Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN

KRITIS
PADA TN. I (69 TAHUN)
DENGAN DIAGNOSA ARDS
TIPE-II
LATAR BELAKANG
• Respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan perlukaan inflamasi paru yang bersifat akut
dan difus, yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas vaskular paru, peningkatan tahanan
paru, dan hilangnya jaringan paru yang berisi udara, dengan hipoksemia dan opasitas bilateral
pada pencitraan, yang dihubungkan dengan peningkatan shunting, peningkatan dead space
fisiologis, dan berkurangnya compliance paru. Acute Respiratory Disstress Syndrome(ARDS)
merupakan suatu kondisi kegawat daruratan di bidang pulmonologi yang terjadi karena adanya
akumulasi cairan di alveoli yang menyebabkan terjadinya gangguan pertukaran gas sehingga
distribusi oksigen ke jaringan menjadi berkurang. Data pada tahun 2016 menunjukkan, dari 50
negara, prevalensi ARDS mencapai 10,4% dari total pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU).
Faktor risiko umum ARDS dibagi menjadi faktor risiko langsung dan tidak langsung. ARDS di Indonesia
tidak tercatat dengan jelas.
ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO ARDS
Adanya cairan pada alveoli meyebabkan penurunan komplians
sistem pernapasan, right-to-left shunting, dan hipoksemia.
Faktor Risiko Langsung Faktor Risiko Tidak Langsung

Pneumonia Sepsis non-pulmonal

Aspirasi isi lambung Trauma mayor

Trauma inhalasi Pankreatitis

Vaskulitis paru Luka bakar berat

Kontusio paru Syok non-kardiogenik

Tenggelam Overdosis obat


TANDA & GEJALA ARDS
1. Memucatnya kulit, bibir, dan kuku (sianosis) 5. Hiperkarbia
Karena kadar oksigen sudah sangat rendah, bisa Penunan kesadaran akibat peningkatan tekanan CO2 arteri (PaCO2)
membiru dan terasa lebih dingin sakit kepala, mengantuk, sedasi, vasodilatasi (pelebaran pembuluh
darah) kutan dan sclera.
2. Hipoksemia (gangguan kecemasan)
6. Takipnea (pernafasan cepat), dispnea (sesak napas), batuk,
Bingung,gelisah, iritabel, gangguan status mental, penggunaan otot pernafasan tambahan.
sianosis, berkeringat berlebihan, takikardi.
-Sulit bernafas atau sesak nafas, hingga sulit berbicara
3. Sesak nafas
-Nafas cepat
Sesak nafas terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dan -Dada berdebar
tingginya kadar karbondioksida
-Batuk-batuk
4. Hilangnya kesadaran (pingsan)
-Nafas berbunyi, misal berbunyi mengi
Pingsan adalah cara otak untuk menghemat energi yang -Lemas
tiba-tiba berhenti karena kondisi gagal napas
-Kulit pucat dan banyak berkeringat
-Gelisah dan linglung
-Jari-jari tangan atau bibir kebiruan (sianosis)
-Hilang kesadaran atau pingsan
KASUS 2
Tuan I usia 69 tahun, datang ke IGD dengan sudah mengalami penurunan kesadaran, sesak nafas dan keringat
dingin. TD 49/30 mmHg, dengan GCS E1 M6 V1. Kemudian pasien diberikan dopamine 5 mcg/kgBB/menit, lalu
tekanan darah naik menjadi 75/57 mmHg (dengan dopamine 5 mcg/KgBB/menit), Spo02 95 % dengan NRM, hasil
EKG AV dengan T toll, GDS 83 mg/dl, EF 80 %. Dari hasil pemeriksaan Analisa Gas Darah, pasien mengalami
asidosis respiratorik (PH 7,26; PCO2 69,7; HCO3 31,4). Selain itu pasien juga mengalami insufisiensi renal
dengan data hasil lab Ureum 196 dan creatinine 3. Kemudian kesadaran pasien semakin menurun dengan GCS E1
M1 V1 sehingga pasien dilakukan Intubasi. Pasien didiagnosa mengalami ARDS tipe II. Pasien mempunyai
riwayat Ablasi 2 tahun yang lalu sebelum masuk RS, namun tidak kontrol karena kesulitan mobilisasi. Pasien
kemudian dipindahkan ke ICU dengan kondisi sudah terintubasi dan terpasang ventilator. Setting PRVC: Trigger -2
I:E 1:2, PEEP 5, Fi02 60%, RR 16, TF 8 cc/KgBB, VTE 500-550, MF 7-7,5 liter/menit. Pasien terpasang inotropic
dobutamin 10 mcg/KgBB/menit dan Norepinefrine 0,05 mcg/KgBB/menit. Sehari kemudian jam 9 kondisi
hemodinamik pasien stabil, AGD asidosis respiratorik terkompensasi sehingga pasien mulai weaning ventilator
dengan mengganti setting ventilator menjadi SIMV PS : Triger -2 I:E 1:2, PEEP 3, Fi02 40 %, RR 16, TF 6-7
cc/kgBB. Hasil rontgen Thorax tampak Kardiomegali, CTR >50 %, tampak efusi pleura sinistra. Hasil
pemeriksaan EKG Irama AF Rapid dengan HR 100-120 kali/menit dengan tanda Hipertrofi Ventrikel kiri. Hasil
pemeriksan laboratorium Ureum 197,40; PH 7,48, PCO2 29, HCO3 22, PO2 86,1.
PENGKAJIAN OREM

