlah gunung berapi yang sik jika terjadi bencana erupsi gunung berapi pada
berbahaya karena selama mereka tinggal didaerah tabel 1.1 sebanyak 97% didominasi oleh kategori
tersebut belum pernah terjadi aktivitas gunung be- rendah. Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada
rapi yang membahayakan yang mengarah ke keca- bangunan khusus yang digunakan untuk melin-
matan Selo. dungi diri dari bencana erupsi seperti contohnya
Kurangnya kesadaran masyarakat akan ba- bunker atau sejenis bangunan khusus yang tahan
haya dan ancaman yang dapat ditimbulkan dari terhadap api. Bangunan yang dikhususkan untuk
bencana erupsi disebabkan karena sebagian besar mengungsi apabila terjadi bencana alam juga be-
warga masyarakat di Kecamatan Selo belum per- lum tersedia, masyarakat yang pernah menjadi
nah mendapatkan sosialisasi atau penyuluhan mit- korban kejadian bencana atau musibah, seperti ta-
igasi bencana erupsi, sehingga sebagian besar re- nah longsor atau kebakaran hanya mengungsi ke-
sponden hanya mengetahui sedikit saja tentang rumah tetangga atau saudara dekat mereka. Jalur
cara mitigasi bencana erupsi, bahkan beberapa re- evakuasi bencana alam di daerah penelitian juga
sponden tidak mengetahui sama sekali tentang belum tersedia.
cara mitigasi bencana erupsi. Jalur evakuasi sebenarnya sangat penting un-
Sebagian besar masyarakat belum pernah tuk memudahkan para korban mengungsi ke tem-
menjadi korban bencana erupsi secara langsung. pat yang lebih aman. Sebagian besar masyarakat
Beberapa responden yang pernah mengalami ben- menganggap bahwa bangunan rumah yang mereka
cana erupsi hanya terkena abu vulkanik saja pada huni bukan merupakan bangunan yang dapat ta-
saat Gunung Merapi meletus. Karena pengalaman han terhadap bencana erupsi, karena dari beberapa
bencana yang belum pernah mereka alami, usaha- responden yang ditemui masih banyak yang tinggal
usaha yang dilakukan masyarakat dalam peningka- dirumah semi permanen.
tan kapasitas masih kurang, apalagi mereka men- Aspek kapasitas masyarakat berdasarkan
ganggap daerah yang mereka huni merupakan bidang ekonomi pada tabel 1.1 sebanyak 69% di-
daerah yang aman terhadap bencana erupsi. dominasi oleh kategori rendah. Berdasarkan hasil
Peranan pemerintah desa/ kelurahan setem- penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar
pat dalam masalah pengurangan risiko bencana, responden menjawab bahwa penghasilan dari pe-
khususnya bencana erupsi dinilai masyarakat ma- kerjaan yang diperoleh masih belum cukup untuk
sih sangat kurang. Hal tersebut bisa terjadi kare- memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jumlah peng-
na mereka menganggap bencana di daerah terse- hasilan rata-rata dihitung dari pendapatan kotor
but belum pernah ada atau jarang terjadi bancana suami-istri yaitu berkisar antara Rp.2.000.000 -
alam, padahal pemerintah merupakan salah satu Rp.3.899.000 per bulan. Hampir sebagian besar
komponen terpenting sebagai penggerak masyara- responden mempunyai jaminan kesehatan atau
kat dalam hal penanggulangan bencana. asuransi yang diberikan pemerintah dalam bentuk
Jurnal Geografi 16(2) (2019) 105-110 109

KIS atau Kartu Indonesia Sehat dan BPJS Kese- pasitas dilakukan dengan menggabungkan indeks
hatan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan prioritas/indikator desa/ kelurahan tangguh ben-
mereka apabila suatu saat mereka terkena musibah cana. Indeks indikator setiap prioritas ditentukan
ataupun sakit. berdasarkan jawaban dari 60 butir soal, dari jum-
Sebagian besar responden menjawab bahwa lah butir tersebut akan dikelompokkan menjadi 6
mereka tidak mempunyai simpanan atau tabungan indikator yaitu (I) legislasi, (II) perencanaan, (III)
yang akan mereka gunakan apabila bencana atau kelembagaan, (IV) pendanaan, (V) pengembangan
musibah terjadi. Beberapa responden yang memili- kapasitas, dan (VI) penyelenggaraan penanggulan-
ki simpanan atau tabungan tidak semuanya berben- gan bencana. Hasil perhitungan tingkat kapasitas
tuk uang, tetapi ada yang dalam wujud perhiasan
pemerintah dapat dilihat pada Tabel 2.
