KRITIS
PADA TN. I (69 TAHUN)
DENGAN DIAGNOSA ARDS
TIPE-II
LATAR BELAKANG
• Respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan perlukaan inflamasi paru yang bersifat akut
dan difus, yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas vaskular paru, peningkatan tahanan
paru, dan hilangnya jaringan paru yang berisi udara, dengan hipoksemia dan opasitas bilateral
pada pencitraan, yang dihubungkan dengan peningkatan shunting, peningkatan dead space
fisiologis, dan berkurangnya compliance paru. Acute Respiratory Disstress Syndrome(ARDS)
merupakan suatu kondisi kegawat daruratan di bidang pulmonologi yang terjadi karena adanya
akumulasi cairan di alveoli yang menyebabkan terjadinya gangguan pertukaran gas sehingga
distribusi oksigen ke jaringan menjadi berkurang. Data pada tahun 2016 menunjukkan, dari 50
negara, prevalensi ARDS mencapai 10,4% dari total pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU).
Faktor risiko umum ARDS dibagi menjadi faktor risiko langsung dan tidak langsung. ARDS di Indonesia
tidak tercatat dengan jelas.
ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO ARDS
Adanya cairan pada alveoli meyebabkan penurunan komplians
sistem pernapasan, right-to-left shunting, dan hipoksemia.
Faktor Risiko Langsung Faktor Risiko Tidak Langsung
Riwayat Keperawatan Saat Ini
Alasan masuk Rumah Sakit :
Beberapa hari terkahir kondisi pasien memang sedang tidak sehat, istri pasien mengatakan bahwa suaminya merasakan sesak
nafas. Pada esok hari kondisi pasien semakin parah, sesak nafas yang dirasakan semakin berat, tubuhnya berkeringat dingin. Lalu
pada hari Selasa, 7 September 2021 Tn.I dibawa ke IGD rumah sakit oleh istriya pada pukul 09.00 WIB, karena mengalami
penurunan kesadaran, sesak nafas dan keringat dingin. Hasil pemeriksaan didapatkan GCS pasien E1 M6 V1, TD 49/30 mmHg.
Kemudian pasien diberikan dopamine 5 mcg/kgBB/menit, lalu tekanan darah naik menjadi 75/57 mmHg (dengan dopamine 5
mcg/KgBB/menit), Spo02 95 % dengan NRM, hasil EKG AV dengan T toll, GDS 83 mg/dl, EF 80 %. Dari hasil pemeriksaan
Analisa Gas Darah, pasien mengalami asidosis respiratorik (PH 7,26; PCO2 69,7; HCO3 31,4). Selain itu pasien juga mengalami
insufisiensi renal dengan data hasil lab Ureum 196 dan creatinine 3. Kemudian kesadaran pasien semakin menurun dengan GCS
E1 M1 V1 sehingga pasien dilakukan Intubasi. Pasien didiagnosa mengalami ARDS tipe II. Pasien mempunyai riwayat Ablasi 2
tahun yang lalu sebelum masuk RS, namun tidak kontrol karena kesulitan mobilisasi. Pasien kemudian dipindahkan ke ICU
dengan kondisi sudah terintubasi dan terpasang ventilator. Setting PRVC: Trigger -2 I:E 1:2, PEEP 5, Fi02 60%, RR 16, TF 8
cc/KgBB, VTE 500-550, MF 7-7,5 liter/menit. Pasien terpasang inotropic dobutamin 10 mcg/KgBB/menit dan Norepinefrine 0,05
mcg/KgBB/menit. Sehari kemudian jam 9 kondisi hemodinamik pasien stabil, AGD asidosis respiratorik terkompensasi sehingga
pasien mulai weaning ventilator dengan mengganti setting ventilator menjadi SIMV PS : Triger -2 I:E 1:2, PEEP 3, Fi02 40 %, RR
16, TF 6-7 cc/kgBB. Hasil rontgen Thorax tampak Kardiomegali, CTR >50 %, tampak efusi pleura sinistra. Hasil pemeriksaan
EKG Irama AF Rapid dengan HR 100-120 kali/menit dengan tanda Hipertrofi Ventrikel kiri. Hasil pemeriksan laboratorium
Ureum 197,40; PH 7,48, PCO2 29, HCO3 22, PO2 86,1.