Nama Perawat yang mengkaji : Perawat M


Unit : ICU (Intensive Care Unit)
Ruang/kamar : Bed 3
Tanggal/waktu masuk RS : Selasa,7 September2021/09.00 WIB
Tanggal/waktu pengkajian : Rabu,8 September 2021/09.00 WIB
Cara pengkajian : Alloanamnesa, observasi
Identitas Klien
Nama : Tn.I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 69 tahun
Tempat/tgl lahir : Salatiga, 30 Juni 1952
Alamat : Jl Indraprasta 5, Salatiga
Suku : Jawa
Status perkawinan : Kawin
Agama : Katholik
Pekerjaan : Pensiunan
Diagnosa medis : ARDS tipe II
 
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. D
Alamat : Jl Indraprasta 5, Salatiga
Hubungan dengan klien : Istri
Riwayat Keperawatan Masa Lalu

Penyakit yang pernah diderita :


Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mempunyai riwayat Ablasi 2 tahun yang lalu sebelum masuk RS, namun tidak
kontrol karena kesulitan mobilisasi.
Penyakit keturunan dalam keluarga :
Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga
Operasi yang pernah dilakukan :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien pernah mengalami tindakan operasi yaitu ablasi jantung 2 tahun yang lalu
Alergi :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat, suhu, debu, makanan atau minuman
Imunisasi :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah imunisasi lengkap
Kebiasaan buruk :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok atau meminum alkohol
Obat-obatan :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya

 
Riwayat Keperawatan Saat Ini
Alasan masuk Rumah Sakit :
Beberapa hari terkahir kondisi pasien memang sedang tidak sehat, istri pasien mengatakan bahwa suaminya merasakan sesak
nafas. Pada esok hari kondisi pasien semakin parah, sesak nafas yang dirasakan semakin berat, tubuhnya berkeringat dingin. Lalu
pada hari Selasa, 7 September 2021 Tn.I dibawa ke IGD rumah sakit oleh istriya pada pukul 09.00 WIB, karena mengalami
penurunan kesadaran, sesak nafas dan keringat dingin. Hasil pemeriksaan didapatkan GCS pasien E1 M6 V1, TD 49/30 mmHg.
Kemudian pasien diberikan dopamine 5 mcg/kgBB/menit, lalu tekanan darah naik menjadi 75/57 mmHg (dengan dopamine 5
mcg/KgBB/menit), Spo02 95 % dengan NRM, hasil EKG AV dengan T toll, GDS 83 mg/dl, EF 80 %. Dari hasil pemeriksaan
Analisa Gas Darah, pasien mengalami asidosis respiratorik (PH 7,26; PCO2 69,7; HCO3 31,4). Selain itu pasien juga mengalami
insufisiensi renal dengan data hasil lab Ureum 196 dan creatinine 3. Kemudian kesadaran pasien semakin menurun dengan GCS
E1 M1 V1 sehingga pasien dilakukan Intubasi. Pasien didiagnosa mengalami ARDS tipe II. Pasien mempunyai riwayat Ablasi 2
tahun yang lalu sebelum masuk RS, namun tidak kontrol karena kesulitan mobilisasi. Pasien kemudian dipindahkan ke ICU
dengan kondisi sudah terintubasi dan terpasang ventilator. Setting PRVC: Trigger -2 I:E 1:2, PEEP 5, Fi02 60%, RR 16, TF 8
cc/KgBB, VTE 500-550, MF 7-7,5 liter/menit. Pasien terpasang inotropic dobutamin 10 mcg/KgBB/menit dan Norepinefrine 0,05
mcg/KgBB/menit. Sehari kemudian jam 9 kondisi hemodinamik pasien stabil, AGD asidosis respiratorik terkompensasi sehingga
pasien mulai weaning ventilator dengan mengganti setting ventilator menjadi SIMV PS : Triger -2 I:E 1:2, PEEP 3, Fi02 40 %, RR
16, TF 6-7 cc/kgBB. Hasil rontgen Thorax tampak Kardiomegali, CTR >50 %, tampak efusi pleura sinistra. Hasil pemeriksaan
EKG Irama AF Rapid dengan HR 100-120 kali/menit dengan tanda Hipertrofi Ventrikel kiri. Hasil pemeriksan laboratorium
Ureum 197,40; PH 7,48, PCO2 29, HCO3 22, PO2 86,1.
 
Tindakan atau terapi yang diterima :
Dopamine 5 mcg/KgBB/menit, Dobutamin 10 mcg/KgBB/menit dan Norepinefrine 0,05 mcg/KgBB/menit
Keluhan Utama :
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran
Keluhan Penyerta :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sesak nafas dan keringat dingin
Kebutuhan

1. Oksigenasi
Sebelum masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien merasakan sesak napas
Selama berada di RS :
Pasien terpasang intubasi dan weaning ventilator dengan setting ventilator menjadi SIMV PS : Triger -2 I:E 1:2, PEEP 3, Fi02 40 %, RR 16, TF 6-7 cc/kgBB, SpO2 95%
 
2. Cairan
Sebelum masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien minum air putih kurang lebih 8 gelas per hari
IWL : (15 x berat badan) : 24 jam
: (15 x 64 kg) : 24 jam
: 960 : 24
: 40 cc/jam = 960 cc/24jam
AM (air metabolisme) : 5cc x 64 = 305 cc
Balance Cairan = Input Cairan– Ouput Cairan
= 2505-2360
= +145

Selama berada di RS :
Selama berada di rumah sakit pasien mendapatkan obat-obatan dopamine 5mcg/KgBB/menit, dobutamin 10 mcg/KgBB/menit, dan Norepinefrine 0,05
mcg/KgBB/menit
IWL : (15 x berat badan) : 24 jam
: (15 x 64 kg) : 24 jam
: 960 : 24
: 40 cc/jam = 960 cc/24jam
AM (air metabolisme): 5cc x 64 : 305 cc
Balance Cairan = Input Cairan – Output Cairan
= 1108, 2 cc – 1010 cc
= +98,2 cc
3. NUTRISI
•Selama berada di RS:
•Sebelum masuk RS : A (Antropometri) :
A (Antropometri) : BB = 64 kg
•BB = 64 kg TB = 170 cm
•TB = 170 cm BBI = (TB – 100)-10% (TB-100)
•BBI = (TB – 100)-10% (TB-100) = (170-100)–10 % (170-100)
= (170-100)–10 % (170-100) = 70-7
= 70-7 = 63 kg
= 63 kg •IMT = Berat badan = 64 kg
• IMT = Berat badan = 64 kg
Tinggi badan=170 cm
• Tinggi badan=170 cm
=1,7 m
•=1,7 m
Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
•Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
•= 64 / (1,7mx1,7m)
•= 64 / (1,7mx1,7m)
•= 22,14 (Berat barat ideal)
•= 22,14 (Berat barat ideal)
•B (Biochemical) : tidak terkaji  
• B (Biochemical) : sebelum masuk RS Biochemical pasien belum
terkaji •C (Clinical Sign)
•C (Clinical Sign) : sebelum masuk RS pemeriksaan clinical sign •Keadaan fisik = Lemah
pasien belum terkaji •Berat badan= Ideal
•D (Diet) : - Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak •Konjungtiva = Anemis
melakukan diet makanan apapun selama di rumah •Kardiovaskuler = Tekanan darah 75/57 mmHg, denyut nadi
•Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien makan habis 1 porsi 130x/menit
setiap kali makan •Kulit = Turgor kulit tidak elastis  
•Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien makan 3 kali sehari •D (Diet) = pasien makan dengan 100cc per porsi
ELIMINASI
4. ELIMINASI FEKAL 5. ELIMINASI URINE

  Frekuensi Konsistensi Warna B Keluhan   Frekuensi Warna Bau Keluhan


a
Sebelum masuk 5 x sehari Kuning Khas Tidak ada
u
RS kecoklatan
Sebelum 1kali/sehari Lembek Kecoklatan K Tidak ada
masuk RS h
a Selama berada 50 cc selama Kuning Khas Terpasang
s
di RS berada di rumah kecoklatan kateter
Selama Belum BAB - - - - sakit
berada di
RS
Keterangan:
6. AKTIVITAS
Aktivitas Keterangan Sebelumsakit Saat sakit A: Mandiri untuk 6 fungsi
Mandi Dapat mengerjakan sendiri √   B: Mandiri untuk 5 fungsi
  Pada bagian tertentu dibantu    
  Memerlukan bantuan   √ C: Mandiri, kecuali mandi dan fungsi lain
Berpakaian Seluruhnya tanpa dibantu √  
 
 
Pada kondisi tertentu dibantu
Seluruhnya memerlukan bantuan
 
 
 

D: Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan fungsi
Pergi ke toilet Dapat mengerjakan sendiri √  
  Memerlukan bantuan     lain
  Tidak dapat pergi ketoilet   √
Berpindah atau berjalan Tanpa bantuan √   E: Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergike
  Dengan bantuan    
toilet dan fungsi lainnya
  Tidak dapat melakukan   √
F: Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi
BAB dan BAK Dapat mengontrol √  
ketoilet, berpindah dan fungsi lainnya
  Kadang-kadang ngompol     G: Tergantung untuk 6 fungsi
  Dibantu seluruhnya   √  
Makan Tanpa bantuan √   Keterangan : Pasien saat ini tergantung untuk 6
  Dapat makan sendiri kecuali hal-hal tertentu     fungsi maka seluruh aktivitasnya memerlukan

  Seluruhnya dibantu   √
bantuan

  SKOR A G
7. Tidur
Sebelum masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien dapat tidur kurang lebih 8 jam per hari
Selama berada di RS :
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak sadarkan diri dengan GCS E1 M1 V1

8. Seksualitas
Sebelum masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki 3 orang anak
Selama berada di RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki 3 orang anak

9. Interaksi Sosial
Sebelum masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien dapat berinteraksi dengan tetangga, teman, dan keluarga dengan baik
Selama berada di RS :
Pasien tampak tidak dapat berinteraksi karena tidak sadarkan diri dengan GCS E1 M1 V1

10. Pencegahan masalah Kesehatan


Sebelum masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa dulu pernah melakukan tindakan ablasi jantung namun pasien tidak kontrol ke dokter
Selama berada di RS :
Pasien mendapatkan obat dari perawat sesuai dengan advis dokter
11. Promosi kesehatan
Sebelum masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa belum pernah mendapatkan Pendidikan Kesehatan sama sekali
Selama berada di RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa belum pernah mendapatkan Pendidikan Kesehatan mengenai penyakit
yang diderita pasien dan tindakan untuk menangani penyakit tersebut. Keluarga pasien belum mengetahui
potensi kemungkinan terburuk yang akan dialami pasien.

12. Psikososial dan konsep diri


Sebelum masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tampak baik – baik saja walaupun jarang keluar kamar
Selama berada di RS :
Keluarga pasien mengatakan belum mengetahui kondisi pasien saat ini, keluarga pasien juga mengatakan
bahwa belum bersiap diri jika harus ditinggalkan pasien, keluarga pasien hanya mendoakan yang terbaik
baik bagi kesembuhan pasien dan kelurga belum mendapatkan konseling paliatif care.

 
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :Pasien tampak lemah dan tidak sadarkan diri
2. Kesadaran: Coma dengan hasil GCS E1 M1 V1
3. TTV
•TD : 75/57 mmHg Nadi : 120x/menit
•RR : 16x/menit Suhu : 36o C SPO2 : 95%
4. MAP :
•Sistol + 2 (diastole) : 3
•= 75 + 2 (57) : 3
•= 75 + 114 : 3
• = 63 mmHg
5. Pemeriksaan Head to Toe
A. Kepala
•Inspeksi : Rambut tipis lurus, berwarna hitam, tidak ada benjolan, kulit kepala bersih, tampak simetris
•Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan atau massa
B. Wajah
•Inspeksi : Wajah pasien tampak pucat, tidak ada jerawat atau luka
•Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada luka atau bekas luka, finger print (-), tidak ada lesi
C. Mata
•Inspeksi : Mata tampak simetris, konjungtiva ananemis, pupil tampak isokor, skelera non ikterik
•Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak keluar cairan
D. Hidung
Inspeksi : Tampak simetris, hidung tampak bersih, tidak ada bekas luka, tidak ada polip hidung, tidak ada lesi, tampak menggunakan pernapasan
cuping hidung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus
E. Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris, tidak ada kotoran telinga,
Palpasi : Tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
F. Mulut
Inspeksi : Bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering dan pecah – pecah, gigi tampak kekuningan, tidak ada sariawan, bibir tampak pucat
G. Leher
Inspeksi : Tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka
Palpasi : Tidak ada pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening
H. Dada
1) Paru – paru
Inspeksi : Tampak simetris, tampak menggunakan otot bantu napas
Palpasi : Teraba fremitus pada lapang paru bagian sinistra
Perkusi : Terdengar redup pada lapang paru bagian sinistra
Auskultasi : Terdengar suara vocal fremitus dibagian kiri paru, suara nafas lemah dibagian sinistra
2) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 pada linea medio clavicularis
Perkusi :
Batas jantung atas di ICS -2 linea sternalis kanan : pekak
Batas jantung bawah di ICS-2 linea sternalis kiri dan ICS-3 linea sternalis kiri : pekak
Batas bawah di ICS 4 linea sternalis kiri : pekak
Batas kiri di ICS 5 linea medio clavicularis kiri (atau diapex ictus cordis) : pekak
Auskultasi :
Katup aorta ICS 2 linea sternalis dextra terdengar bunyi S2 tanpa suara tambahan
Katup pulmonalis ICS 2 linea sternalis sinistra dan ICS 3 linea sternalis dextra terdengar bunyi S2 tanpa suara tambahan
Katup Tricuspidalis ICS 4 linea sternalis kiri terdengar bunyi S1 tanpa suara tambahan
Katup Mitral ICS 5 terdengar bunyi S1 terdengar gallop

I. Abdomen
Inspeksi : terlihat bentuk abdomen pasien simetris, tidak ada edema, tidak ada lesi
Auskultasi : bising usus terdengar 25x/menit
Perkusi : didapatkan bunyi timpani
Palpasi : tidak teraba hepar dan lien, tidak didapatkan massa intra abdomen dan tidak ada nyeri tekan
J. Genetalia
Inspeksi : Tampak menggunakan kateter urin
Palpasi : Tidak ada pembengkak di area genetalia
K. Ekstremitas atas
Inspeksi : Clubbing finger (-), tidak ada luka atau bekas luka, pitting edema (-), kuku tampak sianosis, turgor kulit tidak elastis, kulit
tampak kehitaman
Palpasi : Capilary refil > 2 detik, finger print (-), akral teraba dingin, teraba kasar dan kering
L. Ekstremitas bawah
Inspeksi : Tidak ada edema, tidak ada bekas luka, kuku tampak sianosis, kulit tampak kehitaman
Palpasi : Capilary refil > 2 detik, finger print (-), akral teraba dingin, teraba kasar dan kering
Kekuatan otot : Tidak terkaji

 
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Keterangan
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan Tanggal L : low : Rendah
N : normal : Normal
Ureum 196 8 – 24 H 7 September 2021/
H : high : Tinggi
Creatinine 3 0,6 – 1,2 H 10.00 WIB

Analisa Gas       7 September 2021/


Darah       10.00 WIB Hasil Rontgen
Ph 7,26 7,35-7,45 L
PCO2 69,7 35-45 mmHg H
Tanggal pemeriksaan : 8 september 2021 pukul 09.00 WIB
HCO3 31,4 22-26mmol/L H
1. Rontgen thorax tampak kardiomegali
Gula Darah 83 mg/dl 70-130 mg/dl N 7 September 2021/ 2. CTR >50%
Sewaktu (GDS) 10.00 WIB
3. Tampak efusi pleura sinistra
Analisa Gas       8September 2021/
Darah       09.00 WIB
Hasil Rekam EKG
Ph 7,48 7,35-7,45 H
4. Tanggal pemeriksaan 7 september 2021 pukul 10.00 WIB
PCO2 29 mmHg 35-45 mmHg L
HCO3 22 mmol/L 22-26mmol/L N Hasil EKG AF dengan T toll
86,1 mmHg 69-119mmHg N 5. Tanggal pemeriksaan 8 september 2021 pukul 09.00 WIB
PO2

Ureum 197,40 8-24 mg/dl H 8September 2021 Hasil EKG irama AF Rapid dengan HR 100-120 kali/menit
09.00 WIB dengan tanda hipertrofi ventrikel kiri

 
TERAPI
Nama Obat Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Tanggal
pemberian

Dopamine 2–5 mcg/kgBB per IV Syok septis, Pasien dengan 7 September 2021
menit hipotensi tumor kelenjar
 
adrenal

  2,5–10 mcg/kgBB IV gagal jantung, Hypersensitive 8 september 2021


per menit syok hipovolemik
Dobutamine

Norenepinefrine 8–12 mcg per IV mengatasi gagal Pasien dengan 8 september 2021
menit jantung dan hipertensi
   
hipotensi
PENGKAJIAN GRF PASIEN
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1.   DS: Hambatan Pertukaran Gas Perubahan membrane
  alveolar-kapiler
  -  
   
DO:  
 
 
  1. AGD asidosis respiratorik terkompensasi sehingga pasien mulai weaning ventilator  
  dengan mengganti setting ventilator menjadi SIMV PS : Triger -2 I:E 1:2, PEEP 3,
  Fi02 40 %, RR 16, TF 6-7 cc/kgBB  
  2. Warna kulit tampak kehitaman, kasar dan kering
   