emas, tanah, sawah dan binatang ternak. Simpanan
keuangan ataupun tabungan dirasa penting karena
apabila suatu saat mereka memerlukan biaya besar Tabel 2. Nilai Indikator Desa/Kelurahan Tangguh
tabungan tersebut dapat mereka gunakan. Bencana
Sebagian besar responden tidak mempunyai No Indikator Skor
pekerjaan lain atau pekerjaan sampingan di luar 1 Legislasi 0
pekerjaan utamanya. Beberapa responden yang 2 Perencanaan 0
memiliki pekerjaan sampingan biasanya para ibu 3 Kelembagaan 4,25
rumah tangga yang apabila musim panen tiba me-
4 Pendanaan 2
reka ikut bekerja di kebun atau sawah, atau para
petani yang juga menjadi peternak hewan. Selain 5 Pengembangan Kapasitas 5
itu, ada juga ibu rumah tangga yang berjualan pe- 6 Penyelenggan Penanggulangan 9,50
rabotan rumah tangga ataupun toko sembako di Bencana
rumahnya. Jumlah 20,75
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa Sumber : Hasil Analisis Data, 2019
kapasitas masyarakat berdasarkan bidang lingkun- Perhitungan Indeks Kapasitas :
gan dalam bencana erupsi di lereng utara Gunung Kapasitas Bencana = (1 x Skor Kapasitas)
Merapi sebanyak 53% didominasi oleh kategori = (1 x 0,333)
sedang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah di- = 0,333
lakukan, masyarakat di Kecamatan Selo mengang- Berdasarkan nilai Desa/ Kelurahan Tang-
gap bahwa pengelolaan sumber daya alam yang
guh Bencana di wilayah Kecamatan Selo termasuk
ada di wilayah mereka sudah dirasa cukup baik,
seperti contohnya pengelolaan sumber daya air Desa Tangguh Bencana Pratama, dalam indeks ka-
yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat dan pasitas memiliki skor 0,333 atau rendah. Penyebab
pengelolaan sampah yang cukup baik dengan me- rendahnya nilai kapasitas adalah rendahnya nilai
misahkan sampah organik dan anorganik. Selain indikator penyusun Desa/Kelurahan Tangguh
itu, ada juga bantuan bibit tanaman kepada bebe- Bencana, sebagian besar indikator masih pada ta-
rapa warga yang diberikan oleh Perhutani sebagai hap perencanaan. Sedangkan implementasi atau
salah satu langkah penghijauan. kinerja masih sangat sedikit dan belum adanya
Akses terhadap ketersediaan kebutuhan po- mekanisme dalam penanggulangan risiko bencana
kok masyarakat di sekitar lereng utara Gunung dengan baik.
Merapi sudah dirasa cukup baik oleh masyarakat.
Letak Kecamatan Selo yang berada di sekitar le- Bentuk Mitigasi Struktural dan Non-Struktural
reng Gunung Merapi membuat daerah tersebut
Bencana Erupsi di Kecamatan Selo
memiliki potensi dibidang pertanian yang beragam
karena tanahnya yang subur dan udaranya yang Mitigasi merupakan serangkaian upaya un-
sejuk. Kecamatan Selo menghasilkan beberapa tuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pem-
komoditi tanaman pangan unggulan diantaranya bangunan fisik maupun penyadaran dan peningka-
berupa padi sawah, jagung, ketela pohon, ubi jalar tan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
dan kacang tanah. Menurut Kusumasari dalam Nur Isaniniati,dkk.
(2013) mitigasi bencana dibagi menjadi dua ma-
Kapasitas Pemerintah Setempat dalam Upaya
cam, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non-
Pengurangan Resiko Bencana Erupsi Gunung
struktural. Mitigasi struktural didefinisikan sebagai
Berapi di Kecamatan Selo
usaha pengurangan risiko yang dilakukan melalui
Kapasitas bencana tingkat desa dihasilkan pembangunan atau perubahan fisik melalui pene-
dari indeks kapasitas yang diperoleh dari hasil Pro- rapan solusi yang dirancang. Mitigasi non struktu-
gram Desa/Kelurahan Tangguh Bencana dengan ral meliputi pengurangan kemungkinan atau kon-
materi yang dikembangkan berdasarkan Kerang- sekuensi resiko melalui modifikasi proses-proses
ka Aksi Hyogo. Untuk mendapatkan indeks ka- perilaku manusia atau alam, tanpa membutuhkan
110 Rahma Hayati, Penilaian Pengurangan Risiko Bencana Erupsi Gunung Merapi Berdasarkan Aspek Kapasitas Masyarakat...

penggunaan struktur yang dirancang. BNPB.2012. Perka BNPB Nomor 01 Tahun 2012 tentang Pedo-
Mitigasi struktual dalam bentuk pembangu- man Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana. Jakarta
nan yang bersifat fisik seperti: jalur evakuasi, ram- : BNPB
BPS Kabupaten Boyolali. 2017. Kecamatan Selo dalam Angka
bu-rambu kebencanaan, pos titik aman sementara Tahun 2017. Semarang : BPS Kabupaten Boyolali
dan bangunan untuk kepentingan evakuasi masih D.E Alexander. 2013. Resilience and Disaster Risk Reduction : an
belum tersedia, namun sudah ada pembangunan Etymological Journey. London: Institute for Risk and
dan perbaikan jalan diwilayah tersebut yang terus Disaster Reduction, University College London
diperbaiki setiap tahunnya. Etsuko Tsunozakia., Yuko Nakagawab., and Mitsuko Shika-
da. 2010. Capacity Building for Disaster Risk Reduction at
Bentuk mitigasi non-struktual melalui upaya Comunity Level (A Myanmar’s Case). Yangon : Hlaing
penyadaran maupun pendidikan juga masih belum Campus
ada. Masyarakat belum pernah mendapatkan sosi- Firmansyah. 2011. Identifikasi Tingkat Risiko Bencana Letusan
alisasi dan edukasi tentang bencana erupsi, begitu Gunung Api Gamalama di Kota Ternate. Bandung : Juru-
juga dengan satuan pendidikan yang ada disekitar san Tekhnik Planologi
Indirasari, Gita. 2012. Identifikasi Tingkat Kerusakan Lahan Aki-
Kecamatan Selo yang belum memperhatikan ma- bat Erupsi Merapi Tahun 2010 Menggunakan Citra Pengin-
salah kebencanaan dalam lingkungan sekolah. Mi- deraan Jauh Di Kecamatan Cangkringan. Skripsi: Jurusan
tigasi struktural dan non struktural seharusnya ter- Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, UNY.
bentuk dengan baik agar masyarakat yang menjadi Isnainiati, Nur, dkk. 2013. Kajian Mitigasi Bencana Eruosi Gu-
korban bencana erupsi dapat mengetahui apa saja nung Merapi di Kecamatan Kabupaten Sleman. Semarang
: Jurusan Admiistrasi Publik FISIP UNDIP
yang harus mereka lakukan ketika bencana terjadi. Jaswadi, R.Rijata dan Pramono Hadi. 2012. Tingkat Kerentan-
an dan Kapasitas Masyarakat dalam Menghadapi Risiko
KESIMPULAN Banjir di Kecamatan Pasarkliwon, Kota Surakarta. Yogya-
karta : Fakultas Geografi UGM
Berdasarkan hasil penelitian dan pembaha-
Juhadi., Dewi Liesnnor Setyowati., Tjaturahono Budi San-
san, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: joto. 2016. Kajian Kapasitas Masyarakat dalam Penguran-
1. Tingkat kapasitas masyarakat di kecamatan gan Resiko Bencana Erupsi Gunungapi dan Tanah Longsor
selo apabila suatu saat mereka menghadapi di Kawasan Gunung Merapi Jawa Tengah. FIS UNNES :
bencana erupsi secara umum masih dalam Laporan Penelitian
tingkatan rendah. Khasyir,Muhamad. 2016. Penilaian Resiko Bencana Tanah Long-
2. Kapasitas pemerintah sebagai salah satu hal sor Desa Wanadri, Kecamatan Bawang, Kabupaten Ban-
yang dapat mendorong tingginya kapasi- jarnegara. Skripsi: Universitas Negeri Semarang
tas masyarakat juga ternyata masih rendah. Wicaksono, Gigih Bangun, and Rahmat Hidayat. 2016. “Ex-
treme Rainfall in Katulampa Associated with the
Wilayah desa / kelurahan di Kecamatan
At- mospheric Circulation.” Procedia Environmental
Selo masih tergolong dalam kategori Desa/ Sciences 33: 155–66. http://linkinghub.elsevier.com/
Kelurahan Tangguh Bencana Pratama. retrieve/pii/S1878029616002310 (May 16, 2017).
3. Mitigasi bencana struktural dan non struk- Young, Chih-Chieh, Wen-Cheng Liu, and Ming-Chang Wu.
tural bencana erupsi secara umum masih 2017. “A Physically Based and Machine Learning Hy-
belum terbentuk. Pembangunan yang bersi- brid Approach for Accurate Rainfall-Runoff Model-
fat fisik dalam upaya pengurangan resiko ing during Extreme Typhoon Events.” Applied Soft
bencana masih belum tersedia, begitu juga Comput- ing 53: 205–16. http://www.sciencedirect.
dengan upaya mitigasi non struktural me- com/sci-ence/article/pii/S1568494617300017 (May
lalui upaya penyadaran dan pendidikan juga 16, 2017). Yu, Wansik, Eiichi Nakakita, and Kwansue
belum ada. Jung. 2016. “Flood Forecast and Early Warning with
High-Res- olution Ensemble Rainfall from Numeri-
cal Weather Prediction Model.” Procedia Engineer-
DAFTAR PUSTAKA ing 154: 498–503. http://linkinghub.elsevier.com/
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendeka- retrieve/pii/ S1877705816319336 (May 16, 2017).
tan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta. Zhang, Yongqiang, Jai Vaze, Francis H.S. Chiew, and Ming
Benson,Charlotte., Twigg, John., Rossetto Tiziana. 2007. Li. 2015. “Comparing Flow Duration Curve and Rain-
Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko fall–Runoff Modelling for Predicting Daily Runoff in
Bencana : Catatan Panduan bagi Lembaga-Lembaga yang Ungauged Catchments.” Journal of Hydrology 525:
Bergerak dalam Bidang Pembangunan (Edisi Bahasa Indo- 72–86. http://www.sciencedirect.com/science/
nesia). Yogyakarta : Jaran Production article/ pii/S0022169415002140 (May 16, 2017).

Anda mungkin juga menyukai