Tindakan atau terapi yang diterima :
Dopamine 5 mcg/KgBB/menit, Dobutamin 10 mcg/KgBB/menit dan Norepinefrine 0,05 mcg/KgBB/menit
Keluhan Utama :
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran
Keluhan Penyerta :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sesak nafas dan keringat dingin
Kebutuhan
1. Oksigenasi
Sebelum masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien merasakan sesak napas
Selama berada di RS :
Pasien terpasang intubasi dan weaning ventilator dengan setting ventilator menjadi SIMV PS : Triger -2 I:E 1:2, PEEP 3, Fi02 40 %, RR 16, TF 6-7 cc/kgBB, SpO2 95%
2. Cairan
Sebelum masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien minum air putih kurang lebih 8 gelas per hari
IWL : (15 x berat badan) : 24 jam
: (15 x 64 kg) : 24 jam
: 960 : 24
: 40 cc/jam = 960 cc/24jam
AM (air metabolisme) : 5cc x 64 = 305 cc
Balance Cairan = Input Cairan– Ouput Cairan
= 2505-2360
= +145
Selama berada di RS :
Selama berada di rumah sakit pasien mendapatkan obat-obatan dopamine 5mcg/KgBB/menit, dobutamin 10 mcg/KgBB/menit, dan Norepinefrine 0,05
mcg/KgBB/menit
IWL : (15 x berat badan) : 24 jam
: (15 x 64 kg) : 24 jam
: 960 : 24
: 40 cc/jam = 960 cc/24jam
AM (air metabolisme): 5cc x 64 : 305 cc
Balance Cairan = Input Cairan – Output Cairan
= 1108, 2 cc – 1010 cc
= +98,2 cc
3. NUTRISI
•Selama berada di RS:
•Sebelum masuk RS : A (Antropometri) :
A (Antropometri) : BB = 64 kg
•BB = 64 kg TB = 170 cm
•TB = 170 cm BBI = (TB – 100)-10% (TB-100)
•BBI = (TB – 100)-10% (TB-100) = (170-100)–10 % (170-100)
= (170-100)–10 % (170-100) = 70-7
= 70-7 = 63 kg
= 63 kg •IMT = Berat badan = 64 kg
• IMT = Berat badan = 64 kg
Tinggi badan=170 cm
• Tinggi badan=170 cm
=1,7 m
•=1,7 m
Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
•Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
•= 64 / (1,7mx1,7m)
•= 64 / (1,7mx1,7m)
•= 22,14 (Berat barat ideal)
•= 22,14 (Berat barat ideal)
•B (Biochemical) : tidak terkaji
• B (Biochemical) : sebelum masuk RS Biochemical pasien belum
terkaji •C (Clinical Sign)
•C (Clinical Sign) : sebelum masuk RS pemeriksaan clinical sign •Keadaan fisik = Lemah
pasien belum terkaji •Berat badan= Ideal
•D (Diet) : - Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak •Konjungtiva = Anemis
melakukan diet makanan apapun selama di rumah •Kardiovaskuler = Tekanan darah 75/57 mmHg, denyut nadi
•Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien makan habis 1 porsi 130x/menit
setiap kali makan •Kulit = Turgor kulit tidak elastis
•Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien makan 3 kali sehari •D (Diet) = pasien makan dengan 100cc per porsi
ELIMINASI
4. ELIMINASI FEKAL 5. ELIMINASI URINE
Seluruhnya dibantu √
bantuan
SKOR A G
7. Tidur
Sebelum masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien dapat tidur kurang lebih 8 jam per hari
Selama berada di RS :
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak sadarkan diri dengan GCS E1 M1 V1
8. Seksualitas
Sebelum masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki 3 orang anak
Selama berada di RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki 3 orang anak
9. Interaksi Sosial
Sebelum masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien dapat berinteraksi dengan tetangga, teman, dan keluarga dengan baik
Selama berada di RS :
Pasien tampak tidak dapat berinteraksi karena tidak sadarkan diri dengan GCS E1 M1 V1
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :Pasien tampak lemah dan tidak sadarkan diri
2. Kesadaran: Coma dengan hasil GCS E1 M1 V1
3. TTV
•TD : 75/57 mmHg Nadi : 120x/menit
•RR : 16x/menit Suhu : 36o C SPO2 : 95%
4. MAP :
•Sistol + 2 (diastole) : 3
•= 75 + 2 (57) : 3
•= 75 + 114 : 3
• = 63 mmHg
5. Pemeriksaan Head to Toe
A. Kepala
•Inspeksi : Rambut tipis lurus, berwarna hitam, tidak ada benjolan, kulit kepala bersih, tampak simetris
•Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan atau massa
B. Wajah
•Inspeksi : Wajah pasien tampak pucat, tidak ada jerawat atau luka
•Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada luka atau bekas luka, finger print (-), tidak ada lesi
C. Mata