3. Hasil rontgen Thorax tampak Kardiomegali, CTR >50 %
  4. Hasil pemeriksaan EKG Irama AF Rapid dengan HR 100-120 kali/menit dengan  
  tanda Hipertrofi Ventrikel kiri
  5. SPO2 95%  
  6. Hasil pemeriksan laboratorium Ureum PH 7,48

1.   DS: Kelebihan Volume Cairan Kelebihan asupan cairan

DO:

1. Tekanan darah 75/57 mmHg


2. Hasil rontgen Thorax tampak efusi pleura sinistra
3. Hasil pemeriksan laboratorium Ureum 197,40; creatinine: 3; PCO2; 29 mmHg
4. Balance cairan: +98,2cc
5. GFR: 21,03 (GFR berat)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-kapiler dibuktikan
dengan AGD asidosis respiratorik terkompensasi sehingga pasien mulai weaning ventilator dengan
mengganti setting ventilator menjadi SIMV PS : Triger -2 I:E 1:2, PEEP 3, Fi02 40 %, RR 16, TF 6-7
cc/kgBG, warna kulit tampak kehitaman, kasar dan kering, hasil rontgen Thorax tampak Kardiomegali,
CTR >50 %, hasil pemeriksaan EKG Irama AF Rapid dengan HR 100-120 kali/menit dengan tanda
Hipertrofi Ventrikel kiri, SPO2 95%, hasil pemeriksan laboratorium Ureum PH 7,48.
 
2. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan dibuktikan dengan tekanan
darah 75/57 mmHg, hasil rontgen Thorax tampak efusi pleura sinistra. hasil pemeriksan laboratorium
Ureum 197,40; creatinine 3; PCO2: 29 mmHg, Balance cairan: +98,2cc, GFR: 21,03 (GFR berat).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan perlukaan inflamasi paru yang bersifat akut dan difus, yang mengakibatkan peningkatan
permeabilitas vascular paru, peningkatan tahanan paru, dan hilangnya jaringan paru yang berisi udara, dengan hipoksemia dan opasitas bilateral pada
pencitraan, yang dihubungkan dengan peningkatan shunting, peningkatan dead space fisiologis, dan berkurangnya compliance paru. Gejala yang
dikeluhkan berupa sesak napas, membutuhkan usaha lebih untuk menarik napas, dan hipoksemia. Adult respiratory distress syndrome terjadi dalam
hitungan jam-hari setelah onset kondisi predisposisi.Batasan waktu ARDS ini adalah satu minggu dari munculnya onset baru atau dari memburuknya
suatu gejala pernafasan.1 ARDS juga merupakan kelainan yang progresif secara cepat dan awalnya bermanifestasi klinis sebagai sesak napas
(dyspneu dan tachypneu) yang kemudian dengan cepat berubah menjadi gagal napas.2 Gagal napas dapat diartikan sebagai ketidakmampuan sistem
respirasi dalam menjalankan fungsinya secara adekuat, yaitu untuk mengirim oksigen kedarah dan mengeliminasi karbondioksida. Gagal napas
merupakan penyebab yang umum dan penyebab utama kesakitan dan kematian. Maka dari itu proses keperawatan adalah suatu metode yang
sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Pada keperawatan kritis, harus menggunakan proses keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan. Keperawatan kritikal adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien berkualitas tinggi dan komprehensif. 3
 
Saran
1. Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar
mampu merawat pasien secara kompetensif dan optimal, dan perawat juga harus bekerja sama dengan tim kesehatan lain dalam melakukan perawatan
atau penanganan pasien dengan ARDS gagal nafas .
2. Dalam pemberian asuhan keperawatan perlu adanya keikutsertaan keluarga karena keluarga keluarga merupakan orang terdekat pasien yang tahu
akan perkembangan dan kebiasaan pasien.
 

Anda mungkin juga menyukai