•Inspeksi : Mata tampak simetris, konjungtiva ananemis, pupil tampak isokor, skelera non ikterik
•Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak keluar cairan
D. Hidung
Inspeksi : Tampak simetris, hidung tampak bersih, tidak ada bekas luka, tidak ada polip hidung, tidak ada lesi, tampak menggunakan pernapasan
cuping hidung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus
E. Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris, tidak ada kotoran telinga,
Palpasi : Tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
F. Mulut
Inspeksi : Bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering dan pecah – pecah, gigi tampak kekuningan, tidak ada sariawan, bibir tampak pucat
G. Leher
Inspeksi : Tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka
Palpasi : Tidak ada pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening
H. Dada
1) Paru – paru
Inspeksi : Tampak simetris, tampak menggunakan otot bantu napas
Palpasi : Teraba fremitus pada lapang paru bagian sinistra
Perkusi : Terdengar redup pada lapang paru bagian sinistra
Auskultasi : Terdengar suara vocal fremitus dibagian kiri paru, suara nafas lemah dibagian sinistra
2) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 pada linea medio clavicularis
Perkusi :
Batas jantung atas di ICS -2 linea sternalis kanan : pekak
Batas jantung bawah di ICS-2 linea sternalis kiri dan ICS-3 linea sternalis kiri : pekak
Batas bawah di ICS 4 linea sternalis kiri : pekak
Batas kiri di ICS 5 linea medio clavicularis kiri (atau diapex ictus cordis) : pekak
Auskultasi :
Katup aorta ICS 2 linea sternalis dextra terdengar bunyi S2 tanpa suara tambahan
Katup pulmonalis ICS 2 linea sternalis sinistra dan ICS 3 linea sternalis dextra terdengar bunyi S2 tanpa suara tambahan
Katup Tricuspidalis ICS 4 linea sternalis kiri terdengar bunyi S1 tanpa suara tambahan
Katup Mitral ICS 5 terdengar bunyi S1 terdengar gallop
I. Abdomen
Inspeksi : terlihat bentuk abdomen pasien simetris, tidak ada edema, tidak ada lesi
Auskultasi : bising usus terdengar 25x/menit
Perkusi : didapatkan bunyi timpani
Palpasi : tidak teraba hepar dan lien, tidak didapatkan massa intra abdomen dan tidak ada nyeri tekan
J. Genetalia
Inspeksi : Tampak menggunakan kateter urin
Palpasi : Tidak ada pembengkak di area genetalia
K. Ekstremitas atas
Inspeksi : Clubbing finger (-), tidak ada luka atau bekas luka, pitting edema (-), kuku tampak sianosis, turgor kulit tidak elastis, kulit
tampak kehitaman
Palpasi : Capilary refil > 2 detik, finger print (-), akral teraba dingin, teraba kasar dan kering
L. Ekstremitas bawah
Inspeksi : Tidak ada edema, tidak ada bekas luka, kuku tampak sianosis, kulit tampak kehitaman
Palpasi : Capilary refil > 2 detik, finger print (-), akral teraba dingin, teraba kasar dan kering
Kekuatan otot : Tidak terkaji
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Keterangan
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan Tanggal L : low : Rendah
N : normal : Normal
Ureum 196 8 – 24 H 7 September 2021/
H : high : Tinggi
Creatinine 3 0,6 – 1,2 H 10.00 WIB
Ureum 197,40 8-24 mg/dl H 8September 2021 Hasil EKG irama AF Rapid dengan HR 100-120 kali/menit
09.00 WIB dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri
TERAPI
Nama Obat Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Tanggal
pemberian
Dopamine 2–5 mcg/kgBB per IV Syok septis, Pasien dengan 7 September 2021
menit hipotensi tumor kelenjar
adrenal
Norenepinefrine 8–12 mcg per IV mengatasi gagal Pasien dengan 8 september 2021
menit jantung dan hipertensi
hipotensi
PENGKAJIAN GRF PASIEN
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS: Hambatan Pertukaran Gas Perubahan membrane
alveolar-kapiler
-
DO:
1. AGD asidosis respiratorik terkompensasi sehingga pasien mulai weaning ventilator
dengan mengganti setting ventilator menjadi SIMV PS : Triger -2 I:E 1:2, PEEP 3,
Fi02 40 %, RR 16, TF 6-7 cc/kgBB
2. Warna kulit tampak kehitaman, kasar dan kering
3. Hasil rontgen Thorax tampak Kardiomegali, CTR >50 %
4. Hasil pemeriksaan EKG Irama AF Rapid dengan HR 100-120 kali/menit dengan
tanda Hipertrofi Ventrikel kiri
5. SPO2 95%
6. Hasil pemeriksan laboratorium Ureum PH 7,48
DO: